You are on page 1of 12

KERAGAMAN DAN HERITABILITAS SEMBILAN GENOTIP TOMAT

(Lycopersicum esculentum Mill.) PADA BUDIDAYA ORGANIK

(Diversity and Heritability of Nine Tomato Genotypes


(Lycopersicum esculentum Mill.) on the Organic Cultivation)

Putri Istianingrum1, Damanhuri2


1
Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi
2
Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang
Jl. Adi Sucipto 26 Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia
Telp. 62 333 411248, Fax. 62 333 424980, email:
putri_istianingrum@yahoo.com

ABSTRACT

In breeding activities, the testing of new varieties for a particular environment


needs germplasm with high variability and genetic information, including the
value of heritability estimates. The research was aimed to know the variability and
estimate heritability value on 9 genotypes of tomato on organic farming. The
research was conducted at Torongrejo village, Junrejo subdistrict, Batu, East Java
at the altitude of ± 700 m above sea level. The research used the Randomized
Completely Block Design with three replications and 9 genotypes of F5
generation as treatment. Selection was done in organic breeding that specified in
applying organic pesticide and fertilizer without any synthetic chemicals. Data of
the observation was analyzed to find out the analysis of variance (anova),
coefficient of genotypic and phenotypic variances and heritability. The results
showed that the number of pieces of good character, the number of total fruit, fruit
weight was good, ugly fruit weight, fruit weight and the total weight per piece had
high values for the coefficient of genotypic and phenotypic variability. Result of
the heritability calculation on characters number of good fruit, good fruit weight
and weight per fruit had low values.

Keywords: Tomatoes, Genotypic and phenotypic variability, Heritability,


Organic farming

PENDAHULUAN zat yang berguna bagi tubuh manusia


antara lain mengandung vitamin C,
Tomat (Lycopersicum vitamin A (karoten) dan mineral.
esculentum Mill.) merupakan Saat ini budidaya tomat sangat
komoditas sayuran yang banyak diperhatikan khususnya dalam teknik
dikonsumsi oleh masyarakat dan telah penanamannya. Kebanyakan teknik
lama diusahakan oleh petani sebagai budidaya tomat menggunakan input
usaha tani yang bersifat komersial. bahan-bahan anorganik tinggi seperti
Menurut Tugiyono (1991), dalam pupuk anorganik, pestisida, herbisida
buah tomat banyak mengandung zat- dan produk-produk kimia lainnya

70 Jur.Agroekotek 8 (2) : 70 – 81, Desember 2016


yang berbahaya bagi kesehatan konvensional dengan input bahan
dengan dosis yang tinggi secara terus- kimia (pupuk, pestisida) yang tinggi,
menerus. Jika penanaman dengan sehingga varietas unggul baru
prinsip anorganik, maka dapat sangat tersebut jika dibudidayakan secara
berbahaya bagi kesehatan karena organik responsnya akan berbeda dan
bahan kimia masih tertempel produktivitasnya tidak sesuai dengan
pada buah tomat yang akan deskripsinya. Seleksi genotip untuk
dikonsumsi. Selain itu, penggunaan mendapatkan varietas baru yang
bahan kimia tersebut terbukti khusus untuk budidaya sistem
menimbulkan banyak pencemaran pertanian organik harus dilakukan
yang dapat menyumbang degradasi pada lingkungan organik juga.
fungsi lingkungan dan perusakan Kegiatan pemuliaan tanaman
sumberdaya alam serta penurunan untuk mengembangkan varietas tomat
daya dukung lingkungan. Oleh karena respons terhadap pertanian organik
itu, masyarakat mulai merasakan dimulai dengan hibridisasi untuk
dampak negatif dari penggunaan memperoleh populasi yang memiliki
bahan kimia pertanian yang keragaman yang dilanjutkan dengan
berlebihan tersebut sehingga banyak seleksi untuk memperoleh genotipe
yang mengganti dengan penanaman sesuai dengan karakter yang
tanaman berwawasan ramah diinginkan. Pada pemuliaan tanaman
lingkungan, yaitu dengan pertanian pendugaan parameter genetik (nilai
organik. heritabilitas dan komponen ragam)
Budidaya tomat organik pada dari suatu populasi sangat penting
dasarnya sama yaitu menanam tomat dilakukan.
dengan cara konvensional dan yang Keragaman genetik
membedakan hanyalah pada saat merupakan salah satu faktor yang
pemeliharaannya saja. Nurtika et al. sangat berpengaruh terhadap
(1997) mengemukakan bahwa salah keberhasilan usaha pemuliaan
satu upaya perbaikan pada sistem tanaman. Dengan adanya keragaman
budidaya tanaman tomat ialah genetik dalam suatu populasi berarti
penggunaan pupuk organik yang terdapat variasi nilai genotip antar
berfungsi ganda yaitu mencegah individu dalam populasi tersebut
terjadinya pencucian secara cepat, (Sofiari dan Kirana, 2009). Sujiprihati
mempertahankan kelembaban tanah et al. (2003) menyatakan bahwa
dan mensuplai unsur hara makro dan keanekaragaman populasi tanaman
mikro. memiliki arti penting dalam
Usaha-usaha yang dapat pemuliaan tanaman. Usaha perbaikan
ditempuh untuk meningkatkan genetik tanaman tomat organik
produksi dan memperbaiki kualitas memerlukan adanya plasma nutfah
tomat telah banyak dilakukan di dengan keragaman genetik yang luas.
antaranya melalui program pemuliaan Syukur et al. (2012) menyatakan
tanaman. Saat ini telah banyak langkah awal bagi setiap program
beredar varietas tomat unggul, tetapi pemuliaan tanaman adalah koleksi
varietas-varietas unggul tersebut tidak berbagai genotip yang kemudian
dikhususkan untuk budidaya secara dapat digunakan sebagai sumber
organik. Selama ini seleksi genotip untuk mendapatkan genotip yang
untuk mendapatkan varietas unggul diinginkan atas dasar pemuliaan
dilakukan melalui teknologi tanaman. Koleksi berbagai genotip

