Professional Documents
Culture Documents
Lina 185070209111011
A. Latar belakang
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang komprehensif pada keluarga Tn. A dengan
Hipertensi pada Ny. J di RT.01 RW.12 Kelurahan Bandungrejosari, Sukun, Kota Malang.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keluarga Tn. A dengan Hipertensi pada Ny. A di
RT.01 RW.12 Kelurahan Kelurahan Bandungrejosari, Sukun, Kota Malang.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan keluarga Tn. A dengan Hipertensi pada
Ny. R di RT.01 RW.12 Kelurahan Kelurahan Bandungrejosari, Sukun, Kota Malang.
c. Mampu menyusun rencana keperawatan keluarga Tn. A dengan Hipertensi pada Ny.
R di RT.01 RW.12 Kelurahan Kelurahan Bandungrejosari, Sukun, Kota Malang.
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan keluarga Tn. A dengan Hipertensi
pada Ny. R di RT.01 RW.12 Kelurahan Kelurahan Bandungrejosari, Sukun, Kota
Malang.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan keluarga Tn. A dengan Hipertensi pada Ny.
R di RT.01 RW.12 Kelurahan Kelurahan Bandungrejosari, Sukun, Kota Malang.
C. Manfaat
1. Dapat digunakan sebagai sarana dalam menerapkan ilmu asuhan keperawatan keluarga
sehingga dapat menambah dan mengembangkan wawasan.
2. Menambah pengetahuan dan ketrampilan keluarga dalam upaya pencegahan, perawatan
serta pemanfaatan fasilitas kesehatan bagi klien.
BAB II
KONSEP DASAR
I. Konsep Keluarga
A. Definisi Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu
sama lain (Harmoko, 2012).
B. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri atas:
1. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan
ayah.
2. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan
ibu.
3. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
dari istri.
4. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
dari suami.
5. Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian dari keluarga karena
adanya hubungan dengan suami istri.
I. Konsep Lansia.
A. Definisi Lansia
Pengertian Lansia Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya
antara usia 65-75 tahun (Potter, 2005).
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).
Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan
secara terus-manerus, dan berkesinambungan (Depkes RI, 2001).
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), Usia lanjut dikatakan sebagai
tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia sedangkan menurut
pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 Tentang Kesehatan dikatakan
bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun (Maryam, 2008).
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia
tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley,2006).
B. Klasifikasi Lansia.
Klasifikasi pada lansia ada 5, yaitu:
1. Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2. Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia Resiko Tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan (Depkes RI, 2003).
4. Lansia Potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI,
2003).
5. Lansia Tidak Potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).
C. Karakteristik Lansia.
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13
tentang kesehatan).
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif
hingga kondisi maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008).
D. Tipe Lansia.
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-
macam tipe usia lanjut. Yang menonjol antara lain:
1. Tipe arif bijaksana
Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,
memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri.
Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan
baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta
memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas.
Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses
penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik
jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.
4. Tipe pasrah.
Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai
konsep habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan beribadat,
ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
5. Tipe bingung
Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa
minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).
B. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan
besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya,
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi,
sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi.
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibatkantekanan darah meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua
sertapelabaran pembuluh darah.
D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi
sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana system saraf
simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi
untuk pertimbangan gerontology.
Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan
perifer (Brunner & Suddarth, 2002).
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala hipertensi:
Menurut Edward K Chung (1995) hipertensi dapat dibedakan menjadi:
1. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu:
1. Mengeluh sakit kepala, pusing
2. Lemas, kelelahan
3. Sesak nafas
4. Gelisah
5. Mual muntah
6. Epistaksis
7. Kesadaran menurun
F. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan:
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis:
1. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas
rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
2. Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging, bersepeda atau berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4. Tidak menimbulkan intoleransi.
5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat – obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi
seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis
kalsium, golongan penghambat konversi rennin angitensin.
G. Komplikasi
Dalam perjalannya penyakit ini termasuk penyakit kronis yang dapat
menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain:
1. Stroke
2. Gagal jantung
3. Gagal Ginjal
B. KLASIFIKASI
Menurut (Ahmad, 2011) jenis asam urat yaitu :
1. Gout primer
Pada gout primer, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik).
2. Gout sekunder
Pada gout sekunder disebabkan antara antara lain karena meningkatnya
produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan
kadar purin tinggi.
