You are on page 1of 20

BAB IV

FASILITAS PPN & PPnBM

A. PENGANTAR
Pemerintah dalam rangka untuk mendorong berhasilnya sektor
kegiatan ekonomi yang berprioritas tinggi dalam skala nasional,
mendorong perkembangan dunia usaha dan meningkatkan daya saing,
mendukung pertahanan nasional, serta memperlancar pembangunan
nasional, memberikan kemudahan dalam bentuk fasilitas perpajakan
Menurut pasal 16 B ayat (1) Undang-undang PPN dan PPnBM,
dikatakan bahwa Pajak terutang tidak dipungut sebagian atau
seluruhnya atau dibebaskan dari pengenaan pajak, baik untuk
sementara waktu maupun selamanya, untuk: (1) kegiatan di kawasan
tertentu atau tempat tertentu di dalam Daerah Pabean; (2) penyerahan
Barang Kena Pajak tertentu atau penyerahan Jasa Kena Pajak tertentu;
(3) impor Barang Kena Pajak tertentu; (4) pemanfaatan Barang Kena
Pajak Tidak Berwujud tertentu dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean; dan (5) pemanfaatan Jasa Kena Pajak tertentu dari luar
Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
Setelah menyelesaikan materi ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menjelaskan Jenis Fasilitas PPN dan PPn BM
2. Menjelaskan Fasilitas Pajak Terutang Tidak Dipungut
3. Menjelaskan Fasilitas Pajak Terutang Dibebaskan
4. Memberi Contoh Perhitungan

B. DESKRIPSI MATERI
1. Jenis Fasilitas PPN dan PPn BM
Berdasarkan pasal 16 B ayat (1) Undang-undang PPN dan PnBM,
pemerintah memberikan dua macam fasilitas yakni :
a. Fasilitas PPN Tidak Dipungut
b. Fasilitas PPN Dibebaskan.
Keduanya diberikan untuk :
a. Kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam
Daerah Pabean;

Hal. 51
b. penyerahan Barang Kena Pajak tertentu atau penyerahan Jasa
Kena Pajak tertentu;
c. impor Barang Kena Pajak tertentu;
d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud tertentu dari
luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; dan
e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak tertentu dari luar Daerah Pabean
di dalam Daerah Pabean.
Tujuan dan maksud diberikannya kemudahan pada hakikatnya
untuk memberikan fasilitas perpajakan yang benar-benar
diperlukan terutama untuk berhasilnya sektor kegiatan ekonomi
yang berprioritas tinggi dalam skala nasional, mendorong
perkembangan dunia usaha dan meningkatkan daya saing,
mendukung pertahanan nasional, serta memperlancar
pembangunan nasional.

Kemudahan perpajakan yang diatur dalam Pasal ini diberikan


terbatas untuk:
a. mendorong ekspor yang merupakan prioritas nasional di
tempat Penimbunan Berikat atau untuk mengembangkan
wilayah dalam Daerah Pabean yang dibentuk khusus untuk
maksud tersebut;
b. menampung kemungkinan perjanjian dengan negara lain
dalam bidang perdagangan dan investasi, konvensi
internasional yang telah diratifikasi, serta kelaziman
internasional lainnya;
c. mendorong peningkatan kesehatan masyarakat melalui
pengadaan vaksin yang diperlukan dalam rangka program
imunisasi nasional;
d. menjamin tersedianya peralatan Tentara Nasional
Indonesia/Kepolisian Republik Indonesia (TNI/POLRI) yang
memadai untuk melindungi wilayah Republik Indonesia dari
ancaman eksternal maupun internal;
e. menjamin tersedianya data batas dan foto udara wilayah
Republik Indonesia yang dilakukan oleh Tentara Nasional
Indonesia (TNI) untuk mendukung pertahanan nasional;
f. meningkatkan pendidikan dan kecerdasan bangsa dengan
membantu tersedianya buku pelajaran umum, kitab suci, dan
buku pelajaran agama dengan harga yang relatif terjangkau
masyarakat;
Hal. 52
g. mendorong pembangunan tempat ibadah;
h. menjamin tersedianya perumahan yang harganya terjangkau
oleh masyarakat lapisan bawah, yaiturumah sederhana, rumah
sangat sederhana, danrumah susun sederhana;
i. mendorong pengembangan armada nasional di bidang
angkutan darat, air, dan udara;
j. mendorong pembangunan nasional dengan membantu
tersedianya barang yang bersifat strategis, seperti bahan baku
kerajinan perak;
k. menjamin terlaksananya proyek pemerintah yang dibiayai
dengan hibah dan/atau dana pinjamannluar negeri;
l. mengakomodasi kelaziman internasional dalam importasi
Barang Kena Pajak tertentu yang dibebaskan dari pungutan Bea
Masuk;
m. membantu tersedianya Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena
Pajak yang diperlukan dalam rangka penanganan bencana alam
yang ditetapkan sebagai bencana alam nasional;
n. menjamin tersedianya air bersih dan listrik yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat; dan/atau
o. menjamin tersedianya angkutan umum di udara untuk
mendorong kelancaran perpindahan arus barang dan orang di
daerah tertentu yang tidak tersedia sarana transportasi lainnya
yang memadai, yang perbandingan antara volume barang dan
orang yang harus dipindahkan dengan sarana transportasi yang
tersedia sangat tinggi.
Perbedaan Fasilitas PPN tidak dipungut dengan Fasilitas PPN
dibebaskan adalah Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan
Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak yang atas
penyerahannya tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai dapat
dikreditkan, sedangkan Pajak Masukan yang dibayar untuk
perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak
yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai tidak dapat dikreditkan.

