Professional Documents
Culture Documents
“Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Terstruktur Mata kuliah Asuransi Syariah”
Dosen Pengampu :
Disusun oleh:
Kelompok 2
2019 M/1440 H
ii
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas terstruktur
tepat pada waktunya. Disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
Ibu Leliya, S.H., M.H,. yang telah memberi tugas kepada kami.
Penyusunan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah
Asuransi Syariah. Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
bagi para pembaca umumnya dan kita semua pada khususnya.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentunya masih jauh
dari kesempurnaan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca, sehingga kami dapat mengetahui segala kekurangan
dan tentunya kami berharap dalam penyusunan makalah kedepannya dapat lebih baik
lagi.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan Makalah ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
A. Asal – Usul Asuransi Syariah dan Konvensional .............................................. 3
1. Asuransi Syariah ................................................................................................ 3
2. Asuransi Konvensional ..................................................................................... 6
B. Sumber Hukum .................................................................................................. 8
1. Sumber Hukum Asuransi Syariah .................................................................. 8
2. Sumber Hukum Asuransi Konvensional ........................................................ 9
C. Bersih Dari MAGHRIB (Maisir, Gharar, Riba)............................................... 10
1. Asuransi syariah ........................................................................................... 10
2. Asuransi Konvensional ................................................................................. 11
D. Dewan Pengawas Syariah ................................................................................ 12
1. Asuransi Syariah ........................................................................................... 12
2. Asuransi Konvensional ................................................................................. 13
E. Sharing of Risk ................................................................................................. 13
1. Asuransi Syariah ........................................................................................... 13
2. Asuransi Konvensional ................................................................................. 14
F. Pengelolaan Dana ............................................................................................. 14
G. Kepemilikan Dana ............................................................................................ 14
H. Unsur Premi ..................................................................................................... 15
1. Asuransi Syariah ........................................................................................... 15
2. Asuransi Konvensional ................................................................................. 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan zaman yang semakin melesat dan arus
globalisasi yang sudah merasuk ke segala penjuru dunia bahkan sudah sampai
ke desa-desa. Hal itu ditandai dengan menjamurnya alat teknologi dan gaya
yang dibawa oleh pengaruhnya. Ada semacam peralihan sikap dan moral
dalam kehidupan masyarakat. Begitu juga dalam hal muamalah yang
disebabkan oleh kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan sumber daya
yang terbatas memunculkan masalah-masalah baru yang harus diketahui
hukumnya menurut ajaran islam. Salah satu masalah yang baru tersebut
adalah masalah asuransi.
Masalah asuransi ini banyak sekali menimbulkan perbedaan pendapat
dikalangan ulama. Sebagian para ulama berpendapat ada yang membolehkan,
membolehkan sebagian dan mengharamkan praktek yang lain, syubhat,
bahkan ada yang berpendapat bahwa asuransi itu haram dalam segala
bentuknya. Asuransi juga terbagi dalam dua kategori. Ada asuransi
Konvensional dan ada juga Asuransi Syariah. Keduanya mempunyai asal-usul
dan sistem yang berbeda. Mana diantara keduanya yang harus dipilih oleh
umat supaya mereka tidak terjebak dan terhindar dari kesalahpahaman
pendapat.
Asuransi konvesional dan asuransi syariah jelas berbeda, baik sumber
hukum, keberadaan Dewan Pengawas Syariah, sistem pengelolaan dananya,
kepemilikan harta, pengelolaan risiko, serta pembayaran klaim antara asuransi
syariah dan asuransi konvensional akan dibahas dalam makalah ini.
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal-usul Asuransi syariah dan konvensional?
2. Apa Sumber hukum yang ada di asuransi syariah dan konvensional?
3. Apakah asuransi Syariah dan Konvensional bersih dari MAGHRIB?
4. Bagaimana Dewan Pengawas Syariah dalam asuransi?
5. Bagamaimana sharing of risk dalam asuransi syariah dan konvensional?
6. Bagaimana pengelolaan dana dalam asuransi syariah dan konvensional?
7. Bagaimana kepemilikan dana dalam asuransi syariah dan konvensional?
8. Bagaimana unsur premi dalam asuransi syariah dan konvensional?
9. Bagaimana sumber pembayaran klaim dalam asuransi syariah dan
konvensional?