C. ETIOLOGI
Menurut Sustrani dkk. (2004) Hiperurisemia dapat terjadi karena :
1. Produksi asam urat didalam tubuh meningkat (Gout metabolik)
a. Gout primer metabolik, karena sintesis atau pembentukan yang
berlebihan.
b. Gout sekunder, karena pembentukan asam urat yang berlebihan karena
penyakit lain.
2. Kurangnya pengeluaran asam urat melalui ginjal
a. Gout renal primer, karena gangguan asam urat di tubuli distal ginjal
b. Gout renal sekunder, disebabkan ginjal yang rusak, misalnya pada
glomerulonephritis kronis.
3. Perombakan dalam usus yang berkurang. serangan gout secara mendadak
dapat dipicu oleh :
a. Pemakaian sejumlah besar alkohol atau makanan yang kaya akan
protein purin.
b. Kedinginan.
c. Penyakit dan sejumlah obat yang menghambat sekresi asam urat,
seperti salisilat, INH, diuretik dan asam keton hasil pemecahan lemak
sebagai akibat banyak mengkonsumsi lemak dan lain-lain.
D. MANIFESTASI KLINIS
Pada gout biasanya serangan terjadi secara mendadak (kebanyakan menyerang
pada malam hari). Sendi – sendi yang terserang tampak merah, mengkilat,
bengkak, kulit diatasnya terasa panas disertai rasa nyeri yang hebat, dan
persendian sulit digerakan. Gejala lain adalah suhu badan menjadi demam,
kepala terasa sakit, nafsu makan berkurang, dan jantung berdebar. Serangan
pertama gout pada umumnya berupa serangan akut yang terjadi pada pangkal
ibu jari kaki. Namun, gejala-gejala tersebut dapat juga terjadi pada sendi lain
seperti tumit, lutut dan siku. Dalam kasus encok kronis, dapat timbul tofus
(tophus), yaitu endapan seperti kapur pada kulit yang membentuk tonjolan
yang menandai pengendapan kristal asam urat (Wijayakusuma, 2006 ).
E. PATOFISIOLOGI
Ada beberapa faktor yang berperan dalam mekanisme penyakit gout arthitis
yaitu: faktor genetik, produksi asam urat yang berlebihan, kurangnya
pengeluaran asam urat. Dari faktor-faktor tersebut menyebabkan gangguan
metabolisme purin dalam tubuh sehingga keadaan purin dalam darah
meningkat (hiperurisemia). Apabila kristal asam urat mengendap dalam
sebuah sendi, respons inflamasi akan terjadi dan serangan gout dimulai.
Dengan serangan yang berulangulang penumpukan kristal natrium urat yang
dinamakan topus akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki,
tangan dan telinga ( Sustrani, 2007).
B. Klasifikasi
Klasifikasi kolesterol dibagi menjadi 2 jenis kolesterol dan kadar kolesterol:
1. Jenis Kolesterol:
a. Low Density Lipoprotein (LDL)
LDL atau sering disebut sebagai kolesterol jahat, LDL lipoprotein
deposito kolesterol bersama didalam dinding arteri, yangmenyebabkan
terjadinya pembentukan zat yang keras, tebal atau sering disebut juga
sebagai plakat kolesterol, dan dengan seiring berjalannya waktu dapat
menempel didalam dinding arteri dan terjadinya penyempitan arteri
(Yovina, 2012).
b. High Density Lipoprotein (HDL)
HDL adalah kolesterol yang bermanfaat bagi tubuh manusia, fungsi
dari HDL yaitu mengangkut LDL didalam jaringan perifer ke hepar
akan membersihkan lemak-lemak yang menempel di pembuluh darah
yang kemudian akan dikeluarkan melalui saluran empedu dalam
bentuk lemak empedu (Sutanto, 2010).
2. Kadar kolesterol:
E. Manifestasi klinis
Kadar kolesterol yang tinggi biasanya tidak memunculkan gejala apapun.
Akan tetapi kadang- kadang jika kadar kolesterol sudah sangat tinggi maka
endapan lemak akan membentuk suatu pertumbuhan yang sering disebut juga
sebagai xantoma didalam tendon (urat daging) dan didalam kulit. Kadar
trigliserida yang cukup tinggi (sampai dengan 800 mg/dl atau lebih) dapat
menyebabkan pembesaran pada hati dan limpa serta timbulnya gejala- gejala
dari pankreatitis (misalnya nyeri perut yang hebat), (Dewanti, 2010). Untuk
memantau tanda dan gejala yang muncul, maka diperlukan pengukuran kadar
kolesterol agar dapat mengontrol kadar kolesterol dalam darah
A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Nama kepala keluarga : Tn.A
b. Alamat : Klayatan Gang I, RT.01 Rw.12, Bandungrejosari,
Sukun, Kota Malang
c. Pekerjaan kepala keluarga :-
d. Susunan Anggota keluarga :
NO Nama Jenis Hubungan Umur Pendidikan
Kelamin Dengan KK
1. Tn.A Laki-laki KK 62 th SD
2. Ny.R Perempuan Istri 57 th SD
Keterangan :
f. Tipe keluarga
Keluarga tahap Lansia karena keluarga terdiri Tn A (62 tahun) dan Ny R 57 tahun)
g. Latar belakang.
