Professional Documents
Culture Documents
DI SUSUN OLEH :
LASTI MULYATI
NIP :19811225200801 2 002
BAB I
PENDAHULUAN
Di Indonesia tuberculosis merupakan penyebab kematian utama dan angka kematian dengan
urutan infeksi ISPA (infeksi saluran pernapasan atas). Indonesia menduduki urutan ke 3 setelah
india dan china dalam jumlah penderita tuberculosis paru di dunia, jumlah penderita tuberculosis
paru tahun ke ketahun di Indonesia terus meningkat, penyakit tuberculosis paru menyerang
sebagian besar kelompok kerja produktif, penderita tuberculosis paru kebanyakan dari kelompok
ekonomi rendah namun saat ini juga banyak di derita oleh ekonomi atas di karenakan mudah
proses penularan tuberculosis paru yaitu penyebaran melalui udara atau droplet. (Aru, W
Sudoyo. 2007).
Berdasarkan data rekam medis Rumah Sakit Pelni Jakarta periode tahun 2009, jumlah pasien
yang dirawat sebanyak 11.310 orang dan yang menderita tuberculosis paru sebanyak 142 orang
(1,25%), tidak ada pasien yang meninggal. Sedangkan pada tahun 2010, jumlah pasien yang
dirawat sebanyak 11.705 orang yang menderita TB Paru sebanyak 156 orang(1,33%). Jumlah
pasien yang meninggal sebanyak 6 orang(3.84%).
Dalam mengatasi berbagai masalah yang timbul pada klien dengan TB Paru, perawat
mempunyai peranan yang sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan diantaranya
sebagai Care Giver, Advocat, vasilitator, koordinator, edukator. Oleh karena itu perawat
mempunyai upaya sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan dengan TB paru,
diantaranya dalam segi promotif yaitu peran perawat memberikan penyuluhan agar masyarakat
mengenal tentang penyakit TB Paru dan melakukan pola hidup sehat, dari segi preventif dengan
cara mendeteksi dini penyakit TB Paru atau menghindari faktor penyebab TB Paru (merokok
atau minum alkohol), dari segi kuratif perawat langsung membatasi aktivitas sesuai beratnya
keluhan, sedangkan dari segi rehabilitatif dengan memberikan penyuluhan (menjemur kasur
seminggu 1 kali dan membuka jendela pada pagi hari).
Mengingat angka kesakitan dan kematian pada penderita Tuberculosis yang sangat tinggi dan
dampak komplikasi yang terjadi serta pentingnya peran perawat, maka penulis tertarik untuk
menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien dengan tuberculosis paru secara komprehensif di
Ruang Kenanga Rumah Sakit PELNI Jakarta.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada klien tuberculosis paru diharapkan penulis dapat :
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan tuberculosis paru
b. Menentukan masalah keperawatan klien dengan tuberculosis paru
c. Merencanakan asuhan keperawatan klien dengan tuberculosis paru
d. Melaksanakan tindakan keperawatan klien dengan tuberculosis paru.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan tuberculosis paru.
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus klien dengan
tuberculosis paru.
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat, serta mencari solusi/alternatif
pemecahan masalah.
h. Mengdokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan tuberculosis paru.
C. Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi hanya mengambil satu kasus yaitu dengan
menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien Tn”T” dengan Tubercolisis Paru di Puskesmas
Cugenang .
D. Metode Penulisan
Metode dalam penulisan makalah ini disusun dengan menggunakan metode deskriftif yang
menggambarkan asuhan keperawatan Tuberculosis Paru yang disajikan dalam bentuk narasi.
Adapun bentuk teknik penggumpulan data yang penulis gunakan adalah melakukan tekhnik
wawancara, observasi dan studi kepustakaan dengan mempelajari buku sumber sebagai referensi
yang terkait dengan Tuberculosis Paru, studi kasus yaitu mengambil satu kasus dengan
Tubercolisis Paru sebagai bahan kajian dengan menerapkan Asuhan Keperawatan yang terdiri
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 5 BAB, yaitu BAB I Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah,
tujuan Penulisan, Ruang lingkup, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan. BAB II tinjauan
teori terdiri dari pengertian, etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan medis, pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan,
evaluasi keperawatan. BAB III Tinjauan Kasus terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi keperawatan. BAB IV Pembahasan terdiri dari
Pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi. BAB V Penutup terdiri dari
Kesimpulan dan Saran.
A. Pengertian
Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah sangat lama dikenal pada manusia.
(Nia Kurniasih. 2010. Hal: 2230)
B. Etiologi
Tuberculosis paru disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman
terdiri dari asam lipid. Lipid inilah yang membuat kuman menjadi tahan terhadap asam dan lebih
tanan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering / dingin.
Atau dapat berhatan bertahun-tahun dalam lemari es. Hal ini terjadi karena kuman berada dalam
sifat dorman, dari sifat dorman ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadi tuberculosis aktif
lagi. Sifat lain kuman adalah aerob, sifat ini menunjukan bahwa kuman ini lebih menyenangi
jaringan yang tinggi kandungan oksigennya, dalam hal ini tekanan apical paru lebih tinggi dari
pada bagian lainnya, sehingga bagian apical ini merupakan tempat predileksi penyakit
tuberculosis. Penularan penyakit ini melalui inhalasi (droplet atau luka dikulit dan saluran
pencernaan). Faktor predisposisi penyakit tuberculosis antara lain usia, immunosupresi, infeksi
HIV, malnutrisi, alkoholisme dan penyalahgunaan obat, adanya keadaan penyakit lain (DM).
C. Patofisiologi
Penyebaran kuman mikrobacterium tuberkolusis bisa masuk melalui tiga tempat
yaitu saluran pernafasan, saluran pencernaan dan adanya luka yang terbuka pada
Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC membuang ludah dan dahaknya
sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar. Dalam dahak dan ludah ada basil
TBC-nya, sehingga basil ini mengering lalu diterbangkan angin kemana-mana. Kuman terbawa
angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang kemudian terhirup oleh manusia melalui
paru-paru dan bersarang serta berkembangbiak di paru-paru. (dr.Hendrawan.N).