2. Fasilitas Pajak Terutang Tidak Dipungut


a. Sehubungan dengan proyek pemerintah dengan sumber
dana dari hibah/bantuan LN, dasar hukum Peraturan
Pemerintah Nomor 42 tahun 1995, yang diperbarui dengan PP
Hal. 53
Nomor 25 Tahun 2001 tentang Bea Masuk, Bea Masuk
Tambahan, PPN & PPnBM, dan PPh dalam Rangka Pelaksanaan
Proyek Pemerintah yang Dibiayai dengan Hibah atau Dana
Pinjaman Luar Negeri, yang kemudian diatur lebih lanjut dalam
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 19/PJ.53/1996.
Fasilitas PPN dan PPn BM tidak dipungut untuk proyek
Pemerintah yang dibiayai dengan hibah/dana pinjaman luar
negeri, pada prinsipnya diberikan untuk :
1) Pemasukan barang/jasa dari luar daerah pabean oleh
kontraktor utama yang meliputi :
a) impor Barang Kena Pajak (BKP),
b) Pemanfaatan Jasa Kena Pajak (JKP) dari luar daerah
pabean,
c) Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari
luar daerah pabean.
2) Penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak oleh
kontraktor utama kepada pemilik proyek.
Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak di dalam
daerah pabean yang dilakukan oleh kontraktor utama dari sub
kontraktor atau pihak lain, tetap terutang PPN yang bagi
kontraktor utama merupakan Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan, sepanjang Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
tersebut digunakan untuk mengerjakan proyek tersebut.

Dalam hal proyek Pemerintah yang dibiayai dengan hibah/dana


pinjaman luar negeri dikerjakan oleh kontraktor utama yang
merupakan Joint Operation (JO), maka berlaku ketentuan-
ketentuan sebagai berikut :

1) JO dan anggota JO harus terdaftar sebagai Pengusaha Kena


Pajak.
2) Atas penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
dari JO kepada pemilik proyek tidak dipungut PPN, namun
Faktur Pajak tetap harus dibuat oleh JO dengan diberi cap
"PPN dan PPn BM tidak dipungut".
3) Atas penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
dari anggota JO kepada JO, terutang PPN dan anggota JO
harus membuat Faktur Pajak kepada JO. Bagi anggota JO,

Hal. 54
PPN dalam Faktur Pajak itu merupakan Pajak Keluaran dan
bagi JO, PPN tersebut merupakan Pajak Masukan.
4) Atas perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak oleh
anggota JO tetap terutang PPN yang dapat merupakan Pajak
Masukan bagi anggota JO tersebut.
Dalam hal kontraktor utama melaksanakan proyek atas dasar
"turn key", namun barang-barang yang tercantum dalam daftar
barang yang akan diimpor (Master List), diimpor oleh dan atas
nama pemilik proyek, maka Dasar Pengenaan Pajak yang
tercantum dalam Faktur Pajak dibuat atas dasar nilai kontrak
dikurangi dengan nilai impor atas barang-barang yang
Pemberitahuan Impor Untuk Dipakai (PIUD-nya) atas nama
pemilik proyek tersebut.

Dalam hal kontraktor utama melaksanakan proyek Pemerintah


yang sebagian dananya dibiayai dari hibah/dana pinjaman luar
negeri dan sebagian lainnya dari APBN/APBD/dana lain selain
hibah/dana pinjaman luar negeri, maka ketentuannya adalah
sebagai berikut :
1) Atas penyerahan/penerimaan termin proyek yang dibiayai
dari hibah/dana pinjaman luar negeri :
a) Tidak dipungut PPN dan PPn BM,
b) Faktur Pajak tetap dibuat dengan diberi cap "PPN dan
PPn BM tidak dipungut",
c) Surat Setoran Pajak tidak perlu dibuat.
2) Atas penyerahan/penerimaan termin proyek yang dibiayai
dengan dana dari APBN/APBD/dana lain selain hibah/dana
pinjaman luar negeri :
a) terutang PPN,
b) Faktur Pajak harus dibuat,
c) Surat Setoran Pajak harus dibuat, sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan Keputusan
Presiden Nomor 56 Tahun 1988.

