You are on page 1of 41

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI


disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga
Dosen pengampu : Ns. Niko Dima K., M.Kep., Sp.Kep.Kom

Oleh : Kelompok 2 Tim 2

Siswo Margo 185070209111008

Lina 185070209111011

Arni Juniwati 185070209111047

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang komprehensif pada keluarga Tn. A dengan
Hipertensi pada Ny. J di RT.01 RW.12 Kelurahan Bandungrejosari, Sukun, Kota Malang.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keluarga Tn. A dengan Hipertensi pada Ny. A di
RT.01 RW.12 Kelurahan Kelurahan Bandungrejosari, Sukun, Kota Malang.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan keluarga Tn. A dengan Hipertensi pada
Ny. R di RT.01 RW.12 Kelurahan Kelurahan Bandungrejosari, Sukun, Kota Malang.
c. Mampu menyusun rencana keperawatan keluarga Tn. A dengan Hipertensi pada Ny.
R di RT.01 RW.12 Kelurahan Kelurahan Bandungrejosari, Sukun, Kota Malang.
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan keluarga Tn. A dengan Hipertensi
pada Ny. R di RT.01 RW.12 Kelurahan Kelurahan Bandungrejosari, Sukun, Kota
Malang.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan keluarga Tn. A dengan Hipertensi pada Ny.
R di RT.01 RW.12 Kelurahan Kelurahan Bandungrejosari, Sukun, Kota Malang.

C. Manfaat
1. Dapat digunakan sebagai sarana dalam menerapkan ilmu asuhan keperawatan keluarga
sehingga dapat menambah dan mengembangkan wawasan.
2. Menambah pengetahuan dan ketrampilan keluarga dalam upaya pencegahan, perawatan
serta pemanfaatan fasilitas kesehatan bagi klien.
BAB II
KONSEP DASAR

I. Konsep Keluarga
A. Definisi Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu
sama lain (Harmoko, 2012).

B. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri atas:
1. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan
ayah.
2. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan
ibu.
3. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
dari istri.
4. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
dari suami.
5. Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian dari keluarga karena
adanya hubungan dengan suami istri.

Ciri-ciri struktur keluarga:


1. Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga.
2. Ada keterbatasan, dimana setiap anggota keluarga memiliki kebebasan tetapi
mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugas
masing-masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsinya masing-masing.
Harmoko (2012) membagi struktur keluarga menjadi empat elemen, yaitu
komunikasi, peran keluarga, nilai dan norma keluarga, dan kekuatan keluarga.
1. Struktur komunikasi keluarga.
Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara emosional,
komunikasi verbal dan non verbal, komunikasi sirkular. Komunikasi emosional
memungkinkan setiap individu dalam keluarga dapat mengekspresikan perasaan
seperti bahagia, sedih, atau marah diantara para anggota keluarga. Pada
komunikasi verbal anggota keluarga dapat mengungkapkan apa yang diinginkan
melalui kata-kata yang diikuti dengan bahasa non verbal seperti gerakan tubuh.
Komunikasi sirkular mencakup sesuatu yang melingkar dua arah dalam keluarga,
misalnya pada saat istri marah pada suami, maka suami akan mengklarifikasi
kepada istri apa yang membuat istri marah.
2. Struktur peran keluarga.
Peran masing – masing anggaota keluarga baik secara formal maupun informal,
model peran keluarga, konflik dalam pengaturan keluarga.
3. Struktur nilai dan norma keluarga.
4. Nilai merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal apakah baik atau
bermanfaat bagi dirinya. Norma adalah peran-peran yang dilakukan manusia,
berasal dari nilai budaya terkait. Norma mengarah kepada nilai yang dianut
masyarakat, dimana norma-norma dipelajari sejak kecil. Nilai merupakan prilaku
motivasi diekspresikan melalui perasaan, tindakan dan pengetahuan. Nilai
memberikan makna kehidupan dan meningkatkan harga diri (Susanto, 2012,
dikutip dari Delaune, 2002). Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan
yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya.
Nilai keluarga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola prilaku yang baik
menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
5. Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga merupakan kemampuan baik aktual maupun potensial dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi perilaku orang lain berubah
kearah positif. Tipe struktur kekuatan dalam keluarga antara lain: hak untuk
mengontrol seperti orang tua terhadap anak (legitimate power/outhority),
seseorang yang ditiru (referent power), pendapat, ahli dan lain-lain (resource or
expert power), pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima
(reward power), pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya (coercive power),
pengaruh yang dilalui dengan persuasi (informational power), pengaruh yang
diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan seksual
(affective power).

C. 5 (lima) Tugas Keluarga


Friedman (2002) membagi 5 peran kesehatan dalam keluarga yaitu:
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan tiap anggotanya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3. Menberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungjan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan kepribadian anggota keluarga dan lembaga-lembaga
kesehatan, yang menunjukan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan
yang ada.

D. Lima Fungsi keluarga Friedman :


1. Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan
psikososial anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individ
yang menghasilkan interaksi sosia dan belajar berperan dalam lingkungan
sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk membina
sosialisasi pada anak, membentuk normanorma tingkah laku sesuai dengan
tingkat perkembangan anak dan dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
3. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function)
adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas
keluarga di bidang kesehatan.

E. Tahap perkembangan keluarga.


Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga
yang meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antara anggotanya disepanjang
waktu.
Tahap perkembangan dan tugas perkembangan menurut Mubarok, dkk (2006):
1. Tahap I keluarga pasangan baru menikah.
Tugas perkembangan:
a. Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.
b. Menetapkan tujuan bersama
c. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok sosial.
d. Merencanakan anak dan KB
e. Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk mejadi
orang tua.
2. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (Childbearring Family)
Tugas perkembangan:
a. Persiapan menjadi orang tua.
b. Membagi peran dan tanggungjawab.
c. Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang
menyenangkan.
d. Mempersiapkan biaya atau dana childbearing.
e. Memfasilitasi role learning anggota keluarga.
f. Bertanggungjawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita.
g. Mengadakan kebiasaan agama secara rutin.
3. Tahap III keluarga dengan tahap anak pra sekolah.
Tugas perkembangan:
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: tempat tinggal, privasi dan
rasa aman.
b. Membantu anak untuk bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain
juga harus terpenuhi.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun diluar keluarga
(kelurga lain dan lingkungan sekitar).
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap paling repot)
f. Pembagian tanggungjawab anggota keluarga.
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
4. Tahap IV keluarga dengan anak sekolah.
Tugas perkembangan:
a. Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan, semangat
belajar.
b. Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawinan.
c. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
d. Menyediakan aktifitas untuk anak.
e. Menyesuaikan pada aktifitas komuniti dengan mengikutsertakan anak.
5. Tahap V keluarga dengan anak sekolah.
Tugas perkembangan:
a. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggungjawab pada saat anak remaja
telah dewasa dan semakin mandiri.
b. Memfokuskan kembali hubungan pernikahan.
c. Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak.
6. Tahap VI keluarga melepaskan anak dewasa muda.
Tugas perkembangan:
a. Memperluas lingkaran keluarga terhadap anak dewasa muda, termasuk
memasukkan anggota keluarga baru yang berasal dari pernikahan anak-
anaknya.
b. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan
pernikahan.
c. Membantu orang tua suami dan isteri yang sudah menua dan sakit.
7. Tahap VII orang tua paruh baya
Tahap perkembangan:
a. Menyediakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan.
b. Mempertahankan kepuasan dan hubungan yang bermakna antara orang tua
yang telah menua dengan anak mereka.
c. Memperkuat hubungan pernikahan.
8. Tahap VIII keluarga dengan lansia
Tugas perkembangan:
a. Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan.
b. Menyesuaikan terhadap penghasilan yang berkurang.
c. Mempertahankan hubungan pernikahan.
d. Menyesuaikan terhadap kehilangan pasangan.
e. Mempertahankan ikatan keluarga autogenerasi.
f. Melanjutkan untuk merasionalisasi kehilangan keberadaan anggota keluarga
(peninjauan dan integrasi kehidupan).

