You are on page 1of 13

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Agar dapat mempersiapkan manusia yang berkualitas tersebut, maka kita perlu
memelihara gizi anak sejak bayi berada dalam kandungan. Bayi dan anak yang
mendapat makanan yang bergizi akan tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas dan
terhindar dari berbagai penyakit infeksi.Selain memperhatikan gizi bayi maka perlu
memelihara gizi ibu terutama masa hamil dan menyusui.
Bayi yang lahir dari ibu yang gizinya baik selain dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik juga akan memberi air susu ibu (ASI) yang cukup untuk
bayinya. ASI merupakan makanan bergizi yang paling lengkap, aman, hygienis dan
murah. ASI juga meningkatkan keakraban ibu dan anak yang bersifat menambah
kepribadian anak dikemudian hari. Itulah sebabnya ASI terbaik untuk bayi.
Dari berbagai study dan pengamatan menunjukkan bahwa dewasa ini terdapat
kecenderungan penurunan penggunaan ASI dan mempergunakan pemberian ASI
dengan susu fomula di masyarakat.
Dengan kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan
peningkatan sarana komunikasi dan transportasi yang memudahkan periklanan susu
buatan serta luasnya distribusi susu buatan terdapat kecenderungan menurunnya
kesediaan menyusui maupun lamanya menyusui baik dipedesaan dan diperkotaan.
Menurunnya jumlah ibu yang menyusui sendiri bayinya pada mulanya terdapat pada
kelompok ibu di kota-kota terutama pada keluarga berpenghasilan cukup yang
kemudian menjalar sampai ke desa-desa meskipun menyadari pentingnya pemberian
ASI tetapi budaya modern dan kekuatan ekonomi yang semakin meningkat telah
mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya dan memilih air susu buatan
sebagai jalan keluarnya. Meningkatnya lama pemberian ASI dan semakin
meningkatnya pemberian susu botol menyebabkan kerawanan gizi pada bayi dan
balita.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Air Susu Ibu (Asi) ?
2. Apa saja Komposisi Air Susu Ibu (ASI) ?
3. Apa yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif?
4. Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga yang diberikan kepada Ibu menyusui?
C. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum
Mahasiswa keperawatan diharapkan mampu untuk mengerti dan memahami
asuhan keperawatan keluarga dengan ibu menyusui dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan keluarga.
2. Tujuan Intruksional Khusus
Diharapkan pada akhir penulisan ini mahasiswa mengetahui gambaran megenai
keluarga dengan ibu menyusui dengan rumusan seperti berikut:
a) Apa definisi dari ASI?
b) Apa saja Komposisi ASI
c) Apa yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif?
d) Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga yang diberikan kepada Ibu
menyusui?
D. Manfaat
1. Mahasiswa mengetahui dasar konsep ASI
2. Mahasiswa mampu melakukan proses asuhan keperawatan Keluarga pada Ibu
Menyusui
BAB II
Tinjauan Teori

