Professional Documents
Culture Documents
A. PENGANTAR
Pemerintah dalam rangka untuk mendorong berhasilnya sektor
kegiatan ekonomi yang berprioritas tinggi dalam skala nasional,
mendorong perkembangan dunia usaha dan meningkatkan daya saing,
mendukung pertahanan nasional, serta memperlancar pembangunan
nasional, memberikan kemudahan dalam bentuk fasilitas perpajakan
Menurut pasal 16 B ayat (1) Undang-undang PPN dan PPnBM,
dikatakan bahwa Pajak terutang tidak dipungut sebagian atau
seluruhnya atau dibebaskan dari pengenaan pajak, baik untuk
sementara waktu maupun selamanya, untuk: (1) kegiatan di kawasan
tertentu atau tempat tertentu di dalam Daerah Pabean; (2) penyerahan
Barang Kena Pajak tertentu atau penyerahan Jasa Kena Pajak tertentu;
(3) impor Barang Kena Pajak tertentu; (4) pemanfaatan Barang Kena
Pajak Tidak Berwujud tertentu dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean; dan (5) pemanfaatan Jasa Kena Pajak tertentu dari luar
Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
Setelah menyelesaikan materi ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menjelaskan Jenis Fasilitas PPN dan PPn BM
2. Menjelaskan Fasilitas Pajak Terutang Tidak Dipungut
3. Menjelaskan Fasilitas Pajak Terutang Dibebaskan
4. Memberi Contoh Perhitungan
B. DESKRIPSI MATERI
1. Jenis Fasilitas PPN dan PPn BM
Berdasarkan pasal 16 B ayat (1) Undang-undang PPN dan PnBM,
pemerintah memberikan dua macam fasilitas yakni :
a. Fasilitas PPN Tidak Dipungut
b. Fasilitas PPN Dibebaskan.
Keduanya diberikan untuk :
a. Kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam
Daerah Pabean;
Hal. 51
b. penyerahan Barang Kena Pajak tertentu atau penyerahan Jasa
Kena Pajak tertentu;
c. impor Barang Kena Pajak tertentu;
d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud tertentu dari
luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; dan
e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak tertentu dari luar Daerah Pabean
di dalam Daerah Pabean.
Tujuan dan maksud diberikannya kemudahan pada hakikatnya
untuk memberikan fasilitas perpajakan yang benar-benar
diperlukan terutama untuk berhasilnya sektor kegiatan ekonomi
yang berprioritas tinggi dalam skala nasional, mendorong
perkembangan dunia usaha dan meningkatkan daya saing,
mendukung pertahanan nasional, serta memperlancar
pembangunan nasional.
Hal. 54
PPN dalam Faktur Pajak itu merupakan Pajak Keluaran dan
bagi JO, PPN tersebut merupakan Pajak Masukan.
4) Atas perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak oleh
anggota JO tetap terutang PPN yang dapat merupakan Pajak
Masukan bagi anggota JO tersebut.
Dalam hal kontraktor utama melaksanakan proyek atas dasar
"turn key", namun barang-barang yang tercantum dalam daftar
barang yang akan diimpor (Master List), diimpor oleh dan atas
nama pemilik proyek, maka Dasar Pengenaan Pajak yang
tercantum dalam Faktur Pajak dibuat atas dasar nilai kontrak
dikurangi dengan nilai impor atas barang-barang yang
Pemberitahuan Impor Untuk Dipakai (PIUD-nya) atas nama
pemilik proyek tersebut.
Hal. 55
1) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM) tidak dipungut atas:
2) pemasukan barang dari tempat lain dalam daerah pabean
ke Kawasan Berikat untuk diolah lebih lanjut;
3) pemasukan kembali barang dan Hasil Produksi Kawasan
Berikat dalam rangka subkontrak dari Kawasan Berikat lain
atau perusahaan industri di tempat lain dalam daerah
pabean ke Kawasan Berikat;
4) pemasukan kembali mesin dan/atau cetakan (moulding)
dalam rangka peminjaman dari Kawasan Berikat lain atau
perusahaan di tempat lain dalam daerah pabean ke
Kawasan Berikat;
5) pemasukan Hasil Produksi Kawasan Berikat lain, atau
perusahaan di tempat lain dalam daerah pabean yang
Bahan Baku untuk menghasilkan hasil produksi berasal dari
tempat lain dalam daerah pabean, untuk diolah lebih lanjut
oleh Kawasan Berikat;
6) pemasukan hasil produksi yang berasal dari Kawasan
Berikat lain, atau perusahaan di tempat lain dalam daerah
pabean yang Bahan Baku untuk menghasilkan hasil
produksi tersebut berasal dari tempat lain dalam daerah
pabean, yang semata-mata akan digabungkan dengan
barang Hasil Produksi Kawasan Berikat untuk
diekspor;atau
7) pemasukan pengemas dan alat bantu pengemas dari
tempat lain dalam daerah pabean ke Kawasan Berikat
untuk menjadi satu kesatuan dengan Hasil Produksi
Kawasan Berikat.