I. Konsep Lansia.
A. Definisi Lansia
Pengertian Lansia Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya
antara usia 65-75 tahun (Potter, 2005).
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).
Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan
secara terus-manerus, dan berkesinambungan (Depkes RI, 2001).
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), Usia lanjut dikatakan sebagai
tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia sedangkan menurut
pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 Tentang Kesehatan dikatakan
bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun (Maryam, 2008).
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia
tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley,2006).

B. Klasifikasi Lansia.
Klasifikasi pada lansia ada 5, yaitu:
1. Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2. Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia Resiko Tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan (Depkes RI, 2003).
4. Lansia Potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI,
2003).
5. Lansia Tidak Potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).

C. Karakteristik Lansia.
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13
tentang kesehatan).
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif
hingga kondisi maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008).

D. Tipe Lansia.
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-
macam tipe usia lanjut. Yang menonjol antara lain:
1. Tipe arif bijaksana
Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,
memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

2. Tipe mandiri.
Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan
baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta
memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas.
Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses
penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik
jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.
4. Tipe pasrah.
Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai
konsep habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan beribadat,
ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
5. Tipe bingung
Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa
minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).

E. Tugas Perkembangan Lansia.


Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri
terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh
kembang pada tahap sebelumnya.
Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
2. Mempersiapkan diri untuk pensiun.
3. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
4. Mempersiapkan kehidupan baru.
5. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara
santai.
6. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan (Maryam,
2008).

II. Konsep Hipertensi.


A. Definisi Hipertensi
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik
lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau
lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan
hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme
pengaturan tekanan darah (Mansjoer,2000)
Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140 mmHg
atau tekanan diastolic lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostic ini dapat
dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu yang
terpisah (FKUI, 2001)

B. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan
besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya,
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi,
sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi.
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibatkantekanan darah meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua
sertapelabaran pembuluh darah.

C. Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya


perubahan – perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun. 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer. Meskipun hipertensi
primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian
telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi.
Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan. Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi. Ciri perseorangan. Ciri
perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah: Umur
(jika umur bertambah maka TD meningkat), Jenis kelamin (laki-laki
lebih tinggi dari perempuan), Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari
kulit putih).
2. Kebiasaan hidup.
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah : Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr),
Kegemukan atau makan berlebihan, Stress, Merokok, Minum alkohol,
Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah:
1. Ginjal: Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut,
Tumor
2. Vascular : Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma,
Emboli kolestrol, Vaskulitis
3. Kelainan endokrin : DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme
4. Saraf : Stroke, Ensepalitis, SGB
5. Obat-obatan: Kontrasepsi oral, Kortikosteroid

D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi
sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana system saraf
simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi
untuk pertimbangan gerontology.
Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan
perifer (Brunner & Suddarth, 2002).
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala hipertensi:
Menurut Edward K Chung (1995) hipertensi dapat dibedakan menjadi:
1. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu:
1. Mengeluh sakit kepala, pusing
2. Lemas, kelelahan
3. Sesak nafas
4. Gelisah
5. Mual muntah
6. Epistaksis
7. Kesadaran menurun

F. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan:
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis:
1. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas
rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
2. Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging, bersepeda atau berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4. Tidak menimbulkan intoleransi.
5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat – obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi
seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis
kalsium, golongan penghambat konversi rennin angitensin.

G. Komplikasi
Dalam perjalannya penyakit ini termasuk penyakit kronis yang dapat
menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain:
1. Stroke
2. Gagal jantung
3. Gagal Ginjal

III. Konsep Gout Artritis.


A. Definisi Gout Artritis
Suatu peradangan sendi sebagai manifestasi klinis dari akumulasi endapan
kristal monosodium urat, yang terkumpul didalam sendi sebagai akibat
tingginya kadar asam urat di dalam darah (hiperuresemia), (Zairin, 2013).
Kadar asam urat yang tinggi didalam darah melebihi batas normal
menyebabkan penumpukan asam urat didalam persendian dan organ tubuh
lainnya. Penumpukan asam urat inilah yang membuat sendi sakit, nyeri, dan
meradang (Teguh susanto, 2013).
Penyakit Pirai (gout) atau Arthritis Gout adalah penyakit yang disebabkan oleh
tumpukan asam/kristal urat pada jaringan, terutama pada jaringan sendi. jika
kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dl. Catatan: kadar normal asam
urat dalam darah untuk pria adalah 8 mg/dl, sedangkan untuk wanita adalah 7
mg/dl (Junaidi, 2013).

B. KLASIFIKASI
Menurut (Ahmad, 2011) jenis asam urat yaitu :
1. Gout primer
Pada gout primer, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik).
2. Gout sekunder
Pada gout sekunder disebabkan antara antara lain karena meningkatnya
produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan
kadar purin tinggi.

C. ETIOLOGI
Menurut Sustrani dkk. (2004) Hiperurisemia dapat terjadi karena :
1. Produksi asam urat didalam tubuh meningkat (Gout metabolik)
a. Gout primer metabolik, karena sintesis atau pembentukan yang
berlebihan.
b. Gout sekunder, karena pembentukan asam urat yang berlebihan karena
penyakit lain.
2. Kurangnya pengeluaran asam urat melalui ginjal
a. Gout renal primer, karena gangguan asam urat di tubuli distal ginjal
b. Gout renal sekunder, disebabkan ginjal yang rusak, misalnya pada
glomerulonephritis kronis.
3. Perombakan dalam usus yang berkurang. serangan gout secara mendadak
dapat dipicu oleh :
a. Pemakaian sejumlah besar alkohol atau makanan yang kaya akan
protein purin.
b. Kedinginan.
c. Penyakit dan sejumlah obat yang menghambat sekresi asam urat,
seperti salisilat, INH, diuretik dan asam keton hasil pemecahan lemak
sebagai akibat banyak mengkonsumsi lemak dan lain-lain.
D. MANIFESTASI KLINIS
Pada gout biasanya serangan terjadi secara mendadak (kebanyakan menyerang
pada malam hari). Sendi – sendi yang terserang tampak merah, mengkilat,
bengkak, kulit diatasnya terasa panas disertai rasa nyeri yang hebat, dan
persendian sulit digerakan. Gejala lain adalah suhu badan menjadi demam,
kepala terasa sakit, nafsu makan berkurang, dan jantung berdebar. Serangan
pertama gout pada umumnya berupa serangan akut yang terjadi pada pangkal
ibu jari kaki. Namun, gejala-gejala tersebut dapat juga terjadi pada sendi lain
seperti tumit, lutut dan siku. Dalam kasus encok kronis, dapat timbul tofus
(tophus), yaitu endapan seperti kapur pada kulit yang membentuk tonjolan
yang menandai pengendapan kristal asam urat (Wijayakusuma, 2006 ).