A. Definisi Air Susu Ibu (ASI)


ASI adalah satu-satunya dari semua jenis susu yang trersedia dan
paling cocok di konsumsi oleh bayi, oleh karena susu tersebut, secara unik,
telah disesuaikan dengan kebutuhan kebutuhannya. Air susu ibu mengandung
antibodi bakterial dan viral termasuk konsentransi antibodi secretorik Ig A
yang relative tinggi. Bayi yang mendapatkan ASI, yang mempunyai titer anti
poliomyelitis dalam darah, mereka, secara relative akan kebal terhadap infeksi
yang ditimbulkan oleh vaksin virus poliomyelitis hidup yang telah di
encerkan. Pengaruh tersebut akan terlihat sangat menonjol pada periode
neonatus, tetapi nampaknya tidak mengakibatkan terjadinya gangguan pada
imunisasi aktif, yang akan dikerjakan jika bayi tersebut telah mencapai usia 2,
4 & 6 bulan. Telah pula dapat diperlihatkan bahwa pertumbuhan virus-virus
yang menyebabkan timbulnya parotitis epidemica, influenza, vaksinia dan B
encephalitis jepang dapat dihambat oleh bahan-bahan yang terdapat dalam
ASI. Antibody yang di telan yang berasal dari kolostrum dan ASI dapat
memberikan kekebalan saluran penceran makanan lokal terhadap organisme
yang memasuki tubuh melalui jalan tersebut.
ASI juga merupakan sumber laktoferin, yaitu protein air dadih yang
mengikat zat besi. Bahan ini secara normal, sepertiga jenuh dengan zat besi
serta mempunyai pengaruh yang menghambat atas pertumbuhan E coli dalam
usus. Tinja bayi yang mendapatkan ASI mempunyai pH yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan pH tinja pada anak-anak yang mendapatkan air susu sapi
kandungan bakteri yang terdapat pada tinja bayi yang mendapatkan ASI
terutama sakali adalah kelompok laktobasilus berlawanan dengan kelompok
koliform yang terdapat menonjol dalam tinja bayi yang diberi makanan secara
artificial. ASI mengandung suatu faktor pertumbuhan yang akan memberikan
kemudahan kepada pengkolonisasian usus oleh lactobacillus bifidus. Flora
usus pada bayi yang mendapatkan ASI dapat melindungi mereka terhadap isi
infeksi-infeksi yang disebabkan oleh beberapa jenis E coli. Susu yang berasal
dari seorang ibu yang mendapatkan susunan makanan yang secara kuantitatif
mencukupi serta berimbang secara semestinya dapat memasok bahan-bahan
makanan yang dibutuhkan oleh bayi yang bersangkutan kecuali mungkin
vitamin D, setelah beberapa bulan dan fluorida. Kendatipun penyediaan air
minum umum mengandung cukup banyak flourida didalamnya, namun sorang
bayi yang mendapatkan ASI mungkin sekali hanya sedikit sekali menerima
flourida yang berasal dari tubuh ibu nya, oleh karena itu bayi harus
mendapatkan pemasukan fluoride selama bulan-bulan pertama kehidupannya.
Persediaan cadangan zat besi akan mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan bayi selama 6-9 bulan pertama, pada bayi yang cukup umur. Zat
besi yang terdapat dalam ASI dapat diserap dengan baik oleh bayi, oleh karena
itu bayi yang mendapat ASI mungkin tidak memerlukan penambahan zat besi
selama tahun pertama kehidupannya. ASI mengandung cukup banyak
persediaan vitamin C untuk dapat memenuhi kebutuhan seorang bayi, dengan
catatan bahwa ibu yang bersangkutan juga mendapatkan vitamin C dengan
secukupnya.
Menyusukan anak bayi sendiri hendaknya dapat dimulai sedini
mungkin setelah persalinan, begitu pula dengan keadaan ibu maupun bayi