Jur.Agroekotek 8 (2) : 70 – 81, Desember 2016 71


atau plasma nutfah dapat berasal dari Alat yang digunakan dalam
plasma nutfah lokal maupun penelitian ini ialah wadah semai,
introduksi. hand sprayer, pinset, tali, mulsa
Seleksi terhadap tujuh genotip hitam perak, ajir bambu, kertas label,
tomat F3 hasil persilangan LV1684 x meteran ukur, timbangan, kamera
LV 4066 terdiri dari LV.2.32.4; digital, alat bercocok tanam dan alat
LV.2.32.11; LV.2.32.14; LV.2.128.1; tulis. Bahan yang digunakan ialah
LV.2.128.6; LV.2.128.7; dan sembilan genotip tomat F5 hasil
LV.2.144.3 yang dibudidayakan persilangan LV 1684 x LV 4066
secara organik telah dilakukan pada terdiri dari, LV.2.32.14.7.5 (G1),
bulan Oktober 2011sampai bulan LV.2.128.1.23.2 (G2),
Maret 2012 di wilayah Magetan, Jawa LV.2.128.1.23.22 (G3),
Timur. Dari hasil penelitian ini telah LV.2.128.6.18.4 (G4),
diperoleh 16 individu tomat F4 yang LV.2.128.6.18.42 (G5),
berasal dari empat genotip LV.2.128.6.18.44 (G6),
persilangan LV 2.32.14 (dua LV.2.128.7.3.45 (G7),
individu), LV.2.128.1 (satu LV.2.128.7.5.17 (G8) dan
individu), LV.2.128.6 (enam LV.2.128.7.10.27 (G9). Bahan
individu) dan LV.2.128.7 (tujuh penelitian lain meliputi pupuk
individu) yang memiliki bobot segar kandang dari kotoran kambing, pupuk
buah antara 1500-2330 g per organik cair, kompos, tanah dan pasir.
tanaman. Seleksi terhadap genotip Penelitian menggunakan
tomat F4 dilakukan pada bulan Rancangan Acak Kelompok (RAK),
November 2012 sampai bulan terdiri dari tiga ulangan dan sembilan
Februari 2013 di daerah Batu, Jawa genotip generasi F5 sebagai perlakuan
Timur dan menghasilkan sembilan yang dilakukan pada kondisi
genotip tomat F5 yang dibudidayakan budidaya secara organik dengan
secara organik dengan spesifikasi spesifikasi penggunaan pupuk dan
penggunaan pupuk dan pestisida pestisida organik tanpa menggunakan
organik. Genotip terpilih dari famili bahan kimia sintetik.
tomat F5 ini akan dilanjutkan pada Pengamatan dilakukan untuk
seleksi berikutnya untuk memperoleh seluruh individu tanaman. Karakter
genotip tomat F6 pada budidaya yang diamati pada penelitian ini
secara organik dengan spesifikasi terdiri dari karakter kualitatif dan
penggunaan pupuk dan pestisida kuantitatif. Karakter kuantitatif
organik dan diharapkan akan meliputi: tinggi tanaman, umur
diperoleh varietas unggul. berbunga, jumlah bunga, jumlah
Penelitian ini bertujuan untuk tandan bunga, jumlah buah per
mengetahui keragaman dan menduga tandan, fruit set, umur awal panen,
nilai heritabilitas sembilan genotip umur akhir panen, jumlah buah bagus
tomat pada budidaya organik. per tanaman, jumlah buah jelek per
tanaman, jumlah buah total per
METODE PENELITIAN tanaman, bobot buah bagus per
Penelitian dilaksanakan di tanaman, bobot buah jelek per
Desa Torongrejo, Kecamatan Junrejo, tanaman, bobot buah total per
Kota Batu, Jawa Timur, pada tanaman dan bobot per buah. Karakter
ketinggian tempat kira-kira 700 m di kualitatif yang diamati meliputi tipe
atas permukaan laut (dpl). pertumbuhan, tipe daun, tanda ujung

