You are on page 1of 45

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN “P”

DENGAN TUBERCULOSIS PARU


DI PUSKESMAS CUGENANG

DI SUSUN OLEH :
LASTI MULYATI
NIP :19811225200801 2 002

DINAS KESEHATAN KABUPATEN CIANJUR


PUSKESMAS CUGENANG
PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TUBERCULOSIS
PARU DIPUSKESMAS CUGENANG

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bakteri mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan tuberculosis paru merupakan bakteri
pembunuh masal, karena kuman mycobacterium ini telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia.
Menurut WHO sekitar delapan juta penduduk dunia diserang tubercolusis dengan kematian 3
juta orang / tahun (WHO,1993). WHO memperkirakan bakteri ini membunuh sekitar 2 juta jiwa
setiap tahunnya,antara tahun 2002-2020 diperkirakan 1 milyar manusia akan terinfeksi dengan
kata lain penambahan jumlah infeksi lebih dari 86 juta tiap tahunnya. Biasanya 5-10%
Diantaranya infeksi akan berkembang menjadi penyakit dan berakhir dengan kematian, jika
dihitung pertambahan jumlah pasien tuberculosis paru akan bertambah sekitar 2,8-5,8 juta setiap
tahunnya. Perkiraan WHO yakni setiap 2 juta jiwa meninggal tiap tahunnya, karena 2-4 orang
terinfeksi setiap detik dan hampir 4 orang setiap menit meninggal karena tuberkolusis ini.
Dikawasan asia tenggara WHO menunjukan bahwa teberkulosis paru membunuh sekitar 40%
dari kasus tuberculosis paru di dunia berada dalam kawasan asia tenggara. (Aru, W Sudoyo.
2007).

Di Indonesia tuberculosis merupakan penyebab kematian utama dan angka kematian dengan
urutan infeksi ISPA (infeksi saluran pernapasan atas). Indonesia menduduki urutan ke 3 setelah
india dan china dalam jumlah penderita tuberculosis paru di dunia, jumlah penderita tuberculosis
paru tahun ke ketahun di Indonesia terus meningkat, penyakit tuberculosis paru menyerang
sebagian besar kelompok kerja produktif, penderita tuberculosis paru kebanyakan dari kelompok
ekonomi rendah namun saat ini juga banyak di derita oleh ekonomi atas di karenakan mudah
proses penularan tuberculosis paru yaitu penyebaran melalui udara atau droplet. (Aru, W
Sudoyo. 2007).

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


Akhir-akhir ini penyakit infeksi Tuberculosis menunjukkan peningkatan yang cukup besar.
Diperkirakan prevalensi penderita TB di Indonesia 0,24 % dengan jumlah penderita baru
sebanyak 583.000 kasus.1,2 Penyakit TB dapat menyerang semua kelompok umur dan jenis
kelamin. Dinegara-negara berkembang kematian tuberculosis merupakan 25% dari seluruh
kematian, yang sebenarnya dapat dicegah.Penderita dengan perilaku tidak meludah
sembarangan,menutup mulut apabila bersin atau batuk. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan
peningkatan penderita Tuberculosis Paru.

Berdasarkan data rekam medis Rumah Sakit Pelni Jakarta periode tahun 2009, jumlah pasien
yang dirawat sebanyak 11.310 orang dan yang menderita tuberculosis paru sebanyak 142 orang
(1,25%), tidak ada pasien yang meninggal. Sedangkan pada tahun 2010, jumlah pasien yang
dirawat sebanyak 11.705 orang yang menderita TB Paru sebanyak 156 orang(1,33%). Jumlah
pasien yang meninggal sebanyak 6 orang(3.84%).

Dalam mengatasi berbagai masalah yang timbul pada klien dengan TB Paru, perawat
mempunyai peranan yang sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan diantaranya
sebagai Care Giver, Advocat, vasilitator, koordinator, edukator. Oleh karena itu perawat
mempunyai upaya sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan dengan TB paru,
diantaranya dalam segi promotif yaitu peran perawat memberikan penyuluhan agar masyarakat
mengenal tentang penyakit TB Paru dan melakukan pola hidup sehat, dari segi preventif dengan
cara mendeteksi dini penyakit TB Paru atau menghindari faktor penyebab TB Paru (merokok
atau minum alkohol), dari segi kuratif perawat langsung membatasi aktivitas sesuai beratnya
keluhan, sedangkan dari segi rehabilitatif dengan memberikan penyuluhan (menjemur kasur
seminggu 1 kali dan membuka jendela pada pagi hari).

Mengingat angka kesakitan dan kematian pada penderita Tuberculosis yang sangat tinggi dan
dampak komplikasi yang terjadi serta pentingnya peran perawat, maka penulis tertarik untuk
menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien dengan tuberculosis paru secara komprehensif di
Ruang Kenanga Rumah Sakit PELNI Jakarta.

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis ingin mendapatkan pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien dengan Tuberculosis Paru.

2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada klien tuberculosis paru diharapkan penulis dapat :
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan tuberculosis paru
b. Menentukan masalah keperawatan klien dengan tuberculosis paru
c. Merencanakan asuhan keperawatan klien dengan tuberculosis paru
d. Melaksanakan tindakan keperawatan klien dengan tuberculosis paru.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan tuberculosis paru.
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus klien dengan
tuberculosis paru.
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat, serta mencari solusi/alternatif
pemecahan masalah.
h. Mengdokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan tuberculosis paru.

C. Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi hanya mengambil satu kasus yaitu dengan
menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien Tn”T” dengan Tubercolisis Paru di Puskesmas
Cugenang .

D. Metode Penulisan
Metode dalam penulisan makalah ini disusun dengan menggunakan metode deskriftif yang
menggambarkan asuhan keperawatan Tuberculosis Paru yang disajikan dalam bentuk narasi.
Adapun bentuk teknik penggumpulan data yang penulis gunakan adalah melakukan tekhnik
wawancara, observasi dan studi kepustakaan dengan mempelajari buku sumber sebagai referensi
yang terkait dengan Tuberculosis Paru, studi kasus yaitu mengambil satu kasus dengan
Tubercolisis Paru sebagai bahan kajian dengan menerapkan Asuhan Keperawatan yang terdiri

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


dari Pengkajian Keperawatan, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Pelaksanaan
Keperawatan dan evaluasi menggunakan teknik wawancara pada klien dan keluarga, observasi
pemeriksaan fisik secara langsung, studi dokumentasi yaitu mempelajari dokumen-dokumen
yang berkaitan dengan penerapan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Tuberculosis Paru
dari catatan keperawatan medis dan rekam medis keperawatan.

E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 5 BAB, yaitu BAB I Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah,
tujuan Penulisan, Ruang lingkup, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan. BAB II tinjauan
teori terdiri dari pengertian, etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan medis, pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan,
evaluasi keperawatan. BAB III Tinjauan Kasus terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi keperawatan. BAB IV Pembahasan terdiri dari
Pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi. BAB V Penutup terdiri dari
Kesimpulan dan Saran.

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah sangat lama dikenal pada manusia.
(Nia Kurniasih. 2010. Hal: 2230)

Tuberculosis adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh mikrobakterium


tuberculosis. Suatu basil aerob tahan asam, yang ditularkan melalui udara. (Niluh Gede Yasmin
Asih .2004. Hal: 82)

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang menyerang paru-paru, disebabkan oleh


microbacterium tubercolosis. (Irman Somantri. 2009. Hal: 67)

B. Etiologi
Tuberculosis paru disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman
terdiri dari asam lipid. Lipid inilah yang membuat kuman menjadi tahan terhadap asam dan lebih
tanan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering / dingin.
Atau dapat berhatan bertahun-tahun dalam lemari es. Hal ini terjadi karena kuman berada dalam
sifat dorman, dari sifat dorman ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadi tuberculosis aktif
lagi. Sifat lain kuman adalah aerob, sifat ini menunjukan bahwa kuman ini lebih menyenangi
jaringan yang tinggi kandungan oksigennya, dalam hal ini tekanan apical paru lebih tinggi dari
pada bagian lainnya, sehingga bagian apical ini merupakan tempat predileksi penyakit
tuberculosis. Penularan penyakit ini melalui inhalasi (droplet atau luka dikulit dan saluran
pencernaan). Faktor predisposisi penyakit tuberculosis antara lain usia, immunosupresi, infeksi
HIV, malnutrisi, alkoholisme dan penyalahgunaan obat, adanya keadaan penyakit lain (DM).

C. Patofisiologi
Penyebaran kuman mikrobacterium tuberkolusis bisa masuk melalui tiga tempat
yaitu saluran pernafasan, saluran pencernaan dan adanya luka yang terbuka pada

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


kulit. Infeksi kuman ini sering terjadi melalui udara (airbone) yang cara penularannya dengan
droplet yang mengandung kuman dari orang yang terinfeksi sebelumnya
.(Sylvia.A.Price.1995.hal754).

Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC membuang ludah dan dahaknya
sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar. Dalam dahak dan ludah ada basil
TBC-nya, sehingga basil ini mengering lalu diterbangkan angin kemana-mana. Kuman terbawa
angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang kemudian terhirup oleh manusia melalui
paru-paru dan bersarang serta berkembangbiak di paru-paru. (dr.Hendrawan.N).

Pada permulaan penyebaran akan terjadi beberapa kemungkinan yang bisa muncul yaitu
penyebaran limfohematogen yang dapat menyebar melewati getah bening atau pembuluh darah.
Kejadian ini dapat meloloskan kuman dari kelenjar getah bening dan menuju aliran darah dalam
jumlah kecil yang dapat menyebabkan lesi pada organ tubuh yang lain. Basil tuberkolusis yang
bisa mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari 1-3
basil. Dengan adanya basil yang mencapai ruang alveolus, ini terjadi dibawah lobus atas paru-
paru atau dibagian atas lobus bawah, maka hal ini bisa membangkitkan reaksi peradangan.
Berkembangnya leukosit pada hari hari pertama ini di gantikan oleh makrofag.Pada alveoli yang
terserang mengalami konsolidasi dan menimbulkan tanda dan gejala batuk berdarah disertai
demam. Basil ini juga dapat menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening
regional, sehingga makrofag yang mengadakan infiltrasi akan menjadi lebih panjang dan yang
sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epitelloid yang dikelilingi oleh limfosit, proses tersebut
membutuhkan waktu 10-20 hari. Bila terjadi lesi primer paru yang biasanya disebut focus ghon
dan bergabungnya serangan kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks
ghon. Kompleks ghon yang mengalami pencampuran ini juga dapat diketahui pada orang sehat
yang kebetulan tertular penyakit tuberculosis. Beberapa respon lain yang terjadi pada daerah
nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan
kavitas.Pada proses ini akan dapat terulang kembali dibagian selain paru-paru ataupun basil
dapat terbawa sampai ke laring ,telinga tengah atau usus. (Sylvia.A Price).