b. Penyerahan BKP di /Ke Kawasan Berikat


Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
255/PMK.04/2011, maka :

Hal. 55
1) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM) tidak dipungut atas:
2) pemasukan barang dari tempat lain dalam daerah pabean
ke Kawasan Berikat untuk diolah lebih lanjut;
3) pemasukan kembali barang dan Hasil Produksi Kawasan
Berikat dalam rangka subkontrak dari Kawasan Berikat lain
atau perusahaan industri di tempat lain dalam daerah
pabean ke Kawasan Berikat;
4) pemasukan kembali mesin dan/atau cetakan (moulding)
dalam rangka peminjaman dari Kawasan Berikat lain atau
perusahaan di tempat lain dalam daerah pabean ke
Kawasan Berikat;
5) pemasukan Hasil Produksi Kawasan Berikat lain, atau
perusahaan di tempat lain dalam daerah pabean yang
Bahan Baku untuk menghasilkan hasil produksi berasal dari
tempat lain dalam daerah pabean, untuk diolah lebih lanjut
oleh Kawasan Berikat;
6) pemasukan hasil produksi yang berasal dari Kawasan
Berikat lain, atau perusahaan di tempat lain dalam daerah
pabean yang Bahan Baku untuk menghasilkan hasil
produksi tersebut berasal dari tempat lain dalam daerah
pabean, yang semata-mata akan digabungkan dengan
barang Hasil Produksi Kawasan Berikat untuk
diekspor;atau
7) pemasukan pengemas dan alat bantu pengemas dari
tempat lain dalam daerah pabean ke Kawasan Berikat
untuk menjadi satu kesatuan dengan Hasil Produksi
Kawasan Berikat.

c. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2000
tentang Perlakuan Perjakan di Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu (KAPET).
Kepada Pengusaha di Kawasan Berikat, untuk selanjutnya
disebut PDKB, di dalam wilayah KAPET dapat diberikan
fasilitas perpajakan berupa Pajak Pertambahan Nilai Barang

Hal. 56
dan Jasa, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah tidak
dipungut atas:
1) impor barang modal atau peralatan lain oleh PDKB yang
berhubungan langsung dengan kegiatan produksi;
2) impor barang dan/atau bahan untuk diolah di PDKB;
3) pemasukan Barang Kena Pajak dari Daerah Pabean Indonesia
Lainnya, untuk selanjutnya disebut DPIL, ke PDKB untuk
diolah lebih lanjut;
4) pengiriman barang hasil produksi PDKB ke PDKB lainnya
untuk diolah lebih lanjut;
5) pengeluaran barang dan atau bahan dari PDKB ke
perusahaan industri di DPIL atau PDKB lainnya dalam
rangka subkontrak;
6) penyerahan kembali Barang Kena Pajak hasill pekerjaan
subkontrak oleh Pengusaha Kena Pajak di DPIL atau PDKB
lainnya kepada Pengusaha Kena Pajak PDKB asal;
7) peminjaman mesin dan atau peralatan pabrik dalam rangka
subkontrak dari PDKB kepada perusahaan industri di DPIL
atau PDKB lainnya dan pengembaliannya ke PDKB asal.

d. Kemudahan Impor untuk Tujuan Ekspor (KITE)


Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
580/KMK.04/2003 yang diperbarui dengan PMK Nomor
15/PMK.011/2011 tentang Tata Laksana Kemudahan Impor
Tujuan Ekspor dan Pengawasannya .
PPN tidak dipungut atas :
1) Terhadap barang dan/atau bahan asal impor untuk diolah,
dirakit, atau dipasang pada barang lain di Perusahaan
dengan tujuan untuk diekspor dapat diberikan Pembebasan
serta PPN dan PPnBM tidak dipungut.
2) Terhadap hasil produksi yang bahan bakunya berasal dari
impor yang diserahkan ke Kawasan Berikat untuk diproses
lebih lanjut dapat diberikan Pembebasan dan/atau
Pengembalian serta PPN dan PPnBM tidak dipungut
Cara untuk mendapatkan fasilitas PPN tidak dipungut :
1) Perusahaan wajib memiliki Nomor Induk Perusahaan
(NIPER) yang diterbitkan oleh Kantor Wilayah dengan cara

