You are on page 1of 11

BAB V

PEMBAHASAN

Bab ini menyajikan pembahasan mengenai 3 tema hasil penelitian, yaitu

komunikasi sebagai kunci kepercayaan untuk menciptakan hubungan yang baik

dengan pasien dan keluarga dalam pencegahan pressure injury, kompetensi

perawat dalam menciptakan keamanan dan kenyamanan pasien untuk mencegah

pressure injury, dan keuntungan perilaku caring co-creation dalam pencegahan

pressure injury.

1. Komunikasi sebagai kunci kepercayaan untuk menciptakan hubungan

yang baik dengan pasien dan keluarga dalam pencegahan pressure injury

Perilaku perawat dalam meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarga

dimaknai sebagai tindakan perawat dalam meningkatkan rasa nyaman pasien pada

saat dirawat, menenangkan keluarga dengan memberikan penjelasan dan

melibatkan keluarga dalam tindakan pencegahan pressure injury, serta

menghormati keyakinan pasien dan keluarga dalam setiap tindakan.29,41

Kepercayaan yang tercipta diantara perawat, pasien, dan keluarga disebabkan oleh

kemampuan perawat dalam melakukan pendekatan yang terapeutik terhadap

pasien dan keluarga,41 dengan pendekatan yang baik, maka akan muncul suatu

rasa percaya dari pasien dan keluarga ketika dibantu oleh perawat.

Perawat dalam berinteraksi dengan pasien dan keluarganya memerlukan

keterampilan berkomunikasi. Pada penelitian tentang perilaku caring perawat

60
61

pelaksana di sebuah rumah sakit di Bandung, mengatakan bahwa caring

berimplikasi terhadap praktik keperawatan sehingga perawat yang bersikap caring

akan berkomunikasi dengan ramah dan santun.42 Perawat yang ramah dalam

memberikan pelayanan keperawatan akan selalu bersikap sopan santun dalam

segala situasi dan kondisi, hal ini dapat berdampak pada proses penyembuhan

pasien karena pasien akan merasa aman dan nyaman dalam menerima pelayanan.

Sikap ramah perawat dalam berkomunikasi akan membuat pasien dan

keluarga merasa akrab dan dekat dalam hubungan interpersonal dengan perawat,

sehingga pasien dan keluarga bebas mengungkapkan keluhan.42 Dengan demikian

perawat akan mudah dalam memberikan pendidikan kesehatan serta melibatkan

keluarga dalam proses perawatan pasien, khususnya dalam pelaksanaan tindakan

pencegahan pressure injury. Berdasarkan hasil pada penelitian ini didapatkan

bahwa untuk menciptakan hubungan yang baik dengan pasien dan keluarga dalam

pelaksanaan tindakan pencegahan pressure injury, perawat melakukan

komunikasi yang terapeutik dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada

pasien dan keluarga, serta melibatkan keluarga secara langsung dalam

pelaksanaan tindakan pencegahan pressure injury.

Pada sebuah penelitian dikatakan bahwa komunikasi sebagai pendukung

dalam melakukan interaksi dengan pasien dan keluarga. Selama proses interaksi

tersebut diperlukan keterampilan berkomunikasi yang baik dengan pasien dan

keluarga sebagai upaya untuk melakukan proses pembelajaran.43 Pada penelitian

lain juga diungkapkan bahwa pengaruh pemberian informasi atau pendidikan

kesehatan akan berdampak besar terhadap kesejahteraan pasien dan keluarganya.44


62

Oleh karena itu, diperlukan keterampilan berkomunikasi dengan bahasa yang

mudah dipahami dalam memberikan pendidikan kesehatan dan menjelaskan

informasi yang dibutuhkan oleh pasien dan keluarga terkait dengan penyakitnya

secara ilmiah dan rasional serta tindakan pencegahan pressure injury.

Berdasarkan hasil pada penelitian ini, didapatkan bahwa keterlibatan keluarga

dalam pelaksanaan tindakan pencegahan pressure injury bertujuan untuk

memberikan pengalaman kepada keluarga, agar keluarga mampu melaksanakan

secara mandiri tindakan pencegahan pressure injury ketika pasien menjalani

proses perawatan lanjutan di rumah. Menurut Agency for Health Care Policy and

Research bahwa pasien dan keluarga adalah bagian integral dalam perawatan

pasien khususnya dalam upaya pencegahan pressure injury.26 Oleh karena itu,

pasien dan keluarga perlu untuk mengetahui cara mencegah pressure injury serta

ikut terlibat dalam pelaksanaan tindakan pencegahan pressure injury baik di

rumah sakit maupun saat pasien menjalani proses perawatan lanjutan di rumah.

