You are on page 1of 22

TEMBAGA(II) AMONIUM SULFAT BERHIDRAT DAN

TETRAAMIN TEMBAGA(II) SULFAT BERHIDRAT


I. TUJUAN
Mempelajari pembuatan tembaga (II) ammonium sulfat berhidrat dan tembaga (II)
tetra amin sulfat berhidrat.
II. TEORI
2.1 Pengertian Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks atau senyawa koordinasi merupakan gabungan ion positif, ion
negatif dan molekul netral. Dalam senyawa kompleks terdapat atom yang
berperan sebagai atom (atau ion) pusat dan gugus pengeliling yang dapat berupa
molekul netral atau ion bermuatan. Gugus pengeliling ini disebut ligan dan
jumlahnya tertentu untuk setiap senyawa kompleks. Jika total muatan ion pusat
dan ligannya tidak netral (tidak nol) maka spesies ini merupakan ion kompleks
dan sisa ion lain yang berlawanan muatan ditulis secara terpisah, namun numerik
muatan ion kompleks harus sama dengan numerik muatan ion sisanya yang ditulis
secara terpisah tersebut untuk memenuhi hukum kenetralan listrik (Sugiyarto,
2012).
2.2 Pengertian Ligan
Ligan berasal dari kata ligare yang berarti mengikat. Ligan adalah spesies yang
memiliki atom yang dapat menyumbangkan sepasang elektron pada ion logam
pusat pada tempat tertentu dalam lengkung koordinasi. Ligan merupakan basa
lewis dan ion logam adalah asam lewis. Jika ligan hanya dapat menyumbangkan
sepasang elektron (misalnya NH3 melalui atom N) disebut ligan unidentat. Ligan
ini merupakan anion monoatomik (tetapi bukan atom netral) sepert ion halida,
anion poliatomik seperti NO2-, molekul sederhana seperti NH3, atau molekul
molekul kompleks seperti piridin / C5H5N (Petrucci, 1985).
Setiap ligan (tepatnya atom donor dalam ligan) memiliki paling tidak
sepasang elektron nonikatan atau lebih sering dengan istilah sepasang elektron
menyendiri (lone pair of electron) yang terdapat dalam kulit terluar. Pasangan
elektron ini dapat disumbangkan ke atom lain (atom pusat) tetapi kemudian
dimiliki secara bersama-sama dan dengan demikian sifat ikatannya merupakan
ikatan kovalen koordinat atau ikatan kovalen koordinasi (Petrucci, 1985).
Dalam senyawa kompleks ligan menyediakan atom donor (pemberi atau
penyumbang) dan atom pusat bertindak sebagai akseptor (penerima). Dengan kata
lain, ligan bersifat basa Lewis (donor pasangan elektron) dan atom pusat bersifat
asam Lewis (penerima pasangan elektron). Oleh karena unsur-unsur transisi
dalam senyawanya sering bermuatan positif tinggi (lebih besar dari +1) dan
menyediakan orbital d tidak penuh, maka unsur-unsur transisi mempunyai
kecenderungan mampu mengakomodasi banyak pasangan elektron (yang berarti
banyak ikatan koordinasi) disekelilingnya untuk membentuk senyawa kompleks
(Sugiyarto, 2012).
Beberapa ligan dapat menyumbangkan lebih dari sepasang elektron dari
atom yang berbeda pada tempat yang berbeda dalam struktur geometri ion
kompleks. Ligan ini disebut ligan multidentat. Molekul etilen diamin (en) dapat
menyumbangkan dua pasang elektron dari setiap atom N dan disebut ligan
bidentat (Sugiyarto, 2012).
Apabila ion logam dan ligan multidentat tersusun dalam bentuk cincin
(biasanya terdiri dari 5 atau 6 anggota), prosesnya dikenal dengan nama
pengkelatan. Spesies yang menghasilkannnya disebut kelat dan ligan multidentat
disebut pengkelat. Kelat berasal dari bahasa yunani yaitu chela yang berarti capit
kepiting. Model pengikatan zat pengkelat pada ion pusat menunjukan kemiripan
dengan capit kepiting (Petrucci, 1985).
2.3 Bilangan Koordinasi
Dalam suatu senyawa kompleks, banyaknya ikatan koordinat antara atom pusat
dengan atom donor (dari ligan) dinyatakan sebagai bilangan koordinasi. Bila
semua orbital s, p dan d atom pusat dipakai membentuk ikatan dengan ligan, maka
maksimal bilangan koordinasi 9 akan diperoleh. Namun dalam banyak hal, ukuran
ligan mencegah terbentuknya bilangan koordinasi lebih dari 6 bagi atom pusat
yang relatif kecil ukurannya, hal ini karena adanya interaksi tolakan antar elektron
ligan-ligan itu sendiri disekeliling atom pusat. Logam-ligam transisi seri ketiga,