Hal. 57
mengajukan Data Induk Perusahaan (DIPER) secara lengkap
dan benar kepada Kepala Kantor Wilayah secara elektronik.
2) Kantor Wilayah melakukan penelitian administratif dan
lapangan terhadap kebenaran data dalam DIPER, dan
hasilnya dituangkan dalam Berita Acara dalam waktu 14 hari
kerja.
3) Persetujuan atau penolakan terhadap permohonan NIPER
diberikan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari
kerja terhitung sejak tanggal Berita Acara.
4) Apabila dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan berturut-
turut terhitung sejak NIPER diterbitkan perusahaan tidak
melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pemberian
Pembebasan dan/atau Pengembalian serta PPN dan PPnBM
tidak dipungut, NIPER dicabut.
5) Terhadap perusahaan penerima Pembebasan dan/atau
Pengembalian serta PPN dan PPnBM tidak dipungut, yang
NIPER-nya dicabut, BM dan/atau Cukai serta PPN dan
PPnBM yang terutang, bunga serta sanksi wajib dilunasi
paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal
pencabutan
6) dilakukan oleh perusahaan yang mengimpor barang
dan/atau bahan dan mengekspor hasil produksinya atau
perusahaan yang menyerahkan hasil produksinya ke
Kawasan Berikat untuk diolah, dirakit atau dipasang pada
barang lain;
7) perusahaan mengajukan surat permohonan kepada Kepala
Kantor Wilayah dengan melampirkan Daftar Keterkaitan
antara barang dan/atau bahan asal impor dengan hasil
produksi yang diekspor atau yang diserahkan ke Kawasan
Berikat atau dijual ke dalam DPIL.

e. Impor BKP Tertentu yang Dibebaskan dari Bea Masuk


Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
142/PMK.010/2015 yang mengatur tentang Perlakuan PPN dan PPn
BM atas Impor BKP yang Dibebaskan dari Pungutan Bea Masuk,
dapat diketahui bahwa Atas impor Barang Kena Pajak yang
dibebaskan dari pungutan Bea Masuk tetap dipungut Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

Hal. 58
Penjualan Atas Barang Mewah berdasarkan ketentuan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku, kecuali :
1) barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang
bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik;
2) barang untuk keperluan badan internasional yang diakui dan
terdaftar pada Pemerintah Indonesia beserta pejabatnya yang
bertugas di Indonesia dan tidak memegang paspor Indonesia;
3) barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal,
sosial, kebudayaan, atau barang untuk kepentingan
penanggulangan bencana alam;
4) barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat
lain semacam itu yang terbuka untuk umum, serta barang
untuk konservasi alam;
5) barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan;
6) barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan
penyandang cacat lainnya;
7) peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;
8) barang pindahan tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar
negeri, mahasiswa yang belajar di luar negeri, Pegawai Negeri
Sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, atau anggota
Kepolisian Republik Indonesia yang bertugas di luar negeri
sekurang-kurangnya selama 1 (satu) tahun, sepanjang barang
tersebut tidak untuk diperdagangkan dan mendapat
rekomendasi dari Perwakilan Republik Indonesia setempat;
9) barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas
batas, dan barang kiriman sampai batas jumlah tertentu sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan Pabean;
10) barang yang diimpor oleh pemerintah pusat atau pemerintah
daerah yang ditujukan untuk kepentingan umum;
11) perlengkapan militer termasuk suku cadang yang
diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan
Negara;
12) barang impor sementara sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai impor sementara;
13) barang yang dipergunakan untuk kegiatan usaha eksplorasi dan
eksploitasi hulu minyak dan gas bumi serta eksplorasi dan

Hal. 59
eksploitasi panas bumi; epanjang memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
a) barang tersebut belum dapat diproduksi dalam negeri;
b) barang tersebut sudah diproduksi dalam negeri, namun
belum memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan; atau
c) barang tersebut sudah diproduksi dalam negeri, namun
jumlahnya belum mencukupi kebutuhan industri.
14) barang yang telah diekspor kemudian diimpor kembali dalam
kualitas yang sama dengan kualitas pada saat diekspor
15) barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan,
pengerjaan, dan pengujian, kemudian diimpor kembali;
sepanjang pada saat ekspor Barang Kena Pajak dimaksud
dinyatakan akan diimpor kembali.
16) obat-obatan yang diimpor dengan menggunakan anggaran
pemerintah yang diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat;
17) bahan terapi manusia, pengelompokan darah dan bahan
penjenisan jaringan yang diimpor dengan menggunakan
anggaran pemerintah yang diperuntukkan bagi kepentingan
masyarakat.
Untuk memperoleh fasilitas tersebut, Wajib Pajak harus
mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai
bersamaan dengan permohonan untuk memperoleh fasilitas
pembebasan bea masuk, dengan dilampiri Rencana Impor Barang
(RIB) yang telah disetujui dan ditandasahkan oleh Direktur Jenderal
Minyak dan Gas Bumi atau Direktur Jenderal Energi Baru,
Terbarukan, dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral, yang tata caranya mengikuti ketentuan
perundang-undangan Pabean.

f. Fasilitas PPN Tidak Dipungut untuk JKP dan BKP Alat


Angkutan Tertentu
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 TAHUN 2015 tentang
Impor dan Penyerahan Alat Angkutan Tertentu yang Tidak
Dipungut PPN, Jasa yang tidak dipungut PPN nya meliputi :