Pada sebuah penelitian, dikatakan bahwa pengetahuan keluarga dalam

mencegah terjadinya pressure injury sangat penting karena keluarga mempunyai

tugas dalam pemeliharaan kesehatan serta pemeliharaan fisik pasien.29 Pressure

injury beresiko tinggi terjadi pada pasien yang tidak mampu merasakan nyeri dan

pasien yang mengalami kerusakan saraf seperti pada pasien stroke, oleh sebab itu

keluarga perlu tahu dan ikut terlibat secara langsung dalam pelaksanaan tindakan

pencegahan pressure injury. Hal ini dikarenakan, keluarga yang bertugas untuk

mendampingi pasien setiap saat, sehingga keterlibatan keluarga dalam

pelaksanaan tindakan pencegahan pressure injury sangatlah penting.


63

2. Kompetensi perawat dalam menciptakan keamanan dan kenyamanan

pasien untuk mencegah pressure injury

Kompetensi perawat dalam upaya pencegahan pressure injury merupakan

prioritas dalam perawatan pasien dan tidak terbatas pada pasien yang mengalami

keterbatasan mobilisasi. Hal ini dikarenakan, hampir 95% pressure injury dapat

dicegah melalui tindakan keperawatan, sisanya 5% pasien imobilisasi tetap akan

mengalami pressure injury.26 Pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa

kompetensi perawat dalam pencegahan pressure injury pada pasien, yaitu

menjaga kebersihan lingkungan sekitar pasien, melakukan pengkajian resiko

pressure injury, menjaga kebersihan dan perawatan kulit pasien, pemberian alih

baring sebanyak 6 kali dalam 24 jam, serta pemberian terapi komplementer

massage.

Kebersihan lingkungan ruangan perawatan sekitar pasien sangat penting bagi

kesehatan pasien, memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pasien dan

keluarga, serta memberikan kenyamanan bagi perawat dalam merawat pasien.

Faktor lingkungan juga sangat berperan dalam terjadinya penyakit dan

berkontribusi terhadap lama hari rawat pasien di rumah sakit.45 Dengan menjaga

kebersihan lingkungan perawatan sekitar pasien maka secara tidak langsung kita

mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi silang ataupun mencegah

terjadinya pressure injury.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada penelitian ini, didapatkan

bahwa perawat di ruang ICU selalu berupaya untuk menjaga kebersihan ruangan

perawatan dan lingkungan sekitar pasien agar memberikan rasa aman dan nyaman
64

bagi pasien dan keluarga sehingga dapat mencegah terjadinya pressure injury.

Dalam menjaga kebersihan lingkungan sekitar pasien perawat dibantu oleh

keluarga pasien, seperti mengganti linen jika sudah kotor atau basah karena

keringat pasien, dan merapikan linen agar tetap kencang dan licin untuk

menghindari gesekan dan robekan pada kulit pasien saat tirah baring.

Pada penelitian tentang nurses role’s in decubitus prevention, dikatakan

bahwa penataan tempat tidur (bed making) merupakan salah satu bagian dari

menjaga kebersihan lingkungan perawatan sekitar pasien. Penataan tempat tidur

adalah kompetensi utama perawat yang sangat penting dan harus dimiliki oleh

perawat untuk memberikan kenyamanan, kebersihan dan kesejahteraan bagi

pasien. Dalam penataan tempat tidur, linen harus segera diganti ketika linen basah

atau kotor.45

Pengkajian resiko pressure injury seharusnya dilakukan pada saat pasien

masuk Rumah Sakit dan diulang dengan pola yang teratur atau ketika ada

perubahan yang signifikan pada pasien, seperti pembedahan atau penurunan status

kesehatan.12 Terdapat beberapa tool yang telah dikembangkan untuk mengkaji

resiko pressure injury seperti Braden Scale, Norton Scale, Waterlow, dan

Pressure Sore Status Tool (PSST).46-49 Namun, pada hasil penelitian ini

didapatkan bahwa di ruang ICU belum memiliki tool untuk mengkaji resiko

pressure injury. Pengkajian resiko pressure injury pada pasien di ruang ICU

hanya berdasarkan pada penilaian secara objektif atau visual yang dilakukan oleh

perawat pada saat memandikan atau membersihkan pasien dan pada saat

melakukan tindakan alih baring per 4 jam.


