Professional Documents
Culture Documents
A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang
berdasarkan praktik, pengalaman, pengetahuan dan budaya. Hal ini terkait dengan proses
belajar mengajar yakni bagaimana interaksi antara siswa dan guru dalam mencapai tujannya.
Seorang guru harus bersikap arif, bijaksana dan penuh kasih sayang sebagai landasan dalam
mentranformasikan ilmu pengetahuan, sikap dan budaya, bahkan guru dituntut untuk
senantiasa mengetahui karakteristik peserta didik.
Peserta didik mempunyai karakter yang berbeda-beda tentunya ini menjadi kesulitan
sendiri bagi pihak sekolah bahkan yang berhubungan langsung dengan peserta didik yaitu
guru. Adanya karakter siswa yang berbeda dengan dengan karakter siswa normal yang sering
dianggap sebagai siswa yang nakal, malas, lambat, bodoh, dan sebagainya. Padahal belum
tentu pandangan guru akan hal itu benar, mungkin saja mereka para siswa merasa kesulitan
dalam menerima pelajaran karena tidak bisa memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Hal tersebut bisa dikarenakan ketidaksesuaian antara gaya belajar siswa dan guru sehingga
terjadi ketidak seimbangan dalam proses belajar. Sebaliknya jika gaya belajar guru dengan
siswa sesuai, semua pelajaran yang diberikan guru akan terihat sangat mudah dan guru dapat
senang dan menganggap siswa-siswanya memiliki kecerdasan dan potensi. Sebagai seorang
guru hendaknya mengajar dengan dengan cara-cara yang tidak menjadikan beban bagi
peserta didik, merubah pola pikir dalam membelajarkan anak didiknya. Dan yang harus kita
pahami adalah masing-masing peserta didik memiliki kemampuan dan keistimewaan.
Berdasarkan hal tersebut pendidik dituntut harus mampu menggunakan berbagai
model pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar. Hal ini dilatar
belakangi bahwa peserta didik bukan hanya sebagai objek tetapi juga merupakan subjek
dalam pembelajaran. Peserta didik harus disiapkan sejak awal untuk mampu bersosialisasi
dengan lingkungannya sehingga berbagai jenis model pembelajaran dapat digunakan oleh
pendidik. Model-model pembelajaran sosial merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat
digunakan di kelas dengan melibatkan peserta didik secara penuh (student center) sehingga
peserta didik memperoleh pengalaman dalam menuju kedewasaan, melatih kemandirian,
serta dapat belajar dari lingkungan kehidupannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana multimodalitas dalam pemecahan suatu masalah?
2. Bagaimana identifikasi modalitas belajar siswa sebagai dasar untuk memecahkan
masalah?
3. Bagaimana imlementasi modalitas dalam pembelajaran?
4. Bagaimana kesulitan belajar siswa berdasarkan modalitasnya?
5. Bagaimana upaya-upaya untuk mengatasi kesulitan modalitas siswa?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian multimodalitas dalam pemecahan masalah
2. Menguraikan identifikasi modalitas belajar siswa sebagai dasar untuk memecahkan
masalah
3. Mendeskripsikan imlementasi modalitas dalam pembelajaran
4. Mendeskripsikan kesulitan belajar siswa berdasarkan modalitasnya
5. Menjelaskan upaya-upaya untuk mengatasi kesulitan modalitas siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Macam-macam Modalitas
Modalitas belajar adalah cara kita menyerap informasi melalui indera yang kita
miliki. Masing-masing orang mempunyai kecenderungan berbeda-beda dalam menyerap
informasi. Terdapat tiga modalitas belajar ini, yaitu apa yang sering disingkat dengan
VAK: Visual, Auditory, Kinestethic.
Meskipun kebanyakan orang memiliki akses ke ketiga modalitas, hampir semua
orang cenderung pada salah satu modalitas belajar yang berperan sebagai saringan untuk
pembelajaran, pemrosesan, dan komunikasi. Orang tidak hanya cenderung pada satu
modalitas, mereka juga memanfaatkan kombinasi modalitas tertentu yang memberi
mereka bakat dan kekurangan alami tertentu Dalam bukunya Quantum Teaching,
DePorter (2011) memaparkan tiga jenis modalitas belajar, antara lain visual, auditorial,
dan kinestetik.
1. Visual
Modalitas ini mengakses citra visual, yang diciptakan maupun diingat. Warna,
hubungan ruang, potret mental, dan gambar menonjol dalam modalitas ini. Seseorang
yang sangat visual mungkin bercirikan sebagai berikut:
a. Teratur, memperhatikan segala sesuatu, menjaga penampilan.
b. Mengingat dengan gambar, lebih suka membaca daripada dibacakan.
c. Membutuhkan gambaran dan tujuan menyeluruh dan menangkap detail:
mengingat apa yang dilihat.