72 Jur.Agroekotek 8 (2) : 70 – 81, Desember 2016


buah, warna buah matang dan bentuk berikut: tinggi bila nilai h² > 0,5;
buah. sedang bila nilai 0,2 ≤ h² ≤ 0,5; dan
Apabila dari analisis rendah bila nilai h² < 0,2.
keragaman terdapat perbedaan, maka
dilanjutkan dengan uji beda nyata HASIL DAN PEMBAHASAN
terkecil (BNT) 5% untuk mengetahui Hasil
perbedaan antar perlakuan. Kondisi Pertanaman
Pendugaan komponen ragam Cuaca yang tidak menentu
genetik dan ragam fenotipe menurut pada awal penelitian sangat
Singh dan Chaudhary (1985): mempengaruhi kondisi pertanaman
σ²e = M1 = KTe secara umum. Pagi dan siang cuaca
σ²g = (M2 – M1) / r = (KTg – Kte) / r cerah, sore hari sering turun hujan
σ²p = σ²g + σ²e hingga malam hari. Kondisi curah
1. Koefisien Keragaman Genotipik hujan yang tinggi disertai panas yang
dan Fenotipik berlangsung terus-menerus sangat
Koefisien keragaman mempengaruhi pertumbuhan dan
genotipik (KKG) dihitung perkembangan tomat di lahan.
berdasarkan Singh and Chaudhary Kondisi tersebut menyebabkan
(1985) dengan rumus: tingginya serangan hama dan
 g2 penyakit pada tomat. Curah hujan
KKG = x 100 % tinggi juga mengganggu proses
X pembungaan dan perkembangan
Berdasarkan kriteria Miligan et al. buah.
(1996), koefisien keragaman genetik Penyakit yang menyerang
dibagi dalam tiga kategori yaitu: tanaman tomat pada fase vegetatif
rendah = < 5%, sedang = 5-14,5%, adalah rebah batang dan layu
tinggi = >14,5% fusarium yang menyebabkan
Koefisien keragaman beberapa tanaman mati. Penyulaman
fenotipik (KKF) dihitung berdasarkan dilakukan pada tanaman yang mati
Singh and Chaudhary (1985) dengan sebelum umur 10 hari setelah tanam
rumus: (HST), sehingga pertumbuhan
tanaman tomat tidak berbeda jauh dan
 2p
KKF = x 100 % memudahkan pemeliharaan. Selain
X itu, pada tanaman tomat juga
Berdasarkan Knight (1979), dijumpai gangguan fisiologis seperti
nilai KKF dikatagorikan sebagai busuk ujung buah, retak buah dan
berikut: rendah = terbakar matahari.
0-10%, sedang = 10-20%, tinggi = > Pengamatan Karakter Kuantitatif
20%. Hasil analisis ragam pada 15
2. Pendugaan Nilai Heritabilitas parameter pengamatan karakter
Heritabilitas dalam arti luas kuantitatif diperoleh tujuh parameter
dihitung dengan menggunakan rumus pengamatan yang tidak berbeda
Basuki (1997) sebagai berikut: nyata, yaitu tinggi tanaman, jumlah
2
 g2 bunga, umur berbunga, awal panen,
h = akhir panen, jumlah buah jelek dan
 g2   e2 bobot buah jelek, dan delapan
Kriteria nilai duga heritabilitas parameter pengamatan yang berbeda
menurut Whirter (1979) ialah sebagai nyata. Tujuh parameter yang tidak

Jur.Agroekotek 8 (2) : 70 – 81, Desember 2016 73


berbeda nyata Rerata delapan nyata disajikan pada Tabel 2 di bawah
parameter pengamatan yang berbeda ini.

Tabel 2. Rerata delapan parameter pengamatan karakter kuantitaif sembilan


genotip tomat organik

Genotip JT JB FS BB JBB JBT/Tan BBB BBT


(G1) 578,23
11,05 a
8,43 ab 3,75 b 32,54 a 39,94 c 16,55 a 399,83 a abc
(G2) 25,77
10,43 abc 4,12 b 49,88 c 29,73 b bcd 30,98 bc 759,35 c 908,65 d
(G3) 34,61 19,50 454,70 551,19
8,17 a 3,08 a ab 17,82 a abc 23,77 ab ab ab
(G4) 41,64
19,07 ab
8,05 a 3,70 ab ab 19,84 a 22,87 ab 390,35 c 460,64 a
(G5) 41,67 24,27
10,012 abc 3,83 b ab 29,26 ab bcd 28,52 bc 762,58 a 881,60 d
(G6) 24,20 678,75 815,52
9,40 abc 3,75 b 43,35 c 25,61 ab bcd 29,08 bc bc bcd
(G7) 838,12
30,27 d
11,43 c 4,18 b 46,83 c 24,38 ab 34,25 c 744,40 c cd
(G8) 858,23
27,95 cd
10,82 bc 4,23 b 48,66 c 25,78 ab 33,52 c 714,05 c cd
(G9) 11,80 c 4,33 b 48,56 c 26,49 ab 31,20 d 36,18 c 814,98 c 946,34 d
BNT 5% 2,51 0,66 10,63 8,86 8,54 9,63 252,98 281,93
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom menunjukkan tidak berbeda
nyata pada taraf uji BNT 5 %
JT= jumlah tandan bunga, JB=jumlah buah per tandan, FS=Fruit Set, BB=bobot per
buah, JBB= jumlah buah bagus, JBT/Tan=jumlah buah total per tanaman,
BBB=bobot buah bagus, BBT/Tan=bobot