1) Jasa yang diterima oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional,


Perusahaan Penangkapan Ikan Nasional, Perusahaan
Penyelenggara Jasa Kepelabuhanan Nasional, dan Perusahaan

Hal. 60
Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai, Danau, dan
Penyeberangan Nasional yang meliputi:
a) jasa persewaan kapal;
b) jasa kepelabuhanan meliputi jasa tunda, jasa pandu, jasa
tambat, dan jasa labuh; dan
c) jasa perawatan dan reparasi (docking) kapal;
2) jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga
Nasional yang meliputi:
a) jasa persewaan pesawat udara; dan
b) jasa perawatan dan reparasi pesawat udara; dan
c) jasa perawatan dan reparasi kereta api yang diterima oleh
Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum
Sedangkan barang kena pajak berupa alat angkutan tertentu yang
atas impor dan penyerahannya PPN tidak dipungut adalah :

1) alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan di


udara, dan kereta api, serta suku cadangnya yang diimpor atau
diserahkan oleh atau kepada Kementerian Pertahanan, Tentara
Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan
oleh pihak lain yang ditunjuk oleh Kementerian Pertahanan,
Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia untuk melakukan impor tersebut;
2) kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan
kapal angkutan penyeberangan, kapal penangkap ikan, kapal
pandu, kapal tunda, kapal tongkang, dan suku cadangnya, serta
alat keselamatan pelayaran dan alat keselamatan manusia yang
diserahkan atau diimpor untuk digunakan oleh Perusahaan
Pelayaran Niaga Nasional, Perusahaan Penangkapan Ikan
Nasional, Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhanan
Nasional, dan Perusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai,
Danau dan Penyeberangan Nasional, sesuai dengan kegiatan
usahanya;
3) pesawat udara dan suku cadangnya serta alat keselamatan
penerbangan dan alat keselamatan manusia, peralatan untuk
perbaikan dan pemeliharaan yang diimpor dan digunakan oleh
Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional, dan suku cadangnya,
serta peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan pesawat udara
yang diperoleh atau diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh
Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang digunakan
Hal. 61
dalam rangka pemberian jasa perawatan dan reparasi pesawat
udara kepada Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional; dan
4) kereta api dan suku cadangnya serta peralatan untuk perbaikan
dan pemeliharaan serta prasarana perkeretaapian yang diserahkan
atau diimpor dan digunakan oleh Badan Usaha Penyelenggara
Sarana Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha
Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian Umum, dan komponen
atau bahan yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh Badan
Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum dan/atau
Badan Usaha Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian Umum,
yang digunakan untuk pembuatan kereta api, suku cadang,
peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan, serta prasarana
perkeretaapian yang akan digunakan oleh Badan Usaha
Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum dan/atau Badan
Usaha Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian Umum

3. Fasilitas Pajak Terutang Dibebaskan


a. BKP Tertentu yang Atas Impomya dan atau
Penyerahannya Dibebaskan dari Pengenaan PPN.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2003 jo
Peraturan Pemerintah Nomor 69 th 2015 tentang Impor dan atau
Penyerahan BKP Tertentu dan atau Penyerahan JKP Tertentu yang
DIbebaskan dari Pengenaan PPN, maka atas impor dan atau
penyerahan BKP tertentu di bawah ini mendapat fasilitas bebas dari
pengenaan PPN :
1) Rumah sederhana, RSS, rusun sederhana, pondok boro, asrama
mahasiswa dan pelajar serta perumahan lain yg ditetapkan
KMK.
2) Senjata, amunisi, alat angkut di air, alat angkut di bawah air,
alat angkut di udara, kendaraan lapis baja, kendaraan angkutan
khusus lainnya dan komponen atau bahan yang diperlukan
dalam pembuatan senjata dan amunis oleh PT. PINDAD utk
TNI/Polri.
3) Vaksin polio dalam rangka pelaksanaan program PIN.
4) Buku pelajaran umum, kitab suci, dan buku pelajaran
Menurut PMK Nomor 122/PMK.011/2013, :