Pada permulaan penyebaran akan terjadi beberapa kemungkinan yang bisa muncul yaitu
penyebaran limfohematogen yang dapat menyebar melewati getah bening atau pembuluh darah.
Kejadian ini dapat meloloskan kuman dari kelenjar getah bening dan menuju aliran darah dalam
jumlah kecil yang dapat menyebabkan lesi pada organ tubuh yang lain. Basil tuberkolusis yang
bisa mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari 1-3
basil. Dengan adanya basil yang mencapai ruang alveolus, ini terjadi dibawah lobus atas paru-
paru atau dibagian atas lobus bawah, maka hal ini bisa membangkitkan reaksi peradangan.
Berkembangnya leukosit pada hari hari pertama ini di gantikan oleh makrofag.Pada alveoli yang
terserang mengalami konsolidasi dan menimbulkan tanda dan gejala batuk berdarah disertai
demam. Basil ini juga dapat menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening
regional, sehingga makrofag yang mengadakan infiltrasi akan menjadi lebih panjang dan yang
sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epitelloid yang dikelilingi oleh limfosit, proses tersebut
membutuhkan waktu 10-20 hari. Bila terjadi lesi primer paru yang biasanya disebut focus ghon
dan bergabungnya serangan kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks
ghon. Kompleks ghon yang mengalami pencampuran ini juga dapat diketahui pada orang sehat
yang kebetulan tertular penyakit tuberculosis. Beberapa respon lain yang terjadi pada daerah
nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan
kavitas.Pada proses ini akan dapat terulang kembali dibagian selain paru-paru ataupun basil
dapat terbawa sampai ke laring ,telinga tengah atau usus. (Sylvia.A Price).
Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga pleura. Jumlah cairan di
rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar 9 cm H2O.
Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun misalnya pada
penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses
peradangan atau neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung dan
tekanan negatif intra pleura apabila terjadi atelektasis paru (Alsagaf H, Mukti A)
Effusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebas dalam kavum pleura.
Kemungkinan penyebab efusi antara lain (1) penghambatan drainase limfatik dari rongga pleura,
(2) gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi sangat
tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam rongga pleura (3)
sangat menurunnya tekanan osmotik kolora plasma, jadi juga memungkinkan transudasi cairan
yang berlebihan (4) infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura dari
rongga pleura, yang memecahkan membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein
plasma dan cairan ke dalam rongga secara cepat (Guyton dan Hall. 2007).
Karena sifat kuman yang dorman, maka saat daya tahan tubuh pasien turun, kuman akan dapat
hidup kembali dan biasanya terdapat pada apeks paru/ dekat pleura lobus bawah dengan gejala
demam, anoreksia, mual. Tempat infeksi primer dapat mengalami proses degenarasi nekrotik
(perkejuan) tetapi bisa saja tidak. Yang menyebabkan pembentukan rongga yang terisi oleh masa
basil tuberkel seperti keju, sel-sel darah putih yang mati dan jaringan paru nekrotik. Pada
Manifestasi klinik Yang umum terdapat keletihan, penurunan berat badan, anoreksia (kehilangan
napsu makan), demam ringan yang biasanya terjadi pada siang hari, berkeringat pada waktu
malam dan ansietas umum sering tampak, dyspnea, nyeri dada dan Hemoptisis juga temuan yang
umum. Gejala demam biasanya menyerupai demam, influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi
oleh daya tahan tubuh penderita dengan berat ringannya infeksi kuman TBC yang masuk. Batuk
terjadi karena adanya infeksi pada pada bronkus, sifat batuk dimulai dari batuk kering, kemudian
setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif (menghasilkan sputum). Pada keadaan lanjut
berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada
dinding bronkus. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian paru. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai
ke pleura (menimbulkan pleuritis). Malaise dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat
badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.
Komplikasi basil mycobacterium juga menyebar melalui saluran getah bening, menyebabkan
limfadenitis regional yang dikenal dengan kompleks primer, selain itu juga bisa menyebar
melalui hematogen ke jaringan tubuh yang lain seperti ginjal, usus dan jantug.
b. Obat sekunder
1. Cadreamicin, dosis 15-30 mg/kg/hari (maksimum 1 gra/ hari) harus diberikan IM.
2. Kancemicin, dosis : 15-30 mg/kg/hari (maksimum 1 gram/hari) diberikan IM.
3. Asam paraaminosalisilat, dosis : 150 mg/kg/hari (maksimum 15 gram/hari)
4. Sikloresin, dosis : 15-20 mg/kg/hari (maksimum 1 gram/hari)
c. Obat konservatif
1. Mukolitik : menurunkan kekentalan atau perlengketan
2. Bronchodilator : secret paru, menaikan ukuran percabangan trachea bronchist.
3. Kortikosteroid : menurunkan inflamasi
4. Antibiotic : untuk mikroba
E. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktifitas/ istirahat
Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek karena kerja, kesulitan tidur pada
malam/demam malam hari, menggigil dan berkeringat, mimpi buruk.
Tanda : Takikardia, Takipnea/ Dispenea, kelelahan otot, nyeri dan sesak( tahap lanjut)
b. Integritas EGO
Gejala : adanya factor sters lama, masalah keuangan rumah, perasaan tak berdaya/ tak
ada harapan, kopulasi budaya/ etnik : amerika asli/ imigran dari amerika tengah, asia
tenggara, Indian anak benua.
