You are on page 1of 20

MAKALAH

KOMUNIKASI
“Melakukan Komunikasi Dalam Setiap Tahap Proses
Keperawatan”

Disusun Oleh Kelompok 7 :

1. Fitriani (NPM 1614401D201)


2. JahratulMeilisa (NPM 1614401D208)
3. M. Adjie S Pratama (NPM 1614401D213)
4. Rahmat Hiayat (NPM 1514401D175)

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR
TAHUN 2017

1
KATA PENGANTAR

Pujisyukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang berjudul
“Melakukan Komunikasi Dalam Setiap Tahap Proses Keperawatan”
Makalah ini berisikan informasi tentang Melakukan Komunikasi Dalam Setiap Tahap
Proses Keperawatan Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi serta bermanfaa
tbagikita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semuapihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaa nmakalah ini.Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semuapihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Sampit, 25 Maret 2017

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang ................................................................................................... 1


1.2 RumusanMasalah .............................................................................................. 1
1.3 TujuanPenulisan ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

a. Hubungan Komunikasi Traupetik Dalam Proses Keperawatan........................ 3


b. Penggunaan komunikasi traupetik dalam setiap tahap proses keperawatan............ 4
c. Penggunaan komunikasi traupetik dalam wawancara keperawatan ................. 6
2.4 Perencanaan Strategi Keperawatan (SP) ........................................................... 7
2.5 Komunikasi Pada Setiap Tahap Proses Keperawatan ....................................... 11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 16


3.2 Saran ................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA

ii

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut (smart 1998) komunikasi terapeutik adalah merupakan hubungan


interpersonal antara perawat dan klien. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kebutuhan pasien
Komunikasi terapeutik adalah yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi.
Seorang penolong atau perawat dapat membantu klien mengatasi masalah komunikasi
yang dihadapinya.
Menurut Purwanto, komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan
secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Pada
dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi professional yang mengarah pada
tujuan yaitu penyembuhan pasien,
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien, Indrawati,
Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa komunikasi terapeutik
adalah komunikasi yang dilakukan seorang perawat dengan teknik-teknik tertentu yang
mempunyai efek penyembuhan. Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara untuk
membina hubungan saling percaya terhadap pasien dan pemberian informasi yang akurat
kepada pasien, sehingga diharapkan dapat berdampak pada perubahan yang lebih baik
pada pasien dalam menjalanakan terapi dan membantu pasien dalam rangka mengatasi
persoalan yang dihadapi pada tahap perawatan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa hubungan komunikasi traupetik dalam proses keperawatan?

1.2.2 Apa tahapan komunikasi traupetik dalam setiap proses keperawatan?

1.2.3 Untuk apa penggunaan komunikasi traupetik dalam wawancara keperawatan?

1.2.4 Bagaimana penerapan strategi keperawatan (SP)?

1.2.5 Apa komunikasi pada setiap tahap proses keperawatan?

4
1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui hubungan komunikasi traupetik dalam proses keperawatan.

1.3.2 Untuk mengetahui tahapan komunikasi traupetik dalam setiap proses keperawatan.

1.3.3 Untuk mengetahui penggunaan komunikasi traupetik dalam wawancara


keperawatan.

1.3.4 Untuk mengetahui penerapan strategi keperawatan (SP)

1.3.5 Untuk mengetahui komunikasi pada setiap tahap proses keperawatan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hubungan Komunikasi Traupetik Dalam Proses Keperawatan

Keterampilan berkomunikasi merupakan critical skill yang harus dimiliki oleh


perawat, karena komunikasi merupakan proses yang dinamis yang digunakan untuk
mengumpulkan data pengkajian, memberikan pendidikan atau informasi kesehatan-
mempengaruhi klien untuk mengaplikasikannya dalam hidup, menunjukan caring,
memberikan rasa nyaman, menumbuhkan rasa percaya diri dan menghargai nilai-nilai
klien. Sehingga dapat juga disimpulkan bahwa dalam keperawatan, komunikasi
merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan. Seorang perawat yang berkomunikasi
secara efektif akan lebih mampu dalam mengumpulkan data, melakukan tindakan
keperawatan (intervensi), mengevaluasi pelaksanaan dari intervensi yang telah dilakukan,
melakukan perubahan untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya masalah-
masalah legal yang berkaitan dengan proses keperawatan.

Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, dalam hal


ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi
keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan pasien.
Oleh karenanya seorang perawat harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
aplikatif komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi.
Northouse mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai kemampuan atau keterampilan
perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis
dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. Stuart G.W menyatakan bahwa
komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan klien,
dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam
rangka memperbaiki pengalaman emosional klien. Sedangkan S.Sundeen menyatakan
bahwa hubungan terapeutik adalah hubungan kerjasama yang ditandai tukar menukar
perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang
terapeutik.
Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa hubungan komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang memiliki makna terapeutik bagi klien dan dilakukan

6
oleh perawat (helper) untuk membantu klien mencapai kembali kondisi yang adaptif dan
positif.

2.2 Penggunaan komunikasi traupetik dalam setiap tahap proses keperawatan


Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang terstruktur dan memiliki tahapan-
tahapan. Stuart G.W, 1998 menjelaskan bahwa dalam prosesnya komunikasi terapeutik
terbagi menjadi empat tahapan yaitu tahap persiapan atau tahap pra-interaksi, tahap
perkenalan atau orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi.

1. Tahap Persiapan/Pra-interaksi
Dalam tahapan ini perawat menggali perasaan dan menilik dirinya dengan cara
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini juga perawat mencari
informasi tentang klien sebagai lawan bicaranya. Setelah hal ini dilakukan perawat
merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien. Tahapan ini dilakukan oleh
perawat dengan tujuan mengurangi rasa cemas atau kecemasan yang mungkin dirasakan
oleh perawat sebelum melakukan komunikasi terapeutik dengan klien.
Kecemasan yang dialami seseorang dapat sangat mempengaruhi interaksinya dengan
orang lain Hal ini disebabkan oleh adanya kesalahan dalam menginterpretasikan apa yang
diucapkan oleh lawan bicara. Pada saat perawat merasa cemas, dia tidak akan mampu
mendengarkan apa yang dikatakan oleh klien dengan baik sehingga tidak mampu
melakukan active listening (mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian).
Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:
1. Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan dan mengidentifikasi kecemasan.
2. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri.
3. Mengumpulkan data tentang klien.
4. Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.

2. Tahap Perkenalan/Orientasi
Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien dilakukan.
Tujuan dalam tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah
dibuat sesuai dengan keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang telah
lalu
Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:
1.Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan komunikasi terbuka.

7
2.Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik pembicaraan) bersama-sama
dengan klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi kembali kontrak yang telah
disepakati bersama.
3.Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien yang umumnya
dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi pertanyaan terbuka.
4.Merumuskan tujuan interaksi dengan klien.
Sangat penting bagi perawat untuk melaksanakan tahapan ini dengan baik karena
tahapan ini merupakan dasar bagi hubungan terapeutik antara perawat dan klien.

3. Tahap Kerja
Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik Tahap
kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena didalamnya
perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan perasaan
dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan
non verbal yang disampaikan oleh klien. Dalam tahap ini pula perawat mendengarkan
secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga mampu membantu klien untuk
mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah
dan mengevaluasinya.
Dibagian akhir tahap ini, perawat diharapkan mampu menyimpulkan
percakapannya dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk
memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu perawat
dan klien memiliki pikiran dan ide yang sama Dengan dilakukannya penarikan
kesimpulan oleh perawat maka klien dapat merasakan bahwa keseluruhan pesan atau
perasaan yang telah disampaikannya diterima dengan baik dan benar-benar dipahami oleh
perawat.

