Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui beberapa situs yang sering dibuka oleh siswa
2. Mengetahui dampak yang terjadi pada siswa yang diakibatkan seringnya
membuka internet
3. Mengetahui pengaruh internet terhadap pola belajar siswa
1.4 MANFAAT
1. Memberikan informasi pada para pelajar tentang dampak yang ditimbulkan
akibat terlalu sering dan lama menggunakan internet
2. Memberikan informasi pada para pelajar mengenai hal-hal sederhana yang dapat
mencegah dan mengatasi dampak negatif dari penggunaan internet
BAB II
KAJIAN TEORI
Istilah INTERNET berasal dari bahasa Latin inter, yang berarti “antara”. Secara kata
per kata INTERNET berarti jaringan antara atau penghubung. Internet sudah ada sejak
tahun 1960-an. Awalnya, internet berupa jaringan komputer bernama ARPA. Jaringan
ARPA dibuat oleh Depertemen Pertahanan Amerika Serikat. Ketika itu, kegunaannya
ialah untuk kepentingan Militer. Jaringannya terus berkembang luas hingga
menghubungkan komputer-komputer yang ada di ribuan Perguruan Tinggi dan
perusahaan di Amerika Serikat.Kemudian pada tahun 1980-an jaringan komputer yang
terhubung semakin banyak. Kumpulan jaringan komputer inilah yang sekarang disebut
sebagai internet. Pada tahun 1990-an hingga saat ini, internet terus berkembang sangat
pesat meliputi ribuan jaringan dan jutaan pengguna di seluruh dunia.
Pengertian belajar dari Wikipedia Bahasa Indonesia adalah perubahan yang relatif
permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau
latihan yang diperkuat. Sedangkan pengertian belajar menurut para ahli sebagai berikut :
1. Winkle, belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengelolaan pemahaman
2. Ernest R. Hilgard (Suryabrata, Sumardi. 1984:252), belajar merupakan proses
perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan,
yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Sifat
perubahan relatif permanen, tidak akan kembali pada keadaan semula.
3. Gagne (The Conditions of Learning, 1977) belajar merupakan sejenis perubahan
yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaannya berbeda dari
sebelum individu beradadalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang
serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda
dengan perubahan serta-merta akibatrefleks atau perilaku yang bersifat naluriah
4. Moh. Surya (1981:32) definisi belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
Gagne menggolongkan pola-pola belajar siswa ke dalam delapan tipe di mana yang
satu merupakan prasyarat bagi yang lainnya yang lebih tinggi tingkatannya. Masing-
masing tipe dapat dibedakan dari yang lainnya dilihat dari kondisi yang diperlukan buat
berlangsungnya proses belajar bagi yang bersangkutan. Kedelapan tipe tersebut adalah:
Tipe 1, Signal Learning (belajar isyarat). Tipe ini merupakan tahap yang paling
dasar, sehingga tidak menuntut persyaratan, namun merupakan tingkat yang harus dilalui
untuk tipe belajar yang lebih tinggi. Signal learning dapat diartikan sebagai proses
penguasaan pola-pola dasar perilaku bersifat involuntary (tidak disengaja dan tidak disadari
tujuannya). Dalam tipe ini terlibat aspek reaksi emosional di dalamnya. Kondisi
yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini telah diberikannya secara serempak
dan berulang kali.
Tipe 4, Discrination learning (belajar membedakan). Dalam tipe ini, peserta didik
mengadakan seleksi dan pengujian antara dua perangsang atau sejumlah stimulus yang
diterimanya, kemudian memilih pola-pola respon yang dianggap paling sesuai. Kondisi
utama dalam berlangsungnya proses belajar ini adalah siswa rnempunyai kemahiran
melakukan chaining dan association serta pengalaman (pola S-R).
Tipe 6, Rule Learning (belajar membuat generalisasi, hukum, dan kaidah). Pada
tingkat ini, siswa belajar mengadakan kombinasi berbagai konsep dengan rnengoperasikan
kaidah-kaidah logika formal (induktif, deduktif, analisis, sintesis, asosiasi, diferensiasi,
komparasi, dan kausalitas) sehingga anak didik dapat menemukan kesimpulan tertentu yang
mungkin selanjutnya dapat dipandang sebagai aturan: prinsip, dalil, aturan, hukum, kaidah
dan sebagainya.
Tipe 7, Problem Solving (belajar memecahkan masalah). Pada tingkat ini, siswa
belajar merumuskan dan memecahkan masalah, memberikan respon terhadap rangsangan
yang menggambarkan atau nembangkitkan situasi problematik, mempergunakan berbagai
kaidah yang telah dikuasainya. Menurut John Dewey belajar memecahkan masalah ini
berlangsung sebagai berikut: individu menyadari masalah bila dia dihadapkan pada situasi
keraguan dan kekaburan sehingga merasakan adanya kesulitan.
2.4 Dampak Positif Internet