C. Tujuan Makalah
1. Dapat memahami asal-usul Asuransi Syariah dan Konvensional.
2. Dapat mengetahui sumber hukum Asuransi Syariah dan Konvensional.
3. Dapat mengetahui bersih dari MAGRIB dalam asuransi.
4. Dapat memahami Dewan Pengawas Syariah.
5. Dapat memahami bagaimana sharing of risk dalam asuransi syariah dan
konvensional .
6. Dapat memahami bagaimana pengelolaan dana dalam asuransi syariah dan
konvensional.
7. Dapat memahami bagaimana kepemilikan dana dalam asuransi syariah
dan konvensional.
8. Dapat memahami bagaimana unsur premi dalam asuransi syariah dan
konvensional.
9. Dapat memahami bagaimana sumber pembayaran klaim dalam asuransi
syariah dan konvensional.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Asuransi Syariah
Praktik bernuansa asuransi tumbuh dari budaya suku Arab pada zaman
Nabi Muhammad saw yang disebut aqilah. Al-Aqilah mengandung pengertian
saling memikul dan bertanggung jawab bagi keluarga. Dalam kasus
terbunuhnya seorang anggota keluarga, ahli waris korban akan mendapatkan
uang darah (diyat) yang dibayarkan oleh angota keluarga terdekat dari si
pembunuh yang disebut aqilah. Aqilah mengumpulkan dana secara bergotong
royong untuk membantu keluarga yang terlibat dalam perkara pembunuhan
yang tidak sengaja itu. Dalam satu kasus tentang aqilah ini, Nabi Muhammad
saw pernah bersabda seperti yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, yang
artinya adalah sebagai berikut. Dari Abu Hurairah ra: “Berselisih dua orang
wanita dari suku Huzail, kemudian salah satu wanita tersebut melempar batu
kepada wanita yang lain sehingga mengakibatkan kematian wanita tersebut
beserta janin yang dikandungnya. Ahli waris dari wanita yang meninggal
tersebut mengadukan peristiwa tersebut kepada Rasulullah saw maka
Rasulullah memutuskan ganti rugi dari pembunuhan terhadap janin adalah
dengan membebaskan seorang budak laki-laki atau wanita. Dan kompensasi
atas kematian wanita tersebut dengan uang darah (diyat) yang dibayarkan oleh
aqilah-nya (kerabat dari orang tua laki-laki).’ (HR Bukhari).
Praktik aqilah ini pada zaman Rasulullah saw tetap diterima oleh
masyarakat Islam dan menjadi bagian dari hukum Islam. Terdapat
kemungkinan seseorang secara tidak sengaja mencelakai orang lain hingga
meninggal dunia. Kemudian, keluarga orang tersebut mengumpulkan dana
untuk digunakan sebagai kompensasi finansial kepada ahli waris korban
4
2. Asuransi Konvensional
Kata “asuransi” berasal dari bahasa Belanda ‘assurantie’ yang dalam
hukum Belanda disebut verzekering bermakna ‘pertanggungan’. Dari
peristilahan assurantie, kemudian muncul istilah assuradeur bagi
‘penanggung’ dan greassureerde bagi’ tertanggung’. Dalam bahasa Inggris
asuransi diistilahkan dengan insurance, ‘penanggung’ diistilahkan dengan
insurer dan ‘tertanggung’ diistilahkan dengan insured. Istilah asuransi
mulanya dikenal di Eropa Barat pada abad pertengahan berupa asuransi
kebakaran. Kemudian, pada abad ke-13 dan ke-14 terjadi peningkatan lalu
lintas perhubungan laut antar pulau sehingga berkembang pula asuransi
pengangkutan laut yang berasal dari Romawi. Jenis asuransi ini merupakan
jenis asuransi kapitalis. Asuransi ini dibentuk untuk mendapatkan laba dan
didasarkan atas perhitungan niaga. Asuransi jiwa baru dikenal pada awal abad
ke-19.2
1
Perbedaannya Dengan and Asuransi Konvensional, “JEAM Vol X No. 1/2011 35” X, no. 1 (2011): 35–
47.
2
Dengan and Konvensional.
7
Menurut pasal 246 KUH disebutkan bahwa asuransi adalah suatu perjanjian
dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang
tertanggung dengan suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya
karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak
tentu.