4. Tahap Terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap terminasi dibagi
dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir Terminasi sementara adalah akhir dari
tiap pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan
bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah
disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah
menyelesaikan seluruh proses keperawatan.
Tugas perawat dalam tahap ini adalah:
8
1. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan
(evaluasi objektif). Brammer dan mcdonald (1996) menyatakan bahwa meminta
klien untuk menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan merupakan sesuatu
yang sangat berguna pada tahap ini.
2. Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan perasaan klien setelah
berinteraksi dengan perawat.
3. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindak
lanjut yang disepakati harus relevan dengan interaksi yang baru saja dilakukan atau
dengan interaksi yang akan dilakukan selanjutnya. Tindak lanjut dievaluasi dalam
tahap orientasi pada pertemuan berikutnya.

2.3 Penggunaan Komunikasi Traupetik Dalam Wawancara Keperawatan


Wawancara adalah proses transaksi antara dua orang yang mempunyai tujuan
spesifik, serius dan penuh arti. Wawancara biasanya dilakukan secara langsung melalui
pertemuan langsung dalam interaksi tatap muka (face to face). Dalam wawancara ini
pewawancara (perawat) dapat menggunakan kemampuan komunikasi verbal maupun non
verbal untuk menggali data yang diwawancara (klien). Dengan kontak secara langsung
pewawancara (perawat) dapat memperoleh data langsung yang ditunjukkannya dalam
perilaku verbal maupun non verbalnya dari orang yang diwawancarai (pasien).
Meningkatkan kecakapan profesional perawat, Data yang diperoleh lebih spesifik dan
nyata sesuai dengan keadaan sebenarnya yang terobservasi.Lebih efektif jika
dibandingkan dengan wawncara secara tidak langsung karena langsung mendapatkan
feedback secara langsung dari klien Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data
tentang riwayat penyakit klien, riwayat penyakit dahulu dan pengobatan yang telah
dilakukan, keluhan utama, harapan-harapan, dsb. Dalam wawancarai perawat
menggunakan teknik pertanyaan terbuka (broad opening) untuk menggali lebih banyak
data tentang klien. Selanjutnya perawat dapat menggunakan teknik-
teknikkomunikasiyanglainuntukmengklarifikasi,memberikanfeedback,mengulang,
memfokuskan, atau mengarahkan agar jawaban klien sesuai dengan tujuan wawancara.
Pada saat wawancara atau selama proses pengkajian untuk mendapatkan data keperawatan
klien, disamping teknik komunikasi tersebut di atas, perawat juga harus mempertahankan
sikap terapeutik lain yaitu: mempertahankan kontak mata, mendekat dan membungkuk ke
arah klien, dan mendengarkan jawaban klien dengan aktif.

9
2.4 Perencanaan Strategi Keperawatan (SP)
DESKRIPSI
Inisial pasien : Ny.S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 49 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat :Jalan Delima 37 Yogyakarta
Penyakit : luka bersih dibagian lutut akibat kecelakaan
Keluhan : nyeri dibagian lutut
Tanggal MRS : 09 Mei 2015