Hal. 56
dan Jasa, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah tidak
dipungut atas:
1) impor barang modal atau peralatan lain oleh PDKB yang
berhubungan langsung dengan kegiatan produksi;
2) impor barang dan/atau bahan untuk diolah di PDKB;
3) pemasukan Barang Kena Pajak dari Daerah Pabean Indonesia
Lainnya, untuk selanjutnya disebut DPIL, ke PDKB untuk
diolah lebih lanjut;
4) pengiriman barang hasil produksi PDKB ke PDKB lainnya
untuk diolah lebih lanjut;
5) pengeluaran barang dan atau bahan dari PDKB ke
perusahaan industri di DPIL atau PDKB lainnya dalam
rangka subkontrak;
6) penyerahan kembali Barang Kena Pajak hasill pekerjaan
subkontrak oleh Pengusaha Kena Pajak di DPIL atau PDKB
lainnya kepada Pengusaha Kena Pajak PDKB asal;
7) peminjaman mesin dan atau peralatan pabrik dalam rangka
subkontrak dari PDKB kepada perusahaan industri di DPIL
atau PDKB lainnya dan pengembaliannya ke PDKB asal.
Hal. 57
mengajukan Data Induk Perusahaan (DIPER) secara lengkap
dan benar kepada Kepala Kantor Wilayah secara elektronik.
2) Kantor Wilayah melakukan penelitian administratif dan
lapangan terhadap kebenaran data dalam DIPER, dan
hasilnya dituangkan dalam Berita Acara dalam waktu 14 hari
kerja.
3) Persetujuan atau penolakan terhadap permohonan NIPER
diberikan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari
kerja terhitung sejak tanggal Berita Acara.
4) Apabila dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan berturut-
turut terhitung sejak NIPER diterbitkan perusahaan tidak
melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pemberian
Pembebasan dan/atau Pengembalian serta PPN dan PPnBM
tidak dipungut, NIPER dicabut.
5) Terhadap perusahaan penerima Pembebasan dan/atau
Pengembalian serta PPN dan PPnBM tidak dipungut, yang
NIPER-nya dicabut, BM dan/atau Cukai serta PPN dan
PPnBM yang terutang, bunga serta sanksi wajib dilunasi
paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal
pencabutan
6) dilakukan oleh perusahaan yang mengimpor barang
dan/atau bahan dan mengekspor hasil produksinya atau
perusahaan yang menyerahkan hasil produksinya ke
Kawasan Berikat untuk diolah, dirakit atau dipasang pada
barang lain;
7) perusahaan mengajukan surat permohonan kepada Kepala
Kantor Wilayah dengan melampirkan Daftar Keterkaitan
antara barang dan/atau bahan asal impor dengan hasil
produksi yang diekspor atau yang diserahkan ke Kawasan
Berikat atau dijual ke dalam DPIL.