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa adanya pengobatan dan dapat meninggalkan
jaringan parut fibrosa dengan menimbulkan gejala panas dan nyeri pada dada. Bila peradangan
mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dengan
perbatasan bronkus rongga. Bahan perkijuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir
melalui saluran penghubung, sehingga kavitas penuh dengan bahan perkijauan dan lesi mirip
dengan lesi berkapsul yang tidak lepas dan menimbulkan gejala batuk berdarah (hemoptisis).
Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan
dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif (Syilvia.A Price).

Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga pleura. Jumlah cairan di
rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar 9 cm H2O.
Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun misalnya pada
penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses
peradangan atau neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung dan
tekanan negatif intra pleura apabila terjadi atelektasis paru (Alsagaf H, Mukti A)

Effusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebas dalam kavum pleura.
Kemungkinan penyebab efusi antara lain (1) penghambatan drainase limfatik dari rongga pleura,
(2) gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi sangat
tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam rongga pleura (3)
sangat menurunnya tekanan osmotik kolora plasma, jadi juga memungkinkan transudasi cairan
yang berlebihan (4) infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura dari
rongga pleura, yang memecahkan membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein
plasma dan cairan ke dalam rongga secara cepat (Guyton dan Hall. 2007).

Karena sifat kuman yang dorman, maka saat daya tahan tubuh pasien turun, kuman akan dapat
hidup kembali dan biasanya terdapat pada apeks paru/ dekat pleura lobus bawah dengan gejala
demam, anoreksia, mual. Tempat infeksi primer dapat mengalami proses degenarasi nekrotik
(perkejuan) tetapi bisa saja tidak. Yang menyebabkan pembentukan rongga yang terisi oleh masa
basil tuberkel seperti keju, sel-sel darah putih yang mati dan jaringan paru nekrotik. Pada

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


waktunya, material ini mencair dan dapat mengalir kedalam pencabangan trakheabronkhial dan
dibatukkan sehingga penderita sering batuk dan sesak napas. Sebagian besar tuberkel primer
menyembuh dalam periode bulanan dengan membentuk jaringan paru pada akhirnya terbentuk
lesi pengapuran yang juga dikenal sebagai tuberkel ghon. Lesi ini dapat mengandung basil hidup
yang dapat aktif kembali, meski telah bertahun-tahun dan menyebabkan infeksi sekunder.
Respon imun selluler ini tampak dalam bentuk sensitisasi sel-sel T dan terdeteksi oleh reaksi
positif pada tes kulit tuberculin. Perkembangan sensitifitas tuberculin ini terjadi pada semua sel-
sel tubuh dua sampai 6 minggu setelah infeksi primer.dan akan dipertahankan selama basil hidup
berada dalam tubuh. Imunitas ini didapat biasanya menghambat pertumbuhan basil lebih lanjut
dan terjadinya infeksi aktif.

Manifestasi klinik Yang umum terdapat keletihan, penurunan berat badan, anoreksia (kehilangan
napsu makan), demam ringan yang biasanya terjadi pada siang hari, berkeringat pada waktu
malam dan ansietas umum sering tampak, dyspnea, nyeri dada dan Hemoptisis juga temuan yang
umum. Gejala demam biasanya menyerupai demam, influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi
oleh daya tahan tubuh penderita dengan berat ringannya infeksi kuman TBC yang masuk. Batuk
terjadi karena adanya infeksi pada pada bronkus, sifat batuk dimulai dari batuk kering, kemudian
setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif (menghasilkan sputum). Pada keadaan lanjut
berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada
dinding bronkus. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian paru. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai
ke pleura (menimbulkan pleuritis). Malaise dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat
badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.

Komplikasi basil mycobacterium juga menyebar melalui saluran getah bening, menyebabkan
limfadenitis regional yang dikenal dengan kompleks primer, selain itu juga bisa menyebar
melalui hematogen ke jaringan tubuh yang lain seperti ginjal, usus dan jantug.

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


D. Penatalaksanaan Medis
1. Farmakoterapi
Pengobatan TBC di Indonesia sesuai program nasional menggunakan panduan OAT yang
diberikan dalam bentuk kombivak, sbb :
a. Obat primer
1. Isoniazid, dosis : 5 mg/kg/hari (maksimum 300 mg/hari). Setiap hari selama 8 minggu
diikuti 16 minggu dan setiap hari 2 – 3 x/minggu
2. Ripamficin, dosis : 10 mg/kg/hari (maksimum 600 mg/hari) diberikan sebelum makan.
Setiap hari selama 2 minggu diikuti 16 minggu dan setiap hari 2 – 3 x/minggu
3. Pirazinamid, dosis: : 15-30 mg/kg/hari (maksimum 2 gram/hari). Setiap hari selama 8
minggu diikuti 16 minggu dan setiap hari 2 – 3 x/minggu
4. Ethambutol, dosis : 15-25 mg/kg/hari (maksimum 1 gram) harus diberikan IM. Setiap
hari selama 2 minggu diikuti 2 x/minggu 2 pemberian obat supaya yang diawasi langsung
selama 6 minggu.

b. Obat sekunder
1. Cadreamicin, dosis 15-30 mg/kg/hari (maksimum 1 gra/ hari) harus diberikan IM.
2. Kancemicin, dosis : 15-30 mg/kg/hari (maksimum 1 gram/hari) diberikan IM.
3. Asam paraaminosalisilat, dosis : 150 mg/kg/hari (maksimum 15 gram/hari)
4. Sikloresin, dosis : 15-20 mg/kg/hari (maksimum 1 gram/hari)
c. Obat konservatif
1. Mukolitik : menurunkan kekentalan atau perlengketan
2. Bronchodilator : secret paru, menaikan ukuran percabangan trachea bronchist.
3. Kortikosteroid : menurunkan inflamasi
4. Antibiotic : untuk mikroba

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


2. Non-farmakoterapi
a. Diit tinggi kalori tinggi protein (TKTP)
b. Hindari merokok dan minuman alkohol
c. Istirahat yang cukup (tirah baring)
d. Mengajarkan batuk efektif
e. Olahraga
f. Pengawasan minum obat

E. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktifitas/ istirahat
Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek karena kerja, kesulitan tidur pada
malam/demam malam hari, menggigil dan berkeringat, mimpi buruk.
Tanda : Takikardia, Takipnea/ Dispenea, kelelahan otot, nyeri dan sesak( tahap lanjut)
b. Integritas EGO
Gejala : adanya factor sters lama, masalah keuangan rumah, perasaan tak berdaya/ tak
ada harapan, kopulasi budaya/ etnik : amerika asli/ imigran dari amerika tengah, asia
tenggara, Indian anak benua.
Tanda : Menyangkal ( khusus nya selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah
terangsang.
c. Makanan/ Cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, tak dapar mencerna, penurunan berat badan
Tanda : Turgor kulit buruk, kering/ kulit bersisik, kehilangan otot / hilang lemak
subkutan.
d. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Tanda : Berhati hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah.
e. Pernafasan
Gejala : batuk, produkif/ tidak produktif, nafas pendek, riwayat tuberculosis/ terpajan
pada individu terinfeksi

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


Tanda : Peningkatan frekuensi pernafasan ( penyakit luas/ fibrosis parenkim paru dan
pleura).
Pengembangan pernafasan tidak simetri( efusi pleura)
Perfusi pekat dan penurunan fremitus( cairan pleura/ penebalan pleura).
Bunyi nafas: menurun/ tidak ada secara bilateral/ unilateral( efusi pleura/ pneumotoraks).
Bunyi nafas tubuler dan / bisikan pectoral diatas lesi luas.
Krekels tercatat diatas apeks paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekels
posttussil)
Karakteristik sputum hijau atau pleuren, mukoid kuning. Atau bercak darah. Deviasi
trakeal (penyebaran broncogenik)
Tidak perhatian, mudah teransang yang nyata, perubahan mental (tahap lanjut)
f. Keamanan
Gejala : Adanya kondisi penekana imun, contoh AIDS, Kanker.
Tes HIV positif
Tanda : Demam rendah / sakit panas akut
g. Interaksi social
Gejala : Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular
Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran
h. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga tuberculosis
Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk
Gagal untuk membaik / kambuhnya tuberculosis
Tidak berpartisipasi dalam terapi
Pertimbangan DRG menunjukkan berapa lama dirawat : 6,6 hari.
Rencana pemulangan : memerlukan bantuan dengan / gangguan dalam terapi obat dan
bantuan perawatan diri dan pemeliharan / perawatan di rumah.
i. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kultur sputum : positif untuk mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


2. Ziehl-neelseh (pemeriksaan asam cepat pada gelas kaca untuk ucapan cairan darah) :
positif untuk basil asam-cepat.
3. Tes kulit (PPD,Mantoux,potogan vollmer) :reaksi positif (area indurasi 10mm/lebih
besar,terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradelmal antigen) menunjukkan infeksi masa
lalu dan adanya anti bodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif.
Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa tuberculosis aktif
tidak dapat di turunkan/infeksi di sebabkan oleh mycrobacterium yang derada.
4. ELISA/ wastern blot : dapat menyatakan adanya HIV
5. Foto thorak : dapat menunjukan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium
lesi sembuh primer, atau efusi cairan. Perubahan menunjukkan lebih luas tuberculosis
dapat termasuk rongga,area fibrosa.
6. Histology/kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster, urine dan cairan serebrospinal
biospi kulit) :positif untuk mycrobacterium ruberculosis.
7. Biopsi jarum pada jaringan paru :positif utr granuloma tuberculosis ; adanya sel raksasa
menunjukkan nekrosis.
8. Elektrolit : dapat tidak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi ; contoh
hiponat reqmia disebabkan oleh tidak normalnya resisten air dapat ditemukan pada
tuberculosis paru kronis luas
9. GAD : dapat normal tergantung lokasi,berat dan kerusakan sisa pada paru
10. Pemeriksaan fungsi paru : penurunan kapasitas vital,peningkatan ruang mati,peningkatan
rasio udara residu dan kapasitas paru total,dan penurunan saturasi oksigen sekunder
terhadap infiltrasi parenkim / fibrosis kehilangan jaringan paru,dan penyakit pleural
(tuberculosis paru kronis luas)

F. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan / tambahan infeksi
2. Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan sekret kental / sekret darah
3. Risiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan efusi pleura.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


5. Kurang pengetahuan / kebutuhan belajar mengenai kondisi,aturan tindakan,pencegahan
berhubungan dengan kurang terpajan pada/salah satu interprestasi informasi

G. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa 1 : Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan /tambahan
infeksi
Tujuan : Pola hidup / prilaku berubah diadoptasi untuk mencegah penyebaran
infeksi
Kriteria hasil : Mengidentifikasi Rencana Tindakan untuk mencegah / menurunkan resiko
penyebaran infeksi
Menunjukan teknik / melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan
yang aman
Rencana Tindakan :
Mandiri
a. Kaji patologi penyakit (aktif /fesa tak aktif :di seminasi infeksi melalui bronkus untuk
membatasi jaringan / melalui aliran darah / system limpotik) dan potensial penyebaran
infeksi melalui deroplet udara selama batuk, bersin, meludah, bicara, tertrawa, bernyanyi.
b. Identifikasi orang lain yang beresiko, contoh anggota rumah, sahabat karib/teman.
c. Anjurkan pasien untuk batuk/ bersin dan mengeluarkan tisu dan menghindari meludah,
kaji pembuangan tisu sekali pakai dan tehnik mencuci tangan yang tepat. Dorong untuk
mengulangi demonstrasi.
d. Kaji tindakan control infeksi sementara, contoh masker/ isolasi pernapasan
e. Awasi suhu sesuai indikasi
f. Identifikasi factor resiko individu terhadap pengaktifan berulang tuberculosis, contoh
tahapan bawah (alkoholisme, mal nutrisi/ bedah bypass intestinal), gunakan obat penekan
imun/ fortikosteroid adanya diabetes mellitus, kanker, kalium.
g. Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat
h. Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara periodic terhadap sputum untuk
lamanya terapi

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


i. Dorong emilih/ mencerna makanan seimbang, beri makan porsi kecil tapi sering
kolaborasi
j. Berikan agen anti infeksi sesuai indikasi, contoh obat utama : isoniazid (INH), etambutal
(myambutol), rifampin (RMP/ Rifadin).
k. Pirazinamida (PZA/ aldenamit) : para amino salisik (PAS): sikloserin (seromucin) ;
streptomisin (strycin).
l. Laporkan kedepartemen kesehatan local

Diagnosa 2 : Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan sekret kental/ sekret
darah.
Tujuan : Jalan nafas efektif
Kriteria hasil : Mempertahankan jalan napas pasien Mengeluarkan sekret tanpa bantuan
Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki / mempertahankan bersihan jalan napas
Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan / situasi
Mengidentifikasi potensial, komplikasi dan lakukan tindakan tepat
Rencana Tindakan :
Mandiri
a. Penggunaan otot aksesori
b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif : catat karakter, jumlah
sputum, adanya hepopisis.
c. Berikan pasien posisi semi fowler tinggi, bantu pasien untuk batuk dan latihan napas
dalam
d. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea : penghisapan sesuai keperluan
e. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml / hari kecuali kontra indikasi Kolaborasi
f. Lembabkan udara / oksigen inspirasi
g. Beri obat-obatan sesuai indikasi : agen mukolitik, contoh asetils sistein (mucomyst)
Bronco dilator, contoh okstripillin (choledyl) ; teofilin (theo-dur) Kortikosterid
(prednison)
h. Bersiap untuk / membantu intubasi darurat

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


Diagnosa 3 : Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan
pertukaran efektif paru, Atelektasis.
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan pertukaran gas
Kriteria hasil : Melaporkan tak adanya / penurunan dispnea
Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi jaringan adekuat dengan
GDA dalam rentang normal
Bebas dari gejala distress pernapasan
Rencana Tindakan :
Mandiri
a. Kaji dispnea, takipnea tidak normal/menurunnya bunyi napas,peningkatan
upaya pernapasan, terbatasnya ekspansi dinding dada dan kelemahan.
b. Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran,contoh syanosis dan / perubahan
pada warna kulit, termasuk membrane mukosa dan kuku.
c. Tunjukan / dorong napas bibir delama ekshalasi, khususnya ntuk pasien dengan
fibrosis / kerusakan parenkim
d. Tingkatkan tirah baring / batasi akitifitas dan bantu aktifitas perawat an diri sesuai
keperluan.
b. Kolaborasi
a. Awasi seri GDA / nadi oksimetri
b. Berikan oksigen tambahan yang sesuai

c. Diagnosa 4 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia
d. Tujuan : Nutrisi terpenuhi
e. Kriteria hasil : Menunjukan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai
laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi
i. Melakukan perilaku / perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan
Mempertahankan berat yang tetap
f. Rencana Tindakan :
g. Mandiri

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


h. Catat status nutrisi pesien pada penerimaan,catat turgor kulit,berat badan dan derajat
kekurangan barat badan,intergritas mokosa oral,kemampuan / ketidak mampuan menelan.
Adanya tonus usus,r iwayat mual / muntah, atau diare.
i. Pastikan pola diet biasa pasien yang disukai / tak disukai
j. Awasi masukan / pengeluaran dan muntah dan berat badan secara priodik
k. Selidiki anoreksia,mual dan muntah dan catat kemungkinan hubungan dengan obat,awasi
frekuensi ,volume, konsistensi feses
l. Dorong dan berikan periode istirahat sering
m. Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan
n. Dorong makan sedikit dan sering dengan makan tinggi protein dan karbonhidrat
o. Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah dan untuk membagi dengan
pesien kecuali kontra indikasi
p. Kolaborasi :
q. Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet
r. Konsul dengan terapi pernafasan utuk jadwal pengobatan 1-2 jam sebelum / setelah
makan
s. Awasi pemeriksaan laboratorium,contoh protein serum dan albumin
t. Berikan anti piretik tepat

Diagnosa 5 : Kurang pengetahuan / kebutuhasn belajar mengenai kondisi, aturan


tindakan,pencegahan berhubungan dengan kurang terpajan pada / salah satu interpretasi
informasi.
Tujuan : Mengetahui proses penyakit dan program pengobatan
Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman proses penyakit / prognosis dan kebutuhan
pengobatan. Melakukan prilaku / perubahan pola hidup,untuk memperbaiki kesehatan umum
dan menurunnya risiko pengaktifan ulang tuberculosis. Mengidentifikasi gejala yang
memerlukan evaluasi / Rencana Tindakan Menggambarkan rencana untuk menerima
perawatan kesehatan adekuat
Rencana Tindakan :
Mandiri

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


a. Kaji kemampuan pasien untuk belajar, contoh tingkat akut, masalah kelemahan,
tingkatan partisipasi,lingkungan terbaik dimana pasien dapat belajar, seberapa
banyak isi,media terbaik,siapa yang terlihat
b. Identifikasi gejala yang harus di laporkan ke perawat , contoh hemoptisis, nyeri
dada,demam,kesulitan bernafas,kehilangan pendengaran,vertigo
c. Tekanan pentingnya mempertahankan perotein tinggi dan diet karbonhidrat dan
pemasukan cairan adekuat (rujuk DK : nutrisi, perubahan kurang dari kebutuhan
tubuh, hal 246)
d. Berikan intruksi dan informasi tertulis khusus padav pasien untuk rujukan,contoh
jadwal obat.
e. Jelaskan dosis obat,frekuensi pemberian, kerja yang di harapkan dan alasan
pengobatan lama, kaji potensial interaksi dengan obat / substansi lain
f. Kaji potensial efek samping pengobatan (contoh mulut kering, konstipasi,
gangguan penglihatan, sakit kepala,hipertensi ortostatik) dan pemecahan masalah.

H. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tujuan pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan
dan memfasilitasi koping.
1. Tahapan tindakan perawatan terdapat dua tahap dalam tindakan keperawatan
a. Tahap Persiapan
Mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan :
1) Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap perencanaan
2) menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang diperlukan
3) Mengetahui komplikasi dan tindakan keperawatan yang mungkin timbul
4) Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan
5) Mempersiapkan lingkungan yang kognitif sesuai tindakan yang akan dilaksanakan
6) Mengidentifikasikan aspek-aspek hukum dan etik terhadap resiko dan potensial tindakan

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


b. Tahap Rencana Tindakan
Fokus terhadap pelaksanan tindakan keperawatan adalah kegiatan pelaksanan tindakan dari
perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan
dibedakan berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab secara profesional sebagaimana
terhadap dalam standar praktek keperawatan meliputi tindakan :
1) Independen
Adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau
dari tenaga kesehatan lainnya. Tipe dari tindakan keperawatan Independen dikatagorikan
menjadi 4 yaitu :
a) Tindakan Diagnostik meliputi :
1. Wawancara denga klien
2. Observasi dan pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan laboratorium

b) Tindakan Terapeutik
Untuk mengurangi, mencegah dan mengatasi masalah klien
c) Tindakan Edukatif
Untuk merubah perilaku klien melalui promosi kesehatan dam pendidikan kesehatan pada klien
d) Tindakan Merujuk
Ditekankan padal kemampuan perawat dalam mengambil keputusan klinik tentang keadaan klien
dan kemampuan melaksanakan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya.
2) Interdependen
Tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan kerja sama dengan
tenaga kesehatan lainnya. Misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi dan dokter.
3) Dependen
Tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencan tindakan medis. Tindakan tersebut
menandakan suau cara dimana tindakan medis dilaksanakan.

c. Tahap Dokumenter

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


Pelaksanan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat
terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

I. Evaluasi Keperawatan

a. Pengertian
Merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan dengan cara melakuakan identifikasi
sajauh mana tujuan dan rencana keperawatan tercapai atau tidak.

b. Jenis Evaluasi
1. Evaluasi Formatif : menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan Rencana
Tindakan dengan respon segera.
2. 2) Evaluasi sumatif : merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status
pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada setiap tahap
perencanaan.
Evaluasi juga sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai criteria tertentu yang
membuktikan apakah tujuan tercapai, atau tercapai sebagian.
Tujuan tercapai apabila tujuan tercapai secara keseluruhan.
Tujuan tercapai sebagai apabila tujuan tidak tercapai secara keseluruhan sehingga masih perlu
dicari berbagai masalah atau penyebabnya.
Tujuan tidak tercapai apabila tidak menunjukkan adanya perubahan kearahan kemajuan
sebaimana criteria yang diharapkan.

c. Tahap Evaluasi
Penentuan keputusan yang mengacu pada tujuan, terdapat 3 kemungkinan keputusan tahap ini:
1. Klien telah mencapai hasil yang telah ditentukan dalam tujuan
2. Klien masuk dalam proses mencapai hasil yang ditentukkan
3 . Klien tidak dapat mencapai hasil yang ditentukkan

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
Tn.”P” jenis kelamin laki-laki, umur 65 tahun, berobat selama 2 bulan d dr mien dengan
diagnose asam urat dan TB Paru pengobatan masih lanjut, klien sudah menikah, agama Islam,
pendidikan terakhir SMP, Bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa Sunda, pekerjaan
Tani, alamat Kp. Puncakmanis RT 01/RW 09 Desa.Sukajaya Kec. Cugenang Kab Cianjur,
sumber informasi dari klien dan isteri klien.