E. PATOFISIOLOGI
Ada beberapa faktor yang berperan dalam mekanisme penyakit gout arthitis
yaitu: faktor genetik, produksi asam urat yang berlebihan, kurangnya
pengeluaran asam urat. Dari faktor-faktor tersebut menyebabkan gangguan
metabolisme purin dalam tubuh sehingga keadaan purin dalam darah
meningkat (hiperurisemia). Apabila kristal asam urat mengendap dalam
sebuah sendi, respons inflamasi akan terjadi dan serangan gout dimulai.
Dengan serangan yang berulangulang penumpukan kristal natrium urat yang
dinamakan topus akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki,
tangan dan telinga ( Sustrani, 2007).

IV. Konsep Kolesterol


A. Definisi Kolesterol
Salah satu komponen dalam membentuk lemak. Didalam lemak terdapat
berbagai macam komponen yaitu, seperti zat trigiserida, fosfolipid, asam
lemak bebas, dan juga kolesterol. Secara umum kolesterol berfungsi untuk
membangun dinding didalam sel (membran sel) dalam tubuh. Bukan hanya itu
saja, kolesterol juga berperan penting dalam memproduksi hormon seks,
vitamin D, serta berperan penting dalam menjalankan fungsi saraf dan otak
(Mumpuni & Wulandari, 2011).
Suatu zat lemak yang di buat didalam hati dan lemak jenuh dalam makanan.
Jika terlalu tinggi kadar kolesterol dalam darah maka akan semakin meningkat
faktor resiko terjadinya penyakit arteri koroner.kolesterol memiliki beberapa
komponen, yang dibagi menjadi 2 klasifikasi yaitu berdasarkan jenis dan
kadar kolesterolnya.

B. Klasifikasi
Klasifikasi kolesterol dibagi menjadi 2 jenis kolesterol dan kadar kolesterol:
1. Jenis Kolesterol:
a. Low Density Lipoprotein (LDL)
LDL atau sering disebut sebagai kolesterol jahat, LDL lipoprotein
deposito kolesterol bersama didalam dinding arteri, yangmenyebabkan
terjadinya pembentukan zat yang keras, tebal atau sering disebut juga
sebagai plakat kolesterol, dan dengan seiring berjalannya waktu dapat
menempel didalam dinding arteri dan terjadinya penyempitan arteri
(Yovina, 2012).
b. High Density Lipoprotein (HDL)
HDL adalah kolesterol yang bermanfaat bagi tubuh manusia, fungsi
dari HDL yaitu mengangkut LDL didalam jaringan perifer ke hepar
akan membersihkan lemak-lemak yang menempel di pembuluh darah
yang kemudian akan dikeluarkan melalui saluran empedu dalam
bentuk lemak empedu (Sutanto, 2010).
2. Kadar kolesterol:

Pengelompokan Kadar Kolesterol

Kadar Kolesterol Total Kategori Kolesterol Total


<200 mg/dl Bagus
200-239 /dl Ambang Batas Tinggi
>240 mg/ dl Tinggi
Kadar Kolesterol LDL Kategori Kadar Kolesterol LDL
<100 mg/dl Optimal
100-129 mg/dl Hampir Optimal/diatas Optimal
130-159 mg/dl Ambang Batas Atas
160-189 mg/dl Tinggi
>190 mg/dl Sangat Tinggi

Kadar Kolesterol HDL Kategori Kadar Kolesterol HDL


<40 mg/dl Rendah
60 mg/dl Tinggi

Sumber: National Institutetes of Health, Detection, Evaluation, dan Treadment


of High Blood Cholesterol in Adults III (Mumpuni & Wulandari, 2011)

C. Faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol dalam
darah yaitu, sebagai berikut:
1. Makanan
Kolesterol pada umumnya berasal dari lemak hewani seperti daging
kambing, meskipun tidak sedikit pula yang berasal dari lemak nabati
seperti santan dan minyak kelapa. Telur juga termasuk makanan yang
mengadung kolesterol yang tinggi. Makanan yang banyak mengandung
lemak jenuh menyebabkan peningkatan kadar kolesterol, seperti minyak
kelapa, minyak kelapa sawit dan mentega juga memiliki lemak jenuh yang
dapat meningkatkan kadar kolesterol (Yovina, 2012). Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Restyani (2015) menyatakan bahwa dengan
mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak jenuhnya dapat meningkatkan
kadar kolesterol total.
2. Kurang Aktifitas.
Faktor pemicu yang dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah
yaitu kurangnya aktifitas fisik ataupun olahraga, hal tersebut telah
dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Tunggul, Rimbawan dan
Nuri (2013) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
aktifitas fisik terhadap kadar kolesterol dalam darah dengan nilai P<0,05.
3. Kurang Pengetahuan
Tingkat pengetahuan seseorang merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kadar kolesterol, hal tersebut dibuktikan oleh penelitian
yang dilakukan oleh Winda et al (2016) bahwa pengetahuan memiliki
hubungan yang signifikan terhadap kadar kolesterol seseorang dan
mempengaruhi tindakan pencegahan yang dapat dilakukan dalam
mengendalikan kadar kolesterol.
4. Kepatuhan
Kepatuhan berpengaruh besar terhadap kadar kolesterol dalam darah, hal
tersebut telah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Din (2015)
yang didapatkan hasil bahwa faktor-faktor yang dapat mengakibatkan
terjadinya peningkatan kolesterol yaitu seperti diet kaya lemak, kurangnya
olahraga, stress serta faktor ketidakpatuhan pasien dalam mengontrol
kolesterolnya. Dan hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Putri (2016) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
kepatuhan diet dengan kadar kolesterol dalam darah. Faktor-faktor tersebut
mempengaruhi kolesterol dalam darah, yang mengalami suatu proses
dalam tubuh manusia.

