You are on page 1of 17

LAPORAN PENDAHULUAN

Habitualis Sublukasi Manus (s)

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Penugasan Individu

Departemen Surgical

Disusun Oleh:

Yoel Bagus Giarto

180070300011012

PROGRAM PROFESI NERS JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019

Page | 1
A. DEFINISI DISLOKASI SENDI

Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk
persendian terhadap tulang lain. (Sjamsuhidajat,2011. Buku Ajar lImu Bedah, edisi
3,Halaman 1046).

Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang
membentuk sendi tak lagi dalam hubungan anatomis. (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi
8, vol 3,Halaman 2355).

Dislokasi sendi adalah menggambarkan individu yang mengalami atau beresiko tinggi
untuk mengalami perubahan posisi tulang dari posisinya pada sendi. (Carpenito, 2000, edisi
6, Halaman 1118).

Dislokasi sendi adalah fragmen fraktur saling terpisah dan menimbulkan deformitas.
(Kowalak, 2011, Buku Ajar Patofisiologi, Halaman 404).

Dislokasi adalah deviasi hubungan normal antara rawan yang satu dengan rawan yang
lainnya sudah tidak menyinggung satu dengan lainnya. (Price & Wilson, 2006, edisi 6, vol 2,
Halaman1368 ).

Jadi, Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Sebuah sendi yang
ligamen-ligamennya pernah mengalami dislokasi, biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendi
itu akan gampang mengalami dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patah
tulang, pembetulannya menjadi sulit dan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal
usaha pengembalian sendi itu dikerjakan, semakin baik penyembuhannya.

Page | 2
B. KLASIFIKASI DISLOKASI SENDI

Klasifikasi dislokasi menurut penyababnya (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8,
vol 3, Halaman 2356) adalah :

1) Dislokasi Congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, paling sering terlihat pada pinggul.
2) Dislokasi Spontan atau Patologik
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau
osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
3) Dislokasi Traumatic
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat,
kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan).
Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan
disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system
vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.

Dislokasi sendi berdarsarkan tipe kliniknya dapat dibagi menjadi (Brunner & Suddart,
2002, KMB, edisi 8, vol 3,Halaman 2356) :

1) Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi.
2) Dislokasi Berulang
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut
dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi
pada shoulder joint dan patello femoral joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan
dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang
patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

Berdasarkan tempat terjadinya :


1) Dislokasi Sendi Rahang
Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena :
 Menguap atau terlalu lebar.

Page | 3
 Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya penderita
tidak dapat menutup mulutnya kembali.
2) Dislokasi Sendi Bahu
Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada di anterior dan medial
glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi posterior), dan di bawah glenoid
(dislokasi inferior).
3) Dislokasi Sendi Siku
Merupakan mekanisme cederanya biasanya jatuh pada tangan yang dapat
menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan siku jelas berubah bentuk
dengan kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan tulang siku.
4) Dislokasi Sendi Jari
Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan segera sendi
tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah
telapak tangan atau punggung tangan.
5) Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal
Merupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi persendian.
6) Dislokasi Panggul
Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas acetabulum
(dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan caput femur
menembus acetabulum (dislokasi sentra).
7) Dislokasi Patella
 Paling sering terjadi ke arah lateral.
 Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral
patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan.
 Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara
bedah.

Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan
oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi
otot dan tarikan.

Page | 4
C. ETIOLOGI DISLOKASI SENDI

Dislokasi sendi dapat disebabkan oleh :


1) Cedera Olahraga
Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta
olahraga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley.
Pemain basket dan keeper pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada
tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.

2) Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga


Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.

3) Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.

4) Patologis
Terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan komponen vital
penghubung tulang.

D. MANIFESTASI KLINIS DISLOKASI SENDI

 Nyeri akut
 Perubahan kontur sendi
 Perubahan panjang ekstremitas
 Kehilangan mobilitas normal
 Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
 Gangguan gerakan
 Kekakuan
 Pembengkakan
 Deformitas pada persendian

Page | 5
E. PATOFISIOLOGI DISLOKASI SENDI

Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital yang
mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan stabilitas sendi. Dari
adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari patologik karena
adanya penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal tersebut,
menyebabkan dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan
tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga terjadi
perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari dislokasi sendi,
perlu dilakukan adanya reposisi dengan cara dibidai.

Cedera akibat olahraga dikarenakan beberapa hal seperti tidak melakukan exercise
sebelum olahraga memungkinkan terjadinya dislokasi, dimana cedera olahraga menyebabkan
terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur
sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompresi jaringan tulang yang terdorong
ke depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang
berpindah dari posisi normal. Keadaan tersebut dikatakan sebagai dislokasi.

Begitu pula dengan trauma kecelakaan karena kurang kehati-hatian dalam melakukan
suatu tindakan atau saat berkendara tidak menggunakan helm dan sabuk pengaman
memungkinkan terjadi dislokasi. Trauma kecelakaan dapat kompresi jaringan tulang dari
kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya
terjadinya kompres jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek
kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi normal
yang menyebabkan dislokasi

Page | 6
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG DISLOKASI SENDI

1) Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk membantu
menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan adanya pergeseran sendi
dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.