2. Resume
Klien Tn. “P” 65 Tahun datang ke ……………tanggal 15 Oktober 2011 pukul 12.00 WIB
dengan keluhan mual dan muntah sudah 2 hari yang lalu, napsu makan menurun, sesak napas.
tanda-tanda vital dengan hasil TD 170/90 mmHg, N 84 x/mnt, P 22 x/menit, Suhu 36oC..
Masalah keperawatan yang didapat yaitu bersihan jalan napas. Tindakan mandiri perawat dengan
memberikan posisi semi fowler, memasang 02 2 liter/menit via kanul nasal, melonggarkan
pakaian, memberikan minum air hangat, melakukan tindakan kolaborasi dengan memasang
infuse Dextrose 5 % 28 tetes/menit, memberikan obat injeksi 1 ampul Acran (150 mg), 1 ampul
Invomit (4 mg). memeriksakan darah DPL, ureum, creatinine, Na, K, Cl, GDS, SGOT, SGPT
dengan hasil. Hb 15.2 g/dl (13.5-18.0), Lekosit 5.70 10^3/uL(5.00-10.00), LED 2 mm/jam
(<10), Trombosit 216 10^3/uL (150-450), Ht : 44 % (38.0-54.0), ureum 41 mg/dl (13-49),
creatinin 1.6 mg/dl (0.7-1.3), Natrium, 140 mmol/L (136-146), kalium 3.9 mmol/L (3.5-
5.0), Clorida 111 mmol/L (98-106), GDS 118 mg/dl (80-140), SGOT 263 u/L
(< 34), SGPT 123 u/L (< 73). Pukul 13.00 WIB klien dipindahkan ke ruang perawatan
kenangan kamar 2 bed 10 dengan keluhan sesak, rasa mual masih
ada, kepala pusing dan badan terasa lemas. Masalah keperawatan yang muncul yaitu gangguan
pola napas dan gangguan nutrisi. Dilakukan tindakan mandiri dengan memberikan posisi semi
fowler, memberikan O2 2liter/menit via kanul nasal, memberikan lingkungan yang nyaman,
memberikan air hangat, mengukur tanda-tanda vital dengan hasil TD 110/70 mmHg, N 80

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


x/mnt, P 22 x/menit, Suhu 36.3oC. Pada tanggal 19 Oktober 2011 pukul 09.00 WIB dilakukan
pengkajian. Evaluasi secara umum klien mengatakan masih sesak, mual, pusing dan badan masih
terasa lemas.

3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Keperawatan Sekarang
Keluahan utama terasa sesak setelah beraktivitas, mual dan muntah 2 hari yang lalu.
Kronologis keluhan : factor pencetus setelah minum obat OAT selama 2 minggu, timbul
keluhan secara bertahap, lamanya sudah 2 hari, upaya mengatasi dengan berobat ke
dokter.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat penyakit sebelumnya pada tahun 1974 pernah menderita TB Paru dan
pengobatan selama 6 bulan dan dinyatakan sembuh, selanjutnya klien tidak pernah
kontrol. Riwayat alergi obat tidak ada, Alergi makanan yaitu udang dan ikan tongkol,
riwayat pemakaian obat yaitu Etambutol, ripamfizin dan pirazinamid.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga (genogram dan keterangan tiga generasi dari klien)

Keterangan :

: Laki-laki : Klien

: Perempuan : Garis perkawinan

: laki-laki meninggal : Garis Keturunan

: Perempuan meninggal : Tinggal Serumah

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


Klien Tn. “P” anak pertama dari 5 bersaudara, klien tinggal bersama isteri dan anak pertamanya
serta menantunya, anggota keluarga klien tidak ada yang menderita sakit TB Paru, menurut klien
ayah dan ibu klien meninggal karena usia lanjut. Anak klien yang ke-2 sudah meninggal karena
kecelakaan. Kondisi lingkungan sekitar rumah baik. Sinar matahari dan venilasi cukup.

d. Riwayat psikososial dan spiritual


Orang terdekat dengan klien adalah isteri dan anak pertama klien. Interaksi dalam keluarga, pola
komunikasi secara verbal, Pembuat keputusan klien, kegiatan kemasyarakatan tidak ada, dampak
penyakit klien terhadap keluarga keluarga tampak cemas tentang penyakitnya masalah yang
mempengaruhi klien tentang penyakitnya, mekanisme koping terhadap stress dengan pemecahan
masalah, persepsi klien terhadap penyakitnya, hal yang sangat dipikirkan saat ini : penyakit yang
tidak sembuh-sembuh , harapan setelah menjalani perawatan : sembuh dan dapat aktivitas
kembali, perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit : merasa tidak berdaya. System nilai
kepercayaan : nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan tidak ada, aktivitas agama/
kepercayaan yang dilakukan dengan beribadah sesuai dengan agama yang dianut. Kondisi
lingkungan rumah, menurut anak klien rumah lingkungan tidak padat, sinar matahari bisa masuk
kedalam rumah.

Pola kebiasaan sebelum sakit. Pola nutrisi, frekwensi makan 3 x/hari, nafsu makan kurang
karena mual dan kadang muntah, porsi makan yang dihabiskan ½ porsi, makanan yang tidak
disukai tidak ada, makanan yang membuat alergi yaitu udang dan ikan tongkol, makanan
pantangan tidak ada, makanan diet tidak ada, penggunaan obat-obatan sebelum makan tidak ada,
penggunaan alat bantu makan tidak ada. Pola eliminasi, BAK frekwensi 8 x/hari, warna kuning
jernih, penggunaan alat bantu (kateter) tidak ada, BAB frekwensi 1 – 2 x/hari , waktu pagi hari,
warna kuning, konsistensi lembek, keluhan saat BAB tidak ada, penggunaan laxatife tidak ada.
Pola personal hygiene, mandi frekwensi 2 kali/ hari, waktu pagi dan sore, oral hygiene frekwensi
2 kali/hari waktu pagi dan sore, cuci rambut 3 kali / minggu. Pola istirahat / tidur, lama tidur
siang 1 jam / hari, lama tidur malam 9 jam / hari, kebiasaan sebelum tidur tidak ada. Pola
aktivitas dan latihan, waktu bekerja tidak ada, olah raga kadang jalan kaki, frekwensi

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


2x/minggu, keluhan saat beraktivitas klien mengatakan sesak, napas bertambah berat setelah
beraktivitas,. Kebiasaaan yang mempengaruhi kesehatan kebiasaan yang mempengaruhi
kesehatan : klien merokok 4-5 batang/hari, jumlah 5 batang, lama pemakaian 10 tahun, klien
tidak mengkonsumsi minuman keras / NAPZA.

Pola kebiasaan dirumah sakit. Pola nutrisi, frekwensi makan 3 x/hari, nafsu makan kurang baik,
porsi makan yang dihabiskan ¾ porsi, makanan yang tidak disukai tidak ada, makanan yang
membuat alergi udang, makanan pantangan tidak ada, makanan diet lunak DH 3, penggunaan
obat-obatan sebelum makan tidak ada, penggunaan alat bantu makan tidak ada. Pola eliminasi,
BAK frekwensi 10 x/hari, warna kuning seperti teh, penggunaan alat bantu (kateter) tidak ada,
BAB frekwensi 2 x/hari , waktu pagi hari, warna kuning, konsistensi padat, keluhan saat BAB
tidak ada, penggunaan laxatife tidak ada. Pola personal hygiene, mandi frekwensi 2 kali/ hari,
waktu pagi dan sore, oral hygiene frekwensi 2 kali/hari waktu pagi dan sore, cuci rambut belum
pernah selama dirumah sakit. Pola istirahat / tidur, lama tidur siang tidak pasti, lama tidur malam
8 jam / hari, kebiasaan sebelum tidur tidak ada.

Pola aktivitas dan latihan, waktu bekerja tidak ada, olah raga tidak dilakukan, keluhan saat
beraktivitas klien mengatakan napas berat saat berjalan ke kamar mandi. Kebiasaaan yang
mempengaruhi kesehatan kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan : klien tidak merokok, klien
tidak mengkonsumsi minuman keras / NAPZA.

4. Pengkajian fisik
Pengkajian fisik dilakukan pada tanggal 19 Oktober 2011 pukul 09.00 WIB, pemeriksaan fisik
umum, berat badan sekarang 58 Kg, berat badan sebelum sakit 65 Kg (1 bulan yang lalu),
tinggi badan 156 cm, keadaan umum sedang, pembesaran kelenjar getah bening tidak ada.

Sistem penglihatan : posisi mata simetris , kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal,
konjungtiva merah muda, kornea keruh/berkabut, sclera ikerik, pupil isokor, otot mata tidak ada
kelainan, fungsi penglihatan kabur, tanda-tanda radang tidak ada, pemakaian kacamata jenis
positif (+8), pemakaian lensa kontak tidak ada, reaksi terhadap cahaya positif.

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


System pendengaran : daun telinga normal, karakteristik serumen tidak ada, kondisi telinga
tengah normal, tidak terdapat cairan ditelinga, tidak ada perasaan penuh di telinga, tidak ada
tinnitus, fungsi pendengaran kurang, tidak ada gangguan keseimbangan, tidak memakai alat
bantu dengar, sistem wicara normal.

Sistem pernafasan, jalan nafas tidak ada sumbatan slym, pernapasan sesak dan berat serta cepat,
tidak menggunakan otot bantu pernafasan, frekuensi 20 x/ menit, irama teratur, jenis pernapasan
spontan, kedalaman dangkal, batuk ada kadang-kadang, sputum ada warna putih, konsistensi
kental, tidak terdapat darah, palpasi dada vesikuler, perkusi dada redup, suara napas ronchi, nyeri
saat bernapas ada, tidah menggunakan alat bantu napas.