D. Proses kolesterol dalam tubuh


Lemak yang terkandung didalam darah terdiri atas kolesterol,
trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas. Kolesterol yang terkandung
didalam darah hanya seperempat yang berasal dari sari makanan yang diserap
oleh saluran pencernaan, kemudian sisanya akan diproduksi oleh tubuh
melalui sel-sel hati. Ketika dicerna didalam usus, lemak yang terdapat didalam
makanan akan diuraikan menjadi kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam
lemak bebas. Usus akan menyerap keempat unsur lemak tersebut dan masuk
kedalam darah, sementara untuk kolesterol dan unsur lemak yang lainnya
tidak larut dalam darah. Agar dapat diangkut semua ke dalam aliran darah,
kolesterol dan lemak-lemak lain (trigliserida dan fosfolipid) harus berikan
dengan protein sebagai syarat untuk membentuk senyawa yang larut, atau
sering disebut juga sebagai Lipoprotein.
Lipoprotein yang mengangkut lemak menuju hatu atau sering disebut
juga dengan kilomikron. Di dalam hati, ikatan lemak tersebut akan diuraikan
sehingga akan membentuk kembali keempat unsur lemak. Kemudian, asam
lemak yang telah terbentuk akan digunakan sebagai sumber energi dan bila
jumlahnya berlebih maka akan disimpan dalam jaringan lemak. Bila asupan
kolesterol tidak dapat mencukupi, maka sel hati yang akan memproduksinya.
Di mulai dari hati, kolesterol akan di angkut kembali oleh lipoprotein yang
sering disebut juga sebagai HDL untuk kemudian akan di bawa ke hati, yang
akan diuraikan dan dibuang ke dalam kandung empedu. LDL yang
mengandung banyak lemak dibandingkan dengan HDL, akan mengembang di
dalam darah. Protein utama yang membentuk LDL adalah apolipoprotein B,
dan apolipoprotein A merupakan protein utama yang membentuk HDL. HDL
memiliki kandungan lemak yang lebih sedikit dibandingkan dengan LDL dan
mempunyai kepadatan tinggi atau lebih berat (Sutanto, 2010). Dalam proses
kolesterol dalam tubuh, kolesterol memiliki beberapa tanda dan gejala yang
harus diperhatikan oleh pasien.

E. Manifestasi klinis
Kadar kolesterol yang tinggi biasanya tidak memunculkan gejala apapun.
Akan tetapi kadang- kadang jika kadar kolesterol sudah sangat tinggi maka
endapan lemak akan membentuk suatu pertumbuhan yang sering disebut juga
sebagai xantoma didalam tendon (urat daging) dan didalam kulit. Kadar
trigliserida yang cukup tinggi (sampai dengan 800 mg/dl atau lebih) dapat
menyebabkan pembesaran pada hati dan limpa serta timbulnya gejala- gejala
dari pankreatitis (misalnya nyeri perut yang hebat), (Dewanti, 2010). Untuk
memantau tanda dan gejala yang muncul, maka diperlukan pengukuran kadar
kolesterol agar dapat mengontrol kadar kolesterol dalam darah

F. Cara mengukur kadar kolesterol.


Cara mengukur kadar kolesterol dapat dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan di laboratorium ataupun dengan cara mengukur kolesterol secara
mandiri menggunakan cholesterol meter (alat ukur kolsterol). Jika
menggunakan pengukuran kolesterol meter hasil yang didapatkan dari
pengukuran dapat diklasifikasikan apakah kadar kolesterol total pasien yang
dilakukan pemeriksaan dalam rentang bagus, batas ambang atas, ataupun
tinggi (Mumpuni & Wulandari, 2011). Ketika akan dilakukan pemeriksaan
kolesterol, pasien biasanya diminta untuk melakukan puasa 10 jam sebelum
pengambilan darah. Namun menurut studi yang dimuat dalam Archives of
Internal Medicine menyatakan bahwa puasa sebenarnya tidak diperlukan
karena orang yang melakukan puasa dengan orang yang tidak melakukan
puasa hasilnya tidak jauh beda (Candra, 2012).

G. Cara mengendalikan kadar kolesterol.


Berikut ini merupakan langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai salah
satu cara untuk mengendalikan kadar colesterol dalam darah.
1. Pemberian edukasi sangat mempengaruhi dalam peningkatan pengetahuan
pada penderita kolesterol, sehingga hal tersebut dapat di jadikan salah satu
cara penderita dalam memilih makanan yang tepat agar kolesterol tidak
mengalami peningkatan. Bukan hanya itu saja konseling juga berpengaruh
dalam pengendalian kadar kolesterol,hal tersebut sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Yuliana (2014) yang didapatkan hasil bahwa
konseling berpengaruh dalam menurunkan kadar kolesterol total lebih
besar dan perubahan terhadap pola makan.
2. Olahraga.
Salah satu olahraga yang dapat dilakukan untuk mengendalikan kadar
kolesterol dalam darah yaitu dengan melakukan senam, hal tersebut telah
diteliti oleh Li Ping et al (2013) bahwa aktifitas senam sangat efektif
dalam mengendalikan kadar kolesterol jika dilakukan secara teratur.
Penelitian tersebut didukung juga oleh Steven et al (2013) yang telah
meneliti mengenai senam terhadap kadar kolesterol dengan hasil bahwa
pengaruh pemberian latihan senam sangat baik diberikan untuk
menurunkan kadar kolesterol dalam darah seseorang.
3. Pemeriksaan kolesterol rutin.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh David et al (2016) melakukan
pemeriksaan kolesterol secara rutin sangat baik dilakukan sebagai salah
satu langkah dalam pencegahan primer terhadap komplikasi dari terjadinya
peningkatan kadar kolesterol seperti penyakit kardiovaskuler.
4. Home visit.
Berdasarkan artikel yang ditulis oleh Lin et al (2016) bahwa melaksanakan
home visit atau kunjungan rumah ke pasien merupakan salah satu cara
dalam mengontrol kadar HDL, LDL, dan juga trigliserida dalam tubuh.
Hal tersebut dikarenakan home visit bertujuan untuk memberikan edukasi
ataupun informasi kesehatan bagi penderita, sehingga dapat meningkatkan
kualitas kesehatan bagi penderita.
5. Peningkatan kepatuhan melalui short message service (SMS) gateway.
Cara yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kepatuhan pasien dalam
mengikuti program yang diberikan yaitu dengan reminder melalui short
message service (SMS) gateway, hal tersebut telah diteliti oleh Akrom dan
Nurwijayanti (2015) dengan hasil bahwa SMS sangat efektif dilakukan
dalam meningkatkan kepatuhan pada pasien. Penelitian tersebut juga
didukung oleh Ismil (2016) bahwa penggunaan aplikasi reminder sistem
merupakan salah satu strategi dalam meningkatkan kepatuhan pasien
dalam mengikuti program yang diberikan setelah dikirim SMS reminder.
Kepatuhan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan karena
sebagian besar pasien mengalami peningkatan kadar kolesterol karena
faktor kepatuhan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Nama kepala keluarga : Tn.A
b. Alamat : Klayatan Gang I, RT.01 Rw.12, Bandungrejosari,
Sukun, Kota Malang
c. Pekerjaan kepala keluarga :-
d. Susunan Anggota keluarga :
NO Nama Jenis Hubungan Umur Pendidikan
Kelamin Dengan KK
1. Tn.A Laki-laki KK 62 th SD
2. Ny.R Perempuan Istri 57 th SD

e. Data ringkas hasil wawancara dan survey


1) Sebuah keluarga terdiri dari Tn.A (62 tahun), ibu Ny R (57 tahun).
2) Mereka tinggal di rumah dengan lingkungan RW yang padat penduduk di
kelurahan Bandungrejosari , kecamatan Sukun kota Malang.
3) Tn A menderita Stroke sejak 4 tahun yang lalu, Tensi 140/100 mmHg, rutin
minum obat Hipertensi yang dibeli dengan resep dari dokter praktek.
4) Ny R menderita hipertensi, asam urat dan kolesterol sejak 1 tahun yang lalu,
dengan tensi 160/90 mmHg, Hasil Lab Asam Urat 6,5 mg/dL, Colesterol 258
mg/dL, Trigliserida 258 mg/dL, jarang periksa kesehatan sehingga tidak minum
obat, jika ada keluhan beli obat diwarung
5) Dirumah tidak ada yang merokok.
6) Saat ditanya petugas tentang makanan bergizi Ny.R mengatakan tidak tau. Ny R
mengatakan dalam pengolahan makanan sering di goreng menggunakan minyak
kelapa dan memasak yang cenderung berasa asin.
Genogram