2) CT Scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan komputer,
sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi.
Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada pada tempatnya.

3) MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan frekuensi
radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran
tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada
pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi.

G. PENATALAKSANAAN DISLOKASI SENDI

MEDIS

1) Farmakologi (ISO Indonesia 2011-2012)


a) Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik
 Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala,
nyeri pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis:
sesudah makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.
 Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang,
kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri
setelah melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah,
agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu 250mg
tiap 6 jam.

Page | 7
2) Pembedahan
a) Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada
pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi arthritis
yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui bedah
invasif minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang sering
dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat ORIF
(Open Reduction and Fixation).Berikut dibawah ini jenis-jenis pembedahan
ortopedi dan indikasinya yang lazim dilakukan :
 Reduksi Terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang
yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang
yang patah.
 Fiksasi Interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup,
plat, paku dan pin logam.
 Graft Tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun
heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi atau
mengganti tulang yang berpenyakit.
 Amputasi : penghilangan bagian tubuh.
 Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat yang
memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang
besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
 Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.
 Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan logam
atau sintetis.
 Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artikuler dalam
sendidengan logam atau sintetis.

NON MEDIS

1) Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika


dislokasi berat.
2) RICE
R : Rest (istirahat)
I : Ice (kompres dengan es)

Page | 8
C : Compression (kompresi / pemasangan pembalut tekan)
E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)

H. KOMPLIKASI DISLOKASI SENDI

1) Komplikasi Dini
 Cedera Saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat mengkerutkan otot
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut.
 Cedera Pembuluh Darah : Arteri aksilla dapat rusak.
 Fraktur Dislokasi

2) Komplikasi Lanjut
 Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan
sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan
rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi.
 Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas
dari bagian depan leher glenoid
 Kelemahan otot

I. PENCEGAHAN DISLOKASI SENDI

a) Cedera Akibat Olahraga


 Gunakan peralatan yang diperlukan seperti sepatu untuk lari
 Latihan atau exercise
 Conditioning
b) Trauma Kecelakaan
 Kurangi kecepatan
 Memakai alat pelindung diri seperti helm, sabuk pengaman
 Patuhi peraturan lalu lintas

Page | 9
J. ASKEP DISLOKASI SENDI

1) PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan untuk mengumpulkan data
pasien dengan menggunakan tehnik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang tetapi pada pasien dislokasi difokuskan pada :

 Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien dislokasi adalah psien mengeluhkan adanya nyeri. Kaji
penyebab, kualitas, skala nyeri dan saat kapan nyeri meningkat dan saat kapan nyeri
dirasakan menurun.

 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian yang terjadi dislokasi, pergerakan
terbatas, pasien melaporkan penyebab terjadinya cedera.

 Riwayat Penyakit Dahulu


Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta penyakit yang
pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien dan menghambat
proses penyembuhan.

 Pemeriksaan Fisik
- Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang mengalami
dislokasi.
- Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang mengalami dislokasi.
- Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi.
- Tampak adanya lebam pada dislokasi sendi

 Kaji 14 kebutuhan dasar Henderson. Untuk dislokasi dapat difokuskan kebutuhan


dasar manusia yang terganggu adalah :
- Rasa nyaman (nyeri) : pasien dengan dislokasi biasanya mengeluhkan nyeri pada
bagian dislokasi yang dapat mengganggu kenyamanan klien.

Page | 10
- Gerak dan aktivitas: pasien dengan dislokasi dimana sendi tidak berada pada
tempatnya semula harus diimobilisasi. Klien dengan dislokasi pada ekstremitas
dapat mengganggu gerak dan aktivitas klien.
- Makan minum: pasien yang mengalami dislokasi terutama pada rahang sehingga
klien mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Efeknya bagi tubuh yaitu
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
- Rasa aman (ansietas) : klien dengan dislokasi tentunya mengalami gangguan rasa
aman atau cemas(ansietas) dengan kondisinya.

 Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan rontgen untuk melihat lokasi dari dislokasi.
- Pemeriksaan CT-Scan digunakan untuk melihat ukuran dan lokasi tumor dengan
gambar 3 dimensi.
- Pemeriksaan MRI untuk pemeriksaan persendian dengan menggunakan
gelombang magnet dan gelombang frekuensi radio sehingga didapatkan gambar
yang lebih detail.

2) DIAGNOSA KEPERAWATAN

a) Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik).


b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal.
c) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan panjang ekstremitas
ditandai dengan perubahan postur tubuh.
d) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.

