You are on page 1of 17

Asuhan Keperawatan Post Partum dengan Risiko Perdarahan

Mata Kuliah Keperawatan Maternitas I


Dosen Pembimbing: Dwi Susilowati, S.Kep., M.Kep., Sp.Mat

Disusun Oleh: Kelompok 9

Nama Anggota:

1. Nabila Marsa Dhiya Ulhaq (22020117140021)


2. Novita (22020117120021)
3. Untari Noor Rizqy (22020117140039)
4. Dyah Puspitasari (22020117130048)
5. Lutfianisa Ayu Avriza (22020117130080)

Kelas: A.17-2

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 4
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................. 5
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5
C. Tujuan Pembahasan .......................................................................................................... 5
BAB II. PEMBAHASAN ......................................................................................................... 4
A. Definisi Perdarahan Postpartum ....................................................................................... 5
B. Etiologi Perdarahan Postpartum ...................................................................................... 5
C. Manifestasi Klinis Perdarahan Postpartum ...................................................................... 5
D. Patofisiologi Perdarahan Postpartum ............................................................................... 5
E. Pemeriksaan Penunjang Perdarahan Postpartum ............................................................. 5
F. Terapi Perdarahan Postpartum ......................................................................................... 5
G. Pemeriksaan Fisik Perdarahan Postpartum ...................................................................... 5
H. Asuhan Keperawatan Perdarahan Postparum................................................................... 5
BAB III. PENUTUP ................................................................................................................. 4
A. Kesimpulan....................................................................................................................... 5
B. Saran ................................................................................................................................. 5
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 4

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian maternal (maternal mortality) merupakan salah satu indikator
untuk menilai derajat kesehatan masyarakat. Angka kematian maternal di Indonesia
menempati urutan ketiga tertinggi di Asia setelah Timor Leste dan Bangladesh
(Fathina, et al, 2015). Menurut Kerangka Acuan Universitas Airlangga, banyak faktor
yang menjadi penyebab kematian ibu, misalnya 3 terlambat (terlambat membuat
keputusan, terlambat tiba di fasilitas kesehatan, dan terlambat dalam pertolongan
medis) dan 4 terlalu (terlalu muda untuk hamil, terlalu tua untuk hamil, terlalu banyak
anak, dan terlalu dekat jarak antara anak) (Selina, 2017).
Menurut Laporan Kematian Ibu (LKI) Kabupaten/Kota Seksi Kesehatan
Keluarga Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, dilihat dari penyebab kematian ibu
tahun 2013-2014, terjadi peningkatan pada faktor Perdarahan (dari 21,81% menjadi
25,57%) dan Infeksi (dari 6,07% menjadi 6,17%), sedangkan faktor PE/E
(Preeklamsia/Eklamsia) mengalami penurunan (dari 36,29% menjadi 31,04%).
Menurut data WHO, di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh
kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, proporsinya berkisar antara kurang dari
10% sampai hampir 60%. Perdarahan terjadi 10 kali lebih sering pada saat persalinan.
Perdarahan postpartum adalah salah satu penyebab kematian maternal terbanyak
(Selina, 2017).
Perdarahan postpartum merupakan masalah kesehatan di masyarakat sebagai
penyebab penting kematian maternal khususnya di negara berkembang. Bila
Perdarahan Postpartum tidak mendapat penanganan yang semestinya akan
meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu serta proses penyembuhan kembali
(Fathina, et al. 2015).
Data WHO menunjukkan bahwa 25% dari kematian maternal disebabkan oleh
perdarahan postpartum dan diperkirakan 100.000 kematian maternal tiap tahunnya.
Perdarahan Postpartum ini dapat menyebabkan kematian ibu 45% terjadi pada 24 jam
pertama setelah bayi lahir, 68-73% dalam satu minggu setelah bayi lahir, dan 82-88%
dalam dua minggu setelah bayi lahir (Selina, 2017).
Insiden kejadian perdarahan postpartum di RSUP Dr. M. Djamil Padang
didapatkan sebesar 4,40% dari semua persalinan. Perdarahan postpartum menempati
urutan kedua dari sepuluh kasus obstetri terbanyak di RSUP Dr. M. Djamil