Fase Painteraksi
1.Perawat menyiapkan mental dan rasa percaya diri
2. Perawat telah memahami tentang penyakit luka dan lingkupnya
3.Perawat telah mendapatkan data-data pasien
Pagi hari pukul 07.30 ..
Perawat : “Selamat pagi ibu.. “(tersenyum)
Pasien : “ ia selamat pagi mbak ..”(tersenyum)
Perawat : “ perkenalkan ibu nama saya , saya mahasiswa dari akper pemkab kotim pagi
ini saya akan merawat ibu dari pukul 07.00 sampai 14.00 siang.Kalau boleh saya taunama
ibu siapa? Dan senangnya dipanggil apa ibu ?”
Pasien : “ iya salam kenal juga mbk, nama saya siti khodijah, mbk bisa panggil
saya bu siti saja.”
Perawat : “baik bu siti, bagaimana keadaan ibu sekarang? Apa yang ibu rasakan ?“
Pasien : “sejak kecelakaan kemarin luka dibagian lutut saya masih agak sedikit
nyeri mbak.”(menyentuh lutut dan merenung)
Perawat : “mm..” (menganggukkan kepala) ”iya ibu itu memang efek dari luka yang ibu
alami,karena pada luka ibu terjadi respon peradangan.
Pasien : “apa itu berbahaya mbak?.”(sedikit cemas)
Perawat : “tidak ibu, peradangan itu merupakan gejala yang menguntungkan dan
merupakan pertahanan tubuh yang bekerja untuk menetralisir dan menghancurkan agen

10
pencedera dalam persiapan penyembuhan luka.Jadi ibu siti tidak usah begitu
khawatir.”(menjelaskan)
Pasien : “emm..begitu.”(sedikit lega)
Perawat : “iya ibu, baiklah saya permisi dulu, silakan ibu siti beristirahat kembali, nanti
saya akan datanglagi sekitar jam 10.00 siang untuk melakukan tindakan perawatan luka,
tidak lama ibu kira-kira 5menit dan kita melakukannya disini saja, apakah ibu siti
bersedia?.”
Pasien : “iya mbak.”(menganggukkan kepala)
Perawat : “apabila ibu memerlukan bantuan saya silakan ibu panggil saya, selamat
pagi.”(tersenyum)
Pasien : “iya, selamat pagi.”(tersenyum)

Fase Kerja
Siang hari pukul 10.00 ..
Perawat : “selamat siang ibu siti?.”(tersenyum)
Pasien : “siang mbk.”(tersenyum)
Perawat : “ibu, sesuai perjanjian yang telah disepakati tadi sekarang saya akan
melakukan tindakan perawatan luka, apakah ibu bersedia?.”
Pasien : “iya.”
Perawat : “baiklah saya akan menyiapkan alat-alatnya dahulu.”(pergi ke luar ruangan
pasien)
Setelah proses tindakan perawatan luka ..

Fase Terminasi
Perawat : “ibu siti saya sudah selesai melakukan tindakan perawatan luka, dijaga
kesehatannya ya ibu,semoga cepat sembuh.”(tersenyum)
Pasien : “iya, terimah kasih mbak.”(tersenyum)
Perawat : “sama-sama, selamat siang!.”
Setelah melakukan perawatan luka perawat membereskan alat-alat dan mencuci
tangannya..

Ke esokan harinya, pukul 07.00 ..


Fase Prainteraksi
1.Perawat menyiapkan mental dan rasa percaya diri

11
2.Perawat telah memahami tentang penyakit luka dan lingkupnya

Fase Orientasi
Perawat : “selamat pagi ibu.”(tersenyum)
Pasien : “iya,selamat pagi.”(tersenyum)
Perawat : “bagaimana tidurnya semalam bu siti?.”
Perawat : “alhamdulillah mbak semalam saya bisa tidur nyenyak, tidak seperti malam-
malamsebelumya.”
Perawat : “mm..”(menganggukkan kepala) “mungkin sekarang keadaan ibu sudah lebih
membaik darihari-hari sebelumnya disini, sehingga berdampak baik pula pada pola tidur
ibu semalam, apakah benar begitu ibu siti?.”
Pasien : “iya mbak,memang sekarang saya sudah merasa lebih baik,”(sedikit
tersenyum)
Perawat : “terus bagaimana dengan rasa nyeri yang ibu rasakan sebelumnya?, bisakah
ibu siti menceritakannya?.”
Pasien : “alhamdulillah mbak setelah perawatan luka yang telah dilakukan
Selama 2 hari ini lukasaya sudah sedikit mendingan, sehingga saya bisa tidur nyenyak
tanpa merasakan nyeri dilututsaya.”(berusaha menjelaskan)
Perawat :(tersenyum)“iya, itu juga karna bantuan ibu siti yang selalu bersemangat untuk
sembuh, dansemoga keadaan ibu sekarang bisa berdampak baik pula pada kesembuhan
luka yang ibu siti alami.”
Pasien : “amin.”
Perawat : “ohya, apakah ibu sudah mandi pagi ini?.”
Pasien : “belum.”(menggelengkan kepala)
Perawat : “baiklah, karena pagi ini ibu belum mandi, dan sepertinya keadaan ibu tidak
memungkinkanuntuk mandi sendiri, saya akan memandikan ibu siti pagi ini, agar ibu
merasa lebih segar dan ibu bisa cepat sembuh.Kita melakukan disini saja, tidak lama kira-
kira 20 menit.Bagaimana, apakahibu bersediah??.”
Pasien : “iya mbak.”
Perawat : “baiklah saya akan menyiapkan alat-alatnya dahulu.”(meninggalkan ruangan
pasien)