65

Berdasarkan hasil pada penelitian ini didapatkan bahwa hal utama yang perlu

diperhatikan dalam pencegahan pressure injury adalah menjaga kebersihan dan

perawatan kulit pasien. Selain itu, menjaga kebersihan tempat tidur pasien,

mengganti pakaian dan linen pasien saat basah atau kotor, serta memberikan

lotion untuk menjaga kelembapan kulit pasien dapat mencegah terjadinya

pressure injury. Pada clinical practice guideline for prevention and treatment of

pressure ulcers, dikatakan bahwa dalam pencegahan pressure injury perawat

harus menjaga kulit pasien agar tetap bersih dan lembab. Pada perlindungan dasar

untuk mencegah kerusakan kulit, maka kulit pasien harus dikaji secara terus

menerus oleh perawat. Kaji adanya tanda-tanda kerusakan integritas kulit,

mengontrol kelembapan terhadap urine, feses, keringat, saliva, cairan luka,

tumpahan air atau makanan, dan melakukan inspeksi setiap hari terhadap kulit.

Dalam perawatan kulit yang telah mengalami kerusakan, dianjurkan untuk tidak

memberikan beban atau menjadi tumpuan berat tubuh.12

Pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa tindakan pencegahan pressure

injury yang rutin dilakukan oleh perawat dengan melibatkan keluarga adalah

pemberian alih baring. Pemberian alih baring dilakukan per 4 jam dengan jumlah

pemberian sebanyak 6 kali dalam 24 jam. Alih baring merupakan pengaturan

posisi yang diberikan untuk mengurangi tekanan dan gaya gesek yang dapat

melukai kulit. Alih baring bertujuan untuk menjaga supaya daerah yang tertekan

tidak mengalami luka. Dalam melakukan alih baring posisi miring, pasien harus

tepat tanpa adanya gaya gesekan yang dapat merusak kulit.50 Dalam sebuah

penelitian mengenai pengaruh alih baring terhadap kejadian dekubitus pada pasien
66

stroke yang mengalami hemiparese, dikatakan bahwa pasien yang mengalami

bedrest total harus diubah posisi sesuai dengan tingkat aktivitas, dan kemampuan

persepsi serta rutinitas sehari-hari dengan dilakukannya alih baring setiap 2-4

jam.51

Pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa selain pemberian intervensi

keperawatan berupa alih baring, tindakan pencegahan pressure injury lainnya

adalah pemberian terapi komplementer berupa massage pada area punggung

pasien yang bermanfaat untuk melancarkan aliran darah dan memberikan rasa

nyaman bagi pasien sehingga mencegah terjadinya pressure injury akibat dari

tirah baring lama. Dalam penelitian lain juga mengatakan bahwa pemberian

intervensi keperawatan merubah posisi dan pemberian massage berupa pemijatan

atau tepukan pada bagian tubuh tertentu dengan tangan atau alat-alat khusus dapat

mencegah terjadinya pressure injury. Tujuan dari tindakan massage tersebut

adalah untuk meningkatkan sirkulasi pada daerah yang di massage, meningkatkan

relaksasi, dan menjaga kondisi elastisitas kulit.52

3. Keuntungan perilaku caring co-creation dalam pencegahan pressure injury

Perilaku caring co-creation perawat dalam pelayanan keperawatan dapat

menimbulkan keuntungan berupa kepuasan pasien dan keluarga serta kepuasan

kerja bagi perawat. Kepuasan merupakan indikator mutu pelayanan kesehatan dan

keperawatan yang berhubungan dengan proses pelayanan dan hubungan antara

pemberi pelayanan dengan penerima pelayanan.53


67

Berdasarkan hasil pada penelitian ini didapatkan bahwa pasien dan keluarga

merasa puas terhadap sikap peduli perawat dalam memperhatikan kebersihan diri

pasien secara utuh dan pelaksanaan tindakan alih baring per 4 jam dengan

melibatkan keluarga, sehingga selama menjalani proses perawatan di ruang ICU,

pasien tidak mengalami pressure injury.