Hal. 58
Penjualan Atas Barang Mewah berdasarkan ketentuan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku, kecuali :
1) barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang
bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik;
2) barang untuk keperluan badan internasional yang diakui dan
terdaftar pada Pemerintah Indonesia beserta pejabatnya yang
bertugas di Indonesia dan tidak memegang paspor Indonesia;
3) barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal,
sosial, kebudayaan, atau barang untuk kepentingan
penanggulangan bencana alam;
4) barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat
lain semacam itu yang terbuka untuk umum, serta barang
untuk konservasi alam;
5) barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan;
6) barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan
penyandang cacat lainnya;
7) peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;
8) barang pindahan tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar
negeri, mahasiswa yang belajar di luar negeri, Pegawai Negeri
Sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, atau anggota
Kepolisian Republik Indonesia yang bertugas di luar negeri
sekurang-kurangnya selama 1 (satu) tahun, sepanjang barang
tersebut tidak untuk diperdagangkan dan mendapat
rekomendasi dari Perwakilan Republik Indonesia setempat;
9) barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas
batas, dan barang kiriman sampai batas jumlah tertentu sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan Pabean;
10) barang yang diimpor oleh pemerintah pusat atau pemerintah
daerah yang ditujukan untuk kepentingan umum;
11) perlengkapan militer termasuk suku cadang yang
diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan
Negara;
12) barang impor sementara sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai impor sementara;
13) barang yang dipergunakan untuk kegiatan usaha eksplorasi dan
eksploitasi hulu minyak dan gas bumi serta eksplorasi dan
Hal. 59
eksploitasi panas bumi; epanjang memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
a) barang tersebut belum dapat diproduksi dalam negeri;
b) barang tersebut sudah diproduksi dalam negeri, namun
belum memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan; atau
c) barang tersebut sudah diproduksi dalam negeri, namun
jumlahnya belum mencukupi kebutuhan industri.
14) barang yang telah diekspor kemudian diimpor kembali dalam
kualitas yang sama dengan kualitas pada saat diekspor
15) barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan,
pengerjaan, dan pengujian, kemudian diimpor kembali;
sepanjang pada saat ekspor Barang Kena Pajak dimaksud
dinyatakan akan diimpor kembali.
16) obat-obatan yang diimpor dengan menggunakan anggaran
pemerintah yang diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat;
17) bahan terapi manusia, pengelompokan darah dan bahan
penjenisan jaringan yang diimpor dengan menggunakan
anggaran pemerintah yang diperuntukkan bagi kepentingan
masyarakat.
Untuk memperoleh fasilitas tersebut, Wajib Pajak harus
mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai
bersamaan dengan permohonan untuk memperoleh fasilitas
pembebasan bea masuk, dengan dilampiri Rencana Impor Barang
(RIB) yang telah disetujui dan ditandasahkan oleh Direktur Jenderal
Minyak dan Gas Bumi atau Direktur Jenderal Energi Baru,
Terbarukan, dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral, yang tata caranya mengikuti ketentuan
perundang-undangan Pabean.
Hal. 60
Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai, Danau, dan
Penyeberangan Nasional yang meliputi:
a) jasa persewaan kapal;
b) jasa kepelabuhanan meliputi jasa tunda, jasa pandu, jasa
tambat, dan jasa labuh; dan
c) jasa perawatan dan reparasi (docking) kapal;
2) jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga
Nasional yang meliputi:
a) jasa persewaan pesawat udara; dan
b) jasa perawatan dan reparasi pesawat udara; dan
c) jasa perawatan dan reparasi kereta api yang diterima oleh
Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum
Sedangkan barang kena pajak berupa alat angkutan tertentu yang
atas impor dan penyerahannya PPN tidak dipungut adalah :
Hal. 62
a) Atas impor dan/atau penyerahan buku-buku pelajaran
umum, kitab suci, dan buku-buku pelajaran agama,
dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
b) Buku-buku pelajaran umum yang dimaksud merupakan
buku-buku fiksi dan nonfiksi untuk meningkatkan
pendidikan dan kecerdasan bangsa, yang merupakan buku-
buku pelajaran pokok, penunjang dan kepustakaan.
c) Kitab suci yaitu:
(1) Kitab suci agama Islam meliputi kitab suci Alquran,
termasuk tafsir dan terjemahannya baik secara
keseluruhan maupun sebagian, dan Jus Amma;
(2) Kitab suci agama Kristen Protestan meliputi kitab suci
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru termasuk tafsir
dan terjemahannya baik secara keseluruhan maupun
sebagian;
(3) Kitab suci agama Katolik meliputi kitab suci Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru termasuk tafsir dan
terjemahannya baik secara keseluruhan maupun
sebagian;
(4) Kitab suci agama Hindu meliputi kitab suci Weda,
Smerti, dan Sruti, Upanisad, Itihasa, Purnama,
termasuk tafsir dan terjemahannya baik secara
keseluruhan maupun sebagian;
(5) Kitab suci agama Budha meliputi kitab suci Tripitaka
termasuk tafsir dan terjemahannya baik secara
keseluruhan maupun sebagian; dan
(6) Kitab lainnya yang telah ditetapkan sebagai kitab suci
oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang agama atau pejabat lain yang
ditunjuk oleh menteri dimaksud.
d) Buku-buku pelajaran agama adalah buku-buku fiksi dan
nonfiksi untuk meningkatkan pendidikan dan kecerdasan
bangsa, yang merupakan buku-buku pelajaran pokok,
penunjang dan kepustakaan di bidang agama.