Tanda : Menyangkal ( khusus nya selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah
terangsang.
c. Makanan/ Cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, tak dapar mencerna, penurunan berat badan
Tanda : Turgor kulit buruk, kering/ kulit bersisik, kehilangan otot / hilang lemak
subkutan.
d. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Tanda : Berhati hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah.
e. Pernafasan
Gejala : batuk, produkif/ tidak produktif, nafas pendek, riwayat tuberculosis/ terpajan
pada individu terinfeksi
F. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan / tambahan infeksi
2. Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan sekret kental / sekret darah
3. Risiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan efusi pleura.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
G. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa 1 : Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan /tambahan
infeksi
Tujuan : Pola hidup / prilaku berubah diadoptasi untuk mencegah penyebaran
infeksi
Kriteria hasil : Mengidentifikasi Rencana Tindakan untuk mencegah / menurunkan resiko
penyebaran infeksi
Menunjukan teknik / melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan
yang aman
Rencana Tindakan :
Mandiri
a. Kaji patologi penyakit (aktif /fesa tak aktif :di seminasi infeksi melalui bronkus untuk
membatasi jaringan / melalui aliran darah / system limpotik) dan potensial penyebaran
infeksi melalui deroplet udara selama batuk, bersin, meludah, bicara, tertrawa, bernyanyi.
b. Identifikasi orang lain yang beresiko, contoh anggota rumah, sahabat karib/teman.
c. Anjurkan pasien untuk batuk/ bersin dan mengeluarkan tisu dan menghindari meludah,
kaji pembuangan tisu sekali pakai dan tehnik mencuci tangan yang tepat. Dorong untuk
mengulangi demonstrasi.
d. Kaji tindakan control infeksi sementara, contoh masker/ isolasi pernapasan
e. Awasi suhu sesuai indikasi
f. Identifikasi factor resiko individu terhadap pengaktifan berulang tuberculosis, contoh
tahapan bawah (alkoholisme, mal nutrisi/ bedah bypass intestinal), gunakan obat penekan
imun/ fortikosteroid adanya diabetes mellitus, kanker, kalium.
g. Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat
h. Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara periodic terhadap sputum untuk
lamanya terapi
Diagnosa 2 : Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan sekret kental/ sekret
darah.
Tujuan : Jalan nafas efektif
Kriteria hasil : Mempertahankan jalan napas pasien Mengeluarkan sekret tanpa bantuan
Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki / mempertahankan bersihan jalan napas
Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan / situasi
Mengidentifikasi potensial, komplikasi dan lakukan tindakan tepat
Rencana Tindakan :
Mandiri
a. Penggunaan otot aksesori
b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif : catat karakter, jumlah
sputum, adanya hepopisis.
c. Berikan pasien posisi semi fowler tinggi, bantu pasien untuk batuk dan latihan napas
dalam
d. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea : penghisapan sesuai keperluan
e. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml / hari kecuali kontra indikasi Kolaborasi
f. Lembabkan udara / oksigen inspirasi
g. Beri obat-obatan sesuai indikasi : agen mukolitik, contoh asetils sistein (mucomyst)
Bronco dilator, contoh okstripillin (choledyl) ; teofilin (theo-dur) Kortikosterid
(prednison)
h. Bersiap untuk / membantu intubasi darurat
H. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tujuan pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan
dan memfasilitasi koping.
1. Tahapan tindakan perawatan terdapat dua tahap dalam tindakan keperawatan
a. Tahap Persiapan
Mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan :
1) Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap perencanaan
2) menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang diperlukan
3) Mengetahui komplikasi dan tindakan keperawatan yang mungkin timbul
4) Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan
5) Mempersiapkan lingkungan yang kognitif sesuai tindakan yang akan dilaksanakan
6) Mengidentifikasikan aspek-aspek hukum dan etik terhadap resiko dan potensial tindakan
b) Tindakan Terapeutik
Untuk mengurangi, mencegah dan mengatasi masalah klien
c) Tindakan Edukatif
Untuk merubah perilaku klien melalui promosi kesehatan dam pendidikan kesehatan pada klien
d) Tindakan Merujuk
Ditekankan padal kemampuan perawat dalam mengambil keputusan klinik tentang keadaan klien
dan kemampuan melaksanakan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya.
2) Interdependen
Tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan kerja sama dengan
tenaga kesehatan lainnya. Misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi dan dokter.
3) Dependen
Tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencan tindakan medis. Tindakan tersebut
menandakan suau cara dimana tindakan medis dilaksanakan.
c. Tahap Dokumenter
I. Evaluasi Keperawatan
a. Pengertian
Merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan dengan cara melakuakan identifikasi
sajauh mana tujuan dan rencana keperawatan tercapai atau tidak.
b. Jenis Evaluasi
1. Evaluasi Formatif : menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan Rencana
Tindakan dengan respon segera.
2. 2) Evaluasi sumatif : merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status
pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada setiap tahap
perencanaan.
Evaluasi juga sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai criteria tertentu yang
membuktikan apakah tujuan tercapai, atau tercapai sebagian.
Tujuan tercapai apabila tujuan tercapai secara keseluruhan.
Tujuan tercapai sebagai apabila tujuan tidak tercapai secara keseluruhan sehingga masih perlu
dicari berbagai masalah atau penyebabnya.
Tujuan tidak tercapai apabila tidak menunjukkan adanya perubahan kearahan kemajuan
sebaimana criteria yang diharapkan.
c. Tahap Evaluasi
Penentuan keputusan yang mengacu pada tujuan, terdapat 3 kemungkinan keputusan tahap ini:
1. Klien telah mencapai hasil yang telah ditentukan dalam tujuan
2. Klien masuk dalam proses mencapai hasil yang ditentukkan
3 . Klien tidak dapat mencapai hasil yang ditentukkan
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
Tn.”P” jenis kelamin laki-laki, umur 65 tahun, berobat selama 2 bulan d dr mien dengan
diagnose asam urat dan TB Paru pengobatan masih lanjut, klien sudah menikah, agama Islam,
pendidikan terakhir SMP, Bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa Sunda, pekerjaan
Tani, alamat Kp. Puncakmanis RT 01/RW 09 Desa.Sukajaya Kec. Cugenang Kab Cianjur,
sumber informasi dari klien dan isteri klien.
2. Resume
Klien Tn. “P” 65 Tahun datang ke ……………tanggal 15 Oktober 2011 pukul 12.00 WIB
dengan keluhan mual dan muntah sudah 2 hari yang lalu, napsu makan menurun, sesak napas.
tanda-tanda vital dengan hasil TD 170/90 mmHg, N 84 x/mnt, P 22 x/menit, Suhu 36oC..
