You are on page 1of 18

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3.Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian modalitas belajar ........................................................... 3
2.2. Macam-macam modalitas................................................................ 3
2.3. Identifikasi modalitas belajar siswa ................................................ 6
2.4. Implementasi multimodalitas dalam pemecahan masalah .............. 7
2.5. Kesulitan belajar siswa berdasarkan modalitasnya ......................... 11
2.6. Kesulitan belajar pada pembelajaran visual, auditorial, dan
kinestetik ......................................................................................... 12
2.7. Upaya mengatasi permasalahan dalam modalitas ........................... 13
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ..................................................................................... 15
DAFTAR RUJUKAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang
berdasarkan praktik, pengalaman, pengetahuan dan budaya. Hal ini terkait dengan proses
belajar mengajar yakni bagaimana interaksi antara siswa dan guru dalam mencapai tujannya.
Seorang guru harus bersikap arif, bijaksana dan penuh kasih sayang sebagai landasan dalam
mentranformasikan ilmu pengetahuan, sikap dan budaya, bahkan guru dituntut untuk
senantiasa mengetahui karakteristik peserta didik.
Peserta didik mempunyai karakter yang berbeda-beda tentunya ini menjadi kesulitan
sendiri bagi pihak sekolah bahkan yang berhubungan langsung dengan peserta didik yaitu
guru. Adanya karakter siswa yang berbeda dengan dengan karakter siswa normal yang sering
dianggap sebagai siswa yang nakal, malas, lambat, bodoh, dan sebagainya. Padahal belum
tentu pandangan guru akan hal itu benar, mungkin saja mereka para siswa merasa kesulitan
dalam menerima pelajaran karena tidak bisa memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Hal tersebut bisa dikarenakan ketidaksesuaian antara gaya belajar siswa dan guru sehingga
terjadi ketidak seimbangan dalam proses belajar. Sebaliknya jika gaya belajar guru dengan
siswa sesuai, semua pelajaran yang diberikan guru akan terihat sangat mudah dan guru dapat
senang dan menganggap siswa-siswanya memiliki kecerdasan dan potensi. Sebagai seorang
guru hendaknya mengajar dengan dengan cara-cara yang tidak menjadikan beban bagi
peserta didik, merubah pola pikir dalam membelajarkan anak didiknya. Dan yang harus kita
pahami adalah masing-masing peserta didik memiliki kemampuan dan keistimewaan.
Berdasarkan hal tersebut pendidik dituntut harus mampu menggunakan berbagai
model pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar. Hal ini dilatar
belakangi bahwa peserta didik bukan hanya sebagai objek tetapi juga merupakan subjek
dalam pembelajaran. Peserta didik harus disiapkan sejak awal untuk mampu bersosialisasi
dengan lingkungannya sehingga berbagai jenis model pembelajaran dapat digunakan oleh
pendidik. Model-model pembelajaran sosial merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat
digunakan di kelas dengan melibatkan peserta didik secara penuh (student center) sehingga
peserta didik memperoleh pengalaman dalam menuju kedewasaan, melatih kemandirian,
serta dapat belajar dari lingkungan kehidupannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana multimodalitas dalam pemecahan suatu masalah?
2. Bagaimana identifikasi modalitas belajar siswa sebagai dasar untuk memecahkan
masalah?
3. Bagaimana imlementasi modalitas dalam pembelajaran?
4. Bagaimana kesulitan belajar siswa berdasarkan modalitasnya?
5. Bagaimana upaya-upaya untuk mengatasi kesulitan modalitas siswa?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian multimodalitas dalam pemecahan masalah
2. Menguraikan identifikasi modalitas belajar siswa sebagai dasar untuk memecahkan
masalah
3. Mendeskripsikan imlementasi modalitas dalam pembelajaran
4. Mendeskripsikan kesulitan belajar siswa berdasarkan modalitasnya
5. Menjelaskan upaya-upaya untuk mengatasi kesulitan modalitas siswa.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Modalitas Belajar