5) Peralatan berikut suku cadangnya yang digunakan oleh
Departemen Pertahanan atau TNI untuk penyediaan data batas
dan photo udara wilayah Negara Republik Indonesia yang
dilakukan untuk mendukung pertahanan Nasional, yang
Hal. 63
diimpor oleh Departemen Pertahanan, TNI atau pihak yang
ditunjuk oleh Departemen Pertahanan atau TNI
Catatan :
Dalam hal BKP Tertentu yang dibebaskan dari pengenaan PPN
dengan menggunakan Surat Keterangan Bebas ternyata digunakan
tidak sesuai dengan tujuan semula atau dipindahtangankan kepada
pihak lain baik sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu 5
tahun sejak saat impor dan atau perolehan, maka PPN yang
dibebaskan wajib dibayar kembali dalam jangka waktu 1 bulan sejak
barang modal tersebut dialihkan penggunaannya atau dipindahkan,
sedangkan PPN yang telah dibayarkan tidak dapat dikreditkan.
Hal. 64
5) air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air
Minum;
6) listrik, kecuali untuk perumahan dengan daya di atas 6.600
(enam ribu enam ratus) watt; dan
7) Rumah Susun Sederhana Milik (RUSUNAMI).
Rumah Susun Sederhana Milik, yang selanjutnya disebut
RUSUNAMI, adalah bangunan bertingkat yang dibangun dalam
suatu lingkungan yang dipergunakan sebagai tempat hunian
yang dilengkapi dengan kamar mandi/WC dan dapur, baik
bersatu dengan unit hunian maupun terpisah dengan
penggunaan komunal, yang perolehannya dibiayai melalui
kredit kepemilikan rumah bersubsidi atau tidak bersubsidi,
yang memenuhi ketentuan :
(1) luas untuk setiap hunian lebih dari 21 m2 (dua puluh satu
meter persegi) dan tidak melebihi 36 m2 (tiga puluh enam
meter persegi);
(2) harga jual untuk setiap hunian tidak melebihi Rp
144.000.000,00 (seratus empat puluh empat juta rupiah);
(3) diperuntukkan bagi orang pribadi yang mempunyai
penghasilan tidak melebihi Rp 4.500.000,00 (empat juta
lima ratus ribu rupiah) per bulan dan telah memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
(4) pembangunannya mengacu kepada Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum yang mengatur mengenai persyaratan
teknis pembangunan rumah susun sederhana; dan
(5) merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan
sendiri sebagai tempat tinggal dan tidak
dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
sejak dimiliki
Dalam hal Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis
RUSUNAMI yang dibebaskan dari pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai, ternyata di gunakan tidak sesuai dengan
tujuan semula atau dipindahtangankan kepada pihak lain
sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
atau kurang sejak perolehannya atas Pajak Pertambahan Nilai
yang telah dibebaskan wajib dibayar dalam jangka waktu 1
(satu) bulan sejak Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat
strategis tersebut dialihkan penggunaannya atau
Hal. 65
dipindahtangankan,dengan ditambah sanksi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dan apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan Pajak
Pertambahan Nilai yang dibebaskan tidak dibayar, Direktur
Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar ditambah dengan sanksi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Hal. 66
4) Jasa yang diserahkan oleh TNI / DepHan sehubungan data
batas/foto udara wilayah NKRI
Hal. 67
jangka waktu 1 (satu) bulan sejak Barang Kena Pajak Tertentu
yang bersifat strategis tersebut dialihkan penggunaanya atau
dipindahtangankan.