Masalah keperawatan yang didapat yaitu bersihan jalan napas. Tindakan mandiri perawat dengan
memberikan posisi semi fowler, memasang 02 2 liter/menit via kanul nasal, melonggarkan
pakaian, memberikan minum air hangat, melakukan tindakan kolaborasi dengan memasang
infuse Dextrose 5 % 28 tetes/menit, memberikan obat injeksi 1 ampul Acran (150 mg), 1 ampul
Invomit (4 mg). memeriksakan darah DPL, ureum, creatinine, Na, K, Cl, GDS, SGOT, SGPT
dengan hasil. Hb 15.2 g/dl (13.5-18.0), Lekosit 5.70 10^3/uL(5.00-10.00), LED 2 mm/jam
(<10), Trombosit 216 10^3/uL (150-450), Ht : 44 % (38.0-54.0), ureum 41 mg/dl (13-49),
creatinin 1.6 mg/dl (0.7-1.3), Natrium, 140 mmol/L (136-146), kalium 3.9 mmol/L (3.5-
5.0), Clorida 111 mmol/L (98-106), GDS 118 mg/dl (80-140), SGOT 263 u/L
(< 34), SGPT 123 u/L (< 73). Pukul 13.00 WIB klien dipindahkan ke ruang perawatan
kenangan kamar 2 bed 10 dengan keluhan sesak, rasa mual masih
ada, kepala pusing dan badan terasa lemas. Masalah keperawatan yang muncul yaitu gangguan
pola napas dan gangguan nutrisi. Dilakukan tindakan mandiri dengan memberikan posisi semi
fowler, memberikan O2 2liter/menit via kanul nasal, memberikan lingkungan yang nyaman,
memberikan air hangat, mengukur tanda-tanda vital dengan hasil TD 110/70 mmHg, N 80
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Keperawatan Sekarang
Keluahan utama terasa sesak setelah beraktivitas, mual dan muntah 2 hari yang lalu.
Kronologis keluhan : factor pencetus setelah minum obat OAT selama 2 minggu, timbul
keluhan secara bertahap, lamanya sudah 2 hari, upaya mengatasi dengan berobat ke
dokter.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat penyakit sebelumnya pada tahun 1974 pernah menderita TB Paru dan
pengobatan selama 6 bulan dan dinyatakan sembuh, selanjutnya klien tidak pernah
kontrol. Riwayat alergi obat tidak ada, Alergi makanan yaitu udang dan ikan tongkol,
riwayat pemakaian obat yaitu Etambutol, ripamfizin dan pirazinamid.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga (genogram dan keterangan tiga generasi dari klien)
Keterangan :
: Laki-laki : Klien
Pola kebiasaan sebelum sakit. Pola nutrisi, frekwensi makan 3 x/hari, nafsu makan kurang
karena mual dan kadang muntah, porsi makan yang dihabiskan ½ porsi, makanan yang tidak
disukai tidak ada, makanan yang membuat alergi yaitu udang dan ikan tongkol, makanan
pantangan tidak ada, makanan diet tidak ada, penggunaan obat-obatan sebelum makan tidak ada,
penggunaan alat bantu makan tidak ada. Pola eliminasi, BAK frekwensi 8 x/hari, warna kuning
jernih, penggunaan alat bantu (kateter) tidak ada, BAB frekwensi 1 – 2 x/hari , waktu pagi hari,
warna kuning, konsistensi lembek, keluhan saat BAB tidak ada, penggunaan laxatife tidak ada.
Pola personal hygiene, mandi frekwensi 2 kali/ hari, waktu pagi dan sore, oral hygiene frekwensi
2 kali/hari waktu pagi dan sore, cuci rambut 3 kali / minggu. Pola istirahat / tidur, lama tidur
siang 1 jam / hari, lama tidur malam 9 jam / hari, kebiasaan sebelum tidur tidak ada. Pola
aktivitas dan latihan, waktu bekerja tidak ada, olah raga kadang jalan kaki, frekwensi
Pola kebiasaan dirumah sakit. Pola nutrisi, frekwensi makan 3 x/hari, nafsu makan kurang baik,
porsi makan yang dihabiskan ¾ porsi, makanan yang tidak disukai tidak ada, makanan yang
membuat alergi udang, makanan pantangan tidak ada, makanan diet lunak DH 3, penggunaan
obat-obatan sebelum makan tidak ada, penggunaan alat bantu makan tidak ada. Pola eliminasi,
BAK frekwensi 10 x/hari, warna kuning seperti teh, penggunaan alat bantu (kateter) tidak ada,
BAB frekwensi 2 x/hari , waktu pagi hari, warna kuning, konsistensi padat, keluhan saat BAB
tidak ada, penggunaan laxatife tidak ada. Pola personal hygiene, mandi frekwensi 2 kali/ hari,
waktu pagi dan sore, oral hygiene frekwensi 2 kali/hari waktu pagi dan sore, cuci rambut belum
pernah selama dirumah sakit. Pola istirahat / tidur, lama tidur siang tidak pasti, lama tidur malam
8 jam / hari, kebiasaan sebelum tidur tidak ada.
Pola aktivitas dan latihan, waktu bekerja tidak ada, olah raga tidak dilakukan, keluhan saat
beraktivitas klien mengatakan napas berat saat berjalan ke kamar mandi. Kebiasaaan yang
mempengaruhi kesehatan kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan : klien tidak merokok, klien
tidak mengkonsumsi minuman keras / NAPZA.
4. Pengkajian fisik
Pengkajian fisik dilakukan pada tanggal 19 Oktober 2011 pukul 09.00 WIB, pemeriksaan fisik
umum, berat badan sekarang 58 Kg, berat badan sebelum sakit 65 Kg (1 bulan yang lalu),
tinggi badan 156 cm, keadaan umum sedang, pembesaran kelenjar getah bening tidak ada.
Sistem penglihatan : posisi mata simetris , kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal,
konjungtiva merah muda, kornea keruh/berkabut, sclera ikerik, pupil isokor, otot mata tidak ada
kelainan, fungsi penglihatan kabur, tanda-tanda radang tidak ada, pemakaian kacamata jenis
positif (+8), pemakaian lensa kontak tidak ada, reaksi terhadap cahaya positif.