12
Setelah proses memandikan ..
Perawat : “Bagaimana perasaan ibu setelah dimandikan pagi ini? Apa yang ibu
rasakan.?
Pasien : (tampak segar, rambut, dan pakaian tampak rapi.)”Rasanya segar
sekali mbak, terasa bersih sekali badan saya.”
Perawat :“baiklah bu siti, saya sudah selesai memandikan ibu, untuk nanti sore atau besok
pagi apabilaibu ingin mandi ibu bisa melakukannya seperti yang saya lakukan tadi, dengan
minta bantuan ke
Keluarga ibu, apakah ibu mengerti?.”(dengan wajah menanyakan)
Pasien: “iya mbak.”
Perawat: “ibu, setelah ini kemudian saya akan melakukan perawatan luka untuk
membersihkan luka ibukembali.apakah ibu bersedia.?”
Pasien: “iya mbak.”
Perawat: “baiklah bu, saya akan menyiapkan alat-alatnya dahulu.”(pergi
Keluar ruangan pasien dankembali lagi untuk melakukan perawatan luka)

Siang hari pukul 14.00 ..


Fase Terminasi
Perawat : “selamat siang bu siti?.”(tersenyum)
Pasien : “iya,selamat siang.”(tersenyum)
Perawat :“bagaimana keadaan ibu sekarang?.”
Pasien :“alhamdulillah mbak terasa lebih baik.”(sedikit tersenyum dan
mengambil posisi
Duduk)
Perawat : “iya ibu, karna keadaan ibu sekarang sudah membaik dan luka yang ibu alami
sudahdalam tahap penyembuhan saja, kata dokter hari ini ibu sudah boleh
pulang.”(tersenyum)
Pasien : (tersenyum) ”iya mbak.”
Perawatan : “Apakah ada pertanyaan ibu?.”
Pasien : “tidak, hanya saya minta bantuan kepada mbak untuk menghubungi
keluarga saya agar menjemput saya sore ini.”
Perawat : “baiklah bu siti saya akan melakukannya, apakah ada yang lain bu?.”
Perawat : “ohya, terimah kasih ya mbak atas perawatannya selama ini.”(tersenyum)

13
Perawat :“oo..”(sedikit tertawa) “sama-sama ibu siti,ini sudah menjadi kewajiban saya
sebagai seorang perawat untuk merawat dan melayani ibu sebaik mungkin.”
Pasien : (tersenyum)
Perawat :“baiklah bu siti saya permisi dahulu, semoga dirumah ibu siti bisa kembali
sehat dan dapat kembali beraktivitas.selamat siang...!”(terseyum dan meninggalkan
ruangan pasien)
Pasien : “iya selamat siang.”