Keterangan :

f. Tipe keluarga
Keluarga tahap Lansia karena keluarga terdiri Tn A (62 tahun) dan Ny R 57 tahun)
g. Latar belakang.
Keluarga Tn.A merupakan orang jawa. Komunikasi dalam keluarga menggunakan
bahasa jawa. Tidak ada kebiasaan khusus mengenai budaya yang berkaitan dengan
kesehatan.
h. Identifikasi religious
Keluarga Tn.A memeluk agama islam. Mereka mengatakan melakukan ibadah
standar-standar saja artinya saat sholat dan puasa seperti kewajiban orang islam pada
umumnya.
i. Status kelas social
 Tn.A, sebelum kena Stroke bekerja sebagai karyawan swasta, setelah kena
Stroke Tn A tidak bekerja.
 Harta benda yang dimiliki: TV, 1 set Sofa, lemari
 Ny R mengatakan selama Tn A kena Stroke tidak ada pendapatan sama sekali,
kebutuhan untuk sehari-hari dibantu oleh anak-anak.
 NY....(anak Tn A No. ) mengatakan selama ayah tidak bekerja dan kena
stroke, anak-anak yang membantu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
membayar iuran BPJS dan kebutuhan lainnya untuk kedua orang tuanya.

j. Mobilitas sosial
Keluarga Tn.A tinggal di kelurahan bandungrejosari sejak menikah. Selama
tinggal di Kelurahan Bandungrejosari keluarga Tn. A sering mengikuti kegiatan sosial
seperti tahlil dan kegiatan PKK, setelah sakit stroke keluarga Tn A tidak pernah
mengikuti kegiatan tersebut.

2. Riwayat keluarga dan tahap perkembangan


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga dengan Tahap paruh baya, pasangan ini memiliki 4 orang anak, anak
pertama perempuan usia....tahun sudah menikah,dan punya anak ....orang tinggal di
Sidoarjo bersama keluarganya, anak kedua perempuan usia...tahun sudah menikah,
dan punya anak.....orang tinggal di........bersama keluarganya, anak ketiga laki-laki
usia .....tahun sudah menikah,dan punya anak...orang tinggal di.....bersama
keluarganya, sedangkan anak keempat perempuan usia....tahun sudah menikah belum
memiliki anak tinggal di......bersama keluarganya. keempat anaknya sering pulang
menjenguk kedua orang tuanya secara bergantian. Pasangan ini kadang dibawa untuk
tinggal bersama anak-anaknya tapi tidak mau karena lebih nyaman tinggal dirumah
sendiri. Kerumah anak hanya menginap 1-2 malam saja kemudian pulang
b. Riwayat keluarga inti
Tn.A dan Ny.R sejak menikah tinggal di Bandungrejosari.
c. Riwayat keluarga asal
Keluarga Tn. A asli berasal dari Lamongan, kedua orangtua Tn.A tidak mengidap
penyakit kronis. Kedua orangtua Ny.R tidak ada yang mengidap penyakit kronis,
saudara Ny R ada yang mengidap penyakit kronis, asal kedua orangtua dari Jombang.

3. Data lingkungan
a. Karakteristik rumah:

Denah rumah

1. Luas rumah : 6 x 11 meter


2. Tipe rumah : permanen, 1 lantai
3. Kepemilikan : milik sendiri
4. Jumlah dan ratio ruangan : terdiri dari 2 ruang tidur, 1 ruang tamu, ruang TV,
ruang makan, dapur bersebalahan dengan kamar mandi (tolong diisi sesuai denah)
5. Ventilasi/jendela: jendela ada di setiap ruang, sirkulasi udara cukup, dibuka setiap
hari, cahaya matahari cukup masuk ruangan
6. Pemanfaatan ruangan: cukup baik, ada ruang tamu, ruang TV sekaligus ruang
keluarga saat menghabiskan waktu bersama, ruang makan sekaligus untuk tempat
jemuran dan setrika akan tetapi sejauh ini sudah kondusif dan tidak mengganggu
kegiatan rumah tangga.(tolong diisi sesuai denah, saya ga keliling dalam rumah)
7. Septik tank: saluran pembuangan limbah cuci dan mandi dibuang melalui SPAL.
8. Kamar mandi/WC: terdapat kamar mandi dengan bak penampungan air permanen
sebagai bak mandi, kamar mandi bersih, pada penampungan air mandi tidak
terdapat jentik, bak penampungan air mandi dikuras seminggu sekali.
9. Sampah: terdapat tempat sampah tertutup

b. Karakteristik lingkungan tempat tinggal dan masyarakat


Lingkungan tempat tinggal Tn.A adalah lingkungan yang padat penduduknya,
rumah antar keluarga sangat berdekatan akan tetapi tertata dengan rapi, terdapat jalan
setapak yang dibuat dari konstruksi cor semen dan batu kerikil bermotif sehingga
tidak licin sebagai akses antar rumah warga dan antar RT. Jenis pekerjaan masyarakat
sekitar bermacam-macam namun sebagian besar adalah wiraswasta
c. Mobilitas geografis keluarga
Pasangan ini mengalami kesulitan dalam kegiatan mobilisasi untuk mengikuti
kegiatan sosial dan menjangkau fasilitas kesehatan karena akses jalan yang naik dan
turun gunung. Mobilisasi Tn A menggunakan kursi roda. Akses jalan bersih dan
aman.
d. Hubungan social keluarga dan masyarakat
Keluarga Tn. A memandang komunitas di sekitarnya baik dan ramah,
tetangganya banyak membantu saat keluarga mengalami kesulitan. Hubungan
keluarga dengan tetangga sekitar sangat baik, hanya saja Tn. A dalam berkomunikasi
kadang tidak jelas, Ny.R tidak terlibat dalam kegiatan komunitas karena harus
merawat Tn A.