Sistem pernafasan, jalan nafas tidak ada sumbatan slym, pernapasan sesak dan berat serta cepat,
tidak menggunakan otot bantu pernafasan, frekuensi 20 x/ menit, irama teratur, jenis pernapasan
spontan, kedalaman dangkal, batuk ada kadang-kadang, sputum ada warna putih, konsistensi
kental, tidak terdapat darah, palpasi dada vesikuler, perkusi dada redup, suara napas ronchi, nyeri
saat bernapas ada, tidah menggunakan alat bantu napas.
Sistem kardiovascular : sirkulasi peripher nadi 80 x/ menit, irama teratur, denyut kuat, tekanan
darah 90/70 mmHg, tidak ada distensi vena jugularis, temperatur kulit hangat, warna kulit pucat,
pengisian kapiler 2 detik, tidak ada edema. Sirkulasi jantung ; kecepatan denyut epical 88
x/menit, irama tidak teratur, tidak ada kelainan bunyi jantung, sakit dada saat beraktivitas seperti
tertimpa benda berat skala nyeri 2-3.
Sistem hematologi : gangguan hematologi : pucat tidak ada, tidak ada perdarahan. Sistem syaraf
pusat : keluhan sakit kepala pusing, tingkat kesadaran komposmentis, GCS; E 4, M 6, V 5.
tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, tidak ada gangguan sistem persyarafan. Pemeriksaan
reflex : reflex fisiologis normal, reflex patologis : tidak.
Sistem pencernaan ; keadaan mulut : gigi tidak ada caries, tidak menggunakan gigi palsu,
stomatitis tidak ada, lidah tidak kotor, saliva normal, tidak ada muntah, tidak ada nyeri didaerah
perut, bising usus 10 x/ menit, tidak ada diare, warna faeces kuning, konsistensi setengah padat,
tidak ada konstipasi, hepar tidak teraba, abdomen lembek.
Sistem endokrin ; tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, poliuri,
polidipsi dan poliphagi tidak ada, tidak terdapat luka gangren.
Sistem integumen ; turgor kulit baik, temperature hangat, warna pucat, keadaan baik, tidak ada
bekas insisi operasi, tidak ada gatal-gatal, tidak ada kelainan kulit, kondisi kulit post pemasangan
infuse agak kemerahan, bengkak dan ditekan terasa nyeri, Keadaan rambut, tekstur baik dan
bersih.
Sistem musculoskeletal ; tidak ada kesulitan dalam pergerakan tidak ada sakit pada tulang dan
sendi, tidak ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk tulang sendi, tidak ada kelainan struktur tulang
belakang. keadaan tonus otot baik, kekuatan otot.
Data tambahan (pemahaman tentang penyakit) : keluarga belum memahami tentang penyakit
yang diderita oleh klien.
5. Data penunjang
Hasil hematologi tanggal 15 oktober 2011 Hb 15.2 g/dl (13.5-18.0), Lekosit 5.70
10^3/uL(5.00-10.00), LED 2 mm/jam (<10), Trombosit 216 10^3/uL (150-450), Ht : 44.0 %
(38.0-54.0). kimia klinik ureum 41 mg/dl (13-49), creatinin 1.6 mg/dl (0.7-1.3), SGOT 263
u/L (< 34), SGPT 123 u/L (< 73), GDS 120 mg/dl (80-140). Hasil foto thorax kesan : TB Paru
lama aspek aktif. Hasil mikrobiologi BTA I negatif, BTA II negatif, BTA III negatif, kimia
klinik Natrium, 140 mmol/L (136-146), kalium 3.9 mmol/L (3.5-5.0), Clorida 111 mmol/L
(98-106). Hasil GDS tanggal 18 Oktober 2011 jam 22 hasil 118 mg/dl (80 – 140), hasil
laboratorium tanggal 20 Oktober 2011 Kimia klinik Alk fosfatase 58 u/L (1-240), Bill T 0.65
mg/dl (0.30-1.20), Bill direk 0.31 mg/dl (< 0.2), Bill Indirek 0.32 mg/dl (0.00 – 1.00), T
Protein 5.9 g/dl (5.7 -8.2), Alb 3.7 g/dl (3.2 – 4.8), Globulin 2.2 g/dl (1.8 – 5.3), SGOT 29
u/L (< 34), SGPT 61 u/L (< 73), gamma GT 54 u/L (< 79).
7. Data fokus
Data subjektif : klien mengatakan napas terasa sesak dan cepat setelah beraktivitas (pergi ke
kamar mandi), mual kadang-kadang, nafsu makan masih kurang, berat badan sebelum sakit 65
Kg (satu bulan yang lalu), batuk kadang-kadang, slym tidak ada, badan terasa lemas, kepala
terasa pusing saat bangun tidur, bila malam badan terasa panas, klien pernah menderita TB Paru
pada tahun 1974, minum obat selama 6 bulan dan tidak pernah kontrol kembali, klien masih
suka bertanya tentang penyakitnya.
Data Objektif :
Hasil TTV ; tekanan darah 90/70 mmHg, pernapasan 20 x/menit, Suhu 37.2 oC, Nadi 80
x/menit, klien tampak agak lemah, batuk ada, makan tidak habis 1 porsi, Hasil foto thorax kesan
: TB Paru lama aspek aktif. Hasil mikrobiologi BTA I negatif, BTA II negatif, BTA III negatif,
Hasil hematologi tanggal 15 oktober 2011 Hb 15.2 g/dl (13.5-18.0), Lekosit 5.70
10^3/uL(5.00-10.00), LED 2 mm/jam (<10), Trombosit 216 10^3/uL (150-450), Ht : 44.0 %
(38.0-54.0). kimia klinik ureum 41 mg/dl (13-49), creatinin 1.6 mg/dl (0.7-1.3), SGOT 263
u/L (< 34), SGPT 123 u/L (< 73), GDS 120 mg/dl (80-140). Hasil foto thorax kesan : TB Paru
lama aspek aktif. kimia klinik Natrium, 140 mmol/L (136-146), kalium 3.9 mmol/L (3.5-5.0),
Clorida 111 mmol/L (98-106). Hasil GDS tanggal 18 Oktober 2011 jam 22 hasil 118 mg/dl (80
– 140), hasil laboratorium tanggal 20 Oktober 2011 Kimia klinik Alk fosfatase 58 u/L (1-240),
Bill T 0.65 mg/dl (0.30-1.20), Bill direk 0.31 mg/dl (< 0.2), Bill Indirek 0.32 mg/dl (0.00 –
1.00), T Protein 5.9 g/dl (5.7 -8.2), Alb 3.7 g/dl (3.2 – 4.8), Globulin 2.2 g/dl (1.8 – 5.3),
SGOT 29 u/L (< 34), SGPT 61 u/L (< 73), gamma GT 54 u/L (< 79).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan sputum sulit dikeluarkan.