yaitu 5d, mempunyai ukuran lebih besar sehingga dengan ligan-ligan yang kecil
ukurannya mampu membentuk senyawa kompleks dengan bilangan koordinasi
lebih dari 6. Bilangan koordinasi yang paling banyak dijumpai adalah 2, 4, 5 dan
6 (Sugiyarto,2012).
Tembaga (Cu) adalah logam merah terang yang lunak, mudah dibentuk dan
getas. Logam ini meleleh pada suhu 1038ºC, tidak larut dalam asam hidroklorat
dan asam sulfat encer, namun larut dalam asam sulfat pekat panas, meskipun
dengan adanya oksigen bebrapa pelarutan mungkin terjadi, larut dengan mudah
dalam asam nitrat konsentrasi sedang (8M) dan aqua regia (Sugiyarto,2012).
Ada dua senyawa tembaga yaitu senyawa tembaga (I) yang berasal dari
senyawa tembaga (I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah dan tembaga (I)
mengandung ion Cu+. Senyawa ini tidak berwarna, sebagian besar garam tembaga
(I) tidak larut dalam air. Senyawa ini mudah teroksidasi menjadi tembaga (II)
yang dapat diturunkan dari tembaga hitam CuO dan tembaga (II) mengandung ion
Cu2+. Tembaga (II) umumnya berwarna biru dalam bentuk padat dan terhidrasi
membentuk larutan encer (Svehla, 1985).
Ion ammonium (NH4+) berasal dari amonia (NH3+) dan ion hidrogen (H+).
Garam ammonium pada umumnya adalah senyawa yang larut dalam air,
membentuk larutan tak berwarna, pada pemanasan semua garam ammonium
terurai menjadi amonia dan asam yang sesuai (Svehla, 1985).
Untuk molekul amonia (NH3) atom N (dengan elektron valensi 5) bertindak
sebagai donor yang menyediakan sepasang elektron nonikatan karena tiga
elektron yang lain dipakai untuk membentuk ikatan kovalen tunggal dengan
ketiga atom H (Sugiyarto, 2012).
Sulfat (SO42-) dari barium, strontium dan timbal umumnya tidak larut
dalam air. Sulfat dari kalsium dan merkuri (II) larut sedikit dan kebanyakan sulfat
dari logam-logam sisanya larut dalam air. Beberapa sulfat basa seperti dari
merkuri, bismut dan kromium juga tidak larut dalam air, tetapi larut dalam asam
klorida encer dan asam nitrat encer (Svehla, 1985).
Tembaga (II) ammonium sulfat hidrat dan tembaga (II) tetra amin sulfat
hidrat mempunyai struktur yang berbeda. Pembuatan garam tembaga (II)
ammonium sulfat hidrat sederhana sekali melalui pendinginan larutan pekat,
larutan pekat mengandung ion Cu2+, ion ammonium dan sulfat. Kristalnya seperti
kristal monoklin dan rumus molekulnya adalah Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O atau
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O dalam hal ini 4 dari 6 molekul airnya merupakan ion
tembaga (II) hidrat Cu(H2O)42+, jadi rumusnya dapat ditulis
Cu(H2O)4(NH4)2(SO4)2.2H2O (Svehla, 1985).
Dalam garam tetra amin yang rekristalisasinya dari larutan ammonium
pekat, dimana 4 molekul NH3 akan menggantikan H2O yang ada pada ion
tembaga (II), kristalnya mengandung Cu(NH3)42+ dan SO42- dengan rumusnya
Cu(NH3)4SO4.H2O. garam tetra amin ini mempunyai rumus yang sama dengan
CuSO4.5H2O (Svehla, 1985).
Beberapa senyawa yang dikristalkan dari larutan airnya, kristal ionnya
membentuk hidrat. Hidrat merupakan zat yang rumus molekulnya mengandung
sejumlah molekul air. Pada beberapa kasus molekul air merupakan ligan yang
terikat langsung pada ion logam pada hidrat CuSO4.5H2O empat molekul H2O
berhubungan dengan tembaga pada ion kompleks [Cu(H2O)4]2+ dan yang kelima
dengan anion SO42- melalui ikatan hidrogen. Kemungkinan lain untuk membentuk
hidrat ialah bahwa molekul air dapat bergabung dalam posisi tertentu pada kristal
padat tetapi tidak berhubungan dengan kation dan anion tertentu. Hidrat seperti ini
disebut air kisi (lattice water), contohnya BaCl2.2H2O (Petrucci, 1985).
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat dan Fungsinya
No. Alat Fungsi
1. Gelas piala 250 ml untuk wadah larutan
2. Corong untuk penyaring larutan
3. Kaca arloji untuk menimbang zat
4. Batang pengaduk untuk mengaduk larutan
5. Gelas ukur untuk mengukur volume larutan
6. Lumpang untuk menghaluskan bahan
7. Kertas saring untuk penyaring endapan dengan filtrat