4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi yang digunakan adalah komunikasi langsung. Ny. R
mengatakan biasa berdiskusi dengan anak-anak jika ada masalah tentang kesehatan
dan ekonomi.
b. Struktur kekuatan
Pengambilan keputusan adalah anak-anak karena Tn A sebagai kepala
keluarga menderita stroke. Sedangkan untuk kebutuhan rumah tangga seperti belanja,
pengaturan keuangan dilakukan oleh Ny. R.
c. Struktur peran
Pak siswo saya ga bisa isi ini
d. Nilai-nilai keluarga
Nilai dan norma yang dianut oleh keluarga disesuaikan dengan nilai dan
norma dari agama Islam. Nilai dan norma yang biasanya diajarkan yaitu selalu
menujukkan sikap sopan santun, tata krama dan memperhatikan nilai norma agama

5. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga mengatakan bahwa hubungan keluarga selama ini harmonis,tidak pernah
terjadi pertengkaran besar, kesalahpahaman dalam rumah tangga sewajarnya saja
b. Fungsi reproduksi
Tn.A dan Ny.R merupakan pasangan lanjut usia.
c. Fungsi sosialisasi
Otonomi keluarga: dalam pengambilan keputusan diperankan oleh anak-anak dengan
musyawarah terlebih dahulu dengan kedua orang tua.
d. Fungsi perawatan kesehatan
1) Keyakinan, nilai, perilaku yang berkaitan dengan kesehatan: Tidak ada
kepercayaan khusus dalam keluarga terkait sehat sakit. Jika ada keluarga yang
sakit langsung dibawa ke dokter praktek, keluarga memiliki asuransi kesehatan.
2) Pengetahuan tentang sehat sakit: menurut Ny. R sehat adalah tidak ada keluhan
fisik dan bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. Sedangkan sakit adalah kalau
ada keluhan fisik, rasanya tidak enak badan dan tidak bisa melakukan aktifitas
seperti biasanya.
3) Pola makan keluarga: biasanya makan 3x sehari. Nasi dan lauk sayur. Tidak suka
ayam dan daging sapi, biasanya makan ikan asin (sebelum digoreng direndam
dengan air dicampur garam untuk mengurangi asin), telur, tahu dan tempe, buah
jarang dikonsumsi karena keterbatasan uang belanja. Untuk mengolah lauk selalu
dimasak dengan cara digoreng menggunakan minyak kelapa demikian halnya
dengan makanan pendamping/snak semua digoreng. Ny. R mengatakan tidak
terlalu tau mengenai menu makanan yang tidak boleh di konsumsi sehubungan
dengan keluhan yang dirasa.
4) Kebiasaan tidur dan istirahat: keluarga tidak menerapkan jam khusus untuk tidur,
mereka tidur jika sudah mengantuk, Ny R kadang susah untuk memulai tidur dan
sering terbangun.
5) Latihan dan rekreasi: dalam keluarga tidak ada jadwal khusus untuk rekreasi, Tn
A merasa tidak mampu untuk duduk lama di kursi roda, jika ada waktu senggang
mereka akan menonton TV bersama.
6) Kebiasaan penggunaan obat: saat sakit ringan seperti flu, sakit kepala, badan rasa
capek dan pegal-pegal Ny A membeli obat di warung.
7) Cara pencegahan penyakit: keluarga menerapkan makan 3 kali sehari dan istirahat
yang cukup untuk menjaga daya tahan tubuh.
8) Riwayat kesehatan keluarga:
- Tn A menderita stroke sejak 4 tahun yang lalu, Tensi 140/90 mmHg, rutin
minum obat dari dokter praktek.
- Ny.R menderita hipertensi, asam urat dan kolesterol sejak 1 tahun yang lalu,
dengan tensi 160/90 mmHg, tidak rutin periksa dan minum obat, jika ada
keluhan beli obat di warung.
9) Pelayanan yang dimanfaatkan: Ny. R memanfaatkan dokter praktek dan bidan
yang ada didekat rumah sebagai sarana kesehatan, sedangkan Tn.A memanfaatkan
dokter praktek sebagai sarana kesehatan yang akan mereka kunjungi saat sakit, hal
ini dilakukan dengan alasan karena merasa cocok dan tidak lama (antri). Keluarga
memiliki asuransi kesehatan, akan tetapi tidak pernah digunakan karena minta
rujukan ke Puskesmas tidak pernah diberikan. bila periksa ke dokter praktek
dikenakan biaya.
10) Fasilitas transportasi keluarga untuk perawatan kesehatan: keluarga menggunakan
angkutan umum saat pergi ke dokter praktek didampingi oleh anak.

6. Stress dan koping keluarga


a. Stressor
Stressor jangka pendek yang dirasakan adalah ketika Ny.R merasakan kepalanya
sering pusing, badan capek, pegal-pegal dan nafas kadang rasa sesak, sedangkan
stressor jangka panjang yang dirasakan adalah tidak ada pemasukan, tidak enak selalu
dibantu oleh anak karena anak memiliki rumah tangga sendiri.
b. Kekuatan yang menyeimbangkan stressor
Ny.R mengatakan keempat anaknya selalu membantu mereka untuk memenuhi
kebutuhan kedua orang tuanya.
c. Sejauh mana keluarga menggunakan koping eksternal
Koping yang dilakukan yaitu koping adaptif, dimana ketika ada masalah selalu
diselesaikan bersama-sama dan dengan bermusyawarah

7. Harapan Keluarga
Ny.A menyampaikan harapannya semoga ada petugas kesehatan yang bisa datang ke rumah
untuk memeriksa Tn A karena Ny R merasa tidak mampu membawa Tn A untuk kontrol ke
fasilitas kesehatan.

8. Pemeriksaan Fisik

NO JENIS Tn A Ny R
PEMERIKSAAN
1 Tanda- tanda Vital:
TD : 160/100 170/90
Suhu : 36.8 36.2
Nadi : 80 88
RR : 20 28
2 Kepala Simetris, rambut Simetris, rambut berwarna
berwarna hitam, ada hitam, tidak ada ketombe
sedikit uban, tidak ada
ketombe
3 leher Tidak teraba adanya Tidak teraba adanya
pembesaran kelenjar pembesaran kelenjar tiroid
tiroid
4 Mata Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak anemis,
anemis, sklera tidak sklera tidak ikterik
ikterik
5 Telinga Simetris, keadaan bersih, Simetris, keadaan bersih,
pendengaran baik pendengaran baik
6 Hidung Bersih, tidak ada nyeri Bersih, tidak ada nyeri
7 Mulut Mukosa mulut lembab, Mukosa mulut lembab
bibir miring kekanan
8 Dada Pergerakan dada Pergerakan dada simetris,
simetris, suara jantung suara jantung S1 dan S2
S1 dan S2 tunggal, tidak tunggal, tidak terdapat
terdapat palpitasi, mur- palpitasi, mur- mur tidak
mur tidak ada, ronkhi ada, ronkhi tidak ada,
tidak ada, whezing tidak whezing tidak ada
ada
9 Abdomen Pada pemeriksaan Pada pemeriksaan
abdomen tidak terdapat abdomen tidak terdapat
pembesaran hepar, tidak pembesaran hepar, tidak
nyeri ulu hati, tidak nyeri ulu hati, tidak
kembung, bising usus kembung, bising usus
normal normal
10 Ekstremitas atas Ekstremitas atas bagian Ektremitas atas rasa
kiri lemah, kekuatan keram-keram, tidak ada
otot....., tidak ada oedem odema
11 Ekstremitas bawah Ekstremitas bawah Ekstremitas bawah tidak
bagian kiri lemah, ada keluhan, tidak ada
kekuatan otot....., tidak oedema
ada oedema