3) INTERVENSI KEPERAWATAN

a) Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik)


 Tujuan :
- Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 jam diharapkan nyeri
berkurang atau teratasi.
 Kriteria Hasil :
- Nyeri berkurang/terkontrol (skala nyeri 1-3)

Page | 11
- Pasien tidak gelisah
- Tanda-tanda vital normal

NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional


Keperawatan Hasil
1 Nyeri akut Setelah diberikan 1. Observasi 1. Mengetahu
berhubungan asuhan keadaan i keadaan
dengan agen keperawatan umum umum
penyebab cedera selama 1x24 jam, pasien(tingkat pasien dan
Fisik(trauma diharapkan dengan nyeri dan tingkat
kecelakaan dan kriteria hasil : TTV) nyeri
cedera olahraga) 1. Memperlihatk 2. Beri posisi pasien.
an nyaman(semi 2. Posisi semi
DS : pengendalian fowler). fowler
klien nyeri. 3. Berikan dapat
melaporkan 2. Melaporkan kompres meminimal
adanya nyeri. tidak adanya hangat pada kan nyeri
DO : nyeri lokasi pada
klien tampak 3. Tidak dislokasi dislokasi
berperilaku menunjukan 4. Ajarkan 3. Kompres
distraksi adanya nyeri teknik hangat
(mondar mandir, meningkat.(tid distraksi dan berperan
aktivitas ak ada relaksasi. dalam
berulang, ekspresi nyeri 5. Beri HE vasodilatas
memegang pada tentang i pembuluh
daerah nyeri), wajah,tidak penyebab darah.
perilaku gelisah atau nyeri, dan 4. Teknik
ekspresif ketegangan antisipasi distraksi
(gelisah, otot,tidak ketidaknyama dan
meringis, merintih atau nan. relaksasi
menangis , menangis.) 6. Kolaborasi berfungsi
menghela napas dalam dalam
panjang) pemberian mengalihk

Page | 12
analgetik an fokus
nyeri
pasien
5. Penanama
n HE
bfungsi utk
mngurangi
kecemasan
pasien
terhadap
kondisinya
6. Analgetik
dapat
mengurang
i rasa nyeri
pada dslksi

b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal.

No. Diagnosa Tujuan dan Tindakan Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan

1. Hambatan Setelah diberikan 1) Observasi 1) Menunjukka


mobilitas fisik asuhan keadaan n tingkat
berhubungan keperawatan umum(tingkat mobilisasi pasien
dengan selama …x24 jam, mobilitas dan dan menentukan
gangguan diharapkan klien kekuatan otot) intervensi
muskuloskletal- dapat melakukan 2) Ajarkan selanjutnya
DS: mobilisasi dengan ROM 2) Mempertahan
pasien mengeluh teratur dengan 3) Pengaturan kan atau
sulit dalam kriteria hasil : posisi meningkatkan
bergerak- 1. Klien 4) Berikan kekuatan dan
DO: tidak mengatakan bantuan perawatan ketahanan otot

Page | 13
dapat dapat diri: berpindah 3) Meningkat
melakukan melakukan 5) Berikan HE kan kesejahteraan
aktivitas secara pergerakan tentang latihan fisiologis dan
mandiri, dengan bebas fisik psikologis
gerakan tidak 2. Gerakan 6) Kolaborasi 4) Membantu
teratur atau pasien dengan ahli individu
tidak terkoordinir fisioterapi dalam mengubah posisi
terkoordinasi 3. Pasien dapat memberikan terapi tubuhnya
melakukan yang tepat 5) Mengubah
aktivitas persepsi pasien
secara terhadap latihan
mandiri fisik.

6) Mengembalika
n posisi tubuh
autonom dan
volunter selama
pengobatan dan
pemulihan dari
posisi sakit atau
cedera

c) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan panjang ekstremitas


ditandai dengan perubahan postur tubuh.

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil

Page | 14
1. Gangguan citra Pasien bisaKaji konsep diri Dapat mengetahui
tubuh mengatasi body pasien pasien

berhubungan image pasien - Kembangkan Menjalin saling


BHSP dengan percaya pada
dengan
pasien pasien
perubahan
- Bantu pasien Menjadi tempat
panjang
mengungkapkan bertanya pasien
ekstremitas masalahnya untuk
ditandai dengan mengungkapkan
masalah nya
perubahan
postur tubuh. Mengetahui
masalah pasien dan
Bantu pasien
dapat
mengatasi
memecahkannya
masalahnya.

d) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.

No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil

1. Ansietas Kecemasan pasien Kaji tingakat Mengetahui tingakat


kecemasan pasien dan
berhubungan teratasi dengan ansietas klien
menentukan intervensi
dengan KH :
selanjutnya.
kurangnya - klien tampak
pengetahuan rileks Bantu Menggali pengetahuan

tentang penyakit - klien tidak pasien mengungka dari pasien dan


mengurangi kecemasan
tampak bertanya – pkan rasa cemas
pasien.
tanya atau takutnya.

Kaji pengetahuan Agar perawat tau

Pasien tentang seberapa tingkat


pengetahuan pasien
prosedur yang
dengan penyakitnya.
akan dijalaninya.

Page | 15
Berikan informasi Agar pasien mengerti
tentang penyakitnya
yang benar tentang
dan tidak cemas lagi
prosedur yang
akan dijalani
pasien.

Page | 16
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. Keperawatan Medikal-Bedah. 2002. Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi. 2009. Jakarta : EGC

Suratun dkk. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. 2008.
Jakarta : EGC

Nanda Internasional. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. 2012.


Jakarta : EGC

Page | 17

You might also like