Jadi, pasal 246 ini melukiskan asuransi sebagai suatu perjanjian dimana
penanggung dengan menikmati suatu premi, mengikatkan dirinya kepada
tertanggung untuk membebaskan dirinya dari kerugian yang akan diderita
karena suatu peristiwa yang tak tentu.4
3
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta : Kencana Prenada Media Group,
2009, hlm.244
4
Kuat Ismanto, Asuransi Syariah, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009, hlm. 22
8
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan kedalam tiga unsur pokok
penting :
a. Pihak penjamin, yaitu pihak yang berjanji akan membayar uang kepada
pihak terjamin. Pembayaran tersebut baik dilaksanakan secara sekaligus
atau bahkan secara berangsur-angsur. Pembayaran tersebut dilakukan
bila terlaksana unsur ketiga.
b. Pihak terjamin, yaitu pihak yang berjanji akan membayar premi kepada
pihak penjamin. Sama halnya dengan pembayaran klaim asuransi dapat
dilakukan secara sekaligus maupun secara berangsur-angsur.
c. Suatu peristiwa yang belum jelasakan terjadi, yang disebut dengan
risiko.5
B. Sumber Hukum
5
Kuat Ismanto, Asuransi Syariah, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009, hlm. 23
9
6
Wirdyaningsih, dkk. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta : Kencana, 2005, hlm. 178
7
Zainuddin Ali, Hukum Asuransi Syariah, Jakarta : Sinar Grafika, 2008, hlm.68
8
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta : Kencana Prenada Media Group,
2009, hlm. 251
10
diperoleh ( ada atau tidak, besar atau kecil ) tidak diketahui berapa lama
seseorang peserta asuransi harus membayar premi.9
1. Asuransi syariah
Apabila memperlihatkan sistem asuransi syariah yang bersumber dari
Al-qur’an dan Hadits, maka jelas terhindar dari hal-hal yang diharamkan oleh
syariat islam seperti hal-hal yang berunsurkan maysir, gharar, riba. Dalam
mengelola dana, para pengelola dana asuransi syariah memisahkan antara
rekening peserta dan rekening tabarru’ (dana kebajikan) agar tidak terjadi
percampuran dana.10 Tidak akan terjadi gharar dalam asuransi syariah karena
semua peserta asuransi menjadi penolong dan penjamin satu sama lainnya.
Dan juga tidak akan terjadi maysir karena dimana setiap peserta mempunyai
hak untuk mendapatkan cash value dan mendapatkan semua uang yang telah
dibayarkan, kecuali yang sudah dimasukkan kedalam rekening khusus
(tabarru’) peserta dalam bentuk sedekah. Masalah riba juga dapat dieleminasi
dengan cara memasukkan akad mudharabah atau mudharabah musyarakah,
dan akad wakalah bil-ujrah, tijarah, wadi’ah, syirkah, dalam pengelolaan
dana. Sedangkan dalam asuransi konvensional pihak perusahaan asuransi
dengan peserta asuransi melakukan akan Mu’awwadhah. Semua teknik
operasional baik penentuan jumlah tanggungan, investasi maupun penempatan
dana pihak ketiga semua menggunakan instrument akad syariah yang bebas
riba.11
Karena itu hal yang paling menonjol didalam asuransi takaful adalah
saling bertanggung jawab, saling membantu, saling melindungi diantara
sesama peserta sehingga para nasabah benar-benar menyumbangkan preminya
9
Zainuddin Ali, Hukum Asuransi Syariah, Jakarta : Sinar Grafika, 2008, hlm. 68
10
Zainuddin Ali, Hukum Asuransi Syariah, Jakarta : Sinar Grafika, 2008, hlm. 73
11
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta : Kencana Prenada Media Group,
2009, hlm. 255
11
2. Asuransi Konvensional
Salah satu perbedaan yang paling penting dan tidak dapat dilepaskan,
yaitu dari segi kebersihan dari suatu usaha, apakah ada unsur judi, unsur
ketidakjelasan karena adanya praktik-praktik yang menipu dan merugikan
orang lain. Hasil sidang Dewan Hisbah Persis yang ke-12 tanggal 26 juni
1996 mengambil keputusan bahwa asuransi konvensional mengandung unsur
gharar, maisir, dan riba.