Keluarga Tn.A merupakan orang jawa. Komunikasi dalam keluarga menggunakan
bahasa jawa. Tidak ada kebiasaan khusus mengenai budaya yang berkaitan dengan
kesehatan.
h. Identifikasi religious
Keluarga Tn.A memeluk agama islam. Mereka mengatakan melakukan ibadah
standar-standar saja artinya saat sholat dan puasa seperti kewajiban orang islam pada
umumnya.
i. Status kelas social
Tn.A, sebelum kena Stroke bekerja sebagai karyawan swasta, setelah kena
Stroke Tn A tidak bekerja.
Harta benda yang dimiliki: TV, 1 set Sofa, lemari
Ny R mengatakan selama Tn A kena Stroke tidak ada pendapatan sama sekali,
kebutuhan untuk sehari-hari dibantu oleh anak-anak.
NY....(anak Tn A No. ) mengatakan selama ayah tidak bekerja dan kena
stroke, anak-anak yang membantu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
membayar iuran BPJS dan kebutuhan lainnya untuk kedua orang tuanya.
j. Mobilitas sosial
Keluarga Tn.A tinggal di kelurahan bandungrejosari sejak menikah. Selama
tinggal di Kelurahan Bandungrejosari keluarga Tn. A sering mengikuti kegiatan sosial
seperti tahlil dan kegiatan PKK, setelah sakit stroke keluarga Tn A tidak pernah
mengikuti kegiatan tersebut.
3. Data lingkungan
a. Karakteristik rumah:
Denah rumah
4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi yang digunakan adalah komunikasi langsung. Ny. R
mengatakan biasa berdiskusi dengan anak-anak jika ada masalah tentang kesehatan
dan ekonomi.
b. Struktur kekuatan
Pengambilan keputusan adalah anak-anak karena Tn A sebagai kepala
keluarga menderita stroke. Sedangkan untuk kebutuhan rumah tangga seperti belanja,
pengaturan keuangan dilakukan oleh Ny. R.
c. Struktur peran
Pak siswo saya ga bisa isi ini
d. Nilai-nilai keluarga
Nilai dan norma yang dianut oleh keluarga disesuaikan dengan nilai dan
norma dari agama Islam. Nilai dan norma yang biasanya diajarkan yaitu selalu
menujukkan sikap sopan santun, tata krama dan memperhatikan nilai norma agama
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga mengatakan bahwa hubungan keluarga selama ini harmonis,tidak pernah
terjadi pertengkaran besar, kesalahpahaman dalam rumah tangga sewajarnya saja
b. Fungsi reproduksi
Tn.A dan Ny.R merupakan pasangan lanjut usia.
c. Fungsi sosialisasi
Otonomi keluarga: dalam pengambilan keputusan diperankan oleh anak-anak dengan
musyawarah terlebih dahulu dengan kedua orang tua.
d. Fungsi perawatan kesehatan
1) Keyakinan, nilai, perilaku yang berkaitan dengan kesehatan: Tidak ada
kepercayaan khusus dalam keluarga terkait sehat sakit. Jika ada keluarga yang
sakit langsung dibawa ke dokter praktek, keluarga memiliki asuransi kesehatan.
2) Pengetahuan tentang sehat sakit: menurut Ny. R sehat adalah tidak ada keluhan
fisik dan bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. Sedangkan sakit adalah kalau
ada keluhan fisik, rasanya tidak enak badan dan tidak bisa melakukan aktifitas
seperti biasanya.
3) Pola makan keluarga: biasanya makan 3x sehari. Nasi dan lauk sayur. Tidak suka
ayam dan daging sapi, biasanya makan ikan asin (sebelum digoreng direndam
dengan air dicampur garam untuk mengurangi asin), telur, tahu dan tempe, buah
jarang dikonsumsi karena keterbatasan uang belanja. Untuk mengolah lauk selalu
dimasak dengan cara digoreng menggunakan minyak kelapa demikian halnya
dengan makanan pendamping/snak semua digoreng. Ny. R mengatakan tidak
terlalu tau mengenai menu makanan yang tidak boleh di konsumsi sehubungan
dengan keluhan yang dirasa.