Modalitas belajar merupakan gaya belajar yang dimiliki oleh setiap individu yang
merupakan cara termudah dalam menyerap, mengatur dan mengolah informasi (DePorter
dan Hernacki, 2003). Sedangkan menurut Zaini dalam Sundari (2009), modalitas belajar
adalah karakteristik dan preferensi atau pilihan individu untuk mengumpulkan informasi,
menafsirkan, mengorganisasi, merespon, dan memikirkan informasi yang diterima.
Modalitas belajar adalah ungkapan dari rancangan sistem otak-pikiran. Merupakan
kemampuan dasar individu untuk memperoleh dan menciptakan pengalaman. Modalitas
belajar adalah berbagai cara yang digunakan sistem otak-pikiran untuk
mengaksespengalaman (masukan) dan mengungkap pengalaman (luaran). Modalitas
belajar menunjuk pada indera mana yang paling efektif dalam proses belajar seseorang
dalam memahami dunia sekitar.Ketiga-tiganya akan dikembangkan oleh setiap manusia,
namun biasanya akan ada satu indera yang paling dominan dibandingkan yang lain. Indra
dominan tadi yang menentukan cara belajar yang paling efektif.Dari semua indera, yang
paling aktif hanya tiga, yaitu: Visual System, Auditory System, dan Haptic System atau
lebih dikenal sebagai Kinestetic System. DePorter dan Hernacki percaya bahwa dari
ketiga jenis indera inilah gaya belajar seseorang dibentuk (Darhim).
Dalam konteks belajar multimodality menurut penulis dapat diartikan sebagai
penggabungan lebih dari satu tipe gaya belajar. Setiap orang berpotensial memiliki tipe
belajar multimodalitas tergantung bagaimana semua indera yang seseorang tersebut
miliki untuk dilatih. Pada dasaranya dengan multimodalitas seseorang dapat menerima
proses belajar dalam kondisi dengan cara beradaptasi terhadap model pembelajarannya.