3
Padang pada tahun 2005. Hal ini sesuai dengan keadaan bahwa RSUP Dr. M. Djamil
Padang merupakan salah satu rumah sakit rujukan terbesar di Sumatra Barat
sehingga sebagian besar kasus patologis dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan
pertolongan segera. Faktor-faktor risiko dalam menyebabkan perdarahan postpartum
ibu selain faktor penolong dan faktor tempat/fasilitas bersalin adalah faktor risiko
karakteristik ibu, diantaranya adalah usia, paritas, pendidikan ibu, kadar Hb, konsumsi
zat besi dan lama partus (Fathina, et al. 2015).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari perdarahan postpartum?

2. Bagaimana etiologi dari perdarahan postpartum?

3. Bagaimana manifestasi klinis pada perdarahan post partum?

4. Apa saja pemeriksaan penunjang pada pasien dengan risiko perdarahan postpartum?

5. Apa saja terapi yang digunakan?

6. Apa saja pemeriksaan fisik pada pasien dengan risiko perdarahan post partum?

7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan risiko perdarahan postpartum?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui definisi perdarahan postpartum

2. Menjelaskan etiologi pada perdarahan postpartum

3. Menjelaskan manifestasi klinis pada perdarahan postpartum

4. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada pasien dengan risiko perdarahan postpartum


5. Mengetahui terapi yang digunakan

6. Menjelaskan pemeriksaan fisik pada pasien dengan risiko perdarahan post partum

7. Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan risiko perdarahan postpartum

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Perdarahan Postpartum
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak
bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum
hamil (Bobak, 2010).
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi
setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1000 cc setelah persalinan abdominal
dalam 24 jam dan sebeleum 6 minggu setelah persalinan.
Berdasarkan waktu terjadinya perdarahan postpartum dapat dibagi menjadi
dua, yaitu:
1. Perdarahan primer
Perdarahan primer adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama dan
biasanya disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan lahir, sisa sebagian plasenta
dan gangguan pembekuan darah.
2. Perdarahan sekunder
Perdarahan sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam persalinan.
Penyebab utama perdarahan post partum sekunder biasanya disebabkan sisa
plasenta.
B. Etiologi Perdarahan Postpartum
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
1. Atonia uteri
2. Retensi plasenta
3. Sisa plasenta dan selaput ketuban
a. Pelekatan yang abnormal (plasenta akreta dan perkreta)
b. Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
4. Trauma jalan lahir
a. Episiotomi yang lebar
b. Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim
c. Rupture uteri

5
5. Penyakit darah
Terjadi kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia/
hipofibrinogenemia. Tanda-tanda yang sering dijumpai antara lain:
a. Perdarahan yang banyak
b. Solusio plasenta
c. Kematian janin yang lama dalam kandungan
d. Preeklampsia dan eklamspsia
e. Infeksi, hepatitis dan syok septik
6. Hematoma
7. Inversi uterus
8. Subinvolusi uterus
Hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca persalinan.
Diantaranya yaitu:
1. Memiliki riwayat persalinan yang kurang baik, misalnya:
a. Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu.
b. Grande multipara (lebih dari empat anak).
c. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).
d. Bekas operasi caesar.
e. Pernah abortus (keguguran) sebelumnya.
2. Hasil pemeriksaan waktu bersalin, misalnya:
a. Persalinan/kala II yang terlalu cepat, sebagai contoh setelah ekstaksi vakum,
forsep.
b. Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar, anak
besar.
c. Uterus yang kelelahan, persalinan lama.
d. Uterus yang lembek akibat narkosa.
e. Inversi uteri primer dan sekunder.
C. Manifestasi Klinis Perdarahan Postpartum
Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang
banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah,
letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin,
mual.