4) Kebiasaan tidur dan istirahat: keluarga tidak menerapkan jam khusus untuk tidur,
mereka tidur jika sudah mengantuk, Ny R kadang susah untuk memulai tidur dan
sering terbangun.
5) Latihan dan rekreasi: dalam keluarga tidak ada jadwal khusus untuk rekreasi, Tn
A merasa tidak mampu untuk duduk lama di kursi roda, jika ada waktu senggang
mereka akan menonton TV bersama.
6) Kebiasaan penggunaan obat: saat sakit ringan seperti flu, sakit kepala, badan rasa
capek dan pegal-pegal Ny A membeli obat di warung.
7) Cara pencegahan penyakit: keluarga menerapkan makan 3 kali sehari dan istirahat
yang cukup untuk menjaga daya tahan tubuh.
8) Riwayat kesehatan keluarga:
- Tn A menderita stroke sejak 4 tahun yang lalu, Tensi 140/90 mmHg, rutin
minum obat dari dokter praktek.
- Ny.R menderita hipertensi, asam urat dan kolesterol sejak 1 tahun yang lalu,
dengan tensi 160/90 mmHg, tidak rutin periksa dan minum obat, jika ada
keluhan beli obat di warung.
9) Pelayanan yang dimanfaatkan: Ny. R memanfaatkan dokter praktek dan bidan
yang ada didekat rumah sebagai sarana kesehatan, sedangkan Tn.A memanfaatkan
dokter praktek sebagai sarana kesehatan yang akan mereka kunjungi saat sakit, hal
ini dilakukan dengan alasan karena merasa cocok dan tidak lama (antri). Keluarga
memiliki asuransi kesehatan, akan tetapi tidak pernah digunakan karena minta
rujukan ke Puskesmas tidak pernah diberikan. bila periksa ke dokter praktek
dikenakan biaya.
10) Fasilitas transportasi keluarga untuk perawatan kesehatan: keluarga menggunakan
angkutan umum saat pergi ke dokter praktek didampingi oleh anak.
7. Harapan Keluarga
Ny.A menyampaikan harapannya semoga ada petugas kesehatan yang bisa datang ke rumah
untuk memeriksa Tn A karena Ny R merasa tidak mampu membawa Tn A untuk kontrol ke
fasilitas kesehatan.
8. Pemeriksaan Fisik
NO JENIS Tn A Ny R
PEMERIKSAAN
1 Tanda- tanda Vital:
TD : 160/100 170/90
Suhu : 36.8 36.2
Nadi : 80 88
RR : 20 28
2 Kepala Simetris, rambut Simetris, rambut berwarna
berwarna hitam, ada hitam, tidak ada ketombe
sedikit uban, tidak ada
ketombe
3 leher Tidak teraba adanya Tidak teraba adanya
pembesaran kelenjar pembesaran kelenjar tiroid
tiroid
4 Mata Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak anemis,
anemis, sklera tidak sklera tidak ikterik
ikterik
5 Telinga Simetris, keadaan bersih, Simetris, keadaan bersih,
pendengaran baik pendengaran baik
6 Hidung Bersih, tidak ada nyeri Bersih, tidak ada nyeri
7 Mulut Mukosa mulut lembab, Mukosa mulut lembab
bibir miring kekanan
8 Dada Pergerakan dada Pergerakan dada simetris,
simetris, suara jantung suara jantung S1 dan S2
S1 dan S2 tunggal, tidak tunggal, tidak terdapat
terdapat palpitasi, mur- palpitasi, mur- mur tidak
mur tidak ada, ronkhi ada, ronkhi tidak ada,
tidak ada, whezing tidak whezing tidak ada
ada
9 Abdomen Pada pemeriksaan Pada pemeriksaan
abdomen tidak terdapat abdomen tidak terdapat
pembesaran hepar, tidak pembesaran hepar, tidak
nyeri ulu hati, tidak nyeri ulu hati, tidak
kembung, bising usus kembung, bising usus
normal normal
10 Ekstremitas atas Ekstremitas atas bagian Ektremitas atas rasa
kiri lemah, kekuatan keram-keram, tidak ada
otot....., tidak ada oedem odema
11 Ekstremitas bawah Ekstremitas bawah Ekstremitas bawah tidak
bagian kiri lemah, ada keluhan, tidak ada
kekuatan otot....., tidak oedema
ada oedema
B. Analisa data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 Data Subyektif: Kegagalan Ketidak efektifan
Ny. R mengatakan sejak 1 tahun melakukan tindakan manajemen
yang lalu terdiagnosa hipertensi, untuk mengurangi kesehatan keluarga
asam urat dan kolesterol tidak faktor risiko
pernah mengkonsumsi obat-obat
hipertensi
Ny. R mengatakan tidak tau tentang
makanan bergizi dan pengolahan
makanan selain sering digoreng
juga cenderung berasa asin.