B. Macam-macam Modalitas
Modalitas belajar adalah cara kita menyerap informasi melalui indera yang kita
miliki. Masing-masing orang mempunyai kecenderungan berbeda-beda dalam menyerap
informasi. Terdapat tiga modalitas belajar ini, yaitu apa yang sering disingkat dengan
VAK: Visual, Auditory, Kinestethic.
Meskipun kebanyakan orang memiliki akses ke ketiga modalitas, hampir semua
orang cenderung pada salah satu modalitas belajar yang berperan sebagai saringan untuk
pembelajaran, pemrosesan, dan komunikasi. Orang tidak hanya cenderung pada satu
modalitas, mereka juga memanfaatkan kombinasi modalitas tertentu yang memberi
mereka bakat dan kekurangan alami tertentu Dalam bukunya Quantum Teaching,
DePorter (2011) memaparkan tiga jenis modalitas belajar, antara lain visual, auditorial,
dan kinestetik.
1. Visual
Modalitas ini mengakses citra visual, yang diciptakan maupun diingat. Warna,
hubungan ruang, potret mental, dan gambar menonjol dalam modalitas ini. Seseorang
yang sangat visual mungkin bercirikan sebagai berikut:
a. Teratur, memperhatikan segala sesuatu, menjaga penampilan.
b. Mengingat dengan gambar, lebih suka membaca daripada dibacakan.
c. Membutuhkan gambaran dan tujuan menyeluruh dan menangkap detail:
mengingat apa yang dilihat.
Belajar melalui melihat sesuatu, suka melihat gambar atau diagram,
pertunjukkan, peragaan atau menyaksikan video. Lirikan keatas bila berbicara,
berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang
peranan penting adalah mata/penglihatan (visual), dalam hal ini metode pengajaran
yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak/dititikberatkan pada peragaan/media,
ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan
cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di
papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh
dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk
duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan
gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan
tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di
dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk
mendapatkan informasi.
2. Auditorial
Modalitas ini mengakses segala jenis bunyi dan kata-diciptakan maupun
diingat. Musik, nada, irama, rima, dialog internal, dan suara menonjol di sini.
Seseorang yang sangat auditorial dapat dicirikan sebagai berikut:
a. Perhatiannya mudah terpecah.
b. Berbicara dengan pola berirama.
c. Belajar dengan cara mendengarkan, menggerakkan bibir/bersuara saat
membaca.
d. Berdialog secara internal dan eksternal.
Belajar melalui mendengar sesuatu, suka mendengarkan kaset audio, ceramah-
kuliah, diskusi, debat dan instruksi (perintah) verbal. Lirikan kekiri/kekanan mendatar
bila berbicara, berbicara sedang-sedang saja. Siswa yang bertipe auditori
mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga (alat pendengarannya), untuk itu
maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya.
Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan
menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori
dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi
rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis
terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya.
Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks
dengan keras dan mendengarkan kaset.
3. Kinestetik
Modalitas ini mengakses segala jenis gerak dan emosi-diciptakan maupun
diingat. Gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional, dan kenyamanan fisik
menonjol di sini. Seseorang yang kinestetik sering:
a. Menyentuh orang dan berdiri berdekatan, banyak bergerak.
b. belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca, menanggapi
secara fisik.
c. Mengingat sambil berjalan dan melihat.
Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung, suka menangani,
bergerak, menyentuh, dan merasakan, mengalami sendiri. Lirikan kebawah bila
berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik
belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk
duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi
sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
Modalitas belajar merupakan satu konsep yang paling penting dan perlu diberi
tumpuan dalam aspek pendidikan di sekolah karena ia merupakan faktor utama
membentuk seseorang individu. Pelajar merupakan seseorang individu yang unik dan
berbeda di antara satu sama lain walaupun mereka berada dalam tahap pembelajaran
yang sama. Perbedaan individu ini merangkumi dari aspek pemikiran, umpan balik,
minat, kecenderungan, pencapaian dan pemahaman. Justru, pelajar-pelajar ini
mempunyai gaya yang tersendiri untuk menerima serta menggunakan rangsangan
dalam proses pembelajaran. Pendekatan yang diambil oleh setiap pelajar adalah
dengan menurut tanggapan subjektif mereka terhadap kehendak pengajar atau konteks
pembelajarannya.

