You are on page 1of 7

Revolusi Industri dan Materialitas Arsitektur Modern

Putri Arini Kusumaningtyas / 00000017360

Latar Belakang Revolusi Industri

Revolusi Industri muncul kepermukaan sekitar abad ke-19, munculnya hal tersebut sangat
memengaruhi kehidupan masyarakat pada saat itu, dimulai dari cara berfikir dan gaya hidup.
Revolusi itu sendiri memiliki makna suatu perubahan yang cepat, sehingga revolusi industri
merupakan perubahan yang cepat pada bidang industri, yang dimulai dari blok barat pada
saat itu. Revolusi Industri dapat muncul karena dilatar belakangi oleh munculnya pemikiran-
pemikiran baru dari tokoh-tokoh ilmuan seperti Galilieo Galelei, munculnya pemikiran-
pemikiran dari ilmuan tersebut mengakibatkan adanya pembaharuan dalam bidang ilmu
pengetahuan. Selain itu, terdapat suatu gerakan yang juga menjadi suatu faktor terjadinya
revolusi industry pada saat itu, yaitu gerakan enclosure. Gerakan tersebut merupakan
gerakan yang menghentikan setiap metode-metode tradisional dalam mengerjakan sesuatu,
dan beralih ke sesuatu yang lebih canggih sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan
efisiensi dalam mengerjakan sesuatu (Chriswantara, 2014).

Revolusi industri yang terjadi pada saat itu sangat memengaruhi lapangan pekerjaan,
sehingga hal tersebut menyebabkan banyaknya masyarakat yang tinggal di desa pindah ke
perkotaan untuk mencari lapangan kerja dengan upah yang lebih baik. Selain itu, pengaruh
dari revolusi industri dapat dilihat dari perubahan sistem sektor lapangan kerja, dahulu
masyarakat menggunakan metode tradisional dan bekerja di lapangan, namun setelah
adanya revolusi industri masyarakat bekerja dengan peralatan yang lebih canggih sehingga
mempercepat pekerjaan, dan juga mereka pada saat itu bekerja di pabrik.

Terjadinya perpindahan masyarakat dari perdesaan ke kota juga menimbulkan adanya


perubahan gaya hidup yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Seperti contohnya, sebelum
revolusi industri, masyarakat berpergian menggunakan kendaraan yang dibawa oleh hewan
seperti kuda, kegiatan bertani-pun masih dibantu oleh kerbau untuk membajak sawah, untuk
penerangan dalam rumah masih menggunakan lentera ataupun lilin. Dengan terjadinya
revolusi industri membuat mereka merubah semua hal tersebut, kendaraan yang dahulu
masih menggunakan hewan sudah berubah menjadi menggunakan mesin, bertani yang
dulunya menggunakan kerbau sebagai pembajak berubah menjadi mesin pembajak sawah
dari pabrik, penerangan rumah pun juga yang sebelumnya menggunakan lentera atau lilin
berubah menjadi lampu yang dicetuskan oleh Thomas Alfa Eddison sesuai dengan
kebutuhan, efisiensi dan produktivitas pada saat itu yang masih bertahan hingga saat ini.
Dengan adanya perubahan gaya hidup dan ditunjang oleh pengetahuan (ilmu-ilmu baru)
sehingga kemajuan teknologi mulai terlihat. Hal tersebut menyebabkan terjaidnya produksi
massal dalam sektor-sektor tertentu untuk menunjukkan pada dunia bahwa dengan adanya
revolusi industry memiliki dampak positif dalam produktivitas kerja, sehingga lebih efisien dan
dalam sekali kerja dapat menghasilkan suatu produk dalam jumlah banyak dan dengan
kualitas yang sama.

Revolusi Industri merupakan sesuatu yang sangat cepat dan merubah banyak hal, hal
tersebut tidak hanya memengaruhi kehidupan pada masa itu saja, revolusi industri sangat
terasa efeknya ke penujuru dunia dan masih terasa hingga saat ini.
Hal tersebut memiliki dampak positif dan negatif pada segala sektor kehidupan, seperti
contohnya pada sektor industri kreatif, yaitu bidang arsitektur.