Belajar melalui melihat sesuatu, suka melihat gambar atau diagram,
pertunjukkan, peragaan atau menyaksikan video. Lirikan keatas bila berbicara,
berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang
peranan penting adalah mata/penglihatan (visual), dalam hal ini metode pengajaran
yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak/dititikberatkan pada peragaan/media,
ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan
cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di
papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh
dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk
duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan
gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan
tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di
dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk
mendapatkan informasi.
2. Auditorial
Modalitas ini mengakses segala jenis bunyi dan kata-diciptakan maupun
diingat. Musik, nada, irama, rima, dialog internal, dan suara menonjol di sini.
Seseorang yang sangat auditorial dapat dicirikan sebagai berikut:
a. Perhatiannya mudah terpecah.
b. Berbicara dengan pola berirama.
c. Belajar dengan cara mendengarkan, menggerakkan bibir/bersuara saat
membaca.
d. Berdialog secara internal dan eksternal.
Belajar melalui mendengar sesuatu, suka mendengarkan kaset audio, ceramah-
kuliah, diskusi, debat dan instruksi (perintah) verbal. Lirikan kekiri/kekanan mendatar
bila berbicara, berbicara sedang-sedang saja. Siswa yang bertipe auditori
mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga (alat pendengarannya), untuk itu
maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya.
Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan
menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori
dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi
rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis
terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya.
Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks
dengan keras dan mendengarkan kaset.
3. Kinestetik
Modalitas ini mengakses segala jenis gerak dan emosi-diciptakan maupun
diingat. Gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional, dan kenyamanan fisik
menonjol di sini. Seseorang yang kinestetik sering:
a. Menyentuh orang dan berdiri berdekatan, banyak bergerak.
b. belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca, menanggapi
secara fisik.
c. Mengingat sambil berjalan dan melihat.
Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung, suka menangani,
bergerak, menyentuh, dan merasakan, mengalami sendiri. Lirikan kebawah bila
berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik
belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk
duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi
sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
Modalitas belajar merupakan satu konsep yang paling penting dan perlu diberi
tumpuan dalam aspek pendidikan di sekolah karena ia merupakan faktor utama
membentuk seseorang individu. Pelajar merupakan seseorang individu yang unik dan
berbeda di antara satu sama lain walaupun mereka berada dalam tahap pembelajaran
yang sama. Perbedaan individu ini merangkumi dari aspek pemikiran, umpan balik,
minat, kecenderungan, pencapaian dan pemahaman. Justru, pelajar-pelajar ini
mempunyai gaya yang tersendiri untuk menerima serta menggunakan rangsangan
dalam proses pembelajaran. Pendekatan yang diambil oleh setiap pelajar adalah
dengan menurut tanggapan subjektif mereka terhadap kehendak pengajar atau konteks
pembelajarannya.
Struktur menengah
Selanjutnya mereka menggambar “ sesuatu yag lain”. Hedy awalnya menyarankan
pada sally untuk menulis struktur kimia. Setelah setiap siswa menyumbangkan ide maka
Heidi diminta untuk menyampaikan isi makalah secara lisan.
11. Heidi: saya pikir kita perlu untuk melakukan sesuatu yang lain?
(menangkupkan tangan kiri diarahkan ke bawah pada tabel) Panel 7
12. Sally: sesuatu yang memiliki sayap... (jejak bentuk segitiga dengan jari)
13. Heidi: Mari kita coba.
14. Sally: saya ingat ada [tiga anggota cincin].
(jejak bentuk segitiga dengan mengepalkan jari) Panel 8
15. Heidi: saya pikir itu benar. Benar, benar.
(Sally hasil menggambar ion bromonium menengah)
16. Heidi: Br, itu positif?
17. Sally: Mari kita coba.
(menambahkan tanda positif untuk carbocation dan menarik ion bromida)
18. Sally: sesuatu seperti itu.
Pemecahan masalah kimia ini melibatkan dua siswa sebagai contoh untuk
melakukan praktek, mengembangkan kemampuan kognitifnya dengan strategi
multimodalitas untuk mengembangkan pengetahuan, melaporkan hasil praktikum, dan
menyajikan pada teman-temannya hasil praktikum serta mengukur tingkat
keabsahannya. Melalui deskripsi khsusu tentang kegiatan-kegiatan yang mengarah pada
pemecahan masalah mmelalui pidato, visual dan gerakan menunjukkan bagaimana
siswa mampu berkolaborasi dengan multimodal untuk memecahkan permasalahan
tersebut. Sementara pengetahuan berbasis konseptual ( Krange & Ludvigsen 2008)
pengetahuan matematika (Chandrasegaran et al. 2009), dan prosedural
pengetahuan diperlukan untuk memecahkan masalah, tidak akan menghalangi
penggunaan multimodal untuk mengembangkan pengetahuan dalam upaya
memecahkan masalah pada suatu kasus.