Sistem kardiovascular : sirkulasi peripher nadi 80 x/ menit, irama teratur, denyut kuat, tekanan
darah 90/70 mmHg, tidak ada distensi vena jugularis, temperatur kulit hangat, warna kulit pucat,
pengisian kapiler 2 detik, tidak ada edema. Sirkulasi jantung ; kecepatan denyut epical 88
x/menit, irama tidak teratur, tidak ada kelainan bunyi jantung, sakit dada saat beraktivitas seperti
tertimpa benda berat skala nyeri 2-3.

Sistem hematologi : gangguan hematologi : pucat tidak ada, tidak ada perdarahan. Sistem syaraf
pusat : keluhan sakit kepala pusing, tingkat kesadaran komposmentis, GCS; E 4, M 6, V 5.
tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, tidak ada gangguan sistem persyarafan. Pemeriksaan
reflex : reflex fisiologis normal, reflex patologis : tidak.

Sistem pencernaan ; keadaan mulut : gigi tidak ada caries, tidak menggunakan gigi palsu,
stomatitis tidak ada, lidah tidak kotor, saliva normal, tidak ada muntah, tidak ada nyeri didaerah
perut, bising usus 10 x/ menit, tidak ada diare, warna faeces kuning, konsistensi setengah padat,
tidak ada konstipasi, hepar tidak teraba, abdomen lembek.

Sistem endokrin ; tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, poliuri,
polidipsi dan poliphagi tidak ada, tidak terdapat luka gangren.

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


Sistem urogenital : balance cairan, intake 600 cc, output 800 cc, tidak ada perubahan pola
kemih, warna BAK kuning kental cokelat, tidak terdapat distensi / ketegangan kandung kemih,
tidak ada keluhan sakit pinggang.

Sistem integumen ; turgor kulit baik, temperature hangat, warna pucat, keadaan baik, tidak ada
bekas insisi operasi, tidak ada gatal-gatal, tidak ada kelainan kulit, kondisi kulit post pemasangan
infuse agak kemerahan, bengkak dan ditekan terasa nyeri, Keadaan rambut, tekstur baik dan
bersih.

Sistem musculoskeletal ; tidak ada kesulitan dalam pergerakan tidak ada sakit pada tulang dan
sendi, tidak ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk tulang sendi, tidak ada kelainan struktur tulang
belakang. keadaan tonus otot baik, kekuatan otot.
Data tambahan (pemahaman tentang penyakit) : keluarga belum memahami tentang penyakit
yang diderita oleh klien.

5. Data penunjang
Hasil hematologi tanggal 15 oktober 2011 Hb 15.2 g/dl (13.5-18.0), Lekosit 5.70
10^3/uL(5.00-10.00), LED 2 mm/jam (<10), Trombosit 216 10^3/uL (150-450), Ht : 44.0 %
(38.0-54.0). kimia klinik ureum 41 mg/dl (13-49), creatinin 1.6 mg/dl (0.7-1.3), SGOT 263
u/L (< 34), SGPT 123 u/L (< 73), GDS 120 mg/dl (80-140). Hasil foto thorax kesan : TB Paru
lama aspek aktif. Hasil mikrobiologi BTA I negatif, BTA II negatif, BTA III negatif, kimia
klinik Natrium, 140 mmol/L (136-146), kalium 3.9 mmol/L (3.5-5.0), Clorida 111 mmol/L
(98-106). Hasil GDS tanggal 18 Oktober 2011 jam 22 hasil 118 mg/dl (80 – 140), hasil
laboratorium tanggal 20 Oktober 2011 Kimia klinik Alk fosfatase 58 u/L (1-240), Bill T 0.65
mg/dl (0.30-1.20), Bill direk 0.31 mg/dl (< 0.2), Bill Indirek 0.32 mg/dl (0.00 – 1.00), T
Protein 5.9 g/dl (5.7 -8.2), Alb 3.7 g/dl (3.2 – 4.8), Globulin 2.2 g/dl (1.8 – 5.3), SGOT 29
u/L (< 34), SGPT 61 u/L (< 73), gamma GT 54 u/L (< 79).

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


6. Penatalaksanaan (Therapi / pengobatan termasuk diet)
Farmakotherapi yang diberikan yaitu obat oral : Hp Pro 3 x 1 cap diberikan pukul 08.00, 14.00,
18.00 WIB, fartolyn syr 3 x 1cth diberikan pukul 08.00, 13.00, 19.00 WIB, Ofloxacin 400 mg 1
x 1 tab diberikan pukul 08.00 WIB, cardismo 2 x 1 tab diberikan pukul 08.00 dan 18.00 WIB,
CPG 1 x 1 tab diberikan pukul 08.00 WIB, Trizedone MR 2 x 1 tab diberikan pukul 08.00 dan
18.00 WIB, Renapar 1 x 1 tab diberikan pukul 08.00 WIB, Lasix 1 x ½ tab diberikan pukul 08.00
WIB, Curliv plus 2 x 1 tab diberikan pukul 08.00 dan 18.00 WIB.

7. Data fokus
Data subjektif : klien mengatakan napas terasa sesak dan cepat setelah beraktivitas (pergi ke
kamar mandi), mual kadang-kadang, nafsu makan masih kurang, berat badan sebelum sakit 65
Kg (satu bulan yang lalu), batuk kadang-kadang, slym tidak ada, badan terasa lemas, kepala
terasa pusing saat bangun tidur, bila malam badan terasa panas, klien pernah menderita TB Paru
pada tahun 1974, minum obat selama 6 bulan dan tidak pernah kontrol kembali, klien masih
suka bertanya tentang penyakitnya.

Data Objektif :
Hasil TTV ; tekanan darah 90/70 mmHg, pernapasan 20 x/menit, Suhu 37.2 oC, Nadi 80
x/menit, klien tampak agak lemah, batuk ada, makan tidak habis 1 porsi, Hasil foto thorax kesan
: TB Paru lama aspek aktif. Hasil mikrobiologi BTA I negatif, BTA II negatif, BTA III negatif,
Hasil hematologi tanggal 15 oktober 2011 Hb 15.2 g/dl (13.5-18.0), Lekosit 5.70
10^3/uL(5.00-10.00), LED 2 mm/jam (<10), Trombosit 216 10^3/uL (150-450), Ht : 44.0 %
(38.0-54.0). kimia klinik ureum 41 mg/dl (13-49), creatinin 1.6 mg/dl (0.7-1.3), SGOT 263
u/L (< 34), SGPT 123 u/L (< 73), GDS 120 mg/dl (80-140). Hasil foto thorax kesan : TB Paru
lama aspek aktif. kimia klinik Natrium, 140 mmol/L (136-146), kalium 3.9 mmol/L (3.5-5.0),
Clorida 111 mmol/L (98-106). Hasil GDS tanggal 18 Oktober 2011 jam 22 hasil 118 mg/dl (80
– 140), hasil laboratorium tanggal 20 Oktober 2011 Kimia klinik Alk fosfatase 58 u/L (1-240),
Bill T 0.65 mg/dl (0.30-1.20), Bill direk 0.31 mg/dl (< 0.2), Bill Indirek 0.32 mg/dl (0.00 –
1.00), T Protein 5.9 g/dl (5.7 -8.2), Alb 3.7 g/dl (3.2 – 4.8), Globulin 2.2 g/dl (1.8 – 5.3),
SGOT 29 u/L (< 34), SGPT 61 u/L (< 73), gamma GT 54 u/L (< 79).

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


8. Analisa Data
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1 Data Subjektif : Jalan napas Sputum sulit
Klien mengatakan batuk sudah tidak efektif dikeluarkan
2 bulan tidak sembuh, sputum
kadang-kadang ada / kadang-
kadang tidak, napas terasa
sesak setelah beraktivitas
Data Objektif :
Batuk, sputum tidak ada, sesak
(ringan), Hasil mikrobiologi
BTA I negatif, BTA II negatif,
BTA III negatif. TTV ;
tekanan darah 90/70 mmHg,
pernapasan 20 x/menit, Suhu
o
37.2 C, Nadi 80 x/menit,
Hasil foto thorax kesan : TB
Paru lama aspek aktif.
2 Data Subjektif : Perubahan Anoreksia
Klien mengatakan sudah nutrisi
minum obat OAT selama 2
minggu, 2 hari sebelum masuk
rumah sakit timbul mual dan
muntah, nafsu makan
menurun, badan terasa lemas,
dalam waktu 1 bulan berat
badan turun 7 Kg, berat badan
sebelum sakit 65 Kg (satu
bulan yang lalu), berat badan
sekarang 58 Kg, tinggi badan

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


156 cm.
Data Objektif :
Makan habis ¾ porsi, berat
badan sekarang 58 Kg, tinggi
badan 156 cm. SGOT 263
u/L (< 34), SGPT 123 u/L (<
73), Bill T 0.65 mg/dl (0.30-
1.20), Bill direk 0.31 mg/dl
(< 0.2), Bill Indirek 0.32
mg/dl (0.00 – 1.00), Alb 3.7
g/dl (3.2 – 4.8).
3 Data Subjektif : Resiko Kurangnya
Klien mengatakan tahun 1974 penularan pengetahuan
pernah menderita TB Paru, penyakit
tetapi tidak pernah kontrol
setelah dinyatakan sembuh.
Tinggal satu rumah dengan
isteri, anak dan 3 orang
cucunya, bila batuk membuang
ludah tidak memakai tempat
dan tidak mau menutup mulut.
Data Objektif :
Klien bila batuk tidak menutup
mulut, hasil foto thorax TB
Paru lama, aspek aktif. TTV
tekanan darah 90/70 mmHg,
pernapasan 20 x/menit, Suhu
o
37.2 C, Nadi 80 x/menit.
Lekosit 5.70 10^3/uL (5.00-
10.00)

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


4 Data Subjektif : Gangguan Intoleransi aktivitas
Klien mengatakan kepala pemenuhan
terasa pusing saat bangun dari kebersihan diri
tidur, badan terasa lemas bila
berjalan sempoyongan, napas
terasa sesak setelah berjalan
kekamar mandi.
Data Objektif :
TTV ; tekanan darah 90/70
mmHg, pernapasan 20
x/menit, Suhu 37.2 oC, Nadi
80 x/menit, klien tampak
lemah, pemenuhan kebutuhan
kebersihan diri dengan bantuan

B. Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan sputum sulit dikeluarkan.
2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
3. Resiko tinggi penularan penyakit berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
4. Gangguan pemenuhan kebersihan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas.

C. Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan


1. Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan sputum sulit dikeluarkan.
Data Subjektif : Klien mengatakan batuk sudah 2 bulan tidak sembuh, sputum kadang-kadang
ada / kadang-kadang tidak, napas terasa sesak setelah beraktivitas.
Data Objektif : Batuk, sputum tidak ada, sesak (ringan), Hasil mikrobiologi BTA I negatif,
BTA II negatif, BTA III negatif. TTV ; tekanan darah 170/90 mmHg, pernapasan 20 x/menit,
Suhu 37.2 oC, Nadi 80 x/menit, Hasil foto thorax kesan : TB Paru lama aspek aktif.
Tujuan : Pernapasan eefektif selama perawatan 1 x 24 jam.

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


Kriteria hasil : Sesak tidak ada, cymosis tidak ada, Tekanan darah 130/80 – 130/90 mmHg,
Nadi 60-88 x/menit, Suhu 36-37 o C, Pernapasan 16-20 x/menit.
Rencana tindakan :
a. Awasi tanda-tanda vital
b. Berikan 02 2 liter/menit jika diperlukan
c. Berikan minum air hangat
d. Anjurkan kepada klien untuk batuk efektif
e. Berikan obat fartolin syr 1 sdm jam 08.00,13.00, dan 18.00 WIB
f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat inhalasi.

Pelaksanaan :
Tanggal 25 Maret 2014
Pukul 10.00 WIB menganjurkan klien untuk banyak istirahat dan kalau perlu BAK ditempat
tidur, menganjurkan bila minum dengan air hangat. Pukul 11.00 WIB mengukur TTV dengan
hasil tekanan darah 170/90 mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 20 x/menit, suhu 37.2 oC.
12.30 WIB memberikan obat 1 sdm fartolin. Pukul 14.00 WIB mengobservasi klien masih terasa
sesak setelah beraktivitas, badan masih terasa lemas, batuk masih ada, sputum tidak ada,
menganjurkan klien untuk batuk efektif. Pukul 15.00 WIB mengukur TTV dengan hasil tekanan
darah 130/80 mmHg, nadi 88 x/menit, pernapasan 20 x/menit, suhu 36.8 oC. Pukul 18.00
WIB memberikan obat oral 1 Cth Fartolyn syrup. Pukul 23.00 WIB mengukur TTV dengan hasil
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 18 x/menit, suhu 36.5 oC.

Tanggal 08 april 2014


Pukul 10.00 WIB mengukur TTV dengan hasil tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 80 x/menit,
pernapasan 20 x/menit, suhu 36.5 oC.
Pukul 08.00 WIB memberikan obat oral 1 cth Fartolin syr, ½ tab Lasix 40 mg, memberikan
minum air hangat. Pukul 11.00 WIB mengukur TTV dengan hasil tekanan darah 130/70 mmHg,
nadi 80 x/menit, pernapasan 20 x/menit, suhu 36.6 oC dan memberikan minum air hangat.
Pukul 13.00 WIB memberikan obat-obat oral 1 Cth Fartolyn. Pukul 15.00 WIB mengobservasi
klien sedang tidur, sesak tidak ada. Pukul 16.00 WIB mengukur TTV dengan hasil tekanan darah

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


110/70 mmHg, nadi 84 x/menit, pernapasan 19 x/menit, suhu 36.6 oC. Pukul 18.00 WIB
Memberikan obat oral 1 cth Fartolin syr. Pukul 22.00 WIB mengukur TTV dengan hasil tekanan
darah 110/60 mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 20 x/menit, suhu 37.0 oC. Pukul 05.00
WIB mengukur TTV dengan hasil tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan
20 x/menit, suhu 36.1 oC.

Tanggal 22 April 2014


Pukul 10.15 WIB memberikan obat oral 1 cth Fartolin syr, ½ tab Lasix 40 mg. Pukul 10.00 WIB
mengobservasi klien sedang tidur. Pukul 11.00 WIB mengukur TTV dengan hasil tekanan darah
110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 18 x/menit, suhu 36.6 oC. Klien ada batuk dan
klien dianjurkan untuk batuk efektif.

Evaluasi
Tanggal 8 April 2014
Subjek : klien mengatakan batuk dan sesak masih ada
Objektif : klien masih tampak sesak setelah beraktivitas, batuk kadang-kadang, tekanan
darah 130/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 20 x/menit, suhu 37.2 oC.
Analisa : tujuan belum tercapai
Planing : intervensi dilanjutkan
a. Awasi tanda tanda vital
b. Memberikan o2 2 L/menit bila di perlukan.
c. Memberikan minum air hangat.
d. Ajarkan klien untuk batuk efektif.
e. Meberikan obat sirup fertolin 1sdm dan ½ tab lasik.
f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat inhalasi.

Tanggal 22 april 2014


Subjektif : klien mengatakan batuk kadang-kadang, sesak tidak ada
Objektif : klien dapat bernapas spontan dan efektif

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


Analisa : tujuan tercapai sebagian
Planing : intervensi dilanjutkan
a. Awasi tanda tanda vital setiap jam (05.00- 11.00- 15.00 – 19.00- 23.00)
e. Meberikan obat sirup fertolin 1sdm dan ½ tab lasik.
f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat inhalasi.

Tanggal 29 april 2014


Subjektif : Klien mengatakansesak sudah tidak ada
Objektif : klien tampak rilek
Analisa : tujuan trrcapai sebagian
Planing : intervensi di lanjutkan oleh perawat ruangan
a. Awasi tanda tanda vital setiap jam (05.00- 11.00- 15.00 – 19.00- 23.00)
e. Meberikan obat sirup fertolin 1sdm dan ½ tab lasik.
f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat inhalasi.

2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Data Subjektif : Klien mengatakan sudah minum obat OAT selama 2 minggu, 2 hari sebelum
masuk rumah sakit timbul mual dan muntah, nafsu makan menurun, badan terasa lemas, dalam
waktu 1 bulan berat badan turun 7 Kg, berat badan sebelum sakit … Kg (satu bulan yang lalu),
berat badan sekarang 30 Kg, tinggi badan …. cm.
Data Objektif : Makan habis ¾ porsi, berat badan sekarang 58 Kg, tinggi badan 156 cm,
SGOT 263 u/L (< 34), SGPT 123 u/L (< 73), Bill T 0.65 mg/dl (0.30-1.20), Bill direk 0.31
mg/dl (< 0.2), Bill Indirek 0.32 mg/dl (0.00 – 1.00), Alb 3.7 g/dl (3.2 – 4.8).
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi selama dalam perawatan
Kriteria hasil : berat badan stabil, makan bisa habis 1 porsi, mual dan muntah tidak ada.
Rencana tindakan :
a. Kaji tingkat nutrisi klien, intake oral, jumlah kalori, makanan yang disukai, pola makan.
b. Anjurkan makan sedikit tapi sering dalam keadaan hangat dan bervariasi.
c. Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


d. Timbang berat badan tiap minggu satu kali sesuai kondisi klien.
e. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diit yang tepat pada penyakit TB
(TKTP)
f. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi klien
g. Berikan obat-obat sesuai indikasi 1 tab Hp Pro dan 1 tab Curliv
h. Kolaborasi pemeriksaan sampel darah SGOT/SGPT, albumin, globulin, billirubin dan PTT.

Pelaksanaan :
Tanggal 25 Maret 2014
Pukul 11.00 WIB menganjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering. Pukul 12.00 WIB
menganjurkan kepada klien agar menghabiskan makanan agar badan tidak lemas, klien makan
habis ¾ porsi. 12.30 WIB memberikan obat 1 tab Hp Pro. Pukul 14.00 WIB mengobservasi
klien mengatakan mual masih ada. Pukul 18.00 WIB mengobservasi klien makan habis ¾ porsi,
memberikan obat oral 1 tab HP Pro, 1 tab Curliv. Pukul 19.00 WIB kolaborasi dengan dokter
besok akan diperiksakan billirubin, SGOT, SGPT, albumin/globulin.

Tanggal 8 April 2014


Pukul 10.00 WIB mengevaluasi klien sedang makan, mual muntah berkurang, badan sudah tidak
begitu lemas. Pukul 11.00 WIB mengobservasi klien makan habis 1 porsi. Memberikan obat
oral 1 tab HP Pro, 1 tab Curliv. Pukul 10.00 WIB mengambil sampel darah untuk pemeriksaan
SGOT, SGPT, Albumin, Globulin, Billirubin total, Bill Direk, Bill indirek, PTT sebanyak 11 cc,
8 cc beku untuk SGOT, SGPT, Albumin, Globulin, Billirubin total, Bill Direk, Bill indirek, dan 3
cc untuk darah PTT. Evaluasi klien tampak tenang, kondisi kulit daerah penusukan tidak ada
hematoma. Pukul 12.30 WIB mengobservasi klien makan habis 1 porsi, mual dan muntah tidak
ada. Pukul 13.00 WIB memberikan obat-obat oral 1 tab HP Pro. Pukul 18.00 WIB
mengobservasi klien makan habis 1 porsi, mual dan muntah tidak ada. Memberikan obat oral 1
tab HP Pro, 1 tab Curliv.

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


Tanggal 22 April 2014
Pukul 10.00 WIB evaluasi : klien tampak segar, mual dan muntah sudah tidak ada, badan sudah
tidak lemas. Pukul 11.00 WIB mengobservasi klien sedang duduk, makan habis 1 porsi, mual
tidak ada. Pukul 11.00 WIB memberikan obat oral 1 tab HP Pro, 1 tab Curliv. Pukul 11.00 WIB
mengobservasi klien sedang tidur. Pukul 12.00 WIB mengobservasi klien makan habis 1 porsi,
mual tidak ada. Pukul 13.00 WIB memberikan obat oral 1 tab HP Pro. Pukul 14.00 WIB evaluasi
: klien mengatakan mual dan muntah sudah tidak ada.