2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
3. Resiko tinggi penularan penyakit berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
4. Gangguan pemenuhan kebersihan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas.
Pelaksanaan :
Tanggal 25 Maret 2014
Pukul 10.00 WIB menganjurkan klien untuk banyak istirahat dan kalau perlu BAK ditempat
tidur, menganjurkan bila minum dengan air hangat. Pukul 11.00 WIB mengukur TTV dengan
hasil tekanan darah 170/90 mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 20 x/menit, suhu 37.2 oC.
12.30 WIB memberikan obat 1 sdm fartolin. Pukul 14.00 WIB mengobservasi klien masih terasa
sesak setelah beraktivitas, badan masih terasa lemas, batuk masih ada, sputum tidak ada,
menganjurkan klien untuk batuk efektif. Pukul 15.00 WIB mengukur TTV dengan hasil tekanan
darah 130/80 mmHg, nadi 88 x/menit, pernapasan 20 x/menit, suhu 36.8 oC. Pukul 18.00
WIB memberikan obat oral 1 Cth Fartolyn syrup. Pukul 23.00 WIB mengukur TTV dengan hasil
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 18 x/menit, suhu 36.5 oC.
Evaluasi
Tanggal 8 April 2014
Subjek : klien mengatakan batuk dan sesak masih ada
Objektif : klien masih tampak sesak setelah beraktivitas, batuk kadang-kadang, tekanan
darah 130/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 20 x/menit, suhu 37.2 oC.
Analisa : tujuan belum tercapai
Planing : intervensi dilanjutkan
a. Awasi tanda tanda vital
b. Memberikan o2 2 L/menit bila di perlukan.
c. Memberikan minum air hangat.
d. Ajarkan klien untuk batuk efektif.
e. Meberikan obat sirup fertolin 1sdm dan ½ tab lasik.
f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat inhalasi.
2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Data Subjektif : Klien mengatakan sudah minum obat OAT selama 2 minggu, 2 hari sebelum
masuk rumah sakit timbul mual dan muntah, nafsu makan menurun, badan terasa lemas, dalam
waktu 1 bulan berat badan turun 7 Kg, berat badan sebelum sakit … Kg (satu bulan yang lalu),
berat badan sekarang 30 Kg, tinggi badan …. cm.
Data Objektif : Makan habis ¾ porsi, berat badan sekarang 58 Kg, tinggi badan 156 cm,
SGOT 263 u/L (< 34), SGPT 123 u/L (< 73), Bill T 0.65 mg/dl (0.30-1.20), Bill direk 0.31
mg/dl (< 0.2), Bill Indirek 0.32 mg/dl (0.00 – 1.00), Alb 3.7 g/dl (3.2 – 4.8).
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi selama dalam perawatan
Kriteria hasil : berat badan stabil, makan bisa habis 1 porsi, mual dan muntah tidak ada.
Rencana tindakan :
a. Kaji tingkat nutrisi klien, intake oral, jumlah kalori, makanan yang disukai, pola makan.
b. Anjurkan makan sedikit tapi sering dalam keadaan hangat dan bervariasi.
c. Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan
Pelaksanaan :
Tanggal 25 Maret 2014
Pukul 11.00 WIB menganjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering. Pukul 12.00 WIB
menganjurkan kepada klien agar menghabiskan makanan agar badan tidak lemas, klien makan
habis ¾ porsi. 12.30 WIB memberikan obat 1 tab Hp Pro. Pukul 14.00 WIB mengobservasi
klien mengatakan mual masih ada. Pukul 18.00 WIB mengobservasi klien makan habis ¾ porsi,
memberikan obat oral 1 tab HP Pro, 1 tab Curliv. Pukul 19.00 WIB kolaborasi dengan dokter
besok akan diperiksakan billirubin, SGOT, SGPT, albumin/globulin.