3.1.2 Bahan dan Fungsinya

No. Bahan Fungsi


1. CuSO4.5H2O sebagai sumber Cu2+
2. Alkuhol 96 % sebagai penarik air
3. Akuades sebagai pelarut
4. (NH4)2SO4 sebagai sumber NH4 dan SO4
5. NH3 p.a sebagai sumber NH3
3.2 Cara Kerja
3.1.1 Tembaga (II) Ammonium Sulfat Hidrat
Sebanyak 10 gram CuSO4.5H2O dan 10 gram (NH4)2SO4 ditimbang, dilarutkan
dengan 16 mL air dan ditutup dengan kaca arloji. Campuran didinginkan perlahan
melalui sisi gelas piala. Kristal yang terbentuk kemudian disaring dan dikeringkan
dalam oven. Rendemen dihitung berdasarkan perbandingan massa endapan yang
didapatkan dengan massa endapan berdasarkan teori.

3.1.2 Tembaga (II) Tetra Amin Sulfat Hidrat


Sebanyak 3,125 gram CuSO4.5H2O ditimbang dan dihaluskan dalam lumpang.
Kemudian dilarutkan dengan campuran 6 mL H2O dan 10 mL NH4OH 15 N.
Setelah itu, ditambahkan 10 mL alkohol 95% kedalam larutan secara perlahan
sambil diaduk. Kristal yang terbentuk kemudian disaring dan dicuci dengan
campuran NH4OH 15 N dan alkohol dengan perbandingan 1:1. Lalu dicuci lagi
dengan alkohol saja. Endapan dikeringkan dan rendemen dihitung berdasarkan
perbandingan massa percobaan dengan massa teori.
3.3 Skema Kerja
A. Tembaga (II) Amonium Sulfat Hidrat

[Cu(NH4)2]4+ + SO42-

- ditimbang masing-masing 10 gram


- ditambahkan 16 mL air panas
- ditutup dengan kaca arloji
larutan
- disaring kristal yang terbentuk
- dikeringkan
Kristal [Cu(NH4)2](SO4)2.6H2O)
B. Tembaga (II) Tetraamin Sulfat Hidrat

[Cu(NH3)4]2+ + SO42-
- ditimbang 6,25 gram
- dihaluskan dengan lumpang
- dilarutkan dalam akuades
- ditambahkan 6 mL akuades dan 10 mL
NH4OH 15 N
- ditambah 10 mL alkohol 95% secara
perlahan sambil diaduk
Campuran
- didiamkan
- disaring endapan
- dicuci dengan campuran NH4OH 15 N dengan
alkohol (1:1)
- dicuci dengan alkohol saja
- dikeringkan dan dihitung rendemennya

Kristal [Cu(NH3)4]SO4.H2O
3.4 Skema Alat

Keterangan :
1. Gelas piala
2. Hot plate stirrer
3. Corong
4. Erlenmeyer
5. Larutan
6. Filtrat
7. Magnetic bar
8. Kertas saring