Analisis data pada karakter dan berbeda nyata dengan genotip


jumlah tandan bunga per tanaman, yang lain. Hasil pengamatan terhadap
genotip G3 dan G4 mempunyai nilai karakter bobot per buah tampak
rendah dan tidak berbeda nyata bahwa antar genotip yang diuji
dengan genotip lain kecuali dengan menunjukkan adanya beda nyata.
genotip G7, G8 dan G9, sedangkan Genotip G3 dan G4 memiliki bobot
pada genotip G7 dan G9 mempunyai rendah dan tidak berbeda nyata
nilai tinggi dan tidak berbeda nyata dengan genotip lainnya, kecuali
dengan genotip lain kecuali dengan dengan genotip G1, G2 dan G5.
genotip G3 dan G4. Pada pengamatan Sedangkan genotip G1 memiliki bobot
jumlah buah per tandan, genotip G3 tertinggi dan berbeda nyata dengan
mempunyai nilai rendah dan berbeda genotip lainnya. Hasil analisis data
nyata dengan genotip lain kecuali terhadap karakter jumlah buah bagus
dengan genotip G4. Pada karakter terlihat bahwa antar genotip yang
pengamatan fruit set antar genotip diuji menunjukkan adanya beda
yang diuji menunjukkan adanya beda nyata. Genotip G1 memiliki nilai
nyata. Genotip G1 memiliki nilai rendah dan berbeda nyata dengan
rendah dan berbeda nyata dengan genotip lainnya kecuali dengan
genotip G2, G6, G7, G8 dan G9, genotip G3 dan G4. Genotip G7 dan G9
namun tidak berbeda nyata dengan memiliki nilai tinggi dan berbeda
genotip G3, G4 dan G5. Genotip G2, nyata dengan genotip G1, G3 dan G8
G7, G8 dan G9 memiliki nilai tinggi tetapi tidak berbeda nyata dengan

74 Jur.Agroekotek 8 (2) : 70 – 81, Desember 2016


genotip G2, G5, G6 dan G8. Pada berbunga, jumlah tandan bunga,
karakter jumlah buah total, genotip G1 jumlah buah per tandan, fruit set dan
memiliki nilai rendah dan berbeda umur akhir panen memiliki koefisien
nyata dengan genotip lainnya, namun keragaman genotipik dan fenotipik
tidak berbeda nyata dengan genotip bernilai sedang. Pada karakter jumlah
G3 dan G4. Genotip G7, G8 dan G9 bunga memiliki koefisien keragaman
memiliki nilai tinggi dan berbeda genotipik bernilai sedang dan
nyata dengan genotip G1, G3 dan G4, memiliki koefisien keragaman
namun tidak berbeda nyata dengan fenotipik bernilai tinggi. Karakter
genotip G2, G5 dan G6. Hasil analisis umur awal panen memiliki koefisien
data terhadap karakter bobot buah keragaman genotipik bernilai rendah
bagus terlihat bahwa antar genotip dan memiliki koefisien keragaman
yang diuji menunjukkan adanya beda fenotipik bernilai sedang. Pada
nyata. Genotip G1 dan G4 memiliki karakter jumlah buah jelek memiliki
nilai rendah dan berbeda nyata koefisien keragaman genotipik
dengan genotip lainnya, kecuali bernilai rendah namun koefisien
dengan genotip G3. Genotip G2, G5, keragaman fenotipiknya bernilai
G7, G8 dan G9 memiliki nilai tinggi tinggi. Koefisien keragaman
dan berbeda nyata dengan genotip G1, genotipik dan fenotipik bernilai tinggi
G3 dan G4, tetapi tidak berbeda nyata dimiliki oleh karakter jumlah buah
dengan genotip G6. Pada karakter baik, jumlah buah total, bobot buah
bobot buah total, genotip G4 memiliki baik, bobot buah jelek, bobot buah
nilai rendah dan berbeda nyata total dan bobot per buah. Pada hasil
dengan genotip lainnya, kecuali perhitungan nilai heritabilitas terlihat
dengan genotip G1 dan G3. Genotip bahwa karakter tinggi tanaman, umur
G2, G5 dan G9 memiliki nilai tinggi awal panen dan jumlah buah jelek
dan berbeda nyata dengan genotip G1, menunjukkan nilai heritabilitas
G3 dan G4, namun tidak berbeda rendah. Pada karakter jumlah buah
nyata genotip G6, G7 dan G8. Data baik, bobot buah baik dan bobot per
hasil pengamatan delapan parameter buah menunjukkan nilai heritabilitas
pengamatan karakter kuantitatif tinggi, sedangkan untuk karakter
sembilan genotip tomat organik lainnya menunjukkan nilai
secara lengkap tersaji pada Tabel 2. heritabilitas sedang. Hasil
Keragaman Genetik dan pengamatan koefisien keragaman
Heritabilitas fenotipik dan genotipik serta
Hasil perhitungan koefisien heritabilitas berbagai karakter
keragaman genotipik terhadap pertumbuhan dan komponen hasil
karakter pertumbuhan dan komponen serta hasil secara lengkap tersaji pada
hasil serta hasil tampak bahwa pada Tabel 3 di bawah ini.
karakter tinggi tanaman, umur