2.5 Komunikasi Pada Setiap Tahap Proses Keperawatan


1 Tahap pengkajiaan
Pengkajian Keperawatan Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses
keperawatan. Pengkajian dilakukan oleh perawat dalam rangka pengumpulan data
klien. Data klien diperoleh melalui wawancara (anamnesa), pemeriksaan fisik,
pemeriksaan diagnostik (laboratorium,foto, dan sebagainya), informasi atau catatan dari
tenaga kesehatan lain, dan dari keluarga klien. Kemampuan komunikasi sangat
mempengaruhi kelengkapan data klien. Untuk itu selain perlunya meningkatkan
kemampuan komunikasi bagi perawat, kemampuan komunikasi klien juga perlu
ditingkatkan. Perawat perlu mengetahui hambatan, kelemahan dan gaya klien dalam
berkomunikasi. Perawat perlu memperhatikan budaya yang mempengaruhi kapan dan
dimana komunikasi dilakukan, penggunaan bahasa, usia dan perkembangan klien.
Banyak hal yang dapat menjadi hambatan klien untuk mengirim atau memberikan
informasi, menerima, dan memahami pesan yang diterima klien. Hambatan klien dalam
berkomunikasi yang harus diperhatikan oleh perawat antara lain:
a. Language deficits Perawat perlu menentukan bahasa yang dipahami oleh klien
dalam berkomunikasi karena penguasaan bahasa akan sangat mempengaruhi
persepsi dan interpretasi klien dalam menerima pesan secara adekuat’
b. Sensory deficits Kemampuan mendengar, melihat, merasa dan membau merupakan
faktor penting dalam komunikasi, sebab pesan komunikasi akan dapat diterima
dengan baik apabila kemampuan sensori klien berfungsi dengan baik. Untuk klien
yang mengalami kelemahan mendengar, maka ada tahapan yang perlu diperhatikan
dalam melakukan pengkajian, yaitu mencari kepastian medik yang mengindikasikan
adanya kelemahan mendengar, memperhatikan apakah klien menggunakan alat
bantu dengar yang masih berfungsi, memperhatikan apakah klien mampu melihat

14
muka dan bibir kita saat berbicara, dan memperhatikan apakah klien mampu
menggunakan tangannya sebagai bebtuk komunikasi nonverbal.
c. Cognitive impairrnents Adalah suatu kerusakan yang melemahakan fungsi kognitif
(misalnya pada klien CVA, Alzheimer`s, tumor otak) dpat mempengaruhi
kemampuan klien dalam menggungkapkan dan memahami bahasa. Dalam mengkaji
pada klien yang mengalami gangguan kognitif ini, perawat dapat menilai apakah
klien merespon (baik respon verbal maupun nonverbal) ketika ditanya ?. Apakah
klien dapat mengucapkan kata atau kalimat dengan benar?. Apakah klien dapat
mengingat dengan baik ? Dan sebagai.
d. Structural deficits Adanya gangguan pada struktur tubuh terutana pada struktur
yang berhubungan langsung dengan tenpat keluernya suara, misalnya mulut dan
hidung akan dapat mempengaruhi terjadinya komunikasi.
e. Paralysis Kelemahan yang terjadi pada klien terutama pada ekstremitas atas akan
menghambat kemampuan komunikasi klien baik melalui lisan maupun tulisan.
Perawat perlu memperhatikan apakah ada kemampuan nonverbal klien yang bisa
ditunjukkan alam rangka memberikan informasi kepada perawat.

2 Tahap diagnose
Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data-data
yang didapatkan dalam tahap pengkajian. Perumusan diagnosa keperawatan merupakan
hasil penilaian perawat dengan melibatkan klien, keluarga klien, dan tenaga kesehatan
lainnya tentang masalah yang dialami klien. Proses penentuan masalah klien dengan
melibatkan beberapa pihak tersebut adalah upaya untuk menvalidasi, memperkuat dan
menentukan prioritas masalah klien engan benar. Penentuan diagnosis tanpa
mengkomunikasikan kepada klien apat berakibat salahnya penilaian perawat terhadap
masalah yang dialami klien. Sikap perawat yang komunikatif dan sikap klien yang
kooperatif merupakan faktor penting dalam penetapan diagnosa keperawatan yang
tepat. Kemampuan komunikasi disini juga diperlukan dalam menulis analisis data yang
didapat dari pengkajian serta mendiskusikannya masalah yang ditemukan baik kepada
klien, keluarga maupun kepada sesama perawat.