Kepuasan pasien dan keluarga didefinisikan sebagai pendapat pasien dan

keluarga terhadap pelayanan yang diterimanya dari personil perawat. Kepuasan

pasien dan keluarga merupakan kesesuaian antara harapan pasien dan keluarga

dengan kenyataan pelayanan yang diterimanya. Jika pelayanan yang diterima

sesuai dengan harapan pasien dan keluarga, maka akan menimbulkan kepuasan

bagi pasien dan keluarga. Kepuasan ini dipengaruhi oleh harapan pasien dan

keluarga, faktor demografi dari pasien dan keluarga, pengalaman sebagai

penerima pelayanan keperawatan sebelumnya, lama hari rawat, budaya dan aspek

sosial kehidupan.54

Perilaku caring co-creation yang diberikan oleh perawat terhadap pasien dan

keluarga dapat menimbulkan dampak positif terhadap kesejahteraan emosional

dan spiritual pasien dan keluarga, peningkatan kesembuhan fisik, memberikan

keamanan, memberikan lebih banyak energi bagi pasien, mengurangi biaya

perawatan dan mengurangi respon kehilangan, serta menciptakan hubungan saling

percaya antara perawat dengan pasien dan keluarga, menurunkan perasaan

terasing, dan menumbuhkan hubungan kekeluargaan dengan erat. Peningkatan

kesejahteraan pasien dan keluarga akan membantu pasien untuk keluar dari

masalah kesehatan yang dihadapi atau beradaptasi dengan keadaan sakitnya.22,55


68

Pada sebuah penelitian tentang relationship between nurse caring and patient

satisfaction, mengidentifikasi adanya hubungan yang positif antara perilaku

caring perawat dengan kepuasan pasien dan penurunan hari rawat, serta biaya

perawatan pasien.50 Penelitian lain yang dilakukan pada 1565 pasien medikal

bedah di enam negara eropa juga mendapatkan hasil adanya hubungan positif

antara perilaku caring perawat dengan tingkat kepuasan pasien, semakin tinggi

perilaku caring yang dipersepsikan oleh pasien maka semakin tinggi juga tingkat

kepuasan pasien.56

Perilaku caring co-creation perawat telah terbukti memberikan dampak

positif yang sangat besar bagi pasien, keluarga, maupun perawat. Kesembuhan

pasien dan kepuasan keluarga akan menjadi kepuasan tersendiri bagi perawat

yang merawatnya. Kemajuan pasien secara klinis, menunjukkan keberhasilan

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Keberhasilan dalam perawatan

tidak hanya dapat dilihat dari kemajuan kondisi fisik pasien, tetapi juga adanya

perubahan perilaku ke arah yang lebih baik adalah suatu kemajuan dalam

perawatan.55

Berdasarkan hasil pada penelitian ini didapatkan bahwa perawat memiliki

kepuasan kerja dalam melaksanakan tindakan pencegahan pressure injury pada

pasien yang dirawat di ruang ICU. Kepuasan tersebut dirasakan ketika pasien

yang dirawat dengan tirah baring lama tidak mengalami pressure injury. Hal

tersebut membuktikan bahwa kinerja perawat dalam hal pelaksanaan tindakan

pencegahan pressure injury pada pasien tirah baring lama di ruang ICU berhasil

dengan baik.
69

Penerapan perilaku caring co-creation pada perawat dapat meningkatkan

pencapaian prestasi kerja dan peningkatan kepuasan dalam bekerja, mendorong

terwujudnya cita-cita, dan meningkatkan rasa syukur, memelihara integritas

seorang perawat, pemenuhan dan peningkatan harga diri bagi perawat,

meningkatkan penghargaan terhadap hidup dan mati, refleksi, meningkatkan rasa

cinta dalam keperawatan dan meningkatkan pengetahuan seorang perawat.57

Kepuasan kerja perawat dapat dicapai salah satunya dengan keberhasilan

membangun hubungan yang baik dengan pasien dan keluarga serta membantu

pasien melewati masa sakitnya. Kemampuan perawat dalam menampilkan

perilaku caring co-creation menimbulkan rasa cinta terhadap keperawatan

sehingga perawat akan meningkatkan pengetahuannya, menghargai kehidupan

dan kematian, menghargai integritas, keutuhan dan harga diri serta perasaan puas

karena dapat membantu pasien mencapai kesehatan dan kesejahteraan.55,57

4. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan baik dalam kemampuan

peneliti, dan proses pengumpulan data. Jenis penelitian ini merupakan jenis

penelitian pertama yang dilakukan oleh peneliti, sehingga kemampuan dalam

menyusun desain dan kerangka kerja penelitian sangat terbatas. Selain itu, waktu

penelitian yang singkat merupakan hambatan bagi peneliti dalam pengumpulan

data.

Penelitian ini menggunakan perawat, pasien, dan keluarga sebagai partisipan

serta tidak melibatkan pimpinan rumah sakit sehingga data yang diperoleh masih
70

bersifat pelaksanaan bukan bersifat kebijakan. Selain itu, pengalaman peneliti

yang kurang dalam bidang keperawatan kritis menjadi hambatan dalam

mengekplorasi informasi dari partisipan, peneliti hanya berpedoman pada teori-

teori yang diperoleh selama pendidikan. Pada saat pelaksaan penelitian terdapat

beberapa partisipan yang tidak mau untuk dilakukan wawancara.

You might also like