yang bersangkutan memungkinkannya untuk mendapatkan ASI dalam jarak
waktu beberapa jam setelah lahir. Frekuensi pemberian ASI masing-masing
setiap 3 jam pada siang hari dan setiap 4 jam pada malam hari. Namun banyak
bayi merasa lapar kembali 2 jam setelah diberikan ASI. Faktor penting yang
berpengaruh dalam pemberian ASI:
1. Keadaan jiwa yang bahagia dan santai
Kekhawatiran serta ketidak bahagiaan adalah cara yang paling
berpengaruh dalam menurunnya atau bahkan meniadakan sama sekali
sekresi buah dada.
2. Keletihan
Menghindarkan keletihan juga sangat berpengaruh dalam pemberian ASI,
oleh karena itu seorang ibu yang baru saja melahirkan membutuhkan
latihan serta kegiatan fisik, sehingga dengan demikian ia akan
mendapatkan perasaan sehat dan kesejahteraan fisik.
3. Kebersihan Minimal dalam satu hari buah dada harus dicuci dengan
bersih.
Kalau sabun yang digunakan mengering pada puting susu dan daerah
areola maka pemakaiannya harus dihentikan. Sama sekali tidak
diperkenakan menggunakan asam borat. Beberapa orang ibu akan merasa
lebih nyaman, kalau mereka dapat memakai bra yang benar-benar cocok
siang dan malam. Batasan mangkok-mangkok bra yang terbuat dari plastik
hendaknya disingkirkan. Lapisan bra yang sifatnya menyerap (yang dapat
dibeli dipasaran) atau sapu tangan yang bersih dan dapat ditempatkan
dalam bra untuk dapat menyerap susu yang mesih terus keluar.
4. Susunan makanan atau diet
Susunan makanan yang diberikan kepada ibu yang baru melahirkan
hendaknya mengandung cukup banyak kalori untuk dapat
mengkompensasikan yang disekresikan di dalam air susu maupun yang
diperlukan untuk menghasilkan susu tersebut. Tidak ada sesuatu bahan
makanan yang perlu disingkirkan dari susunan makanan ibu, kecuali bahan
makanan yang bersangkutan dengan jelas menyebabkan timbulnya
gangguan pada bayi. Kalau masih memungkinkan, maka seorang ibu yang
sedang menyusui, sebaiknya tidak mengkonsumsi obat-obatan, oleh karena
banyak sediaan obat yang mempunyai pengaruh buruk yang akan
merugikan bayi. Pengobatan yang menggunakan bahan-bahan seperti
antitiroid, lithium, bahan-bahan anti kanker, isoniazid dan fenidion
merupakan kontraindikasi untuk diberikan kepada para ibu.
Pemberian ASI harus dianjurkan kepada setiap ibu yang melahirkan oleh
karena :
a. Asi yang pertama (kolostrum) mengandung beberapa benda penangkis (anti-body)
yang dapat mencegah infeksi pada bayi;
b. Bayi yang minum ASI jarang menderita gastroenteritis;
c. Lemak dan protein asi mudah dicerna dan diserap secara lengkap dalam saluran
pencernaan ; asi merupakan susu yang paling baik untuk pertumbuhan dan tidak
mungkin bayi akan menjadi gemuk berlebihan dengan asi (obese);
d. Kemungkinan bayi menderita kejang oleh karena hipokalsemia sangat sedikit;
e. Pemberian asi merupakan satu-satunya jalan yang paling baik untuk mengeratkan
hubungan ibu dan bayi; dan ini sangat dibutuhkan bagi perkembangan bayi yang
normal terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan;
f. Asi merupakan susu buatan alam yang lebih baik daripada susu buatan
mana pun oleh karena mengandung benda penangkis (kolostrum
mengandungnya 15 kali lebih banyak daripada asi), sucihama, segar,
murah, tersedia setiap waktu, dengan susu yang sebaik-baiknya untuk
diminum.