3 Tahap perencanaan

15
Tahap perencana keperawatan Dalam mengembangkan rencan tindakan
keperawatan kepada klien, interaksi dan komunikasi dengan klien sangatlah penting
untuk menentukan pilihan rencana keperawatan yang akan dilakukan. Misalnya,
sebelum perawat memberikan diet makanan bagi klien, perawat perlu mengetahui
makanan pilihan, yang di sukai, atau yang alergi bagi klien sehingga tindakan yang
dilakukan menjadi efektif. Rencana tindakan yang dibuat perawat merupakan media
komunikasi antar petugas kesehatan sehingga perencanaan yang di susun perawat dinas
pagi dapat di evaluasi atau di lanjutkan oleh perawat dinas sore dan seterusnya model
komunikasi ini memungkinkan pelayanan keperawatan dapat dilaksanakan secara
berkesinambungan, terukur dan efektif. Pada tahap perencanaan ini, perawat harus
menentukan prioritas masalah yang harus diselesaikan, merumuskan tujuan tindakan
dan kriteria hasil (kriteria evaluasi). Rencana tindakan dibuat untuk mengatasu etiologi
atau penyebab terjadinya masalah. Penentuan etiologi atau penyebab dari masalah klien
memerlukan kecermatan dan pengetahuan yang lebih agar acuan dalam membuat
rencana tindakan sesuai dengan sasaran. Kegagalan dalam menentukan etiologi dengan
tepat akan berpengaruh terhadap rumusan tujuan tindakan keperawatan dan
mengganggu keberhasilan tindakan.

4 Tahap implementasi
Tindakan keperawatan/implementasi Tahap pelaksanaan merupakan realisasi dari
perencanaan yang sudah ditentukan sebelumnya. Selama aktivitas pada tahap ini
menuntut perawat untuk terampil dalam berkomunikasi dengan klien. Umumnya ada 2
kategori aktivitas perawat dalam berkomunikasi, yaitu saat mendekati klien untuk
membantu memnuhi kebutuhan fisik klien dan ketika klien mengalami masalah
psikologis. Tindakan komunikasi pada saat menghampiri klien :
a. Menunjukkan muka yang jujur dengan klien. Hal ini penting agar tercipta suasana
saling percaya saat berkomunikasi.
b. Mempertahankan kontak mata dengan baik. Kesungguhan dan perhatian perawat
dapat dilihat dari kontak mata saat berkomunikasi dengan klien.
c. Fokus kepada klien. Agar komunikasi dapat terarah dan mencapai tujuan yang
diinginkan dalam melaksanakan tindakan keperawatan.