B. Analisa data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 Data Subyektif: Kegagalan Ketidak efektifan
 Ny. R mengatakan sejak 1 tahun melakukan tindakan manajemen
yang lalu terdiagnosa hipertensi, untuk mengurangi kesehatan keluarga
asam urat dan kolesterol tidak faktor risiko
pernah mengkonsumsi obat-obat
hipertensi
 Ny. R mengatakan tidak tau tentang
makanan bergizi dan pengolahan
makanan selain sering digoreng
juga cenderung berasa asin.
 Ny. R mengatakan keluarga tidak
pernah mengikuti kegiatan
komunitas karena harus merawat
suami yang menderita stroke.
 Ny. R mengatakan saat ada keluhan
membeli obat diwarung.
Data Obyektif:
 Tensi 170/90 mmHg
 Suhu : 36.2°C
 Nadi : 88x/menit
 RR : 28x/menit
2 Data subyektif: Ketidakefektifan
 Ny. R mengatakan: performa peran.
o Sering sakit kepala
o Badan rasa capek dan pegal-
pegal
o Kurang istirahat dan susah
tidur.
o Tangan rasa keram-keram.
 Ny. R mengatakan sejak 1 tahun
yang lalu terdiagnosa hipertensi,
asam urat dan kolesterol.
 Ny. R mengatakan kadang merasa
tidak mampu merawat suami
sendiri dikarenakan badan rasa
tidak sehat
 Ny. R Mengatakan nafas kadang
sesak.
Data Obyektif:
 Emosi labil
 Tensi : 170/90 mmHg

C. Skoring Dan Prioritas Masalah


1. Ketidakefektifan performa peran keluarga Tn. A
No kriteria skor Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah: Keluarga tidak mengetahui
a. Ancaman kesehatan 2 1 2/3 x 1 = 0,6 tentang penyakit hipertensi
2. Kemungkinan masalah Dengan informasi yang cukup
dapat diubah: 1 2 1/2 x 2 = 1 akan menambah pengetahuan
a. Hanya Sebagian tentang hipertensi
3. Potensi masalah untuk Hipertensi adalah penyakit yang
dicegah: 2 1 2/3 x 1 = 0,6 dapat dikendalikan apabila
a. Sedang/cukup keluarga mengetahuinya
4. Menonjolnya masalah: Masalah tidak dirasakan oleh
a. Masalah tidak dirasakan 0 1 0x1=0 Ny.R dan keluarga
JUMLAH 2,2

2. Ketidak efektifan manajemen kesehatan


No kriteria skor Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah: Masalah actual
Actual 3 1 3/3 x 1 = 1
2. Kemungkinan masalah Sumberdaya keluarga terbatas
dapat diubah: 1 2 1/2 x 2 = 1
b. Hanya Sebagian
3. Potensi masalah untuk Masalah cukup dapat dicegah
dicegah: 2 1 2/3 x 1 = 0,6
b. Sedang/cukup
4. Menonjolnya masalah: Masalah harus segera ditangani
b. Segera ditangani 2 1 2/2 x 1 = 1
JUMLAH 3,6
D. Diagnosa keperawatan
1. Ketidak efektifan manajemen kesehatan keluarga Tn.A berhubungan dengan Kegagalan
melakukan tindakan mengurangi factor risiko
2. Ketidakefektifan performa peran keluarga Tn.A berhubungan dengan kurang pemahaman
E. Rencana keperawatan
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga Tn. A berhubungan dengan kegagalan melakukan tindakan mengurangi factor risiko

Tujuan NOC NIC


TUK 1: 1. Pengetahuan: Manajemen hipertensi (NOC 1837) 1. Pendidikan kesehatan :pengajaran proses penyakit yang dialami 5510
Keluarga Definisi: Tingkat pemahaman yang disampaikan tentang 1. Identifikasi faktor internal atau eksternal yang dapat meningkatkan
mampu
tekanan darah tinggi, pengobatan, dan pencegahan atau mengurangi motivasi untuk berperilaku sehat.
mengenali
masalah yang komplikasinya, dengan target sebagai berikut: 2. Tentukan pengetahuan tentang hipertensi dan gaya hidup perilaku
ada di keluarga Skala outcome 1 2 3 4 5 saat ini pada individu dan keluarga.
1. Target tekanan darah V
2. Komplikasi potensial hipertensi V 3. Bantu keluarga untuk memperjelas keyakinan dan niai-nilai
3. Manfaat modifikasi gaya hidup V kesehatan.
4.Strategi untuk mengubah kebiasaan diit V
5.Pentingnya mematuhi pengobatan V 4. Rumuskan tujuan pendidikan kesehatan.
6.Kelompok dukungan yang tersedia V 5. Jelaskan tentang pengelolaan hipertensi, pencegahan dan

Pengetahuan diet yang disarankan 1802 perawatannya.

Skala outcome 1 2 3 4 5
6. Jelaskan tentang manifestasi dan komplikasi hipertensi yang
Diet yang dianjurkan V mungkin terjadi pada anggota keluarga.
Manfaat diet V
Tujuan diet V 7. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk menolak prilaku yang
Makanan yang diperbolehkan dalam diet V tidak sehat atau berisiko.
Makanan yang tidak diperbolehkan dalam diet V
8. Libatkan keluarga dalam perencanaan dan implementasi gaya
1.
hidup.
Keterangan:
1. Tidak ada pengetahuan
2. Pengetahuan terbatas
Pengajaran diet yang tepat 5614
3. Pengetahuan sedang
4. Pengetahuan banyak 1. Kaji tingkat pengetahuan klien mengenai diet yang disarankan.
5. Pengetahuan sangat banyak
2. Kaji pola makan pasien saat ini dan sebelumnya, termasuk makanan
yang disukai.
3. Kaji keluarga mengenai pandangan, kebudayaan, dan faktor lain
yang mempengaruhi kemauan pasien dalam mengikuti diet yang
disarankan.
4. Ajarkan klien nama-nama makanan yang sesuai dengan diet yang
disarankan.
5. Jelaskan mengenai tujuan kepatuhan terhadap diet yang disarankan
6. Sediakan contoh menu yang sesuai.
7. Libatkan keluarga dan klien dalam merencanakan diet yang sesuai.