Evaluasi
Tanggal 29 April 2014
Subjektif : klien mengatakan mual masih ada, muntah tidak ada
Observasi : makan tidak habis 1 porsi SGOT 236 u/L, SGPT 123 u/L
Analisa : tujuan belum tercapai
Planing : intervensi dilanjutkan
a. Anjurkan makan sedikit tapi sering dalam keadaan hangat dan berfariasi
b. Timbang berat badan klien tiap satu minggu sekali sesuai kondisi klien.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memenuhi kebutuhan gizi (diet TKTP)
d. Memberikan obat obat oral 1tab Hp pro, 1 tab curliv
Pada Bab Ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang terdapat pada teori dan kasus
yang penulis dapatkan dalam melakukan penerapan Asuhann Keperawatan pada Tn. S dengan
Tuberculosis Paru diruang Kenanga Rumah Sakit PELNI Jakarta selama 3 hari perawatan
dimulai dari tanggal 25 maret, 8 april,22 april, 29 April 2014 melalui asuhan keperawatan terdiri
dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan
keperawatan dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian Keperawatan
Penyebab Tuberculosis Paru adalah mycobacterium tuberculosis. Faktor predisposisi yang
ditemukan yaitu faktor usia, kebiasaan merokok waktu muda. Sedangkan pada kasus penyebab
Tuberculosis sama dengan teori. Manifestasi klinis pada teori dan kasus sama yaitu penurunan
berat badan, batuk, penurunan napsu makan (anoreksia), kelemahan, mual dan muntah suhu sub
febris. Pada pemeriksaan diagnostik secara teori ada kesamaan dengan kasus yaitu pemeriksaan
sputum BTA 3 kali, foto thorak, dan LED, elektrolit, SGOT, SGPT. Sedangkan pemeriksaan
diagnostik yang ada pada teori tetapi tidak dilakukan pada kasus yaitu pemeriksaan ziehl-neeseh,
tes TB (PPD) karena klien sudah lama menderita TB Paru pada tahun 1974, kultur jaringan
biopsi, pemeriksaan fungsi paru tidak dilaksanakan karena tidak ada indikasi untuk tindakan
tersebut. Elisa karena usia klien yang sudah 65 tahun. Pada farmakoterapi yang ada pada teori
yaitu dengan OAT, sedangkan klien saat ini dalam pengobatan hepatitis karena hasil SGOT 236
u/L, SGPT 123 u/L, sementara untuk obat OAT ditunda menunggu hasil SGOT dan SGPT
turun. Pada non farmakoterapi di teori yaitu diit tinggi kalori tinggi protein (TKTP), istirahat
yang cukup (tirah
baring), mengajarkan batuk efektif, olahraga dan pengawasan minum obat. Sedangkan pada
kasus klien diberikan diit DH III karena selain TB paru klien
juga menderita hepatitis, klien sudah istirahat yang cukup, bisa melakukan batuk efektif.
Faktor pendukung yang penulis temukan dalam menegakan diagnosa yaitu adanya data-data
yang menunjang dan mengacu pada diagnosa tersebut serta adanya hasil pengkajian yang
sangat teliti sehingga banyak data yang ditemukan untuk menegakan diagnosa.
C. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan yang ada sesuai perencanaan pada teori dan kasus dari diagnosa Tidak efektif
bersihan jalan napas berhubungan dengan sputum sulit dikeluarkan. Tujuan sudah sesuai
yaitu Pernapasan efektif selama perawatan 1 x 24 jam. Kriteria hasil sudah sesuai yaitu Sesak
tidak ada, cyanosis tidak ada, Tekanan darah 110/70 – 130/90 mmHg, Nadi 60-88 x/menit,
o
Suhu 36-37 C, Pernapasan 16-20 x/menit. Perencanaan yang ada pada teori dan kasus
yaitu Awasi tanda-tanda vital setiap jam 05.00, 11.00, 15.00, 19.00, 23.00 atau bila
diperlukan sewaktu-waktu. Berikan 02 2 liter/menit jika diperlukan. Berikan minum air
hangat. Anjurkan kepada klien untuk batuk efektif. Berikan obat fartolin syr 1 sdm jam
08.00,13.00, dan 18.00 WIB. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat inhalasi.
Diagnosa kedua Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, Tujuan sudah sesuai yaitu kebutuhan nutrisi terpenuhi selama dalam perawatan.
Kriteria hasil sudah sesuai yaitu berat badan stabil, makan bisa habis 1 porsi, mual dan
PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB
muntah tidak ada. Perencanaan yang ada pada teori dan kasus yaitu Kaji tingkat nutrisi klien,
intake oral, jumlah kalori, makanan yang disukai, pola makan. Anjurkan makan sedikit tapi
sering dalam keadaan hangat dan bervariasi. Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah
makan. Timbang berat badan tiap minggu satu kali sesuai kondisi klien. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan komposisi diit yang tepat pada penyakit TB (TKTP). Libatkan
keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi klien. Berikan obat-obat sesuai indikasi 1 tab
Hp Pro dan 1 tab Curliv. Kolaborasi pemeriksaan sampel darah SGOT/SGPT, albumin,
globulin, billirubin dan PTT.
Dalam membuat perencanaan faktor pendukung yang penulis dapatkan yaitu tersediannya
referensi asuhan keperawatan pada klien dengan TB Paru serta bimbingan yang intensif dari
dosen serta dari CI di Ruang Kenanga sehingga memudahkan penulis dalam menyusun
PUSKESMAS CUGENANG TB PARU YB
perencanaan keperawatan. Faktor penghambat yang penulis temukan yaitu terbatasnya
pengalaman dalam membuat perencanaan keperawatan pada klien dengan TB Paru
D. Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap pelaksanaan diagnosa prioritas Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan
dengan sputum sulit dikeluarkan. Pelaksanaan yang sesuai dengan kasus yaitu mengukur
tanda-tanda vital setiap jam 05.00, 11.00, 15.00, 19.00, 23.00 atau bila diperlukan sewaktu-
waktu. memberikan 02 2 liter/menit jika diperlukan. Memberikan minum air hangat.
menganjurkan kepada klien untuk batuk efektif. Memberikan obat fartolin syr 1 sdm jam
08.00,13.00, dan 18.00 WIB. Sedangkan perencanaan yang belum penulis laksanakan yaitu
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat inhalasi karena klien bisa mengeluarkan
sputum sendiri.
Diagnosa kedua, Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, Pelaksanaan yang sesuai dengan kasus yaitu mengkaji tingkat nutrisi klien, intake
oral, jumlah kalori, makanan yang disukai, pola makan. Menganjurkan makan sedikit tapi
sering dalam keadaan hangat dan bervariasi. Memberikan perawatan mulut sebelum dan
sesudah makan. Menimbang berat badan tiap minggu satu kali sesuai kondisi klien.
Melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi klien. Memberikan obat-obat sesuai
indikasi 1 tab Hp Pro dan 1 tab Curliv. Kolaborasi pemeriksaan sampel darah SGOT/SGPT,
albumin, globulin, billirubin dan PTT. Sedangkan perencanaan yang belum penulis
laksanakan yaitu kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diit yang tepat
pada penyakit TB (TKTP).
Faktor pendukung yang penulis temukan yaitu klien dan keluarga kooperatif dalam setiap
pelaksaan yang penulis laksanakan. Faktor penghambat yang penulis temukan yaitu adanya
perencanaan yang penulis rencanakan yang tidak bisa dilaksanakan karena keterbatasan
waktu dalam memberikan asuhan keperawatan.
E. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap evaluasi penulis membuat berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang terdapat pada
perencanaan selama dalam melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari dari tanggal 19 – 21
Oktober 2011 penulis mengevaluasi tiap-tiap diagnosa. Untuk diagnosa pertama Tidak efektif
bersihan jalan napas berhubungan dengan sputum sulit dikeluarkan, tujuan tercapai sebagian
ditandai dengan sesak tidak ada, batuk kadang-kadang masih ada, slym bisa keluar. Pada
diagnosa kedua, Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, tujuan tercapai sebagian ditandai dengan mual dan muntah sudah tidak ada, makan
habis 1 porsi, SGOT 29 u/l, SGPT 61 u/l Albumin 3.7 g/dl. Diagnosa ketiga, Resiko tinggi
penularan penyakit berhubungan dengan kurangnya pengetahuan,tujuan tercapai sebagian
ditandai dengan klien sudah menutup mulut saat batuk, dan membuang sputum pada tempat
yang tertutup. Diagnosa keempat, Gangguan pemenuhan kebersihan diri berhubungan dengan
intoleransi aktivitas. tujuan tercapai ditandai dengan klien dapat memenuhi kebutuhan
perawatan diri tanpa bantuan perawat dan keluarga.
Faktor pendukung yang penulis temukan yaitu adanya keterbukaan dari klien mengenai
kondisi yang dirasakan dan kemampuan klien dalam mengekspresikan keluhan yang
dirasakan. Pada tahap ini penulis tidak menemukan hambatan.
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari pada klien dengan Tuberculosis
Paru diruang Kenanga Rumah Sakit PELNI Jakarta dari tanggal 19 Oktober 2011 maka
penulis dapat menarik kesimpulan dan memberikan saran sebagai berikut.
Dari hasil pengkajian penyebab dari TB Paru adalah kuman mycrobakterium tuberculosis.
Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak/ lipid. Lipid inilah yang membuat kuman
menjadi tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisisk. Kuman
dapat tahan hidup pada udara kering/ dingin. Atau dapat bertahan bertahun-tahun dalam
lemari es. Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dorman, dari sifat dorman ini
kuman dapat bangkit kembali dan menjadi tuberculosis aktif lagi. Manifestasi klinis pada
teori dan kasus sama yaitu penurunan berat badan, batuk, penurunan napsu makan
(anoreksia), kelemahan, mual dan muntah. Pemeriksaan diagnostic pada TB paru adalah BTA
3 kali, DPL, LED, Na, K, Cl, Albumin, Globulin, foto thorax. Farmakoterapi yang diberikan,
klien saat ini dalam pengobatan hepatitis karena hasil SGOT 236 u/L, SGPT 123 u/L,
sementara untuk obat OAT ditunda menunggu hasil SGOT dan SGPT turun. Pada non
farmakoterapi diit tinggi kalori tinggi protein (TKTP) tidak diberikan karena pada kasus klien
masih ada mual, hasil SGOT 236 u/L, SGPT 123 u/L, dan diit yang diberikan yaitu diit DH
III, klien tidak merokok dan minum alcohol, klien sudah istirahat yang cukup, bisa
melakukan batuk efektif. Klien tidak olahraga karena klien mengeluh lemas dan merasa sesak
setelah beraktivitas dan tidak ada pengawas minum obat karena klien belum diprogramkan
mendapat obat OAT.
sDiagnosa Keperawatan prioritas yaitu tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan
sputum sulit dikeluarkan. Diagnosa kedua resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan anoreksia. Diagnosa ketiga resiko tinggi penularan penyakit
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan. Diagnosa keempat gangguan pemenuhan
kebersihan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas. Pelaksanaan dari keempat dignosa
sudah sesuai dengan rencana tindakan yang disusun yaitu mulai dari persiapan, intervensi dan
dokumentasi. Pelaksanaan yang dilakukan pada diagnosa prioritas penulis melaksanakan
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Dalam memberikan asuhan keperawatan sebaiknya penulis lebih teliti lagi dalam
mengkaji masalah yang ada dan masalah yang mungkin muncul pada klien.
2. Penulis dan perawat ruangan agar lebih memonitoring hasil laboratorium untuk
menunjang dalam menegakan diagnosa.
3. Penulis dan perawat dapat lebih meningkatkan kwalitas asuhan keperawatan yang lebih
baik untuk klien dan keluarga dalam memberikan pelayanan secara komprehensif serta
dapat bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya.
4. Perawat dan penulis khususnya harus lebih meningkatkan pengetahuan agar dapat
meningkatkan kwalitas asuahan keperawatan yang lebih baik untuk klien dan keluarga.
5. Perawat dapat memotivasi pada klien untuk melakukan diit, olahraga sesuai dengan
kemampuan klien.
6. Perawat memberikan saran kepada klien untuk minum obat teratur (tidak terputus) dan
control ke dokter secara teratur.
7. Perawat memberikan pembelajaran kepada klien dan keluarga untuk memperhatikan
lingkungan (rumah ada jendela, menjemur kasur minimal 1 kali dalam seminggu)
Arjatmo Tjokronegoro, dkk. (2003) Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II. Jakarta: FKUI
SS
Aru, W Sudoyo. (2007). Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III. Jakarta: FKUI
Doenges, Marilyn. (2000). Alih Bahasa : I Made Kariasa. Rencana Asuhan Keperawatan
Edisi 3. Jakarta : EGC
James, Chin. (2006). Manual Pemberantasan Penyakit Menular Edisi 17. Jakarta : EGC
Ni Luh Gede Yasmin Asih, Skp. (2004). Keperawatan Medical Bedah Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : EGC
Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan : konsep dan Edisi Pertama.
Jakarta: Salemba Medika
Soeparman Sarwono Waspadji. (1998). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI
Somantri Irman. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika
Sylvia A. Price dan Mary P. Standridge. (2005). Alih Bahasa : Brahm N. Pendit.
Patofisiologi. Jakarta : EGC