Terjadinya revolusi industri juga memiliki pengaruh pada bidang arsitektur, hal ini karena
arsitektur berhubungan dengan kebutuhan manusia untuk berkegiatan dan tempat untuk
berlindung. Dengan adanya revolusi industri, memunculkan adanya gerakan arsitektur baru
yang berkembang tidak hanya pada gaya bangunan namun juga materialitasnya, yaitu
Arsitektur Modern yang dicetuskan oleh tokoh-tokoh arsitektur ternama.

Pembahasan

Revolusi Industri merupakan suatu perubahan yang cepat pada bidang industri pada abad
ke-19. Namun revolusi industri tidak hanya membawa perubahan terhadap manufaktur,
ekonomi dan politik masyarakat tapi juga membawa perubahan yang cukup signifikan pada
bidang arsitektur. Perubahan tersebut muncul karena muncul pemikiran-pemikiran baru yang
beranggapan bahwa gaya tradisional dan klasik sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan
manusia pada saat itu, dengan metode yang konvensional memakan waktu lama dan tenaga
yang banyak serta terlalu banyaknya elemen dekoratif serta bangunan yang terlalu berkesan
massif. Hal tersebut didukung oleh pernyataan-pernyataan dari beberapa tokoh berdasarkan
buku Arsitektur Modern (Karya Yulianto Sumalyo).

Menurut buku tersebut, berdasarkan pernyataan Agustus Welby Northmore Pugin ia


menjelaskan pada era pertengahan banyak bangunan bangunan keagamaan khususnya
Gereja Katholik mulai beralih fungsi menjadi pabrik, penjara dan fungsi lainnya. Hal tersebut
dapat menjadi bukti bahwa mulai dari era pertengahan revolusi industry sudah perlahan
dimulai karena sudah banyak bangunan-bangunan yang pada akhirnya beralih fungsi sesuai
dengan kebutuhan dan gaya hidup masyarakatnya pada saat itu. Selain Agustus Welby,
terdapat satu tokoh arsitek inggris bernama John Ruskin ia menganggap bahwa arsitektur
gotik hanya merupakan elemen dekoratif yang tidak mementingkan fungsi semata. Ia juga
menyatakan pentingnya keselarasan bangunan pada satu daerah dan meminimalisirkan
elemen-elemen dekoratif yang tidak perlu. Dari pernyataan tersebut, era arsitektur klasik
dapat dikatakan sudah mulai tidak terlihat menarik dan fungsional lagi. Tokoh terakhir adalah
seorang tokoh arsitek berasal dari Perancis yang memiliki peran penting dalam restorasi
bangunan-bangunan gotik, namun ia memiliki pendapat bahwa arsitektur kedepannya harus
memiliki kekuatan yang didukung oleh teknologi maju sehingga dapat berkesan ‘kuat’, hal
tersebut juga memicu adanya kemajuan materialitas pada era Arsitektur Modern (Sumalyo,
1997).

Pernyataan tokoh-toko arsitektur di atas merupakan salah satu faktor pemicu munculnya
aliran arsitektur baru yang mengalami perubahan sangat signifikan dari aliran sebelumnya
yang sangat dekoratif, massif, secara material masih tradisional dan konvensional.

Arsitektur Modern pertama kali muncul dan diperkenalkan dalam suatu bangunan di London
yang pada awalnya ditujukan sebagai bangunan non-permanen karena diperuntukkan
sebagai tempat pameran, bangunan tersebut menggunakan material-material terobosan baru
Arsitektur Modern seperti kaca, baja dan beton betulang.
Bangunan tersebut adalah The Crystal Palace karya Joseph Paxton (Gambar 1).

Gambar 1 The Crystal Palace Joseph Paxton source: https://www.archdaily.com/397949/ad-classic-the-


crystal-palace-joseph-paxton/51d4964db3fc4b9e0f0001cf-ad-classic-the-crystal-palace-joseph-paxton-
image
Bangunan tersebut dibangun dengan dukungan teknologi yang pada saat itu cangggih
karena pengaruh dari Revolusi Industri. Metode yang digunakan bangunan tersebut adalah
prefabrikasi, yang mana bagian-bagian dari bangunan tersebut dibawa dari pabrik ke lokasi
site untuk dibangun. Metode ini cukup menguntungkan karena dapat mempercepat proses
pembangunan, dan hasilnya bangunan The Crystal Palace ini dapat dibangun dengan hanya
proses delapan bulan pengerjaan dengan jumlah pekerja kurang lebih 5000 orang (Merin,
2013). Bangunan ini juga sebagai contoh dari produksi massal suatu material yaitu kaca dan
baja yang akan digunakan dalam satu bangunan dengan kualitas dan kekokohan yang
sama.