Hal. 62
a) Atas impor dan/atau penyerahan buku-buku pelajaran
umum, kitab suci, dan buku-buku pelajaran agama,
dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
b) Buku-buku pelajaran umum yang dimaksud merupakan
buku-buku fiksi dan nonfiksi untuk meningkatkan
pendidikan dan kecerdasan bangsa, yang merupakan buku-
buku pelajaran pokok, penunjang dan kepustakaan.
c) Kitab suci yaitu:
(1) Kitab suci agama Islam meliputi kitab suci Alquran,
termasuk tafsir dan terjemahannya baik secara
keseluruhan maupun sebagian, dan Jus Amma;
(2) Kitab suci agama Kristen Protestan meliputi kitab suci
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru termasuk tafsir
dan terjemahannya baik secara keseluruhan maupun
sebagian;
(3) Kitab suci agama Katolik meliputi kitab suci Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru termasuk tafsir dan
terjemahannya baik secara keseluruhan maupun
sebagian;
(4) Kitab suci agama Hindu meliputi kitab suci Weda,
Smerti, dan Sruti, Upanisad, Itihasa, Purnama,
termasuk tafsir dan terjemahannya baik secara
keseluruhan maupun sebagian;
(5) Kitab suci agama Budha meliputi kitab suci Tripitaka
termasuk tafsir dan terjemahannya baik secara
keseluruhan maupun sebagian; dan
(6) Kitab lainnya yang telah ditetapkan sebagai kitab suci
oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang agama atau pejabat lain yang
ditunjuk oleh menteri dimaksud.
d) Buku-buku pelajaran agama adalah buku-buku fiksi dan
nonfiksi untuk meningkatkan pendidikan dan kecerdasan
bangsa, yang merupakan buku-buku pelajaran pokok,
penunjang dan kepustakaan di bidang agama.
5) Peralatan berikut suku cadangnya yang digunakan oleh
Departemen Pertahanan atau TNI untuk penyediaan data batas
dan photo udara wilayah Negara Republik Indonesia yang
dilakukan untuk mendukung pertahanan Nasional, yang

Hal. 63
diimpor oleh Departemen Pertahanan, TNI atau pihak yang
ditunjuk oleh Departemen Pertahanan atau TNI
Catatan :
Dalam hal BKP Tertentu yang dibebaskan dari pengenaan PPN
dengan menggunakan Surat Keterangan Bebas ternyata digunakan
tidak sesuai dengan tujuan semula atau dipindahtangankan kepada
pihak lain baik sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu 5
tahun sejak saat impor dan atau perolehan, maka PPN yang
dibebaskan wajib dibayar kembali dalam jangka waktu 1 bulan sejak
barang modal tersebut dialihkan penggunaannya atau dipindahkan,
sedangkan PPN yang telah dibayarkan tidak dapat dikreditkan.

b. Penyerahan BKP tertentu yang bersifat strategis yang


dibebaskan dari PPN
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007,
maka BKP strategis yang dibebaskan dari pengenaan PPN adalah :
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis adalah :
1) barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam
keadaan terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku
cadang;
2) makanan ternak, unggas, dan ikan dan/atau bahan baku untuk
pembuatan makanan ternak, unggas dan ikan;
3) barang hasil pertanian;
Barang hasil pertanian adalah barang yang dihasilkan dari
kegiatan usaha di bidang:
(1) pertanian, perkebunan, dan kehutanan;
(2) peternakan, perburuan atau penangkapan, maupun
penangkaran; atau
(3) perikanan baik dari penangkapan atau budidaya, yang
dipetik langsung, diambil langsung atau disadap langsung
dari sumbernya termasuk yang diproses awal dengan
tujuan untuk memperpanjang usia simpan atau
mempermudah proses lebih lanjut, sebagaimana
ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini.
4) bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan,
kehutanan, peternakan, penangkaran atau perikanan;

Hal. 64
5) air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air
Minum;
6) listrik, kecuali untuk perumahan dengan daya di atas 6.600
(enam ribu enam ratus) watt; dan
7) Rumah Susun Sederhana Milik (RUSUNAMI).
Rumah Susun Sederhana Milik, yang selanjutnya disebut
RUSUNAMI, adalah bangunan bertingkat yang dibangun dalam
suatu lingkungan yang dipergunakan sebagai tempat hunian
yang dilengkapi dengan kamar mandi/WC dan dapur, baik
bersatu dengan unit hunian maupun terpisah dengan
penggunaan komunal, yang perolehannya dibiayai melalui
kredit kepemilikan rumah bersubsidi atau tidak bersubsidi,
yang memenuhi ketentuan :
(1) luas untuk setiap hunian lebih dari 21 m2 (dua puluh satu
meter persegi) dan tidak melebihi 36 m2 (tiga puluh enam
meter persegi);
(2) harga jual untuk setiap hunian tidak melebihi Rp
144.000.000,00 (seratus empat puluh empat juta rupiah);
(3) diperuntukkan bagi orang pribadi yang mempunyai
penghasilan tidak melebihi Rp 4.500.000,00 (empat juta
lima ratus ribu rupiah) per bulan dan telah memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
(4) pembangunannya mengacu kepada Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum yang mengatur mengenai persyaratan
teknis pembangunan rumah susun sederhana; dan
(5) merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan
sendiri sebagai tempat tinggal dan tidak
dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
sejak dimiliki
Dalam hal Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis
RUSUNAMI yang dibebaskan dari pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai, ternyata di gunakan tidak sesuai dengan
tujuan semula atau dipindahtangankan kepada pihak lain
sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
atau kurang sejak perolehannya atas Pajak Pertambahan Nilai
yang telah dibebaskan wajib dibayar dalam jangka waktu 1
(satu) bulan sejak Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat
strategis tersebut dialihkan penggunaannya atau