6
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
1. Atonia Uteri:
a. Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan
segera setelah anak lahir (perdarahan postpartum primer).
b. Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi
cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain).
2. Robekan jalan lahir:
a. Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah
bayi lahir, kontraksi uterus baik, plasenta baik.
b. Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.
3. Retensio plasenta:
a. Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan
segera, kontraksi uterus baik.
b. Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan,
inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.
4. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta):
a. Gejala yang selalu ada: plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh
darah) tidak lengkap dan perdarahan segera.
b. Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi
fundus tidak berkurang.
5. Inversio uterus:
a. Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak
tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau
berat.
b. Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat.
D. Patofisiologi Perdarahan Postpartum
E. Pemeriksaan Penunjang Perdarahan Postpartum
1. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periode post partum.
Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari pertama pada
partum untuk megkaji kehilangan darah pada melahirkan.
2. Pemeriksaan urin
Pengambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan kateter atau dengan
teknik pengambilan bersih (clean-cath). Setelah itu dikirim ke laboratorium untuk

7
dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas terutama pada kateter
indwelling dipakai selama post inpartum.
F. Terapi Perdarahan Postpartum
Terapi terbaik bagi ibu post partum adalah pencegahan. Perdarahan normal
dapat membahayakan ibu yang mengalami anemia. Apabila sebelumnya pernah
mengalami perdarahan post partum, maka di persalinan berikutnya harus dilarikan ke
rumah sakit. Saat persalinan dengan durasi yang lama diupayakan agar jangan sampai
terlalu lelah. Rahim jangan dipijat dan didorong ke bawah sebelum plasenta terlepas
dari dinding rahim.
G. Pemeriksaan Fisik Perdarahan Postpartum
1. Pemeriksaan tanda-tanda vital
a. Suhu badan
Suhu biasanya meningkat sampai 38oC dianggap normal. Setelah satu hari
suhu akan kembali normal (36oC-37oC), terjadi penurunan akibat hipovolemia.
b. Nadi
Denyut nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi
hipovolemia yang semakin berat.
c. Tekanan darah
Tekanan darah biasanya stabil, memperingan hipovolemia.
d. Pernafasan
Bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga menjadi tidak normal.
2. Pemeriksaan Khusus
Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi
dengan mengevaluasi sistem dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi:
a. Nyeri/ketidaknyamanan
i. Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan)
ii. Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma)
b. Sistem vaskuler
i. Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian tiap 8 jam
berikutnya.
ii. Tensi diawasi tiap 8 jam.
iii. Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan merah.
iv. Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan kekenyalan.

8
v. Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis, defek koagulasi
kongenital, idiopatik trombositopeni purpura.
c. Sistem Reproduksi
i. Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari post partum, kemudian
tiap 8 jam selama 3 hari meliputi tinggi fundus uteri dan posisinya serta
konsistensinya
ii. Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna, banyak dan
bau
iii. Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi, luka
jahitan dan apakah ada jahitannya yang lepas
iv. Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak
v. Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan kolostrum
vi. Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada ukuran dan fungsi
sebelum kehamilan (sub involusi)
d. Traktus urinarius
Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi miksi lancar atau
tidak, spontan dan lain-lain
e. Traktur gastro intestinal
Observasi terhadap nafsu makan dan obstipasi
f. Integritas Ego
Mungkin cemas, ketakutan dan khawatir
H. Asuhan Keperawatan Perdarahan Postparum
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian
yang benar dan terarah akan mempermudah dalam merencanakan tindakan dan
evaluasi dari tindakan yang dilaksanakan. Pengkajian dilakukan secara sistematis,
berisikan informasi subjektif dan objektif dari klien yang diperoleh dari
wawancara dan pemeriksaan fisik.
Pengkajian terhadap klien post meliputi:
a. Identitas klien
Data diri klien meliputi: nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
medical record dan lain – lain

9
b. Riwayat kesehatan
i. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia,
riwayat pre-eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh
darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.
ii. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan saat ini, yaitu: kehilangan darah dalam jumlah
banyak (>500ml), nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing,
gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual.
iii. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita
hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklamsia, penyakit keturunan
hemopilia dan penyakit menular.
c. Riwayat menstruasi
Meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya , keluhan waktu
haid, HPHT
d. Riwayat perkawinan
Meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai hamil
e. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
i. Riwayat hamil
Meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus, retensi
plasenta
ii. Riwayat persalinan
Meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat bersalin,
apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat badan
anak waktu lahir, panjang waktu lahir
iii. Riwayat nifas
Meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup atau
tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi
f. Riwayat Kehamilan sekarang
i. Hamil muda, keluhan selama hamil muda