Ny. R mengatakan keluarga tidak
pernah mengikuti kegiatan
komunitas karena harus merawat
suami yang menderita stroke.
Ny. R mengatakan saat ada keluhan
membeli obat diwarung.
Data Obyektif:
Tensi 170/90 mmHg
Suhu : 36.2°C
Nadi : 88x/menit
RR : 28x/menit
2 Data subyektif: Ketidakefektifan
Ny. R mengatakan: performa peran.
o Sering sakit kepala
o Badan rasa capek dan pegal-
pegal
o Kurang istirahat dan susah
tidur.
o Tangan rasa keram-keram.
Ny. R mengatakan sejak 1 tahun
yang lalu terdiagnosa hipertensi,
asam urat dan kolesterol.
Ny. R mengatakan kadang merasa
tidak mampu merawat suami
sendiri dikarenakan badan rasa
tidak sehat
Ny. R Mengatakan nafas kadang
sesak.
Data Obyektif:
Emosi labil
Tensi : 170/90 mmHg
Skala outcome 1 2 3 4 5
6. Jelaskan tentang manifestasi dan komplikasi hipertensi yang
Diet yang dianjurkan V mungkin terjadi pada anggota keluarga.
Manfaat diet V
Tujuan diet V 7. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk menolak prilaku yang
Makanan yang diperbolehkan dalam diet V tidak sehat atau berisiko.
Makanan yang tidak diperbolehkan dalam diet V
8. Libatkan keluarga dalam perencanaan dan implementasi gaya
1.
hidup.
Keterangan:
1. Tidak ada pengetahuan
2. Pengetahuan terbatas
Pengajaran diet yang tepat 5614
3. Pengetahuan sedang
4. Pengetahuan banyak 1. Kaji tingkat pengetahuan klien mengenai diet yang disarankan.
5. Pengetahuan sangat banyak
2. Kaji pola makan pasien saat ini dan sebelumnya, termasuk makanan
yang disukai.
3. Kaji keluarga mengenai pandangan, kebudayaan, dan faktor lain
yang mempengaruhi kemauan pasien dalam mengikuti diet yang
disarankan.
4. Ajarkan klien nama-nama makanan yang sesuai dengan diet yang
disarankan.
5. Jelaskan mengenai tujuan kepatuhan terhadap diet yang disarankan
6. Sediakan contoh menu yang sesuai.
7. Libatkan keluarga dan klien dalam merencanakan diet yang sesuai.
TUK 2: 2. Manajemen diri: Penyakit kronik (NOC 3102) Bantuan modifikasi diri (NIC 4470):
Keluarga Definisi : Tindakan seseorang untuk mengelola penyakit kronis, 1. Bantu klien mengidentifikasi tujuan spesifik untuk berubah
mampu
pengobatannya dan untuk mencegah perkembangan penyakit 2. Berikan pujian terhadap alasan klien untuk berubah
mengambil
keputusan dan komplikasinya, dengan target sebagai berikut : 3. Bantu klien mengidentifikasi perilaku yang perlu dirubah serta
Skala outcome 1 2 3 4 5 untuk mencapai tujuan yang diinginkan
Memantau tanda dan gejala penyakit V 4. Eksplorasi bersama klien tentang rintangan yang potensial
Berpartisipasi dalam pengambilan V
menghambat terhadap perubahan perilaku
keputusan kesehatan
Memantau tanda dan gejala komplikasi V 5. Identifikasi bersama klien mengenai strategi yang efektif untuk
Menggunakan strategi untuk mengon- V perubahan perilaku
trol nyeri 6. Jelaskan kepada pasien mengenai pentingnya monitor diri dalam
usaha untuk merubah perilaku.