IV. DATA DAN PERHITUNGAN


4.1 Data
A. Pembuatan Tembaga (II) Ammonium Sulfat Hidrat
Massa CuSO4.5H2O = 10 g
Massa molekul CuSO4.5H2O = 249,69 g.mol-1
Massa (NH4)2SO4 = 10 g
Massa molekulCu(NH4)2 (SO4).6H2O = 399,54 g.mol-1
Massa kertas saring = 1,97 g
Massa kristal = 14,33 g
B. Pembuatan Tetraamin Tembaga(II) Sulfat Berhidrat
Massa CuSO4.5H2O = 3,125 g
Massa molekul CuSO4.5H2O = 249,69 g.mol-1
Massa molekul Cu(NH3)4SO4.5H2O = 245,54 g.mol-1
Massa kertas saring = 2,02 g
Massa kristal = 2,86 g
4.2 Reaksi Pembentukan Garam Sederhana dan Kompleks
A. Tembaga (II) Ammonium Sulfat Hidrat
CuSO4.5H2O(s) + (NH4)2SO4(s) + H2O (l) Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O(s)
B. Tetraamin Tembaga(II) Sulfat Berhidrat
NH4OH(aq) NH3 (g) + H2O(l)
CuSO4.5H2O(s) + 4NH3 (g) Cu(NH3)4.SO4.5H2O(s)
4.3 Perhitungan
4.3.1 Tembaga (II) Ammonium Sulfat Hidrat
gram 10 g
mol CuSO4.5H2O = = = 0,04 mol
Mr 249,69 g/mol
gram 10 g
mol (NH4)2SO4 = = = 0,075 mol
Mr 132 g/mol
mol CuSO4.5H2O ~ mol Cu(NH4)2 (SO4)2.6H2O
massa teori = n × Mr
= 0,04 X 399,54 g/mol
= 16,021g
massa percobaan
% Rendemen =
massa teori
× 100%
14,33 g
= × 100%
16,021 g
= 89,44 %
massa teori- massa percobaan
% Kesalahan =
massa teori
× 100%
16,021 g-14,33 g
=
16,021 g
× 100%
= 0,105 %
4.3.2 Tetraammin Tembaga (II) Sulfat Hidrat
gram 3,125 g
mol CuSO4.5H2O = = = 0,013 mol
Mr 249,69 g/mol
mol CuSO4.5H2O ~ mol Cu(NH4)4 SO4.5H2O
massa teori = n×Mr
= 0,013 mol
= 3,19 g
massa percobaan
% Rendemen =
massa teori
× 100%
2,86 g
=
3,19 g
× 100%
= 98,65 %
massa teori- massa percobaan
% Kesalahan =
massa teori
× 100%
3,19 g-2,86 g
=
3,19 g
× 100%
= 10,34 %
V. PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Pengamatan
5.1.1 Pengamatan Langkah Kerja
A. Tembaga (II) Ammonium Sulfat Hidrat
No
Langkah Kerja Foto Pengamatan Analisis
.
1. CuSO4.5H2O (padat) dan (NH4)2SO4 masing-masing CuSO4.5H2O berupa Dilakukan dengan
ditimbang sebanyak 10 gram. Kristal berwarna biru penyetaraan jumlah mol
CuSO4.5H2O(s) + (NH4)2SO4(s) + H2O(l) dan (NH4)2SO4 yang saling bereaksi antara
Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O(s) berupa Kristal keduanya.
berwarna putih.

2. Dilarutkan dalam 16 mL air panas didalam gelas piala Campuran berwarna Tujuan dilarutkan dengan air
dan ditutup dengan kaca arloji. biru muda. panas agar kelarutan zat
bertambah dan energi kinetik
lebih besar, dan tujuan
ditutup dengan kaca arloji
agar ion NH4⁺ yang
terbentuk tidak menguap
keudara
3. Didinginkan perlahan-lahan melalui sisi gelas piala. Terbentuk endapan Campuran didinginkan untuk
biru muda. menurunkan suhu dan
mengurangi kelarutan
sehingga mempercepat
terbentuknya endapan.

4. Kristal yang terbentuk disaring dan dikeringkan diudara Endapan terpisah Setelah disaring kemudian
terbuka diatas kertas saring. dengan cairannya dikeringkan dioven untuk
yang bening. menguapkan sisa filtrat atau
pelarut yang digunakan.

B. Tetraamin Tembaga(II) Sulfat Berhidrat

No. Langkah Kerja Foto Pengamatan Analisis


1. CuSO45H2O (padat) ditimbang sebanyak 3,125 gram Kristal berwarna Tujuan kristal dihaluskan
kemudian dihaluskan dengan lumpang. biru. untuk memperbesar luas
permukaan
kristal sehingga kelartan juga
semakin besar.