Evaluasi
Tanggal 29 April 2014
Subjektif : klien mengatakan mual masih ada, muntah tidak ada
Observasi : makan tidak habis 1 porsi SGOT 236 u/L, SGPT 123 u/L
Analisa : tujuan belum tercapai
Planing : intervensi dilanjutkan
a. Anjurkan makan sedikit tapi sering dalam keadaan hangat dan berfariasi
b. Timbang berat badan klien tiap satu minggu sekali sesuai kondisi klien.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memenuhi kebutuhan gizi (diet TKTP)
d. Memberikan obat obat oral 1tab Hp pro, 1 tab curliv

Tanggal 30 April 2014


Subjektif : klien mengatakan mual dan muntah sudah tidak ada
Objektif : makan habis 1 porsi.
Analisa : tujuan tercapai sebagian
Planing : Intervensi dilanjutkan
a. Anjurkan makan sedikit tapi sering dalam keadaan hangat dan berfariasi
b. Timbang berat badan klien tiap satu minggu sekali sesuai kondisi klien.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memenuhi kebutuhan gizi (diet TKTP)
g. Memberikan obat obat oral 1tab Hp pro, 1 tab curliv

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


Tanggal 30 April 2014
Subjektif : klien mengatakan mual dan muntah sudah tidak ada
Objektif : makan sudah habis satu porsi SGOT 29 u/l SGPT 61 u/l Albumin 3.7 g/dl
Analisa : tujuan tercapai sebagian
Planing : intervensi di lanjutkan perawat ruangan
d. Timbang berat badan tiap minggu satu kali sesuai kondisi klien.
g. Berikan obat-obat sesuai indikasi 1 tab Hp Pro dan 1 tab Curliv

3. Resiko tinggi penularan penyakit berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.


Data Subjektif : Klien mengatakan tahun 1974 pernah menderita TB Paru, tetapi tidak pernah
kontrol setelah dinyatakan sembuh. Tinggal satu rumah dengan isteri, anak dan 3 orang
cucunya, bila batuk membuang ludah tidak memakai tempat dan tidak mau menutup mulut.
Data Objektif : Klien bila batuk tidak menutup mulut, hasil foto thorax TB Paru lama, aspek
aktif. TTV ; tekanan darah 130/70 mmHg, pernapasan 20 x/menit, Suhu 37.2 oC, Nadi 80
x/menit, Lekosit 5.70 10^3/uL(5.00-10.00)
Tujuan : penyebaran penularan penyakit tidak terjadi
Kriteria Hasil : klien bila batuk mau menutup mulut, membuang ludah tidak sembarangan,
mau minum obat secara teratur dan tidak putus sebelum dinyatakan sembuh.
Rencana tindakan :
a. Kaji jenis TB fase akut (tidak aktif) untuk mencegah penularan
b. Anjurkan bila batuk atau bersin menutup mulut dengan tissue dan mengeluarkan secret pada
tempat yang tertutup.
c. Anjurkan klien untuk membuang secret / ludah tempat yang tertutup yang telah diisi oleh
cairan desinfektan.
d. Indentifikasi orang lain yang beresiko tertular penyakit
e. Lakukan perawatan isolasi seperti memakai masker.
f. Kolaborasi pemeriksaan laboratotium BTA
g. Berikan 1 tab Ofloxacin 400 mg.

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


BAB IV
PEMBAHASAN

Pada Bab Ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang terdapat pada teori dan kasus
yang penulis dapatkan dalam melakukan penerapan Asuhann Keperawatan pada Tn. S dengan
Tuberculosis Paru diruang Kenanga Rumah Sakit PELNI Jakarta selama 3 hari perawatan
dimulai dari tanggal 25 maret, 8 april,22 april, 29 April 2014 melalui asuhan keperawatan terdiri
dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan
keperawatan dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan
Penyebab Tuberculosis Paru adalah mycobacterium tuberculosis. Faktor predisposisi yang
ditemukan yaitu faktor usia, kebiasaan merokok waktu muda. Sedangkan pada kasus penyebab
Tuberculosis sama dengan teori. Manifestasi klinis pada teori dan kasus sama yaitu penurunan
berat badan, batuk, penurunan napsu makan (anoreksia), kelemahan, mual dan muntah suhu sub
febris. Pada pemeriksaan diagnostik secara teori ada kesamaan dengan kasus yaitu pemeriksaan
sputum BTA 3 kali, foto thorak, dan LED, elektrolit, SGOT, SGPT. Sedangkan pemeriksaan
diagnostik yang ada pada teori tetapi tidak dilakukan pada kasus yaitu pemeriksaan ziehl-neeseh,
tes TB (PPD) karena klien sudah lama menderita TB Paru pada tahun 1974, kultur jaringan
biopsi, pemeriksaan fungsi paru tidak dilaksanakan karena tidak ada indikasi untuk tindakan
tersebut. Elisa karena usia klien yang sudah 65 tahun. Pada farmakoterapi yang ada pada teori
yaitu dengan OAT, sedangkan klien saat ini dalam pengobatan hepatitis karena hasil SGOT 236
u/L, SGPT 123 u/L, sementara untuk obat OAT ditunda menunggu hasil SGOT dan SGPT
turun. Pada non farmakoterapi di teori yaitu diit tinggi kalori tinggi protein (TKTP), istirahat
yang cukup (tirah
baring), mengajarkan batuk efektif, olahraga dan pengawasan minum obat. Sedangkan pada
kasus klien diberikan diit DH III karena selain TB paru klien
juga menderita hepatitis, klien sudah istirahat yang cukup, bisa melakukan batuk efektif.

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


Adapun faktor pendukung dalam melakukan pengkajian pada klien yaitu adanya informasi
tentang klien yang cukup dari klien dan keluarga sangat kooperatif. faktor penghambatnya
yaitu tidak penulis temukan
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ada pada teori ada 5 yaitu Sedangkan pada kasus penulis
mendapatkan 4 diagnosa yaitu Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan
sputum sulit dikeluarkan. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia. Resiko tinggi penularan penyakit berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan. Gangguan pemenuhan kebersihan diri berhubungan dengan
intoleransi aktivitas. Yang penulis tidak temukan dalam kasus yaitu diagnosa. Risiko tinggi
kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan efusi pleura, karena saat penulis melakukan
pengkajian tidak ditemukan data yang menunjang untuk ditegakannya diagnosa tersebut
seperti napas sesak hebat, pernapasan dangkal, menggunakan otot bantu napas, sianosis, tidak
diperiksakan AGD, hasil foto thorax tidak ditemukan efusi pleura.

Faktor pendukung yang penulis temukan dalam menegakan diagnosa yaitu adanya data-data
yang menunjang dan mengacu pada diagnosa tersebut serta adanya hasil pengkajian yang
sangat teliti sehingga banyak data yang ditemukan untuk menegakan diagnosa.

C. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan yang ada sesuai perencanaan pada teori dan kasus dari diagnosa Tidak efektif
bersihan jalan napas berhubungan dengan sputum sulit dikeluarkan. Tujuan sudah sesuai
yaitu Pernapasan efektif selama perawatan 1 x 24 jam. Kriteria hasil sudah sesuai yaitu Sesak
tidak ada, cyanosis tidak ada, Tekanan darah 110/70 – 130/90 mmHg, Nadi 60-88 x/menit,
o
Suhu 36-37 C, Pernapasan 16-20 x/menit. Perencanaan yang ada pada teori dan kasus
yaitu Awasi tanda-tanda vital setiap jam 05.00, 11.00, 15.00, 19.00, 23.00 atau bila
diperlukan sewaktu-waktu. Berikan 02 2 liter/menit jika diperlukan. Berikan minum air
hangat. Anjurkan kepada klien untuk batuk efektif. Berikan obat fartolin syr 1 sdm jam
08.00,13.00, dan 18.00 WIB. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat inhalasi.

Diagnosa kedua Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, Tujuan sudah sesuai yaitu kebutuhan nutrisi terpenuhi selama dalam perawatan.
Kriteria hasil sudah sesuai yaitu berat badan stabil, makan bisa habis 1 porsi, mual dan
PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB
muntah tidak ada. Perencanaan yang ada pada teori dan kasus yaitu Kaji tingkat nutrisi klien,
intake oral, jumlah kalori, makanan yang disukai, pola makan. Anjurkan makan sedikit tapi
sering dalam keadaan hangat dan bervariasi. Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah
makan. Timbang berat badan tiap minggu satu kali sesuai kondisi klien. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan komposisi diit yang tepat pada penyakit TB (TKTP). Libatkan
keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi klien. Berikan obat-obat sesuai indikasi 1 tab
Hp Pro dan 1 tab Curliv. Kolaborasi pemeriksaan sampel darah SGOT/SGPT, albumin,
globulin, billirubin dan PTT.

Diagnosa ketiga, Resiko tinggi penularan penyakit berhubungan dengan kurangnya


pengetahuan. Tujuan sudah sesuai yaitu penyebaran penularan penyakit tidak terjadi. Kriteria
Hasil sudah sesuai yaitu klien bila batuk mau menutup mulut, membuang ludah tidak
sembarangan, mau minum obat secara teratur dan tidak putus sebelum dinyatakan sembuh.
Perencanaan yang ada pada teori dan kasus yaitu Kaji jenis TB fase akut (tidak aktif) untuk
mencegah penularan. Anjurkan bila batuk atau bersin menutup mulut dengan tissue dan
mengeluarkan secret pada tempat yang tertutup. Anjurkan klien untuk membuang secret /
ludah tempat yang tertutup yang telah diisi oleh cairan desinfektan. Indentifikasi orang lain
yang beresiko tertular penyakit. Lakukan perawatan isolasi seperti memakai masker.
Kolaborasi pemeriksaan laboratotium BTA. Berikan 1 tab Ofloxacin 400 mg.

Diagnosa keempat, Gangguan pemenuhan kebersihan diri berhubungan dengan intoleransi


aktivitas. Tujuan sudah sesuai yaitu Kebutuhan perawatan diri terpenuhi. Kriteria hasil sudah
sesuai yaitu Klien dapat melakukan perawatan diri tanpa bantuan. Perencanaan yang ada pada
teori dan kasus yaitu kaji kemampuan klien dalam beraktivitas makan, eliminasi, mobilisasi,
kebersihan perawatan diri. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan diri dimana klien belum
mampu melakukan sendiri. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah beraktivitas.
Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan. Tingkatkan aktivitas pasien
secara bertahap sesuai indikasi / kemampuan. Berikan istirahat yang cukup dan libatkan
keluarga dalam perencanaan aktivitas klien.