B. Komposisi ASI
ASI bersifat khas untuk bayi karena susunan kimianya, mempunyai nilai
biologis tertentu, dan mempunyai substansi yang spesifik. Ketiga sifat itulah
yang membedakan ASI dengan susu formula. Pengeluaran ASI tergantung dari
umur kehamilan sehingga ASI yang keluar dari ibu dengan kelahiran prematur
akan berbeda dengan ibu yang bayinya cukup bulan. Dengan demikian
pengeluaran ASI sudah diatur sehingga sesuai dengan tuanya kehamilan.
Komposisi ASI:
- ASI mengandung protein dan lemak yang paling cocok untuk bayi dalam jumlah yang
tepat.
- ASI mengandung lebih banyak laktosa (gula susu) daripada susu lainnya dan laktosa
merupakan zat yang diperlukan bagi manusia.
- ASI mengandung vitamin yang cukup bagi bayi. Bayi selama 6 bulan tidak
memerlukan vitamin tambahan
- ASI mengandung zat besi yang cukup untuk bayi. Tidak terlalu banyak zat besi yang
dikandung, tetapi zat besi ini diserap usus bayi dengan baik. Bayi yang disusui tidak
akan menderita anemia kekurangan zat besi.
- ASI mengandung cukup air bagi bayi bahkan pada iklim yang panas.
- ASI mengandung garam, kalsium dan fosfat dalam jumlah yang tepat
Pengeluaran ASI dapat dibedakan atas:
- Kolostrum
Dibanding dengan susu matur yang akhirnya disekresi oleh payudara,
kolostrum mengandung lebih banyak protein, yang sebagian besar adalah
globulin, dan lebih banyak mineral tetapi gula lemak lebih sedikit.
Meskipun demikian kolostrum mengandung globul lemak agak besar di
dalam yang disebut korpustel kolostrum, yang oleh beberapa ahli dianggap
merupakan sel-sel epitel yang telah mengalami degenerasi lemak dan oleh
ahli lain dianggap sebagai fagosit mononuklear yang mengandung cukup
banyak lemak. Sekresi kolostrum bertahan selama kurang lebih lima hari,
dengan perubahan menjadi susu matur. Antibody mudah ditemukan dalam
kolostrum. Kandungan immunoglobulin A mungkin memberikan
perlindungan kepada neonatus melawan infeksi enteric. Faktor-faktor
kekebalan hospes lainnya, juga immunoglobulin-immunoglobulin, terdapat
didalam kolostrum manusia dan air susu. Faktor ini meliputi komponen
komplemen, makrofag, limfosit, laktoferin, laktoperoksidase, dan lisozim.
Ciri-ciri kolostrum:
- Berwarna kuning jernih dengan protein berkadar tinggi Mengandung
imunoglobulin, laktoferin, ion-ion (Na, Ca, K, Zn, Fe), vitamin (A, D, E,
K), lemak, dan rendah laktosa.
- Pengeluaran kolostrum berlangsung sekitar dua sampai tiga hari dan
diikuti ASI yang mulai berwarna putih.
Terdapat beberapa pengertian yang salah mengenai kolostrum, yang
diperkirakan ASI yang kotor, buruk sehingga tidak patut diberikan pada
bayi. Ternyata kolostrum sebagai pembuka jalan agar bayi dapat menerima
ASI penuh. Kolostrum banyak mengandung antibodi dan anti-infeksi serta
dapat menumbuhkembangkan flora dalam usus bayi, untuk sap menerima
ASI. Memperhatikan perkembangan pengeluaran ASI, tiada ASI yang tidak
berguna. Alam telah mempersiapkan bayi untuk tumbuh kembang hanya
dengan ASI sampai umur empat bulan.
b. ASI transisi (antara)
ASI antara, mulai berwarna puting bening dengan susunan yang
disesuaikan dengan kebutuhan bayi, dan kemampuan mencerna usus bayi.
c.ASI sempurna
Pengeluaran ASI penuh sesuai dengan perkembangan usus bayi,
sehingga dapat menerima susunan ASI sempurna. Produksi ASI selama 2
tahun Umur Bayi Produksi ASI Sama dengan Susu bubuk ml/hari
kalori/hari Susu sapi Susu gula gram.
- 0-6 bulan 850 600 1555,5 183 24.600
- 7-12 bulan 500 385 91,5 105 14.000
- 13-18 bulan 500 385 91,5 105 14.000
- 19-24 bulan 200 154 36,5 42 5.700
- 0-24 bulan 512,5 381 375 437 58.300
Catatan:
Bayi dengan umur 0 sampai 4/5 bulan cukup dengan ASI saja. Setelah
berumur 4 bulan pemberian ASI memerlukan makanan tambahan berupa
bubur susu atau nasi tim, buah dan sebagainya, sehingga mencapai umur satu
tahun sudah siap mendapatkan makanan seperti orang dewasa. 850 ml/hari,
selama 6 bulan 153.000 ml dengan jumlah kalori 108.000 kalori. Sedangkan
susu sapi diperlukn 155.500 ml, susu gula 18.300 ml dan susu bubuk sebanyak
24.600 gram. Kenyataannya, pemberian ASI yang dikombinasikan dengan
pemberian susu botol tidak dapat dihindari, karea ibu-ibu bekerja di luar
rumah sedangkan di tempat kerja tidak terdapat fasilitas untuk memberikan
ASI dan penampungan bayi.
C. Perubahan dalam kandungan ASI
Kandungan ASI tidak selalu sarna, tetapi ada keragaman normal yang
sering terjadi. ASI juga akan sedikit beragam sesuai dengan diet yang
dijalankan oleh sang ibu, tetapi perubahan ini jarang menjadi masalah.
Kadang-kadang seorang ibu mendapatkan bahwa makanan yang tidak biasa
dimakannya akan mengganggu bayinya, tapi banyak ibu dapat terus makan
makanan yang biasa saat menyusui. Bahkan bumbu yang keras, seperti cabai,
tidak akan mempengaruhi ASI atau mengganggu bayi.
Kandungan susu berubah selama pemberian ASI :
a. Susu awal
Susu ini muncul pada awal pemberian, berwama bim dan encer. Susu ini
kaya akan protein, laktosa, vitamin, mineral dan air.