12
Zainuddin Ali, Hukum Asuransi Syariah, Jakarta : Sinar Grafika, 2008, hlm. 73
12
1. Asuransi Syariah
Asuransi syariah mempunyai Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan asuransi syariah. DPS
mengawasi jalannya operasional sehari-hari agar selalu berjalan sesuai dengan
prinsip syariah. Artinya , menghindari adanya penyimpangan secara hukum
Islam yang dapat merugikan orang lain. Atau DPS juga badan yang ada di
lembaga keuangan syariah dan bertugas mengawasi pelaksanaan keputusan
DSN di lembaga keuangan syariah tersebut, dan DPS ini diangkat dan
diberhentikan di Lembaga keuangan Syariah melalu RUPS setelah mendapat
rekomendasi dari DSN. 15 Karena itu DPS berfungsi untuk :
a. Melakukan pengawasan secara periodik pada Lembaga Keuangan Syariah
yang berada dibawah pengawasannya.
b. Berkewajiban mengajukan unsur-unsur pengembangan Keuangan
Lembaga Syariah kepada pemimpin lembaga yang bersangkutan dan dari
Dewan Syariah Nasional.
13
Zainuddin Ali, Hukum Asuransi Syariah, Jakarta : Sinar Grafika, 2008, hlm. 74
14
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta : Kencana Prenada Media Group,
2009, hlm. 254
15
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah,Konsep dan Sistem Operasional, Jakarta : Gema Insani,
2004, hlm. 541
13
2. Asuransi Konvensional
Asuransi Konvensional tidak mempunyai Dewan Pengawas Syariah
dalam melaksanakan perencanaan, proses dan praktiknya. Asuransi
Konvensional tidak memiliki sebuah wadah kontrol yang independen yang
tugasnya mengawasi perjalanan asuransi tersebut sehingga mudah timbul
penyimpang an-penyimpangan, baik penyimpangan administrasi maupun
penyimpangan secara syar’i.17
E. Sharing of Risk
1. Asuransi Syariah
Proses hubungan peserta dan perusahaan dalam mekanisme
pertanggungan pada asuransi syariah adalah sharing of risk (saling
menanggung resiko). Hal itu menunjukan bahwa sistem asuransi syariah
selalu mendasarkan diri pada prinsip tolong menolong (ta’awun), yaitu dana
terkumpul dalam bentuk dana tabarru’ diinvestasikan dan dikembangkan dan
hasilnya dapat dipergunakan untuk kepentingan asuransi, bukan untuk badan
pengelola perusahaan asuransi.18 Hal ini bisa dimaknai dari fatwa DSN MUI
bahwa asuransi syariah adalah kegiatan melindungi dan tolong-menolong di
antara sejumlah orang/pihak yang berarti risiko yang terjadi juga akan dibagi
kepada semua peserta asuransi syariah.19
16
Zainuddin Ali, Hukum Asuransi Syariah, Jakarta : Sinar Grafika, 2008, hlm. 68
17
Zainuddin Ali, Hukum Asuransi Syariah, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008). 69.
18
Zainuddin Ali, Hukum Asuransi Syariah, Jakarta : Sinar Grafika, 2008, hlm. 70
19
Dengan and Konvensional.40.
14
2. Asuransi Konvensional
Pada asuransi konvensional yang dilakukan adalah transfer of risk,
dimana terjadi pengalihan resiko dari tertanggung (klien) kepada penanggung
(perusahaan).20 Selain itu, dana yang terkumpul pada sistem asuransi
konvensional dikelola oleh badan pengelola dan keuntungannya hanya untuk
kepentingan badan pengelola dan membayar polis asuransi. 21 Hal ini sesuai
dengan pendapat Sumanto dkk (2009) yang menyatakan bahwa asuransi
konvensional pada dasarnya merupakan konsep pengelolaan risiko dengan
cara mengalihkan risiko yang mungkin timbul dari peristiwa tertentu yang
tidak diharapkan kepada orang lain yang sanggup mengganti kerugian yang
diderita dengan imbalan premi.22
F. Pengelolaan Dana
Produk yang mengandung unsur saving (life) pada asuransi syariah
dipisahkan atas dana tabarru (derma) dan dana tabungan (peserta) sehingga
tidak mengenal adanya dana hangus. Term insurance (life) dan general
insurance bersifat tabbaru’. Pada asuransi konvensional tidak terjadi pemisahan
dana yang berakibat pada terjadinya dana hangus (produk saving life). 23
G. Kepemilikan Dana
Asuransi Syariah menganut kepemilikan bersama. Hal itu berarti dana
yang terkumpul dari setiap peserta asuransi dalam bentuk iuran atau kontribusi
merupakan milik peserta (shahibul maal), sedangkan perusahaan hanya sebagai
pemegang amanah (Mudharib) untuk mengelola dana.