Dalam membuat perencanaan faktor pendukung yang penulis dapatkan yaitu tersediannya
referensi asuhan keperawatan pada klien dengan TB Paru serta bimbingan yang intensif dari
dosen serta dari CI di Ruang Kenanga sehingga memudahkan penulis dalam menyusun
PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB
perencanaan keperawatan. Faktor penghambat yang penulis temukan yaitu terbatasnya
pengalaman dalam membuat perencanaan keperawatan pada klien dengan TB Paru
D. Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap pelaksanaan diagnosa prioritas Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan
dengan sputum sulit dikeluarkan. Pelaksanaan yang sesuai dengan kasus yaitu mengukur
tanda-tanda vital setiap jam 05.00, 11.00, 15.00, 19.00, 23.00 atau bila diperlukan sewaktu-
waktu. memberikan 02 2 liter/menit jika diperlukan. Memberikan minum air hangat.
menganjurkan kepada klien untuk batuk efektif. Memberikan obat fartolin syr 1 sdm jam
08.00,13.00, dan 18.00 WIB. Sedangkan perencanaan yang belum penulis laksanakan yaitu
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat inhalasi karena klien bisa mengeluarkan
sputum sendiri.

Diagnosa kedua, Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, Pelaksanaan yang sesuai dengan kasus yaitu mengkaji tingkat nutrisi klien, intake
oral, jumlah kalori, makanan yang disukai, pola makan. Menganjurkan makan sedikit tapi
sering dalam keadaan hangat dan bervariasi. Memberikan perawatan mulut sebelum dan
sesudah makan. Menimbang berat badan tiap minggu satu kali sesuai kondisi klien.
Melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi klien. Memberikan obat-obat sesuai
indikasi 1 tab Hp Pro dan 1 tab Curliv. Kolaborasi pemeriksaan sampel darah SGOT/SGPT,
albumin, globulin, billirubin dan PTT. Sedangkan perencanaan yang belum penulis
laksanakan yaitu kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diit yang tepat
pada penyakit TB (TKTP).

Diagnosa ketiga, Resiko tinggi penularan penyakit berhubungan dengan kurangnya


pengetahuan. Pelaksanaan yang sesuai dengan kasus yaitu mengkaji jenis TB fase akut
(tidak aktif) untuk mencegah penularan. Menganjurkan bila batuk atau bersin menutup mulut
dengan tissue dan mengeluarkan secret pada tempat yang tertutup. Menganjurkan klien untuk
membuang secret / ludah tempat yang tertutup yang telah diisi oleh cairan desinfektan.
Mengidentifikasi orang lain yang beresiko tertular penyakit. Kolaborasi pemeriksaan
laboratotium BTA. Berikan 1 tab Ofloxacin 400 mg. Sedangkan perencanaan yang belum
penulis laksanakan yaitu melakukan perawatan isolasi seperti memakai masker.

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


Diagnosa keempat, Gangguan pemenuhan kebersihan diri berhubungan dengan intoleransi
aktivitas. Pelaksanaan yang sesuai dengan kasus yaitu mengkaji kemampuan klien dalam
beraktivitas makan, eliminasi, mobilisasi, kebersihan perawatan diri. Membantu klien dalam
memenuhi kebutuhan diri dimana klien belum mampu melakukan sendiri. Mengobservasi
tanda-tanda vital sebelum dan sesudah beraktivitas. Menganjurkan klien untuk melakukan
aktivitas sesuai kemampuan. Meningkatkan aktivitas pasien secara bertahap sesuai indikasi /
kemampuan. Memberikan istirahat yang cukup dan libatkan keluarga dalam perencanaan
aktivitas klien. Perencanaan yang penulis rencanakan sudah dapat dilaksanakan semua.

Faktor pendukung yang penulis temukan yaitu klien dan keluarga kooperatif dalam setiap
pelaksaan yang penulis laksanakan. Faktor penghambat yang penulis temukan yaitu adanya
perencanaan yang penulis rencanakan yang tidak bisa dilaksanakan karena keterbatasan
waktu dalam memberikan asuhan keperawatan.

E. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap evaluasi penulis membuat berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang terdapat pada
perencanaan selama dalam melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari dari tanggal 19 – 21
Oktober 2011 penulis mengevaluasi tiap-tiap diagnosa. Untuk diagnosa pertama Tidak efektif
bersihan jalan napas berhubungan dengan sputum sulit dikeluarkan, tujuan tercapai sebagian
ditandai dengan sesak tidak ada, batuk kadang-kadang masih ada, slym bisa keluar. Pada
diagnosa kedua, Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, tujuan tercapai sebagian ditandai dengan mual dan muntah sudah tidak ada, makan
habis 1 porsi, SGOT 29 u/l, SGPT 61 u/l Albumin 3.7 g/dl. Diagnosa ketiga, Resiko tinggi
penularan penyakit berhubungan dengan kurangnya pengetahuan,tujuan tercapai sebagian
ditandai dengan klien sudah menutup mulut saat batuk, dan membuang sputum pada tempat
yang tertutup. Diagnosa keempat, Gangguan pemenuhan kebersihan diri berhubungan dengan
intoleransi aktivitas. tujuan tercapai ditandai dengan klien dapat memenuhi kebutuhan
perawatan diri tanpa bantuan perawat dan keluarga.

Faktor pendukung yang penulis temukan yaitu adanya keterbukaan dari klien mengenai
kondisi yang dirasakan dan kemampuan klien dalam mengekspresikan keluhan yang
dirasakan. Pada tahap ini penulis tidak menemukan hambatan.

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari pada klien dengan Tuberculosis
Paru diruang Kenanga Rumah Sakit PELNI Jakarta dari tanggal 19 Oktober 2011 maka
penulis dapat menarik kesimpulan dan memberikan saran sebagai berikut.

Dari hasil pengkajian penyebab dari TB Paru adalah kuman mycrobakterium tuberculosis.
Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak/ lipid. Lipid inilah yang membuat kuman
menjadi tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisisk. Kuman
dapat tahan hidup pada udara kering/ dingin. Atau dapat bertahan bertahun-tahun dalam
lemari es. Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dorman, dari sifat dorman ini
kuman dapat bangkit kembali dan menjadi tuberculosis aktif lagi. Manifestasi klinis pada
teori dan kasus sama yaitu penurunan berat badan, batuk, penurunan napsu makan
(anoreksia), kelemahan, mual dan muntah. Pemeriksaan diagnostic pada TB paru adalah BTA
3 kali, DPL, LED, Na, K, Cl, Albumin, Globulin, foto thorax. Farmakoterapi yang diberikan,
klien saat ini dalam pengobatan hepatitis karena hasil SGOT 236 u/L, SGPT 123 u/L,
sementara untuk obat OAT ditunda menunggu hasil SGOT dan SGPT turun. Pada non
farmakoterapi diit tinggi kalori tinggi protein (TKTP) tidak diberikan karena pada kasus klien
masih ada mual, hasil SGOT 236 u/L, SGPT 123 u/L, dan diit yang diberikan yaitu diit DH
III, klien tidak merokok dan minum alcohol, klien sudah istirahat yang cukup, bisa
melakukan batuk efektif. Klien tidak olahraga karena klien mengeluh lemas dan merasa sesak
setelah beraktivitas dan tidak ada pengawas minum obat karena klien belum diprogramkan
mendapat obat OAT.
sDiagnosa Keperawatan prioritas yaitu tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan
sputum sulit dikeluarkan. Diagnosa kedua resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan anoreksia. Diagnosa ketiga resiko tinggi penularan penyakit
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan. Diagnosa keempat gangguan pemenuhan
kebersihan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas. Pelaksanaan dari keempat dignosa
sudah sesuai dengan rencana tindakan yang disusun yaitu mulai dari persiapan, intervensi dan
dokumentasi. Pelaksanaan yang dilakukan pada diagnosa prioritas penulis melaksanakan

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


rencana tindakan yang sudah disusun sesuai dengan teori dan dengan tahapan sesuai yaitu
mulai dari persiapan, intervensi dan evaluasi.
Pada evaluasi keperawatan dilakukan dengan menggunakan metode atau system SOAP dalam
mengevaluasi dari proses keperawatan dan hasil kwalitas pelayanan keperawatan dalam 4
diagnosa keperawatan, penulis mendapatkan tiga masalah teratasi sebagian yaitu tidak efektif
bersihan jalan napas berhubungan dengan sputum sulit dikeluarkan, Resiko perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. Resiko tinggi penularan
penyakit berhubungan dengan kurangnya pengetahuan. sedangkan satu diagnosa teratasi yaitu
gangguan pemenuhan kebersihan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Dalam memberikan asuhan keperawatan sebaiknya penulis lebih teliti lagi dalam
mengkaji masalah yang ada dan masalah yang mungkin muncul pada klien.
2. Penulis dan perawat ruangan agar lebih memonitoring hasil laboratorium untuk
menunjang dalam menegakan diagnosa.
3. Penulis dan perawat dapat lebih meningkatkan kwalitas asuhan keperawatan yang lebih
baik untuk klien dan keluarga dalam memberikan pelayanan secara komprehensif serta
dapat bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya.
4. Perawat dan penulis khususnya harus lebih meningkatkan pengetahuan agar dapat
meningkatkan kwalitas asuahan keperawatan yang lebih baik untuk klien dan keluarga.
5. Perawat dapat memotivasi pada klien untuk melakukan diit, olahraga sesuai dengan
kemampuan klien.
6. Perawat memberikan saran kepada klien untuk minum obat teratur (tidak terputus) dan
control ke dokter secara teratur.
7. Perawat memberikan pembelajaran kepada klien dan keluarga untuk memperhatikan
lingkungan (rumah ada jendela, menjemur kasur minimal 1 kali dalam seminggu)

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB


DAFTAR PUSTAKA

Arjatmo Tjokronegoro, dkk. (2003) Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II. Jakarta: FKUI
SS
Aru, W Sudoyo. (2007). Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III. Jakarta: FKUI

Doenges, Marilyn. (2000). Alih Bahasa : I Made Kariasa. Rencana Asuhan Keperawatan
Edisi 3. Jakarta : EGC

James, Chin. (2006). Manual Pemberantasan Penyakit Menular Edisi 17. Jakarta : EGC

Ni Luh Gede Yasmin Asih, Skp. (2004). Keperawatan Medical Bedah Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : EGC

Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan : konsep dan Edisi Pertama.
Jakarta: Salemba Medika

Smeltzer, Suzane. (2000). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Soeparman Sarwono Waspadji. (1998). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI

Somantri Irman. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika

Sylvia A. Price dan Mary P. Standridge. (2005). Alih Bahasa : Brahm N. Pendit.
Patofisiologi. Jakarta : EGC

PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB

You might also like