16
d .Mempertahankan postur yang terbuka. Sikap terbuka dari perawat dapat
menumbuhkan keberanian dan kepercayaan klien dalam mengikuti tindakan
keperawatan yang dilaksanakan.
e..Aktif mendengarkan eksplorasi perasaan klien sebagai bentuk perhatian,
menghargai dan menghormati klien.crouch (2002) mengingatkan bahwa manusia
mempunyai dua telinga dan satu mulut. Dalam berkomunikasi dia menyarankan
agar tindakan komunikasi dilaksanakan dengan perbandingan 2:1, lebih banyak
mendengar daripada bicara. Sikap ini akan mengingatkan kepercayaan klien kepada
perawat.
f. Relatif rilek saat bersama klien. Sikap terlalu tegang atau terlalu santai juga tidak
membawa pengaruh yang baik dalam hubungan perawat - klien. Pada tahap ini
petugas kesehatan juga harus meningkatkan kemampuan non verbalnya dengan
“SOLER” yang merupakan kependekatan dari : · S – Sit (duduk) menghadap
klien.postur ini memberi kesan bahwa perawat ada disana untuk mendengarkan dan
tertarik dengan apa yang sedang dikatakan klien. · O – Observe (mengamati) suatu
postur terbuka (yaitu menahan tangan dan lengan tidak menyilang). Postur ini
menyatakan perawat “terbuka” terhadap apa yang dikatakan klien. Suatu posisi
yang “tertutup” dapat menghambat klien untuk menyampaikan perasaannya. · L –
Lean (mencondong kearah klien). Postur ini menyampaikan bahwa perawat terlibat
dan tertarik pada interaksi yang sedang dilaksanakan. · E – Establish (melakukan
dan menjaga kontak mata). Perilaku ini menyampaikan keterlibatan perawat dan
kesediaan untuk mendengarkan apa yang klien sedang katakana. Ketidakhadiran
kontak mata atau pergeseran mata member pesan bahwa perawat tidaklah tertarik
akan apa yang dikatakan klien. · R – Relax. Rileks adalah penting untuk
mengkomunikasikan suatu perasaan atau kondisi yang nyaman dan harmonis dalam
berkomunikasi dengan klien. Kegelisahan mengkomunikasikan adanyasuatu
masalah yang dapat menimbulkan multi tafsir.

5 Tahap evaluasi
Evaluasi Komunikasi antara perawat dan klien pada tahap ini adalah untuk
mengevaluasi apakah tindakan yang telah dilakukan perawat atau tenaga kesehatan lain
membawa pengaruh atau hasil yang positif bagi klien, sebagaimana kriteria hasil yang
telah ditentukan pada tahap sebelumnya. Evaluasi yang dilaksanakan meliputi aspek

17
kognitif, sikap dan ketrampilan yang dapat diungkapkan klien secara verbal maupun
nonverbal. Pada tahap ini juga memberi kesempatan bagi perawat untuk melihat kembali
tentang efektifitas rencana tindakan yang telah dilakukan. Semua tahapan proses
keperawatan tersebut diatas membutuhkan kemampuan komunikasi yang adekuat.
Komunikasi merupakan kegiatan mengumpulkan, memadukan, menyamakan, dan
menyalurkan informasi dalam pelayanan kesehatan.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kemampuaan menerapkan teknik komunikasi traupetik memerlukan latihan dan kepekaan


serta ketajaman perasaan. Komunikasi juga akan memberikan trapeutik bila dalam
penggunaannya diperhatikan sikap dan tehnik komunikasi trapeutik dan yang juga penting
diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi ini merupakan factor penunjang yang
sangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuaan berhubungan trapeutik.

3.2 Saran

Dalam melayani klien hendaknya perawat selalu berkomunikasi dengan klien untuk
mendapatkan persetujuan tindakan yang akan dilakukan. Dalam berkomunikasi dengan
klien hendaknya perawat menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien
sehingga tidak terjadi kesalah pahaman komunikasi. Dan dalam menjalankan profesinya
hendaknya perawat selalu memegang teguh etika keperawatan.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://bnetpwj.blogspot.co.id/2016/09/makalah-komunikasi-terapeutik-pada-bayi.html

https://windyasih.wordpress.com/nursing/komunikasi-terapeutik/

http://pustakakomunikasi.blogspot.co.id/2015/09/tahap-tahap-komunikasi-terapeutik.html

https://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/kb-1-penerapan-komunikasi-terapeutik-padasetiap-proses-
keperawatan

http://pelajaralways.blogspot.co.id/2016/03/dialog-komunikasi-terapeutik-perawat.html
http://roby-murora.blogspot.co.id/2012/05/makalah-komunikasi-dalam-proses.html

20

You might also like