C. Identifikasi Modalitas Belajar Siswa


1. Observasi secara mendetail terhadap setiap siswa melalui penggunaan berbagai
metode belajar mengajar di kelas.
Gunakan metode ceramah secara umum, catatlah siswa-siswa yang mendengarkan
dengan tekun hingga akhir. Perhatikan siswa-siswa yang “kuat” bertahan berapa lama
dalam mendengar. Klasifikasikan mereka sementara dalam golongan orang-orang yang
bukan tipe pembelajar yang cenderung mendengarkan. Dari sini kita bisa
mengklasifikasikan secara sederhana tipe-tipe siswa dengan model-model pembelajar
auditori yang lebih menonjol (Ningrum DA, dkk, 2013).
Metode lain bisa digunakan, misalnya dengan memutar film, menunjukkan gambar
atau poster, dan juga menunjukkan peta ataupun diagram. Dengan proses belajar
mengajar seperti ini, kita bisa melihat para siswa yang mempunyai kecenderungan belajar
secara visual dan juga mempunyai kecerdasan visual-spasial akan lebih tertarik dan
antusias (Ningrum DA, dkk, 2013). Setelah itu, cobalah dengan metode pembelajaran
menggunakan praktek atau simulasi. Para pembelajar kinestetik tentu saja akan sangat
antusias dengan model belajar mengajar semacam ini. Begitu seterusnya seorang guru
dapat melihat bagaimana reaksi siswa terhadap setiap model pembelajaran sehingga
lambat laun guru akan lebih mudah memahami dan mengetahui kecenderungan modalitas
belajar yang mereka miliki.
2. Memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan pekerjaan yang membutuhkan
proses penyatuan bagian-bagian yang terpisah.
Contoh aplikasinya dengan menyatukan model rumah yang bagian-bagiannya
terpisahkan. Ada tiga pilihan cara yang bisa dilakukan dalam menyatukan model rumah
ini, pertama adalah melakukan praktek langsung dengan mencoba menyatukan bagian-
bagian rumah ini setelah melihat potongan-potongan yang ada; kedua adalah dengan
melihat gambar desain rumah secara keseluruhan, baru mulai menyatukan; dan ketiga
adalah petunjuk tertulis langkah-langkah yang diperlukan untuk membangun rumah
tersebut dari awal hingga akhir.
Pembelajar visual akan cenderung memulai dengan melihat gambar rumah secara
utuh. Ia lebih cepat menyerap melalui gambar-gambar tersebut sebelum menyatukan
bagian-bagian rumah secara keseluruhan. Pembelajar auditory cenderung membaca
petunjuk tertulis mengenai langkah-langkah yang diperlukan untuk membangun rumah,
dan tidak terlalu mempedulikan gambar yang ada. Sedangkan pembelajar kinestetik akan
langsung mempraktekkan dengan mencoba-coba menyatukan satu bagian dengan bagian
yang lain tanpa terlebih dahulu melihat gambar ataupun membaca petunjuk tulisan. Dari
pengamatan terhadap cara kerja siswa dalam menyelesaikan tugas ini, kita akan lebih
memahami modalitas belajar siswa secara lebih mendetail.
3. Merupakan cara yang lebih komprehensif yaitu dengan melakukan survey atau tes
modalitas belajar.
Kelemahannya alat survey ataupun tes ini biasanya mengikat pada satu konsultan
atau psikolog tertentu sehingga jika kita ingin melakukan tes tersebut harus membayar
dengan sejumlah biaya tertentu, yang terkadang dirasa cukup mahal. Namun demikian,
karena menggunakan metodologi yang sudah cukup teruji, biasanya survey atau tes
psikologi semacam ini mempunyai akurasi yang tinggi sehingga memudahkan bagi guru
untuk segera mengetahui modalitas belajar siswa.

D. Implementasi Multimodalitas dalam Pemecahan Masalah


Salah satu contoh implementasi dilakukan untuk memecahkan permasalahan kimia
dengan menngunakan dua orang siswa sebagai model ( Sally dan Heidi).
Sally dan Heidi melakukan praktek untuk memecahkan masalah terkait struktur kimia.
Percobaan ini seperti ditampilkan pada gambar 5.2 tentang proses sintesis

Struktur akhir kimia


Kedua mahasiswa mengandalkan gerakan dan bahasa untuk menyajikan dan
masalah struktur kimia perdebatan jenis kimia seperti tampak pada gambar 5.3. Sally
memberikan informasi verbal tentang struktur karbon melalui gambar.
1. Sally: menarik [karbon].
2. Heidi: [ menggambar ].
3. Sally: Hmm, mari kita coba. (menarik struktur seperti ditunjukkan di bawah)

4. Heidi: Trans 1 2 dibromo, trans adalah?


5. Sally: [...] (gerak-gerik naik dan turun dalam arah berlawanan )
6. Sally: harus. Apakah itu benar?
7. Heidi: Trans [harus menjadi salah satu atas dan bawah]
8. Heidi: Trans. Mereka berada di [seberang]. Jika Anda memasukkan satu yang lain
akan turun. (tangan kanan dibesarkan, ke atas dan ke bawah ) Panel 5
(Sally menarik posisi dua kelompok bromin seperti ditunjukkan di bawah)