2. Dilarutkan dengan campuran 3 mL H2O dan 5 mL NH3 Setelah ditambahkan Perubahan warna terjadi
15 N. NH3 15 N (ammonia karena campuran bereaksi
pa), campuran dengan ammonia. Selain itu,
berubah warna ammonia ini merupakan
menjadi biru tua. senyawa yang akan merubah
logam amin (NH3).
3. Ditambahkan sedikit-sedikit 10 mL alkohol 95% sambil Campuran biru tua Selain sebagai pelarut,
diaduk. dan terdapat penambahan alkohol ini
endapan. mempercepat terjadinya
reaksi dan memicu
terbentuknya endapan.
Fungsi alkohol ini digunakan
untuk memperkecil kelarutan
sehingga terbentuk endapan
4. Diamkan sebentar, kemudian didinginkan dengan Terpisah endapan Dilakukan pendinginan
mencelupkan gelas piala ke dalam ice bath. Lalu saring dengan cairannya. untuk menurunkan suhu
dengan kertas saring. sehingga mengurangi
kelarutan dan mempercepat
terbentuknya endapan.

5. Larutan disaring dan dicuci dengan campuran NH4OH Kristal berwarna Penyaringan dilakukan untuk
dan alkohol dengan perbandingan 11. Kemudian endapan biru tua memisahkan filtrat dengan
dikeringkan endapannya kemudian dicuci
untuk memurnikan endapan.
5.1.2 Analisis Hasil
No. Senyawa Kimia dan Hasil Foto Sifat Fisik Analisis
1. Tembaga (II) ammonium sulfat berhidrat Berdasarkan hasil Pada tembaga (II) ammonium
(Cu(H2O)4(NH4)2(SO4)22H2O) yang didapat pada sulfat berhidrat hanya terjadi
percobaan, diketahui pergantian anion, tidak
+2
H4N O O sifat fisik sebagai terbentuk senyawa kompleks
Cu S berikut: ditandai tidak terjadi
H4N O O SO42-. 6H2O - Berupa kristal perubahan warna saat
- Berwarna biru produknya terbentuk. Jadi
muda tembaga (II) ammonium
TEMBAGA (II) AMMONIUM SULFAT HIDRAT
sulfat berhidrat merupakan
29Cu ; [Ar] 3d9 4s2 4p0
garam sederhana. Didapatkan
Cu2+ ; [Ar] 3d9
hasil sebesar 11,53 gram dan
3d 4s rendemen sebesar 71,96%.
4p
Hibridisasi setelah pengikatan

3d 4s 4p
NH4+ SO42-
Hibridisasi; sp3
Geometri; Tetrahedral
Sifat; Paramagnetic

2. Tetraamin Tembaga(II) Sulfat Berhidrat - Berupa kristal Pada tembaga (II) tetraamin
(Cu(NH3)4SO4.H2O) - Berwarna biru sulfat berhidrat terbentuk
+2 tua senyawa kompleks, dengan
H3N NH3

Cu - Bersifat adanya perubahan warna dari


H3N NH3 SO42- . H2O diamagnetik biru muda menjadi biru tua.
Rendemen yang didapatkan
TEMBAGA(II) TETRA AMIN SULFAT BERHIDRAT
68,96% dikarenakan tembaga
Hibridisasi (II) tetraamin silfat berhidrat
merupakan garam kompleks .
29Cu ; [Ar] 3d9 4s2 4p0
Hasil yang didapatkan yaitu
Cu2+ ; [Ar] 3d9 4s0 4p0 sebesar 2.2 gram dengan
persen kesalahan sebesar
31,03%.
3d 4s 4p