10
ii. Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi
badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi
akibat mual, keluhan lain
g. Riwayat antenatal care
Meliputi: Dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawatan serta
pengobatannya yang didapat
h. Pola aktifitas sehari-hari
i. Makan dan minum
Meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik sebelum dirawat maupun
selama dirawat. Adapun makan dan minum pada masa nifas harus bermutu
dan bergizi, cukup kalori, makanan yang mengandung protein, banyak
cairan, sayur-sayuran dan buah – buahan.
ii. Eliminasi
Meliputi pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi. Adanya
perubahan pola miksi dan defeksi.
iii. BAB
Harus ada 3-4 hari post partum sedangkan miksi hendaklah secepatnya
dilakukan sendiri
iv. Istirahat atau tidur
Meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran dan melaporkan
kelelahan yang berlebihan.
v. Personal hygiene
Meliputi Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas, baik
sebelum dan selama dirawat serta perawatan mengganti balutan atau duk.
2. Diagnosis Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang
berlebihan
b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovelemia
c. Ansietas berhungan dengan krisis situasi, ancaman perubahan pada status
kesehatan atau kematian, respon fisiologis
d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, Stasis
cairan tubuh, penurunan Hb
e. Resiko tinggi terhadap nyeri berhubungan dengan trauma/ distensi jaringan

11
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan atau tidak
mengenal sumber informasi

3. Rencana Keperawatan pada Pasien Perdarahan Postpartum


a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskuler berlebihan
DO: DS:
- Hipotensi - Ibu mengatakan urin
- Peningkatan nadi, sedikit
- Penurunan volume urin, - Ibu mengatakan pusing
- Membran mukosa kering, dan pucat
- Pelambatan pengisian - Ibu mengatakan kulit
kapiler kering dan bersisik
Tujuan: Volume cairan adekuat
Hasil yang diharapkan:
- TTV stabil
- Pengisian kapiler cepat
- Haluaran urine adekuat
Mandiri:
i. Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan, perhatikan faktor-faktor
penyebab atau memperberat perdarahan seperti laserasi, retensio plasenta,
sepsis, abrupsio plasenta, emboli cairan amnion.
ii. Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan; timbang dan hitung
pembalut; simpan bekuan darah, dan jaringan untuk dievaluasi oleh
dokter.
iii. Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus. Dengan perlahan
masase penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatakan
tangan kedua tepat diatas simfisis pubis
iv. Perhatikan hipotensi/takikardia, perlambatan pengisian kapiler atau
sianosis dasar, kuku, membran mukosa dan bibir.
v. Pantau parameter hemodinamik, seperti tekanan vena sentral atau tekanan
bagi arteri pulmonal, bila ada
vi. Pantau masukan aturan puasa saat menentukan status/kebutuhan klien
vii. Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologis

12
viii. Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan untuk
memberikan kesempatan mencegah terjadinya komplikasi
ix. Perkiraan kehilangan darah, arternal versus vena dan adanya bekuan-
bekuan membantu membuat diagnosa banding dan menentukan kebutuhan
penggantian (catatan: satu gram peningkatan berat pembalut sama dengan
kira-kira 1 ml kehilangan darah).
x. Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam diagnosa banding.
Peningkatan kontraktilitas miometrium dapat menurunkan kehilangan
darah. Penempatan satu tangan diatas simfisis pubis mencegah
kemungkinan inversi uterus selama messase
xi. Tanda-tanda ini menunjukkan hipovolemik dan terjadinya syok.
Perubahan pada Tekanan Darah tidak dapat dideteksi sampai volume
cairan telah menurun sampai 30-50%. Sianosis adalah tanda akhir dari
hipoksia (rujuk pada DK: perfusi jaringan, perubahan)
xii. Memberikan pengukuran lebih langsung dari volume sirkulasi dan
kebutuhan penggantian
xiii. Bermanfaat dalam memperkirakan luas/signifikasi kehilangan cairan.
Volume perfusi/sirkulasi adekuat ditunjukkan dengan haluaran 30-50
ml/jam atau lebih besar
xiv. Meningkatkan relaksasi dapat menurunkan ansietas dan kebutuhan
metabolik
b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia
DO:
- Penurunan pulsasi
arteri,
- Ekstremitas dingin DS:
- Perubahan tanda-tanda - Ibu mengatakan Asi
vital sedikit
- Pelambatan pengisian - Ibu mengatakan tangan
kapiler dan kakinya dingin
- Penurunan produksi
ASI
Tujuan : Tidak terjadi perfusi jaringan