Tabel 3. Koefisien keragaman fenotipik dan genotipik serta heritabilitas berbagai


karakter pertumbuhan, komponen hasil dan hasil pada sembilan genotip
tomat organik

Parameter KKG KKF h2


No. σ²g σ²p
Pengamatan (%) Kriteria (%) Kriteria Nilai Kriteria
1 Tinggi
24,80 150,67 5,83 sedang 14,37 sedang 0,17 rendah
tanaman

Jur.Agroekotek 8 (2) : 70 – 81, Desember 2016 75


2 Umur
3,94 14,47 6,65 sedang 12,75 sedang 0,27 sedang
berbunga
3 Jumlah
49,74 156,31 11,60 sedang 20,56 tinggi 0,32 sedang
Bunga
4 Jumlah
Tandan 1,29 3,39 11,53 sedang 18,70 sedang 0,38 sedang
Bunga
5 Jumlah Buah/
0,10 0,25 8,07 sedang 12,76 sedang 0,40 sedang
tandan
6 Fruit set 25,97 63,73 11,83 sedang 18,53 sedang 0,41 sedang
7 Umur awal
4,47 58,85 3,10 rendah 11,26 sedang 0,08 rendah
panen
8 Umur akhir
31,44 107,11 6,83 sedang 12,60 sedang 0,29 sedang
panen
9 Jumlah Buah
32,07 56,40 23,90 tinggi 31,69 tinggi 0,57 tinggi
Baik
10 Jumlah Buah
0,00 1,59 0,00 rendah 26,69 tinggi 0,00 rendah
Jelek
11 Jumlah Buah
29,76 60,72 19,20 tinggi 27,43 tinggi 0,49 sedang
Total
12 Bobot Buah
21.871,61 43.230,59 23,27 tinggi 32,72 tinggi 0,51 tinggi
Baik
13 Bobot Buah
533,73 1.814,74 18,39 tinggi 33,90 tinggi 0,30 sedang
Jelek
14 Bobot Buah
23.245,31 49.772,69 20,07 tinggi 29,36 tinggi 0,47 sedang
Total
15 Bobot per
31,75 57,99 21,23 tinggi 28,69 tinggi 0,55 tinggi
Buah

Pengamatan karakter kualitatif oranye. Hasil pengamatan pada


Hasil pengamatan terhadap karakter kualitatif menunjukkan
karakter kualitatif terhadap tipe bahwa pada karakter tipe
pertumbuhan, tipe daun, tanda ujung pertumbuhan masing-masing genotip
buah, warna buah matang dan bentuk adalah determinate dan semi
buah menunjukkan bahwa baik dalam determinate. Pada karakter tanda
genotip maupun antar genotip masih ujung buah terlihat bahwa genotip G3,
terdapat keragaman. Dari lima G5 dan G6 sudah seragaman berupa
karakter kualitatif yang diamati, tipe titik, sedang genotip lain masih
daun dan warna buah matang beragam yaitu berupa bintang dan
menunjukkan keseragaman, baik titik. Bentuk buah semua genotip
antar genotip maupun dalam genotip. masih menunjukkan adanya
Tipe daun pada sembilan genotip keragaman. Hasil pengamatan
tomat organik menunujukkan tipe 1 karakter kualitatif secara lengkap
dan warna buah matang berwarna disajikan pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Karakter kualitatif tipe pertumbuhan, tipe daun, tanda ujung buah, warna
buah matang dan bentuk buah pada sembilan genotip tomat organik

Tipe Tipe Tanda ujung Warna Buah


Genotip Bentuk Buah
Pertumbuhan Daun Buah Matang
determinate dan titik dan agak pipih, bulat,
1 tipe 1 oranye
semi determinate bintang persegi,