Gambar 2 Interior The Crystal Palace Joseph Paxton source: https://www.archdaily.com/397949/ad-


classic-the-crystal-palace-joseph-paxton/51d5776db3fc4b5834000230-ad-classic-the-crystal-palace-
joseph-paxton-image

Gambar tersebut menunjukkan penggunaan sistem struktur frame dengan material baja yang
digunakan pada seluruh rangka bangunan untuk menciptakan bangunan yang terkesan tidak
massif dan banyak bukaan, selain itu baja juga memungkinkan untuk dieksplorasi lebih jauh
seperti dibentuk arch dan menghasilkan bentangan yang lebih luas. Penggunaan material
baja pada bangunan ini dapat mempercepat proses pembangunan karena menggunakan
sistem pre-fabrikasi yang mana baja tersebut sudah diolah di pabrik lalu dibawa ke lokasi site
untuk disusun-susun.

Selain baja, penggunaan kaca pada bangunan ini juga menjukkan penggunaan fasad dapat
memiliki manfaat yang cukup besar untuk bangunan. The Crystal Palace memiliki fasad
dengan material kaca secara keseluruhan, hal ini terinspirasi dari rumah kaca, namun dibuat
dalam skala yang lebih besar. Penggunaan material kaca ini dapat memaksimalkan cahaya
natural dari matahari yang masuk ke dalam bangunan sehingga tidak diperlukan pecahayaan
artificial pada siang hari, juga dapat menghindari kelembaban pada bangunan. Selain itu
penggunaan kaca dapat memberi kesan boundary yang samar dan selaras antara bangunan
dan lingkungan sekitarnya. Karena hal itu, bangunan ini dapat dibilang menggunakan energi
yang cukup sedikit karena pengaruh besar dari bangunan yang memiliki banyak bukaan.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa bangunan The Crystal Palace pada
dasarnya menggunakan konsep desain materialitas karena bangunan tersebut dibangun
dengan cara memahami sifat-sifat dan potensi material yang dipakai seperti kaca dan baja,
serta tektonika nya yang menjadikan struktur bukan hanya sekedar elemen konstruksi yang
membuat bangunan tersebut dapat berdiri, namun juga menjadi elemen estetik dari
bangunan tersebut.

The Crystal Palace menjadi bangunan yang mempelopori penggunaan material-material baru
yang dapat dieksplorasi lagi menjadi lebih variatif dan tentunya sesuai dengan kebutuhan
manusia.

Contoh kedua dari bangunan arsitektur modern adalah bangunan yang ditujukan sebagai
fungsi edukasi, yaitu Bauhaus School of Design yang memiliki tiga tokoh penting yaitu Walter
Gropius, Hannes Mayer dan Ludwig Mies van der Rohe (Bauhaus Dessau, n.d.).

Gambar 3 Bauhaus Building Modern Architecture source:


https://www.dezeen.com/2018/11/05/bauhaus-dessau-school-building-walter-gropius-germany-
architecture/
Bangunan sekolah Bauhaus ini juga merupakan salah satu contoh pelopor Arsitektur
Modern, bangunan ini sama sekali tidak memiliki elemen dekoratif dan hanya berdasar pada
fungsional dan prinsip utilitarian. Konsep materialitas juga hadir dalam bangunan sekolah
desain yang terkenal pada abad ke-20 ini, yaitu penggunaan kaca pada fasad yang
memungkinkan cahaya natural masuk ke dalam bangunan dengan maksimal sehingga
mengurangi penggunaan pencahayaan artifisial pada siang hari. Selain itu, Bauhaus juga
merupakan bangunan yang menggunakan struktur dengan material beton betulang yang
menjadi suatu contoh dari eksplorasi material pada masa itu. Beton betulang hadir sebagai
komponen struktur utama yang dapat menahan beban lateral dan beban aksial sehingga
bangunan lebih kokoh. Selain itu pada fasad utama bangunan terlihat memiliki sedikit bukaan
dan material yang berbeda dibandingkan dengan fasad lainnya, hal itu dapat menghasilkan
presepsi yang ingin disampaikan yaitu bangunan massif yang kokoh dan kuat, minimnya
bukaan juga dapat menunjukkan bahwa pada bagian tersebut terdapat fungsi-fungsi zona
privat pada bangunan. Semenjak penggunaan material beton betulang pada bangunan
Bauhaus, material tersebut mulai digunakan oleh bangunan lain sebagai struktur utama
karena kekokohannya dan memungkinkan untuk menciptakan bentangan yang lebih lebar
dibandingkan hanya menggunakan material konkrit saja.

Kedua bangunan tersebut merupakah contoh dari bangunan yang menjadi awal dari
berkembangnya Arsitektur Modern hingga pada akhirnya muncul aliran-aliran lain seperti Art-
Noveu, Art-Deco dan Post-Modern. Kedua bangunan tersebut juga merupakan contoh
bangunan dengan konsep materialitas yang dapat menunjang fungsi utama dari bangunan
tersebut. Material-material tersebut seperi kaca, baja, beton dan beton betulang terus
mengalami perubahan dan penyempurnaan hingga sampai pada saat ini terdapat banyak
material komposit yang semakin baik untuk digunakan, karena hasil dari eksplorasi material
yang akan terus berlangsung.

Kesimpulan

Revolusi Industri membawa banyak pengaruh pada berbagai sektor kehidupan, khususnya
pada sektor seni dan desain, bidang arsitektur. Terjadinya revolusi industri memicu
kemunculan aliran Arsitektur Modern yang diawali oleh pemikiran-pemikiran dari tokoh-tokoh
arstitektur yang mayoritas mengatakan bahwa sudah saatnya beralih ke metode yang lebih
efisien dan canggih karena hal tersebut akan meningkatkan produktifitas dan efisiensi dalam
bekerja. Mulai dari saat itu aliran arsitektur klasik perlahan ditinggalkan dan berubah fungsi
menjadi pabrik dan fungsi lain, bangunan-bangunan baru mulai muncul dengan gaya yang
sama sekali tidak memiliki elemen dekoratif seperti ornamen-ornamen tertentu. Revolusi
Industri juga berpengaruh besar dalam materialitas arsitektur modern, hal tersebut
dikarenakan adanya revolusi industry memungkinkan untuk mengeksplorasi material-material
yang sesuai dengan fungsi yang ingin dicapai, memproduksinya secara massal dengan
spesifikasi yang sama, juga memungkinkan adanya sistem pre-fabrikasi yang dapat
mempercepat waktu pengerjaan. Pada saat itu material yang sedang berkembang adalah
kaca, baja, beton dan beton betulang. Sehingga material-material tersebut hadir pada
bangunan-bangunan yang mengawali arsitektur modern sebagai contoh konsep materialitas,
yaitu menggunakan material yang sudah dipahami sifat-sifatnya sehingga suasana dan
fungsi bangunan yang ingin dicapai akan terpenuhi dengan baik, dan struktur bangunan juga
bukan hanya sebagai elemen konstruksi saja tapi juga tektonika.

Referensi

Bauhaus Dessau. (n.d.). Retrieved from History of Bauhaus Dessau: https://www.bauhaus-


dessau.de/en/history/bauhaus-dessau.html

Chriswantara, F. (2014). Sejarah Sosial Desain . Latar Belakang Revolusi Industri dan Hal
atau Peristiwa yang Memengaruhi Bidang Seni Rupa, Desain dan Arsitektur.

Merin, G. (2013, July 05). Arch Daily. Retrieved from AD Classics: The Crystal
Palace/Joseph Paxton: https://www.archdaily.com/397949/ad-classic-the-crystal-
palace-joseph-paxton

Sumalyo, Y. (1997). Arsitektur Modern Akhir abad XIX dan abad XX’. Yogya: Gadjah Mada
Universiti Press.

You might also like