Struktur kimia awal


Setelah produk kimia tercatat, Sally merasa siap untuk membangun reagen awal
untuk memecahkan struktur kimia ini. Pertama dia memberi isyarat tentang lokasi ikatan
ganda dengan menelusuri dua jalur paralel pada senyawa (Panel 6). Sally juga
memberitahu Heidi untuk menempatkan ikatan ganda pada lokasiawalnya lalu
menggambar cyclohexene di bagian atas ( Gambar 5.5). Rumus kimia Br 2, CCl 4 dan
reaksi reaksi panah menunjuk ke bawah untuk hasil.
9. Sally: Ok, jadi kita harus meletakkan [ikatan ganda di sini].
(gerakan dalam arah panah dua kali seperti yang ditunjukkan di atas pada struktur
Hasil akhir)
10. Sally: dan [reaksi dengan bromin].
(menarik senyawa awal dan menulis Br 2 dan panah menunjuk ke bawah
dengan 4 CCl tertulis pada sisi kanan panah)

Struktur menengah
Selanjutnya mereka menggambar “ sesuatu yag lain”. Hedy awalnya menyarankan
pada sally untuk menulis struktur kimia. Setelah setiap siswa menyumbangkan ide maka
Heidi diminta untuk menyampaikan isi makalah secara lisan.

11. Heidi: saya pikir kita perlu untuk melakukan sesuatu yang lain?
(menangkupkan tangan kiri diarahkan ke bawah pada tabel) Panel 7
12. Sally: sesuatu yang memiliki sayap... (jejak bentuk segitiga dengan jari)
13. Heidi: Mari kita coba.
14. Sally: saya ingat ada [tiga anggota cincin].
(jejak bentuk segitiga dengan mengepalkan jari) Panel 8
15. Heidi: saya pikir itu benar. Benar, benar.
(Sally hasil menggambar ion bromonium menengah)
16. Heidi: Br, itu positif?
17. Sally: Mari kita coba.
(menambahkan tanda positif untuk carbocation dan menarik ion bromida)
18. Sally: sesuatu seperti itu.
Pemecahan masalah kimia ini melibatkan dua siswa sebagai contoh untuk
melakukan praktek, mengembangkan kemampuan kognitifnya dengan strategi
multimodalitas untuk mengembangkan pengetahuan, melaporkan hasil praktikum, dan
menyajikan pada teman-temannya hasil praktikum serta mengukur tingkat
keabsahannya. Melalui deskripsi khsusu tentang kegiatan-kegiatan yang mengarah pada
pemecahan masalah mmelalui pidato, visual dan gerakan menunjukkan bagaimana
siswa mampu berkolaborasi dengan multimodal untuk memecahkan permasalahan
tersebut. Sementara pengetahuan berbasis konseptual ( Krange & Ludvigsen 2008)
pengetahuan matematika (Chandrasegaran et al. 2009), dan prosedural
pengetahuan diperlukan untuk memecahkan masalah, tidak akan menghalangi
penggunaan multimodal untuk mengembangkan pengetahuan dalam upaya
memecahkan masalah pada suatu kasus.
Kami menggunakan metode untuk memecahan masalah dari perspektif
multimodal. Melalui analisis interaksi, untuk menilai interaksi siswa dalam
memecahkan masalah dilakukan melalui beberapa langkah diantaranya:
a) Melakukan uji pemahaman awal untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
mereka terkait masalah ini.
b) Siswa menyadari penempatan dua bromin pada kelompok ekuatorial untuk
mencegah interaksi 1,3 diaksial.
Penilaian praktek perlu menyertakan setidaknya visual dan lisan mode pada
siswa. Dalam kasus ini siswa lebih mengartikulasi konsepsi mereka dan
mengembangkan pemahaman mereka pada multimodalitas terkait dengan gerakan,
pidato dan tulisan. Posisi gerakan Sally dan Heidi diuraikan dalam bagian
sebelumnya tidak hanya melambaikan tangan. Gerakan tubuh mereka menuangkan
isi pikiran dan mengandalkan multimodal untuk berkomunikasi dengan siswa lainnya
terkait konsep-konsep ilmiah. Melalui ujian ini dua siswa terlibat utuk memecahkan
masalah kimia organik, siswa belajar dengan fokus (Johnstone 2000; Johnstone dan
Kellett 1980) dengan dukungan multimodal untuk memecahkan masalah tersebut.
Keterlibatan siswa dengan kegiatan-kegiatan ilmiah menggunakan
multimodalitas mampu mengembangkan prestasi siswa dan menunjukkan potensi
yang dimiliki dalam pikiran siswa dan selanjutnya bertindak (Kress et al. 2001).
Sementara itu multimodalitas juga penting bagi guru untuk menyampaikan ide-ide
ilmiah melalui media visual maupun cetak. Oleh karena itu siswa perlu diberikan
kesempatan melakukan praktek-praktek ilmiah, dan mengkomunikasikan dengan
teman-temannya untuk mengembangkan pemahaman mereka terkait dengan
fenomena ilmiah (Kozma et al. 2000). Memecahkan masalah kimia yang berfokus
pada bagaimana siswa mungkin mengikuti langkah-langkah procedural seperti
memahami masalahnya, merancangkan rencana, melaksanakan rencana, dan
reflecting atas tindakan-tindakannya.