Hibridisasi setelah pengikatan ligan

3d 4s 4p

4NH4
Hibridisasi; dsp2 (square planar)
5.2 Pembahasan
Percobaan kali ini adalah tentang tembaga(II) ammonium sulfat berhidrat dan
Tetraamin Tembaga(II) Sulfat Berhidrat yang bertujuan untuk mempelajari
pembuatan dari tembaga(II) ammonium sulfat berhidrat dan Tetraamin
Tembaga(II) Sulfat Berhidrat dengan prinsip rekristalisasi.
Pada pembuatan tembaga(II) ammonium sulfat berhidrat, CuSO4.5H2O dan
(NH4)2SO4 dilarutkan dengan air panas yang bertujuan agar proses pelarutan
berlangsung lebih cepat karena (NH4)2SO4 sukar larut dalam air dan ditutup
dengan kaca arloji untuk menghindari NH4+ menguap sehingga tembaga (II)
ammonium sulfat hidrat terbentuk maksimal. Kemudian didinginkan untuk
membentuk kristal, kristal yang terbentuk dikeringkan untuk menguapkan air.
Pada percobaan ini dapat diketahui bahwa hasil yang didapatkan merupakan
garam sederhana, karena tidak terjadi perubahan warna.
Pembuatan Tetraamin Tembaga(II) Sulfat Berhidrat menggunakan
CuSO4.5H2O sebagai sumber Cu²⁺, yang kemudian dihaluskan didalam lumpang
untuk memperbesar luas permukaan dari CuSO4.5H2O. Penambahan
campuran 3 ml H2O dan 5 ml NH3 yang bertujuan untuk mengionkan NH3 dan
agar garam CuSO4.5H2O terion membentuk Cu2+ yang nantinya akan berikatan
dengan ligan amin (NH3) . Setelah larutan dicampurkan akan diperoleh larutan
berwarna biru tua, hal ini menunjukkan bahwa garam yang terbentuk merupakan
garam kompleks karena terjadi perubahan warna pada larutan. Kemudian
ditambahkan alkohol 96 % untuk menahan solvasi ion-ion pelarut dengan atom
pusat sehingga dapat berikatan dengan logam. Selain itu, penambahan alkohol
berfungsi untuk memperkecil kelarutan dalam pembentukan endapan. Lalu
didingankan didalam ice bath agar kristal terbentuk maksimal. Kristal disaring
dan dicuci kembali dengan campuran NH3 dan alkohol agar terbentuk kompleks
yang sempurna dan menarik air yang terdapat pada endapan. Kemudian dicuci
kembali dengan alkohol untuk menarik air.
Tembaga(II) ammonium sulfat berhidrat merupakan garam sederhana yang
mempunyai ikatan ionik dan didapatkan rendemen sebesar 71,96%. Sedangkan
tetraamin tembaga(II) sulfat berhidrat adalah garam kompleks yang mempunyai
ikatan kovalen koordinasi dan didapatkan rendemen sebesar 68,96%.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Setelah percobaan dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Tembaga(II) ammonium sulfat berhidrat merupakan garam sederhana
sedangkan tetraamin tembaga(II) sulfat berhidrat merupakan garam kompleks
karena terjadi perubahan warna endapan yang didapatkan.
2. Tujuan ditambahkan NH3 15 N yaitu sebagai sumber ligan yang akan berikatan
kovalen koordinasi dengan atom pusat Cu2+.
3. Massa produk tembaga(II) ammonium sulfat berhidrat yang didapatkan sebesar
11,53 gram dan tetraamin tembaga(ii) sulfat berhidrat sebesar 2,2 gram.
4. Randemen tembaga(II) ammonium sulfat hidrat yang didapatkan sebesar
71,96% dan tetraamin tembaga(II) sulfat berhidrat sebesar 68,96%.

6.2 Saran
Setelah percobaan dilakukan, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik maka
disarankan agar :
1. Penambahan ammounium hidroksida dengan alkohol diusahakan tidak terlalu
lama supaya ammonium tidak menguap,.
2. Hati-hati saat menambahkan NH3 15 N karena konsentrasinya pekat.
3. Pelarutan garam dilakukan pada suhu yang ideal agar larut sempurna.
4. Pahami prosedur kerja.
5. Selalu memakai alat pelindung diri selama melakukan percobaan.
DAFTAR PUSTAKA

Petrucci RH. 1985. Kimia Dasar untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Sugiyarto KH. 2012. Dasar-dasar Kimia Anorganik Transisi. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Svehla G, dkk. 1985. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka.
LAMPIRAN 1. Tugas Sebelum Praktikum
1. Apa jenis garam yang dibuat dalam percobaan ini?
Jawab :
Garam yang dihasilkan dalam percobaan ini ada dua jenis, yaitu garam
rangkap dan garam kompleks. Garam rangkap yang dimaksud yaitu
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O dan garam kompleks yaitu [Cu(NH3)4]SO4.6H2O

2. Bedakan antara garam sederhana dengan garam kompleks !


Jawab :
Garam kompleks yaitu garam yang mengandung ion-ion pusat dan ligan,
sedangkan garam sederhana yaitu garam yang terbentuk lewat proses
kristalisasi dari campuran sejumlah ekivalen dua atau lebih garam-garam
tertentu.

3. Buatlah struktur bangun dari kedua kompleks.


Tembaga(II) ammonium sulfat berhidrat

SO42-.6H2O

Tembaga(II) tetraamin sulfat berhidrat

SO42-.H2O
LAMPIRAN 2. Struktur Bahan
No Senyawa Struktur
.
1. CuSO4.5H2O

2. Alkohol 96 %
R OH
3. Akuades
O

H H
4. Ammonia H H
(NH4-OH)
N O H

H H
5. Ammonium sulfat H+ O O-
H
(NH4)2SO4
N S

- O
H H O

You might also like