Hal. 65
dipindahtangankan,dengan ditambah sanksi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dan apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan Pajak
Pertambahan Nilai yang dibebaskan tidak dibayar, Direktur
Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar ditambah dengan sanksi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat yang


mendapatkan fasilitas bebas PPN :

(1) Barang modal yang diperlukan secara langsung dalam


proses menghasilkan Barang Kena Pajak, oleh Pengusaha
Kena Pajak yang menghasilkan Barang Kena Pajak tersebut;
(2) makanan ternak, unggas, dan ikan dan/atau bahan baku
untuk pembuatan makanan ternak, unggas, dan ikan
(3) barang hasil pertanian
(4) bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan,
kehutanan, peternakan, penangkaran, atau perikanan
(5) air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air
Minum
(6) istrik kecuali untuk perumahan dengan daya di atas 6600
(enam ribu enam ratus) watt
(7) RUSUNAMI

c. Penyerahan JKP Tertentu dengan Fasilitas PPN


Dibebaskan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2003 jo
Peraturan Pemerintah Nomor 69 th 2015 tentang Impor dan atau
Penyerahan BKP Tertentu dan atau Penyerahan JKP Tertentu yang
DIbebaskan dari Pengenaan PPN, maka atas impor dan atau
penyerahan BKP tertentu di bawah ini mendapat fasilitas bebas dari
pengenaan PPN :
1) Jasa perawatan atau reparasi yang diterima oleh PT. KAI.
2) Jasa kontraktor bangunan rmh sederhana, RSS, rusun
sederhana, pondok boro, asrama masahasiswa atau pelajar serta
perumahan lainnya yang ditetapkan oleh KMK.
3) Jasa persewaan rusun sederhana, rumah sederhana, dan RSS.

Hal. 66
4) Jasa yang diserahkan oleh TNI / DepHan sehubungan data
batas/foto udara wilayah NKRI

d. Impor BKP Tertentu yang Bersifat Strategis


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007,
maka atas impor BKP strategis yang dibebaskan dari pengenaan
PPN adalah :
1) Barang modal yang diperlukan secara langsung dalam proses
menghasilkan BKP oleh PKP.
2) Makanan ternak, unggas, ikan dan atau bahan baku pembuatan
makan-an ternak, unggas dan ikan.
3) bibit dan atau benih dari barang hasil pertanian, perkebunan,
kehutanan, peternakan, penangkaran, atau perikanan.
4) Barang Hasil Pertanian.
Berdasarkan PMK Nomor 31/PMK.03/2008 :
1) Pengusaha Kena Pajak yang mengimpor dan/atau menerima
penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat Strategis
berupa barang modal, diwajibkan mempunyai Surat Keterangan
Bebas Pajak Pertambahan Nilai yang diterbitkan oleh Direktur
Jenderal Pajak.
2) Permohonan untuk memperoleh Surat Keterangan Bebas Pajak
Pertambahan Nilai diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak
dengan melampirkan dokumen impor dan/atau dokumen
pembelian yang bersangkutan
3) Atas permohonan Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan
Nilai, Direktur Jenderal Pajak memberikan keputusan dalam
jangka waktu 5 (lima) hari kerja setelah permohonan diterima
lengkap.
4) Atas Impor Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis
yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai tidak
diperlukan Surat Setoran Pajak.
5) Dalam hal Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis
yakni barang modal yang dibebaskan dari pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai, ternyata digunakan tidak sesuai dengan
tujuan semula atau dipindahtangankan kepada pihak lain baik
sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu paling lama 5
(lima) tahun sejak impor dan/atau perolehannya, maka Pajak
Pertambahan Nilai yang telah dibebaskan wajib dibayar dalam

Hal. 67
jangka waktu 1 (satu) bulan sejak Barang Kena Pajak Tertentu
yang bersifat strategis tersebut dialihkan penggunaanya atau
dipindahtangankan.

Dalam hal Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas impor atau
penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis
dibayar oleh PKP yang mengimpor atau dipungut oleh PKP yang
melakukan penyerahan maka:
1) Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut harus disetorkan ke
Kas Negara;
2) Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar atas perolehan Barang
Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis oleh Pengusaha
Kena Pajak Pembeli, dapat dikreditkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku; dan
3) Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar atas perolehan Barang
Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis oleh pembeli yang
bukan Pengusaha Kena Pajak, dapat diminta kembali sesuai
dengan ketentuan yang berlaku