13
Kriteria hasil :
- Menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal
- Ekstremitas hangat
- Kapiler refill <> 35 tahun
- Paritas > 3 kali
- Inaktivitas
- Kelahiran cesar
- Diabetes mellitus
4. Implementasi
a. Menyarankan pasien untuk banyak minum
b. Mengobservasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
c. Mengobservasi terhadap tanda-tanda dehidrasi.
d. Mengobservasi intake cairan dan output
e. Memberikan cairan infus / transfuse
f. Memberikan koagulantia dan uterotonika
5. Evaluasi
Semua tindakan yang dilakukan diharapkan memberikan hasil:
a. Tanda vital dalam batas normal:
i. Tekanan darah: 110/70-120/80 mmHg
ii. Denyut nadi: 70-80 x/menit
iii. Pernafasan: 20 – 24 x/menit
iv. Suhu: 36-37oc
b. Kadar Hb: Lebih atau sama dengan 10 g/dl
c. Gas darah dalam batas normal
d. Klien dan keluarganya mengekspresikan bahwa dia mengerti tentang
komplikasi dan pengobatan yang dilakukan
e. Klien dan keluarganya menunjukkan kemampuannya dalam mengungkapkan
perasaan psikologis dan emosinya
f. Klien dapat melakukan aktifitasnya sehari-hari
g. Klien tidak merasa nyeri
h. Klien dapat mengungkapkan secara verbal perasaan cemasnya
i. Penkes
Cara yang terbaik untuk mencegah terjadinya Perdarahan Post Partum adalah
memimpin kala II dan kala III persalinan secara legeartis. Apabila persalinan

14
diawasi oleh dokter spesialis obstetric-ginekologi ada yang menganjurkan untuk
memberikan suntikan ergometrik secara IV setelah anak lahir, dengan tujuan
untuk mengurangi perdarahan yang terjadi.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

16
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria., Howard, Butcher., Joanne, Dochterman., & Cherly, Wagner. 2004.
Nursing Intervention Classification (NIC) Six Edition. America: Elvesier.
Dina, D. Seweng, A. dan Nyorong, M. 2013. Faktor Determinan Kejadian Perdarahan Post
Partum Di RSUD Majene Kabupaten Majene Tahun 2013, STIKES Bina Bangsa
Majene.
Fathina, et al. 2015. Hubungan Kejadian Perdarahan Postpartum dengan Faktor Risiko
Karakteristik Ibu di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada Januari 2012 - April 2013:
Review literatur. Jurnal Kesehatan Andalas. 4(3). 850-855
Kementrian Kesehatan. 2014. Perdarahan Post Partum. Diakses pada
http://edunakes.bppsdmk.kemkes.go.id/images/pdf/Obsgin_4_Juni_2014/Blok%208/
HPP%20ppt.pdf
Manik, I. N. 2015. Hubungan Status Preeklampsia Dengan Kejadian Perdarahan Postpartum
pada Ibu Bersalin Di Rsud Dr H Abdul Moeloek. Diakses pada
http://digilib.unila.ac.id/20690/15/BAB%20II.pdf
Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Maas, Meridean L., Swanson, Elizabeth. 20
NANDA-I. (2017). Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Satriyandari, Y., & Hariyanti, N. R. (2017). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perdarahan
Postpartum. Journal Of Health Studies, 1(1), 49-64.
Selina, P. 2017. Hubungan antara usia ibu dan paritas dengan kejadian perdarahan
postpartum di rumah sakit “X’ SurabayA: Skiripsi. Universitas Katolik Widya
Mandala Surabaya; Surabaya. 1-7.

17

You might also like