E. Kesulitan Belajar Siswa berdasarkan Modalitasnya


Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah
karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan
belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak
sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan
belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil
belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada
akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah
semestinya. Adapun jenis-jenis kesulitan belajar yaitu:
1. Learning disorder (kekacauan belajar)
Proses belajar siswa terganggu akibat timbulnya respon yang bertentangan atau
tidak sesuai. Pada dasarnya potensinya tidak dirugikan tetapi belajarnya terganggu akibat
respon yang tidak cocok atau tidak diharapkan. Conto siswa yang sudah terbiasa dengan
olahraga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan
dalam pembelajaran menari.
2. Learning disfunction
Proses belajar tidak berfungsi dengan baik, tetapi siswa tidak mengalami
subnormalitas mental, gangguan alat indra atau gangguan psikologis lainnya. Contoh
siswa yang memiliki portur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola
volley, karena tidak dilatih dalam bola volley maka tidak dapat menguasai permainan
volley dengan baik.
3. Underachiever
Mengacu pada siswa yang potensi intelektualnya di atas normal tetapi prestasi
belajarnya tergolong rendah. Contoh siswa yang telah dites kecerdasannnya dan
menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul, namun prestasi belajarnya
biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
4. Slow learner
Siswa yang tergolong lambat belajar dan umumnya memiliki kecerdasan di bawah
rata-rata. Mereka membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mempelajari sesuatu dan
sering tertinggal belajarnya disbanding teman-teman sekelasnya.
5. Learning Disabilities
Ada tidaknya kemampuan belajar belajar mengacu pada gejala dimana siswa
tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar dibawah potensi
intelektualnya.