Fungsi keluarga:
Skala outcome 1 2 3 4 5 7. Dorong klien untuk memilih penguatan atau penghargaan untuk
Melibatkan angota keluarga dalam V mempertahankan perilaku
pemecahan masalah 8. Bantu klien merumuskan rencana yang sistematis terhadap
Anggota keluarga saling mendukung V perubahan perilaku
Angota keluarga bisa menerima ide-ide V
9. Dorong klien untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang bisa
baru
diatur dan dicapai dalam waktu tertentu
Keterangan:
1. Tidak pernah menunjukkan
Dukungan pengambilan keputusan:
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan 1. Bantu pasien untuk mengklarifikasi nilai dan harapan yang
4. Sering menunjukkan mungkin akan membantu dalam membuat pilihan yang penting
5. Secara konsisten menunjukkan dalam hidupnya.
2. Informasikan pada pasien mengenai solusi alternatif dengan cara
yang jelas dan mendukung
3. Berikan informasi sesuai permintaan pasien
4. Jadilah penghubung antara pasien dan keluarga
5. Fasilitasi pengambilan keputusan kolaboratif
6. Hormati hak-hak pasien untuk menerima atau tidak menerima
informasi.
7. Rujuk pada kelompok pendukung, sesuai kebutuhan
TUK 4: 4. Manajemen diri: Hipertensi (NOC 3107) Modifikasi perilaku (NIC 4360):
Keluarga Definisi: Tindakan seseorang untuk mengelola hipertensi, 1. Tentukan motivasi klien terhadap perlunya perubahan perilaku
mampu
pengobatan, pencegahan perkembangan penyakit dan 2. Bantu klien untuk dapat mengidentifikasi kekuatan dirinya dan
memodifikasi
lingkungan komplikasinya, dengan target sebagai berikut: menguatkannya
3. Dukung untuk mengganti kebiasaan yang tidak diinginkan dengan
Skala outcome 1 2 3 4 5 kebiasaan yang diinginkan
1. Memantau tekanan darah V 4. Kuatkan keputusan klien yang konstruktif yang memberikan
2. Mempertahankan target tekanan da- V perhatian terhadap kebutuhan kesehatan
rah
5. Berikan umpan balik positif terkait dengan perasaan klien yang
3. Menggunakan obat-obatan sesuai re- V
sep tampak bebas dari gejala-gejala dan terlihat rileks
4. Memantau efek terapi obat-obatan V 6. Hindari menunjukkan perilaku ketidaktertarikan saat klien
5. Memantau efek yang tidak diharapkan V berjuang merubah perilakunya
dari obat-obatan
7. Dukung klien untuk memeriksa perilakunya sendiri
6. Mengikuti diit yang direkomendasikan V
7. Membatasi asupan garam V 8. Fasilitasi keterlibatan petugas layanan kesehatan dalam proses
8. Menggunakan kelompok pendukung V modifikasi perilaku yang tepat
9. Menggunakan sumber-sumber komu- V
9. Fasilitasi keterlibatan anggota keluarga dalam proses modifikasi
nitas yang ada
perilaku
Keterangan:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten menunjukkan
TUK 5: NOC: Manajemen diri: penyakit kronis Peningkatan sistem dukungan (NIC 5440):
Keluarga 1. Identifikasi tingkat dukungan keluarga, dukungan keuangan, dan
mampu Skala outcome 1 2 3 4 5
sumber daya lainnya
mengakses Mengunakan pelayanan kesehatan yang V
tempat layanan sesuai dengan kebutuhan 2. Tentukan hambatan terhadap sistem dukungan yang tidak terpakai
kesehatan Mendapatkan saran dari profesional V dan kurang manfaat
kesehatan sesuai kebutuhan
3. Anjurkan klien untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan
Mengunakan kelompok pendukung V masyarakat
Berpartisipasi dalam pengambilan V 4. Anjurkan berhubungan dengan orang-orang yang memiliki minat
keputusan kesehatan
dan tujuan yang sama
Menggunakan case manager untuk V
mengkoordinir perawatan 5. Rujuk pada suatu kelompok swadaya atau sumber daya yang
sesuai
Keterangan:
6. Rujuk pada program pencegahan atau pengobatan berbasis
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan masyarakat yang sesuai
3. Kadang-kadang menunjukkan 7. Sediakan layanan dengan sikap peduli dan mendukung
4. Sering menunjukkan 8. Libatkan keluarga, orang terdekat, dan teman-teman dalam
5. Secara konsisten menunjukkan
perawatan dan perencanaan
9. Identifikasi sumber daya yang tersedia terkait dengan dukungan
pemberi perawatan
10. Jelaskan kepada pihak penting lain tentang bagaimana mereka
dapat membantu