4. Contoh Perhitungan
Contoh PPN dibebaskan.
Pak Ahmad adalah seorang penjual Barang Kena Pajak, misalkan
buku. Diasumsikan satu buku tersebut, Pak Ahmad memerlukan
biaya sebesar Rp 50.000,00. Dan dari harga tersebut, Pak Ahmad
mengharapkan laba 20% dari HPP. Misalkan atas perolehan barang
dagangannya tersebut Pak Ahmad telah membayar Pajak
Masukannya sebesar Rp 5000,00 karena pajak masukan atas
fasilitas PPN ini tidak bisa dikreditkan, maka biasanya Penjual atau
pengusaha akan memasukkanya sebagai biaya dan menjadi bagian
dari harga pokok penjualan.
sehingga, perhitungannya adalah sebagai berikut.
Biaya perolehan buku : Rp50.000, 00
Pajak Masukan : Rp 5.000,00
harga pokok penjualan : Rp 55.000,00
laba diharapkan (20%): Rp 11.000,00
Harga Jual Rp66.000,00
PPN terutang : Rp 6.600,00 (dibebaskan)
harga yang dibayar oleh konsumen Rp 66.000,00

Hal. 68
PPN terutang tidak dipungut
untuk fasilitas PPN terutang tidak dipungut, karena PM bisa
dikreditkan, Pak Ahmad atau pengusaha biasanya tidak akan
memasukkannya sebagai biaya ke harga pokok penjualan karena
juga tidak rugi jika tidak dimasukkan. sehingga perhitungannya
sebagai berikut :
harga pokok penjualan : Rp 50.000,00
laba (20%) : Rp 10.000,00
Harga Jual Rp60.000,00
PPN terutang : (tidak dipungut) Rp 6.000,00
harga yang dibayar oleh konsumen : Rp 60.000,00
Dengan begitu, harga barang yang diberikan fasilitas PPN terutang
tidak dipungut lebih murah jika dibanding dengan fasilitas PPN
terutang dibebaskan.

Contoh kasus lain :


PT XYZ masa pajak Januari 2014, menjual 3 jenis BKP yakni :
a. BKP A seharga Rp 10.000.000 tanpa fasilitas
b. BKP B seharga Rp 15.000.000 dengan fasilitas PPN dibebaskan
c. BKP C seharga Rp20.000.000 dengan fasilitas PPN tidak
dipungut
Atas penjualan 3 BKP di atas, pembelian PT XYZ pada bulan yang
sama dengan mendapatkan faktur pajak adalah sbb :
a. BKP A seharga Rp 10.000.000
b. BKP B seharga Rp 12.000.000
c. BKP C seharga Rp 14.000.000
Hitunglah PPN yang harus disetor/lebih bayar PT XYZ masa pajak
Januari 2014 dan buat jurnal untuk mencatatnya.

Jawab :
Jurnal PT XYZ :
PPN Keluaran BKP A Rp. 1.000.000
PPN Keluaran BKP B Rp. 1.500.000
PPN Keluaran BKP C Rp 2.000.000
PPN Lebih bayar Rp. 1.400.000
PPN Masukan BKP A Rp 1.000.000

Hal. 69
PPN Masukan BKP C Rp 1.400.000
PPN Dibebaskan Rp. 1.500.000
PPN tidak dipungut Rp 2.000.000

Perhitungan PPN yang terutang/lebih bayar :


PPN Keluaran BKP A Rp. 1.000.000
PPN Masukan BKP A (Rp. 1.000.000)
PPN Masukan BKP C (Rp. 1.400.000)
PPN lebih bayar Rp. 1.400.000

C. LATIHAN
1. PT Bintang Malam masa pajak Februari 2014, menjual 4 jenis BKP
yakni :
a. BKP A seharga Rp 20.000.000 tanpa fasilitas
b. BKP B seharga Rp 25.000.000 dengan fasilitas PPN dibebaskan
c. BKP C seharga Rp 30.000.000 dengan fasilitas PPN tidak
dipungut
d. BKP D seharga Rp 15.000.000 tanpa fasilitas
Atas penjualan 4 BKP di atas, pembelian PT Bintang Malam pada
bulan yang sama dengan mendapatkan faktur pajak adalah sbb :
a. BKP A seharga Rp 15.000.000
b. BKP B seharga Rp 18.000.000
c. BKP C seharga Rp 24.000.000
d. BKP D seharga Rp 12.000.000
Hitunglah PPN yang harus disetor/lebih bayar PT XYZ masa pajak
Februari 2014!
2. Apa saja syarat agar RUSUNAMI bebas dari PPN? Dan apa sanksi dari
pelanggaran tersebut?

D. TUGAS
PETUNJUK :
• Tugas ini adalah Tugas IV Mata Kuliah Perpajakan 2
• Tugas diketik dalam kertas ukuran A4, dengan margin ukuran
normal, jenis huruf Arial ukuran 12, spasi 1,15
• Tugas dilengkapi dengan keterangan : nama, NIM, ruang kelas, dan
nilai (dikosongkan saja) pada pojok kanan atas. Contoh layout
lembar jawaban sebagai berikut :

Hal. 70

You might also like