F. Kesulitan Belajar pada Pembelajaran Visual, Auditorial, dan Kinestetik


1. Kesulitan Belajar pada Pembelajaran Visual
Pada pembelajaran visual memiliki beberapa kelemahan
a. Akan terjadi kesulitan jika siswa mengalami masalah pada indra
penglihatannya.
b. Siswa tidak akan memahami gambar jika gambar tidak jelas atau tidak sama
dengan bentuk nyatanya.
c. Tidak dapat melayani siswa dengan gaya belajar auditif dan kinestetik.
d. Membutuhkan waktu yang lama untuk membuat gambar dan ketrampilan
khusus menyajikan gambar sesuai wujud aslinya (Ria, 2013).
Pada kesulitan pembelajaran yang visual termasuk dalam kesulitan
pembelajaran yang bersifat learning disfunction dimana Proses belajar tidak berfungsi
dengan baik, terjadi kesulitan jika siswa mengalami masalah pada indra
penglihatannya. Maka hal yang terjadi proses belajar mengajar tidak sempurna.
Namun pada kemampuan mengigaat C1 hasil belajar siswa yang menggunakan media
visual lebih rendah dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Faktor-faktor
yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan kurang
berfungsinya otak, susunan syaraf ataupun bagian-bagian tubuh lain adalah termasuk
factor fisiologis.
2. Kesulitan Belajar pada Pembelajaran Auditorial
Kelemahan pada pembelajaran auditorial yaitu.
a. Kurang baik ketika membaca
b. Kurang bisa mengingat ketika dibicarakan tidak dengan disuarakan
c. Kurang baik ketika menulis karangan
d. Sulit diam untuk waktu yang relative lama
e. Mudah terganggu oleh keributan
f. Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui
telinga (alat pendengarannya), untuk itu maka guru sebaiknya harus
memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya.
3. Kesulitan Belajar pada pembelajaran kinestetik
Kelemahan pada pembelajaran kinestetik yaitu
a. Cenderung frustasi dan gelisah ketika mendengarkan kuliah dalam jangka waktu
yang relative lama, oleh karena itu mereka break ketika kuliah berlangsung.
b. Kemampuan kurang dalam mengeja
c. Menggunakan jari telunjuk ketika membaca
d. Tidak dapat mengetahui geografi, harus beberapa kali dating ketempat tersebut.