TUK 2: 2. Manajemen diri: Penyakit kronik (NOC 3102) Bantuan modifikasi diri (NIC 4470):
Keluarga Definisi : Tindakan seseorang untuk mengelola penyakit kronis, 1. Bantu klien mengidentifikasi tujuan spesifik untuk berubah
mampu
pengobatannya dan untuk mencegah perkembangan penyakit 2. Berikan pujian terhadap alasan klien untuk berubah
mengambil
keputusan dan komplikasinya, dengan target sebagai berikut : 3. Bantu klien mengidentifikasi perilaku yang perlu dirubah serta
Skala outcome 1 2 3 4 5 untuk mencapai tujuan yang diinginkan
Memantau tanda dan gejala penyakit V 4. Eksplorasi bersama klien tentang rintangan yang potensial
Berpartisipasi dalam pengambilan V
menghambat terhadap perubahan perilaku
keputusan kesehatan
Memantau tanda dan gejala komplikasi V 5. Identifikasi bersama klien mengenai strategi yang efektif untuk
Menggunakan strategi untuk mengon- V perubahan perilaku
trol nyeri 6. Jelaskan kepada pasien mengenai pentingnya monitor diri dalam
usaha untuk merubah perilaku.
Fungsi keluarga:
Skala outcome 1 2 3 4 5 7. Dorong klien untuk memilih penguatan atau penghargaan untuk
Melibatkan angota keluarga dalam V mempertahankan perilaku
pemecahan masalah 8. Bantu klien merumuskan rencana yang sistematis terhadap
Anggota keluarga saling mendukung V perubahan perilaku
Angota keluarga bisa menerima ide-ide V
9. Dorong klien untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang bisa
baru
diatur dan dicapai dalam waktu tertentu
Keterangan:
1. Tidak pernah menunjukkan
Dukungan pengambilan keputusan:
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan 1. Bantu pasien untuk mengklarifikasi nilai dan harapan yang
4. Sering menunjukkan mungkin akan membantu dalam membuat pilihan yang penting
5. Secara konsisten menunjukkan dalam hidupnya.
2. Informasikan pada pasien mengenai solusi alternatif dengan cara
yang jelas dan mendukung
3. Berikan informasi sesuai permintaan pasien
4. Jadilah penghubung antara pasien dan keluarga
5. Fasilitasi pengambilan keputusan kolaboratif
6. Hormati hak-hak pasien untuk menerima atau tidak menerima
informasi.
7. Rujuk pada kelompok pendukung, sesuai kebutuhan

TUK 3: 3. Kontrol gejala (NOC 1608) Manajemen pengobatan (NIC 2380):


Keluarga Definisi: Tindakan seseorang untuk mengurangi perubahan 1. Tentukan obat apa yang diperlukan dan kelola menurut resep
mampu fungsi fisik dan emosi yang dirasakan, dengan target sebagai 2. Tentukan kemampuan klien untuk mengobati diri sendiri dengan
merawat
berikut: cara yang tepat
anggota
keluarga yang Skala outcome 1 2 3 4 5 3. Monitor efektifitas cara pemberian obat yang sesuai
sakit 1. Memantau munculnya gejala V
4. Monitor efek terapeutik obat
2. Memantau lama bertahannya gejala V 5. Monitor efek samping obat
3. Memantau keparahan gejala V 6. Kaji ulang klien secara berkala mengenai jenis dan jumlah obat
4. Memantau frekuensi gejala V
yang harus dikonsumsi
5. Memantau variasi gejala V
6.Melakukan tindakan untuk mengurangi V 7. Buang obat yang sudah kadaluarsa, yang sudah diberhentikan atau
gejala yang mempunyai kontraindikasi obat.
7. Melaporkan gejala yang bisa dikontrol V 8. Pertimbangkan pengetahuan klien mengenai obat-obatan
8. Mendapatkan perawatan kesehatan V
9. Pantau kepatuhan mengenai regimen obat
ketika gejala yang berbahaya muncul
10. Pertimbangkan faktor-faktor yang bisa menghalangi klien tidak
Keterangan: mengkonsumsi obatnya
1. Tidak pernah menunjukkan 11. Kembangkan strategi bersama klien untuk meningkatkan
2. Jarang menunjukkan kepatuhan mengenai regimen pengobatan
3. Kadang-kadang menunjukkan 12. Kembangkan strategi untuk mengelola efek samping obat
4. Sering menunjukkan 13. Tentukan dampak penggunaan obat pada gaya hidup klien
5. Secara konsisten menunjukkan 14. Pertimbangkan apakah pasien menggunakan obat-obatan berbasis
budaya dan kemungkinan adanya efek dari penggunaannya

TUK 4: 4. Manajemen diri: Hipertensi (NOC 3107) Modifikasi perilaku (NIC 4360):
Keluarga Definisi: Tindakan seseorang untuk mengelola hipertensi, 1. Tentukan motivasi klien terhadap perlunya perubahan perilaku
mampu
pengobatan, pencegahan perkembangan penyakit dan 2. Bantu klien untuk dapat mengidentifikasi kekuatan dirinya dan
memodifikasi
lingkungan komplikasinya, dengan target sebagai berikut: menguatkannya
3. Dukung untuk mengganti kebiasaan yang tidak diinginkan dengan
Skala outcome 1 2 3 4 5 kebiasaan yang diinginkan
1. Memantau tekanan darah V 4. Kuatkan keputusan klien yang konstruktif yang memberikan
2. Mempertahankan target tekanan da- V perhatian terhadap kebutuhan kesehatan
rah
5. Berikan umpan balik positif terkait dengan perasaan klien yang
3. Menggunakan obat-obatan sesuai re- V
sep tampak bebas dari gejala-gejala dan terlihat rileks
4. Memantau efek terapi obat-obatan V 6. Hindari menunjukkan perilaku ketidaktertarikan saat klien
5. Memantau efek yang tidak diharapkan V berjuang merubah perilakunya
dari obat-obatan
7. Dukung klien untuk memeriksa perilakunya sendiri
6. Mengikuti diit yang direkomendasikan V
7. Membatasi asupan garam V 8. Fasilitasi keterlibatan petugas layanan kesehatan dalam proses
8. Menggunakan kelompok pendukung V modifikasi perilaku yang tepat
9. Menggunakan sumber-sumber komu- V
9. Fasilitasi keterlibatan anggota keluarga dalam proses modifikasi
nitas yang ada
perilaku
Keterangan:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten menunjukkan

TUK 5: NOC: Manajemen diri: penyakit kronis Peningkatan sistem dukungan (NIC 5440):
Keluarga 1. Identifikasi tingkat dukungan keluarga, dukungan keuangan, dan
mampu Skala outcome 1 2 3 4 5
sumber daya lainnya
mengakses Mengunakan pelayanan kesehatan yang V
tempat layanan sesuai dengan kebutuhan 2. Tentukan hambatan terhadap sistem dukungan yang tidak terpakai
kesehatan Mendapatkan saran dari profesional V dan kurang manfaat
kesehatan sesuai kebutuhan
3. Anjurkan klien untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan
Mengunakan kelompok pendukung V masyarakat
Berpartisipasi dalam pengambilan V 4. Anjurkan berhubungan dengan orang-orang yang memiliki minat
keputusan kesehatan
dan tujuan yang sama
Menggunakan case manager untuk V
mengkoordinir perawatan 5. Rujuk pada suatu kelompok swadaya atau sumber daya yang
sesuai
Keterangan:
6. Rujuk pada program pencegahan atau pengobatan berbasis
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan masyarakat yang sesuai
3. Kadang-kadang menunjukkan 7. Sediakan layanan dengan sikap peduli dan mendukung
4. Sering menunjukkan 8. Libatkan keluarga, orang terdekat, dan teman-teman dalam
5. Secara konsisten menunjukkan
perawatan dan perencanaan
9. Identifikasi sumber daya yang tersedia terkait dengan dukungan
pemberi perawatan
10. Jelaskan kepada pihak penting lain tentang bagaimana mereka
dapat membantu

2. Ketidakefektifan performa peran berhubungan dengan....


TUJUAN NOC NIC
TUK 1: NOC:
Keluarga
mampu
mengenali
masalah yang
ada di keluarga

You might also like