b. Susu akhir
Susu ini muncul diakhir pemberian ASI. Kelihatannya lebih putih daripada
susu awal karena susu akhir mengandung lebih banyak lemak. Lemak ini
membuat susu akhir kaya akan energi. Lemak memasok lebih dari 50 %
energi dalam ASI.
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif
1. Umur
Ibu dengan usia antara 20-30 tahun merupakan usia produktif yang
umumnya dapat mengahasilkan cukup ASI dibandingkan dengan
ibu yang berumur lebih dari 30 tahun, sebab usia ini merupakan
resiko tinggi dan erat kaitannya dengan anemia gizi sehingga
berpengaruh pada produksiASI.
2. Pendidikan
Pendidikan akan memberikan kesempatan kepada orang untuk
mebuka jalan pikiran dalam menerima ide-ide baru. Tingkat
pendidikan berpengaruh terhadap pola pemberian ASI terutama di
kota-kota besar. Biasanya ibu dengan pendidikan tinggi akan
memberikan susu botol lebih dini dibandingkan dengan ibu dengan
pendidikan lebih rendah. Di satu sisi, ibu dengan pendidikan tinggi
mengetahui bahwa tidak ada satupun susu formula yang dapat
menandingi ASI, namun di sisi lain ibu tersebut merasa tidak
berguna bila tidak mengamalkan ilmunya untuk bekerja sehingga
hal ini akan menyebabkan ibu tersebut akan enggan untuk
menyusui bayinya.
3. Pekerjaan
Adanya kecenderungan banyaknya ibu-ibu yang tidak memberikan
ASI pada bayinya adalah karena banyaknya ibu-ibu yang bekerja.
E. Kontra Indikasi Pemberian ASI
Sekalipun upaya untuk memberikan ASI digalakkan tetapi pada
beberapa kasus pemberian ASI tidak dibenarkan.
1. Faktor ibu
- Ibu dengan penyakit jantung yang berat, akan menambah beratnya
penyakit ibu.
- Ibu dengan preeklampsia dan eklampsia, karena banyaknya obat-
obatan yang telah diberikan, sehingga dapat mempengaruhi
bayinya.
- Penyakit infeksi berat pada payudara, sehingga kemungkinan
menular pada bayinya.
- Karsinoma payudara mungkin dapat menimbulkan metastase.
- Ibu dengan psikosis, dengan pertimbangan kesadaran ibu sulit
diperkirakan sehingga dapat membahayakan bayi.
- Ibu dengan infeksi virus.
- Ibu dengan TBC atau lepra.
2. Faktor dari bayi
- Bayi dalam keadaan kejang-kejang, yang dapat menimbulkan
bahaya aspirasi ASI.
- Bayi yang menderita sakit berat, dengan pertimbangan dokter
anak tidak dibenarkan untuk mendapatkan ASI
- Bayi dengan berat badan lahir rendah, karena refleks menelannya
sulit sehingga bahaya aspirasi mengancam.
- Bayi dengan cacat bawaan yang tidak mungkin menelan
(labiokisis, palatognatokisis, labiognatopalatokisis).
- Bayi yang tidak dapat menerima ASI, penyakit metabolisme
seperti alergi ASI. Pada kasus tersebut untuk memberikan ASI
sebaiknya dipertimbangkan dengan dokter anak.
3. Keadaan patologi pada payudara
Pada rawat gabung dapat diharapkan bahwa kemungkinan
stagnasi ASI yang dapat menimbulkan infeksi dan abses dapat
dihindari. Sekalipun demikian masih ada keadaan patologis
payudara yang memerlukan konsultasi dokter sehingga tidak
merugikan ibu dan bayinya. Keadaan patologis yang memerlukan
konsultasi adalah:
· Infeksi payudara
· Terdapat abses yang memerlukan insisi
· Terdapat benjolan payudara yang membesar saat hamil dan
menyusui
· ASI yang bercampur dengan darah.
Memperhatikan hal-hal yang disebutkan di atas sudah wajarlah
bila payudara yang sangat vital dipelihara sebagaimana mestinya.
Salah satu tugas utama wanita adalah memberikan ASI yang
merupakan tugas alami yang hakiki.
BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
Pemberian ASI oleh ibu melahirkan dipengaruhi oleh faktor-
faktor sosial budaya, psikologis, fisik si ibu, kurangnya petugas
kesehatan dan gencarnya promosi susu kaleng. Terdapat
kecenderungan menurunnya lamanya menyusui. Hal ini ada kaitan
tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja maupun akibat
gencarnya promosi dari periklanan susu buatan serta luasnya distribusi
susu buatan.
Masih kurang pengetahuan ibu terhadap manfaat-manfaat ASI
pada anaknya dimana sering dijumpai kebiasaan yang bertentangan
dalam hal pemberian ASI. Kecenderungan menurunnya angka ibu
menyusui terutama di kota-kota besar diakibatkan oleh gencarnya
promosi dan luasnya distribusi susu kaleng.
Peranan, sikap dan perhatian petugas kesehatan sangat
diperlukan berkaitan dengan menyusui. Pendidikan kesehatan pada
keluarga (masyarakat) dapat dilakukan oleh petugas melalui beberapa
cara antara lain: kerjasama dengan dukun bersalin, bekerja melalui
kelompok dalam masyarakat, menyuluh ibu-ibu yang datang ke BKIA,
melalui penggunaan media dan melalui selembaran atau poster.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus.1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan


Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC: Jakarta.

Purwabti, Hubertin Sri. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. EGC:


Jakarta.

Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. EGC: Jakarta.

Carpenito. 2001. Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.

You might also like