tidak ada pemisah antara dana peserta dan dana tabarru’ sehingga semua dana
bercampur menjadi satu dan status hak kepemilikan dana dimaksud adalah dana
perusahaan, sehingga bebas mengelola dan menginvestasikan tanpa ada
pembatasan halal dan haram.24 Dengan demikian, perusahaan bebas
menggunakan dan menginvestasikan dana tersebut ke manapun. 25
H. Unsur Premi
1. Asuransi Syariah
Premi asuransi syariah yang dibayarkan tertanggung kepada
penanggung terdiri atas dua unsur atau bagian, yaitu unsur tabungan dan unsur
tabarru. Dana yang berasal dari unsur tabungan dan tabarru tidak bisa
digunakan sebagai biaya komisi agen atau uang jalan bagi agen sehingga dana
peserta tetap utuh atau bernilai tunai pada saat itu juga (tahun pertama).
Seandainya peserta mengundurkan diri, uang premi akan dikembalikan
sepenuhnya, kecuali dana kebajikan atau dana tabarru.
2. Asuransi Konvensional
Pada asuransi konvensional, premi yang diterima perusahaan bisa
digunakan sebagai biaya/loading dalam bentuk pembayaran komisi agen,
biaya administrasi, biaya reasuransi, biaya cetak polis, dan lain sebagainya
sehingga nasabah/peserta tidak mempunyai nilai tunai pada tahun pertama
ikut asuransi. Dengan kata lain, uang nasabah yang telah dibayarkan tidak bisa
dikembalikan kepada peserta jika mengundurkan diri pada tahun pertama
(dana hangus).26
Dalam Asuransi Konvensional unsur-unsur preminya terdiri atas :
1) Mortality Tabel yaitu daftar tabel kematian berguna untuk mengetahui
besarnya klaim yang kemungkinan timbul kerugian yang dikarenakan
24
Zainuddin Ali, Hukum Asuransi Syariah (Jakarta: Sinar Grafika, 2008). 71.
25
Amrin, Asuransi Syariah. 12.
26
Amrin. 9.
16
27
Zainuddin Ali, Hukum Asuransi Syariah, (Jakarta : Sinar Grafika, 200). 71.
28
Zainuddin Ali, Hukum Asuransi Syariah, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008). 71
29
Amrin. 14.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Praktik bernuansa asuransisyariah tumbuh dari budaya suku Arab pada
zaman Nabi Muhammad saw yang disebut aqilah. Al-Aqilah mengandung
pengertian saling memikul dan bertanggung jawab bagi keluarga. Dalam
kasus terbunuhnya seorang anggota keluarga, ahli waris korban akan
mendapatkan uang darah (diyat) yang dibayarkan oleh angota keluarga
terdekat dari si pembunuh yang disebut aqilah. Aqilah mengumpulkan dana
secara bergotong royong untuk membantu keluarga yang terlibat dalam
perkara pembunuhan yang tidak sengaja itu. Sedangkan asuransi konvensional
Istilah asuransi mulanya dikenal di Eropa Barat pada abad pertengahan
berupa asuransi kebakaran. Kemudian, pada abad ke-13 dan ke-14 terjadi
peningkatan lalu lintas perhubungan laut antar pulau sehingga berkembang
pula asuransi pengangkutan laut yang berasal dari Romawi. Jenis asuransi ini
merupakan jenis asuransi kapitalis. Asuransi ini dibentuk untuk mendapatkan
laba dan didasarkan atas perhitungan niaga. Asuransi jiwa baru dikenal pada
awal abad ke-19.
B. Saran
Kami selaku manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, sehingga
dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu saran dan masukan dari kawan-kawan akan
sangat membantu dalam penyempurnaan makalah ini.
20
Daftar Pustaka
Dengan, Perbedaannya, and Asuransi Konvensional. “JEAM Vol X No. 1/2011 35”
X, no. 1 (2011): 35–47.
Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta : Kencana
Prenada Media.
Wirdyaningsih, dkk. 2005. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta : Kencana.