76 Jur.Agroekotek 8 (2) : 70 – 81, Desember 2016


determinate dan titik dan bulat, persegi, lonjong,
2 tipe 1 oranye
semi determinate bintang telur
determinate dan
3 tipe 1 titik oranye persegi, lonjong, telur
semi determinate
determinate dan titik dan bulat, persegi, lonjong,
4 tipe 1 oranye
semi determinate bintang telur
determinate dan
5 tipe 1 titik oranye persegi, lonjong, telur
semi determinate
determinate dan
6 tipe 1 titik oranye persegi, lonjong, telur
semi determinate
determinate dan titik dan bulat, persegi, lonjong,
7 tipe 1 oranye
semi determinate bintang telur
determinate dan bintang dan bulat, persegi, lonjong,
8 tipe 1 oranye
semi determinate titik telur
determinate dan bintang dan
9 tipe 1 oranye bulat, persegi, lonjong
semi determinate titik

Pembahasan setiap karakter pada berbagai karakter


Pemuliaan tanaman tomat pengamatan pada sembilan genotip
umumnya bertujuan untuk tomat organik disajikan pada Tabel 3.
meningkatkan produktivitas dan Keragaman fenotip tinggi ditunjukkan
kualitas buah yang meliputi ukuran oleh jumlah bunga, jumlah buah baik,
buah, warna buah, bentuk buah, jumlah buah jelek, jumlah buah total,
kekerasan daging buah dan rasa, bobot buah baik, bobot buah jelek,
perbaikan ketahanan untuk hama dan bobot buah total dan bobot per buah.
penyakit tertentu dan meningkatkan Perhitungan nilai koefisien
sifat untuk mengatasi cekaman keragaman fenotipik tiap karakter
lingkungan tertentu (Purwati, 1997). kuantitatif dari sembilan genotip
Keragaman suatu populasi tanaman tomat organik menunjukkan nilai
dapat disebabkan oleh dua faktor, yang berbeda. Nilai koefisien
yaitu keragaman yang disebabkan keragaman fenotipik tersebut ada
oleh faktor genetik dan faktor yang masuk dalam kategori
lingkungan. Keragaman yang luas keragaman sedang dan tinggi.
dari suatu karakter akan memberikan Crowder (1997) mengemukakan
peluang yang baik dalam proses bahwa koefisien keragaman adalah
seleksi karena proses perbaikan metode membandingkan keragaman
karakter tanaman sesuai dengan yang dua sebaran (sifat) yang mempunyai
diharapkan. Menurut Helyanto et al. simpangan baku dalam satuan
(2000), apabila suatu karakter berbeda. Koefisien keragaman
memiliki keragaman genetik cukup mengukur derajat keragaman data
tinggi, maka setiap individu dalam yang berbeda, sehingga dari nilai
populasi hasilnya akan tinggi pula, koefisien keragaman yang diperoleh
sehingga seleksi akan lebih mudah dapat digunakan untuk
untuk mendapatkan sifat-sifat yang membandingkan derajat keragaman
diinginkan. Oleh sebab itu, informasi tiap karakter pada famili tomat yang
keragaman genetik sangat diperlukan digunakan dalam penelitian.
untuk memperoleh varietas baru yang Hasil analisis koefisien
diharapkan. keragaman genotipik setiap karakter
Hasil analisis koefisien menunujukkan bahwa jumlah buah
keragaman fenotipik dan genotipik baik, jumlah buah total, bobot buah