Dalam hal Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas impor atau
penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis
dibayar oleh PKP yang mengimpor atau dipungut oleh PKP yang
melakukan penyerahan maka:
1) Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut harus disetorkan ke
Kas Negara;
2) Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar atas perolehan Barang
Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis oleh Pengusaha
Kena Pajak Pembeli, dapat dikreditkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku; dan
3) Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar atas perolehan Barang
Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis oleh pembeli yang
bukan Pengusaha Kena Pajak, dapat diminta kembali sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
4. Contoh Perhitungan
Contoh PPN dibebaskan.
Pak Ahmad adalah seorang penjual Barang Kena Pajak, misalkan
buku. Diasumsikan satu buku tersebut, Pak Ahmad memerlukan
biaya sebesar Rp 50.000,00. Dan dari harga tersebut, Pak Ahmad
mengharapkan laba 20% dari HPP. Misalkan atas perolehan barang
dagangannya tersebut Pak Ahmad telah membayar Pajak
Masukannya sebesar Rp 5000,00 karena pajak masukan atas
fasilitas PPN ini tidak bisa dikreditkan, maka biasanya Penjual atau
pengusaha akan memasukkanya sebagai biaya dan menjadi bagian
dari harga pokok penjualan.
sehingga, perhitungannya adalah sebagai berikut.
Biaya perolehan buku : Rp50.000, 00
Pajak Masukan : Rp 5.000,00
harga pokok penjualan : Rp 55.000,00
laba diharapkan (20%): Rp 11.000,00
Harga Jual Rp66.000,00
PPN terutang : Rp 6.600,00 (dibebaskan)
harga yang dibayar oleh konsumen Rp 66.000,00
Hal. 68
PPN terutang tidak dipungut
untuk fasilitas PPN terutang tidak dipungut, karena PM bisa
dikreditkan, Pak Ahmad atau pengusaha biasanya tidak akan
memasukkannya sebagai biaya ke harga pokok penjualan karena
juga tidak rugi jika tidak dimasukkan. sehingga perhitungannya
sebagai berikut :
harga pokok penjualan : Rp 50.000,00
laba (20%) : Rp 10.000,00
Harga Jual Rp60.000,00
PPN terutang : (tidak dipungut) Rp 6.000,00
harga yang dibayar oleh konsumen : Rp 60.000,00
Dengan begitu, harga barang yang diberikan fasilitas PPN terutang
tidak dipungut lebih murah jika dibanding dengan fasilitas PPN
terutang dibebaskan.
Jawab :
Jurnal PT XYZ :
PPN Keluaran BKP A Rp. 1.000.000
PPN Keluaran BKP B Rp. 1.500.000
PPN Keluaran BKP C Rp 2.000.000
PPN Lebih bayar Rp. 1.400.000
PPN Masukan BKP A Rp 1.000.000
Hal. 69
PPN Masukan BKP C Rp 1.400.000
PPN Dibebaskan Rp. 1.500.000
PPN tidak dipungut Rp 2.000.000
C. LATIHAN
1. PT Bintang Malam masa pajak Februari 2014, menjual 4 jenis BKP
yakni :
a. BKP A seharga Rp 20.000.000 tanpa fasilitas
b. BKP B seharga Rp 25.000.000 dengan fasilitas PPN dibebaskan
c. BKP C seharga Rp 30.000.000 dengan fasilitas PPN tidak
dipungut
d. BKP D seharga Rp 15.000.000 tanpa fasilitas
Atas penjualan 4 BKP di atas, pembelian PT Bintang Malam pada
bulan yang sama dengan mendapatkan faktur pajak adalah sbb :
a. BKP A seharga Rp 15.000.000
b. BKP B seharga Rp 18.000.000
c. BKP C seharga Rp 24.000.000
d. BKP D seharga Rp 12.000.000
Hitunglah PPN yang harus disetor/lebih bayar PT XYZ masa pajak
Februari 2014!
2. Apa saja syarat agar RUSUNAMI bebas dari PPN? Dan apa sanksi dari
pelanggaran tersebut?
D. TUGAS
PETUNJUK :
• Tugas ini adalah Tugas IV Mata Kuliah Perpajakan 2
• Tugas diketik dalam kertas ukuran A4, dengan margin ukuran
normal, jenis huruf Arial ukuran 12, spasi 1,15
• Tugas dilengkapi dengan keterangan : nama, NIM, ruang kelas, dan
nilai (dikosongkan saja) pada pojok kanan atas. Contoh layout
lembar jawaban sebagai berikut :
Hal. 70