G. Upaya mengatasi permasalahan dalam modalitas


Adanya berbagai masalah yang dihadapi siswa untuk memecahkan permasalahan
belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing siswa seharusnya menjadikan kita
sebagai pendidik lebih cermat lagi dalam membantu penyelesaian ini serta memberikan
stimulus untuk mereka dalam memecahkan masalah dengan gaya belajar dan cara mereka
sendiri yakni:
1. Pembelajar visual, di mana lebih banyak menyerap informasi melalui mata, hal-hal
yang bisa kita lakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka adalah:
a. Biarkan mereka duduk di bangku paling depan, sehingga mereka bisa langsung
melihat apa yang dituliskan atau digambarkan guru di papan tulis.
b. Selain tulisan, buatlah lebih banyak bagan-bagan, diagram, flow-chart
menjelaskan sesuatu.
c. Putarkan film.
d. Minta mereka untuk menuliskan poin-poin penting yang harus dihapalkan.
e. Gunakan berbagai ilustrasi dan gambar.
f. Tulis ulang apa yang ada di papan tulis.
g. Gunakan warna-warni yang berbeda pada tulisan.
2. Pembelajar auditory, di mana mereka lebih banyak menyerap informasi melalui
pendengaran, hal-hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan
belajar mereka adalah:
a. Gunakan audio dalam pembelajaran (musik, radio, dll)
b. Saat belajar, biarkan mereka membaca dengan nyaring dan suara keras.
c. Seringlah memberi pertanyaan kepada mereka.
d. Membuat diskusi kelas.
e. Menggunakan rekaman.
f. Biarkan mereka menjelaskan dengan kata-kata.
g. Biarkan mereka menuliskan apa yang mereka pahami.
h. Belajar berkelompok.
3. Pembelajar kinestetic, di mana mereka lebih banyak menyerap informasi melalui
gerakan fisik, hal-hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan
belajar mereka adalah:
a. Perbanyak praktek lapangan (field trip).
b. Melakukan demonstrasi atau pertunjukan langsung terhadap suatu proses.
c. Membuat model atau contoh-contoh.
d. Belajar tidak harus duduk secara formal, bisa dilakukan dengan duduk dalam
posisi yang nyaman, walaupun tidak biasa dilakukan oleh murid-murid yang lain.
e. Perbanyak praktek di laboratorium.
f. Boleh menghapal sesuatu sambil bergerak, berjalan atau mondar-mandir
misalnya.
g. Perbanyak simulasi dan role playing.
h. Biarkan murid berdiri saat menjelaskan sesuat
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Modalitas belajar adalah cara yang cenderung dipilih siswa untuk bereaksi dan
menggunakan perangsang-perangsang dalam menyerap dan kemudian mengatur
serta mengolah informasi pada proses belajar. Tiga jenis modalitas yaitu modalitas
visual, auditorial, dan kinstetik. Ada tiga cara untuk mengidentifikasi modalitas
belajar siswa yaitu observasi secara mendetail terhadap setiap siswa melalui
penggunaan berbagai metode belajar mengajar di kelas, memberikan tugas kepada
siswa untuk melakukan pekerjaan yang membutuhkan proses penyatuan bagian-
bagian yang terpisah, dan survey atau tes modalitas belajar.
Beberapa cara mengaplikasikan permasalahan multimodalitas dalam pemecahan
masalah:
a. Perlu untuk meningkatkan kesadaran konsep multimodalitas antara guru dan
siswa. Berfokus pada aspek komunikasi nonverbal selain menulis dan
berbicara kata-kata untuk membangun, membujuk, dan guru dapat
menyediakan laporan dengan sumber daya baru yang akan meningkatkan
pengajaran.
b. Praktek penilaian harus menyertakan representasi setidaknya baik visual dan
verbal bagi siswa. Misalnya, jika maksud penilaian adalah untuk
memperoleh pemahaman siswa tentang mekanisme reaksi kimia penilaian
harus meliputi berbagai kegiatan seperti ujian lisan dan
tugas kinerja dimana siswa dapat menggunakan tulisan, gerak tubuh, atau
bahkan pemodelan untuk menjelaskan fenomena kimia.
B. Saran
Siswa perlu terlibat untuk memecahkan suatu masalah. Keterlibatan siswa dengan
kegiatan-kegiatan ilmiah menggunakan multimodalitas mampu mengembangkan
prestasi siswa dan menunjukkan potensi yang dimiliki dalam pikiran siswa dan
selanjutnya bertindak (Kress et al. 2001). Oleh karena itu siswa perlu diberikan
kesempatan melakukan praktek-praktek ilmiah, dan mengkomunikasikan dengan
teman-temannya untuk mengembangkan pemahaman mereka terkait dengan
fenomena ilmiah. Selain guru atau pendidik diharapkan dapat betindak secara arif
dan bijaksana dalam memilih metode belajar yang sesuai. Bagi para siswa yang
mengalami kesulitan belajar khususnya dalam pembelajaran biologi, guru dapat
membuat rencana atau persiapan yang merupakan kiat belajar sehingga dapat
meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar.
DAFTAR RUJUKAN

Darhim. Tanpa tahun. Modalitas Belajar, (Online),


(http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/19550303
1980021-DARHIM/Media_Pemb_Mat/ModalitasBelajar.pdf), diakses pada
tanggal 3 Maret 2016.
DePorter, Bobbi, Mike Hernacki. 2003. Quantum Learning. Bandung: Penerbit Kaifa.
Hermawan, B. Tanpa tahun. Multymodality: Menafsir Verval, Membaca Gambar, dan
Memahami Teks. (Online), (http//www:
download.portalgaruda.org/article.php?article=140123&val=5783.pdf), diakses
pada tanggal 3 Maret 2015
Kim D Tan. 2012. Issues and Challenges in Science Education Research. Natural
Sciences and Science Education. National Institute of Education. Nanyang
Technological University Singapore.
Ria. 2013. Gaya Belajar Visual, Auditory, kinetetik. Universitas Negeri Yogyakarta.
(Online), (http//www:riapalupijati./2013/01/gaya-belajar-visual-auditori.pdf),
diakses pada tanggal 3 Maret 2015

You might also like