Jur.Agroekotek 8 (2) : 70 – 81, Desember 2016 77


baik, bobot buah jelek, bobot buah buah memiliki heritabilitas tinggi,
total dan bobot per buah memiliki sedangkan karakter pengamatan yang
nilai koefisien keragaman genotipik memiliki heritabilitas bernilai sedang
yang bernilai tinggi (Tabel 3). adalah umur berbunga, jumlah bunga,
Menurut Samudin dan Saleh (2009), jumlah tandan bunga, jumlah buah
koefisien keragaman genetik per tandan, fruit set, umur akhir
merupakan suatu ukuran untuk panen, jumlah buah total, bobot buah
menentukan apakah materi yang jelek dan bobot buah total. Whirter
diamati memiliki ragam genetik yang (1979) mengemukakan bahwa
besar atau tidak. Hal ini berkaitan karakter yang termasuk dalam
dengan kegiatan seleksi yang akan katagori heritabilitas sedang sampai
dilakukan dalam populasi yang akan tinggi, berarti lingkungan tidak begitu
diamati sehingga pemulia sangat berperan besar dalam penampilan
berkepentingan dengan nilai ini. suatu karakter.
Karakter jumlah buah jelek memliki Menurut Syukur et al. (2012)
nilai koefisien keragaman genotipik karakter kuantitatif pada tanaman
yang paling rendah (0%) dan karakter dikendalikan oleh banyak gen yang
jumlah buah baik memiliki nilai masing-masing memberi pengaruh
koefisien keragaman genotipik yang kecil pada karakter itu. Karakter ini
bernilai paling tinggi (23,90%). banyak dipengaruhi oleh lingkungan.
Koefisien keragaman genetik yang Perlu adanya suatu pernyataan yang
besar menunjukan bahwa manipulasi berkarakter kuantitatif antara peranan
genetik yang dilakukan pada suatu faktor genetik terhadap faktor
sifat yang memiliki koefisien lingkungan dalam memberikan
demikian akan memiliki peluang yang penampilan akhir atau fenotip yang
besar untuk dicapai, sedangkan sifat- diamati. Heritabilitas merupakan
sifat yang memiliki koefisien parameter genetik yang digunakan
keragaman genetik kecil akan untuk mengukur kemampuan suatu
memberi peluang keberhasilan yang genotip dalam populasi tanaman
sangat kecil bila sifat tersebut di dalam mewariskan karakter yang
perbaiki (Ronald, et al., 1999). dimilikinya. Pada penelitian ini
Nilai duga heritabilitas suatu menggunakan heritabilitas dalam arti
karakter juga perlu diketahui untuk luas yaitu perbandingan antara varian
menentukan apakah keragaman genotip total dan varian fenotip.
karakter tersebut banyak dipengaruhi Machfud dan Sulistyowati (2009)
faktor genetik atau oleh faktor menyatakan bahwa heritabilitas akan
lingkungan. Falconer dan Mackay memberi gambaran suatu karakter
(1996) menyatakan bahwa suatu dipengaruhi oleh faktor genetik atau
karakter yang mempunyai nilai duga lingkungan, yang dapat digunakan
heritabilitas tinggi menandakan untuk mengetahui hubungan genetik
bahwa penampilan karakter tersebut antara tetua dengan keturunan yang
kurang dipengaruhi oleh lingkungan. dihasilkan. Menurut Mangoendidjojo
Seleksi dapat berlangsung lebih (2003) ada tiga kriteria nilai
efektif pada karakter yang memiliki heritabilitas yaitu: tinggi bila nilai h2
nilai duga heritabilitas tinggi karena > 0,5, sedang bila nilai h2 terletak
pengaruh lingkungan kecil. Tabel 3 diantara 0,2-0,5 dan rendah bila nilai
menunujukkan bahwa jumlah buah h2 < 0,2. Pada penelitian ini (Tabel 4)
baik, bobot buah baik dan bobot per seluruh karakter yang diamati

78 Jur.Agroekotek 8 (2) : 70 – 81, Desember 2016


memiliki nilai heritabilitas yang keragaman tinggi pada komponen
tinggi. Nilai heritabilitas yang tinggi hasil baik pada keragaman fenotipik
menunjukkan bahwa pengaruh faktor maupun genotipik, sehingga
genetik lebih besar dibanding faktor pemilihan perlu dilakukan pada
lingkungan. Hal ini sesuai dengan individu di dalam enam genotip F6
penelitian yang dilakukan terseleksi yang memiliki potensi hasil
Sreelathakumary dan Rajamony tinggi pada budidaya organik. Hal ini
(2004) bahwa karakter jumlah buah dapat terjadi karena bunga tomat
per tanaman, berat buah, panjang merupakan bunga dengan tipe
buah memiliki nilai heritabilitas yang penyerbukan sendiri karena tipe
tinggi. Menurut Lestari et al. (2006) bunganya berumah satu. Meskipun
nilai duga heritabilitas menunjukkan demikian tidak menutup
apakah suatu karakter dikendalikan kemungkinan terjadi penyerbukan
oleh faktor genetik atau faktor silang. Menurut Delaplane dan Mayer
lingkungan, sehingga dapat diketahui (2000), peluang terjadinya
sejauh mana karakter tersebut dapat penyerbukan silang tanaman tomat di
diturunkan ke keturunan selanjutnya. alam yaitu sebesar 0,07% sampai
Syukur et al. (2012) menambahkan 12% dan umumnya terjadi pada
bahwa heritabilitas sangat bermanfaat varietas dengan tangkai putik yang
dalam proses seleksi. Seleksi akan panjang dan kepala putik yang
efektif jika populasi tersebut terbuka. Penyerbukan silang pada
mempunyai heritabilitas yang tinggi. tanaman tomat terjadi karena faktor
Jika nilai duga heritabilitas tinggi alam seperti disebabkan oleh
maka seleksi dilakukan pada generasi serangga atau angin.
awal karena karakter dari suatu
genotip mudah diwariskan ke SIMPULAN
keturunannya. tetapi sebaliknya bila 1. Keragaman di dalam setiap
nilai duga heritabilitas rendah maka genotip masih tinggi sehingga
seleksi dilakukan pada generasi lanjut seleksi dilakukan terhadap
karena sulit diwariskan pada generasi individu yang memiliki potensi
selanjutnya (Fehr, 1987). hasil tinggi pada budidaya
Hasil penelitian menunjukkan organik.
bahwa pada karakter komponen hasil 2. Seleksi dapat dilakukan pada
pada sembilan genotip tomat organik karakter jumlah buah bagus,
F5 masih terdapat keragaman yang bobot buah bagus, jumlah buah
tinggi baik keragaman fenotipik total dan bobot buah total karena
maupun genotipik. Hal ini tidak memiliki nilai koefisien
sesuai dengan pendapat Nasir (2001) keragaman genotipik dan
yang menyebutkan bahwa pada fenotipik dan heritabilitas yang
generasi F5 dan F6 untuk kebanyakan tinggi sehingga dapat digunakan
famili diharapkan sudah homozigot sebagai program pemuliaan
pada banyak lokus sehingga dapat tanaman selanjutnya.
dilakukan seleksi antar famili. Hal
serupa juga dinyatakan oleh DAFTAR PUSTAKA
Mangoendidjojo (2003) bahwa pada Basuki, N. 1997. Pendugaan Peran
generasi F5 proporsi homozigot sudah Gen. Diktat Kuliah. Faperta
90%. Tetapi kenyataan di lapang Universitas Brawijaya,
menunjukkan bahwa masih adanya Malang.