Kami menggunakan metode untuk memecahan masalah dari perspektif
multimodal. Melalui analisis interaksi, untuk menilai interaksi siswa dalam
memecahkan masalah dilakukan melalui beberapa langkah diantaranya:
a) Melakukan uji pemahaman awal untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
mereka terkait masalah ini.
b) Siswa menyadari penempatan dua bromin pada kelompok ekuatorial untuk
mencegah interaksi 1,3 diaksial.
Penilaian praktek perlu menyertakan setidaknya visual dan lisan mode pada
siswa. Dalam kasus ini siswa lebih mengartikulasi konsepsi mereka dan
mengembangkan pemahaman mereka pada multimodalitas terkait dengan gerakan,
pidato dan tulisan. Posisi gerakan Sally dan Heidi diuraikan dalam bagian
sebelumnya tidak hanya melambaikan tangan. Gerakan tubuh mereka menuangkan
isi pikiran dan mengandalkan multimodal untuk berkomunikasi dengan siswa lainnya
terkait konsep-konsep ilmiah. Melalui ujian ini dua siswa terlibat utuk memecahkan
masalah kimia organik, siswa belajar dengan fokus (Johnstone 2000; Johnstone dan
Kellett 1980) dengan dukungan multimodal untuk memecahkan masalah tersebut.
Keterlibatan siswa dengan kegiatan-kegiatan ilmiah menggunakan
multimodalitas mampu mengembangkan prestasi siswa dan menunjukkan potensi
yang dimiliki dalam pikiran siswa dan selanjutnya bertindak (Kress et al. 2001).
Sementara itu multimodalitas juga penting bagi guru untuk menyampaikan ide-ide
ilmiah melalui media visual maupun cetak. Oleh karena itu siswa perlu diberikan
kesempatan melakukan praktek-praktek ilmiah, dan mengkomunikasikan dengan
teman-temannya untuk mengembangkan pemahaman mereka terkait dengan
fenomena ilmiah (Kozma et al. 2000). Memecahkan masalah kimia yang berfokus
pada bagaimana siswa mungkin mengikuti langkah-langkah procedural seperti
memahami masalahnya, merancangkan rencana, melaksanakan rencana, dan
reflecting atas tindakan-tindakannya.
A. Kesimpulan
Modalitas belajar adalah cara yang cenderung dipilih siswa untuk bereaksi dan
menggunakan perangsang-perangsang dalam menyerap dan kemudian mengatur
serta mengolah informasi pada proses belajar. Tiga jenis modalitas yaitu modalitas
visual, auditorial, dan kinstetik. Ada tiga cara untuk mengidentifikasi modalitas
belajar siswa yaitu observasi secara mendetail terhadap setiap siswa melalui
penggunaan berbagai metode belajar mengajar di kelas, memberikan tugas kepada
siswa untuk melakukan pekerjaan yang membutuhkan proses penyatuan bagian-
bagian yang terpisah, dan survey atau tes modalitas belajar.
Beberapa cara mengaplikasikan permasalahan multimodalitas dalam pemecahan
masalah:
a. Perlu untuk meningkatkan kesadaran konsep multimodalitas antara guru dan
siswa. Berfokus pada aspek komunikasi nonverbal selain menulis dan
berbicara kata-kata untuk membangun, membujuk, dan guru dapat
menyediakan laporan dengan sumber daya baru yang akan meningkatkan
pengajaran.
b. Praktek penilaian harus menyertakan representasi setidaknya baik visual dan
verbal bagi siswa. Misalnya, jika maksud penilaian adalah untuk
memperoleh pemahaman siswa tentang mekanisme reaksi kimia penilaian
harus meliputi berbagai kegiatan seperti ujian lisan dan
tugas kinerja dimana siswa dapat menggunakan tulisan, gerak tubuh, atau
bahkan pemodelan untuk menjelaskan fenomena kimia.
B. Saran
Siswa perlu terlibat untuk memecahkan suatu masalah. Keterlibatan siswa dengan
kegiatan-kegiatan ilmiah menggunakan multimodalitas mampu mengembangkan
prestasi siswa dan menunjukkan potensi yang dimiliki dalam pikiran siswa dan
selanjutnya bertindak (Kress et al. 2001). Oleh karena itu siswa perlu diberikan
kesempatan melakukan praktek-praktek ilmiah, dan mengkomunikasikan dengan
teman-temannya untuk mengembangkan pemahaman mereka terkait dengan
fenomena ilmiah. Selain guru atau pendidik diharapkan dapat betindak secara arif
dan bijaksana dalam memilih metode belajar yang sesuai. Bagi para siswa yang
mengalami kesulitan belajar khususnya dalam pembelajaran biologi, guru dapat
membuat rencana atau persiapan yang merupakan kiat belajar sehingga dapat
meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar.
DAFTAR RUJUKAN