Jur.Agroekotek 8 (2) : 70 – 81, Desember 2016 79


Crowder, L.V. 1997. Genetika Kanisius. Yogyakarta. pp.66-
Tumbuhan. UGM Press. 67.
Yogyakarta. Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan
Delaplane, K.S., and D.F. Mayer. Tanaman. Direktorat
2000. Crop Pollination by Jenderal Pendidikan Tinggi
Bees. CABI Publishing. Departemen Pendidikan
Oxon. Nasional. Jakarta.
Falconer, D.S., dan T.F.C. Mackay. Nurtika, N., A. Hidayat, D.
1996. Introduction to Fatchullah. 1997.
Quantitative Genetics. Ed 4. Pendayagunaan Pupuk
Longmans Green, Harlow, Kandang Domba pada
Essex, UK. Tanaman Tomat. J. Hort. 7
Fehr, W.R. 1987. Principles of (3): 788-794.
Cultivar Development. Purwati, E. 1997. Pemuliaan
Volume I: Theory and Tanaman Tomat.
Technique. MacMilan Puslitbanghort. Badan
Publishing Company. NY. Litbang Pertanian. pp.42-58.
Helyanto, B., U.S. Budi, A. Ronald, P.S., P.D. Brown, G.A.
Kartamidjaja, dan D. Penner, A. Brule, and S.
Sunardi. 2000. Studi Kibite, 1999. Heritability of
Parameter Genetik Hasil Hull Percentage in Oat. Crop
Serat dan Komponennya Sci. 39:2-57.
pada Plasma Nutfah Rosela. Samudin, S., dan M.S. Saleh. 2009.
Jurnal Pertanian Tropika Vol Parameter Genetik Tanaman
8 (1): 82-87. Aren (Arenga pinnata L.). J.
Knight, R. 1979. Quantitative Genetic Agroland 16 (1): 17-23.
Statistics and Plant Breeding. Sofiari, E., dan R. Kirana. 2009.
Dalam R. Knight (ed.) Plant Analisis Pola Segregasi dan
Breeding. Brisbane Distribusi Beberapa Karakter
Australian Vice-Chancellors Cabai. J. Hort. 19 (3): 255-
Committee. pp. 41-76. 263.
Lestari, A.D., W. Dewi., W.A. Sreelathakumary, I., L. Rajamony.
Qosim., M. Rahardja., N. 2004. Variability,
Rostini, dan R. Heritability and Genetic
Setiamihardja. 2006. Advance in Chilli (Capsicum
Variabilitas Genetik dan annuum L.). J. of Tro. Agri.
Heritabilitas Karakter 42 (1-2): 35-37.
Komponen Hasil dan Hasil Sujiprihati, S., G.B. Sale, E.S. Ali.
Lima Belas Genotip Cabai 2003. Heritability.
Merah. Zuriat 17 (1): 97-98. Performance and Correlation
Machfud, M., dan Sulistyowati. 2009. Studies on Single Cross
Pendugaan Aksi Gen dan Hybrids of Tropical Maize.
Daya Waris Ketahanan Asian J. Plant Sci. 2 (1): 51-
Kapas terhadap Amrasca 57.
biguttula. Jurnal Littri Vol. Syukur, M., Sujiprihati, S., Yunianti,
15 (3) : 131-138. R. 2012. Teknik Pemuliaan
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar- Tanaman. Penebar Swadaya.
dasar Pemulian Tanaman. Jakarta.

80 Jur.Agroekotek 8 (2) : 70 – 81, Desember 2016


Singh, R.K., and B.D. Chaudary,
1985. Biometrical Methods
in Quantitative Genetics
Analysis. Kalyani
Publishers. Indiana New
Delhi. 304p.
Tugiyono, H. 1991. Bertanam Tomat.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Whirter, K.S. 1979. Breeding of
Cross-pollinated Crops. In A.
Course Manual in Plant
Breeding. Knight. R. (Ed).
Ausralian Vide-Chancellor’s
Commitee. Brisbanen.

Jur.Agroekotek 8 (2) : 70 – 81, Desember 2016 81

You might also like