Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
koch merupakan suatu momen yang sangat penting dalam penemuan dan
sejak 8000 tahun sebelum tahun Masehi. Penemuan ini jelas merupakan pilar
yang amat penting yang mengubah perjalanan kehidupan dan dunia kesehatan
dunia, sebagai penyakit kronis yang dapat menurunkan daya tahan fisik
Hal ini disebabkan oleh terjadinya kerusakan jaringan paru yang bersifat
macam kelainan faal paru (supardi 2006). Di indonesia penyakit ini sudah
lama ada, dapat diketahui dari salah satu relief dicandi borobudur yang
(tahun 750 sesudah masehi) orang sudah mengenal penyakit ini ada diantara
mereka (Situmeah,2004).
penyakit ini dapat menyebabkan kematian kurang lebih 8.000 orang per hari
1
atau 140.000 per tahun, dan kurang lebih ¼ juta penduduk diduga terinfeksi
tuberkulosis paru yang sangat mudah ini, sangat rentan pada keluarga yang
menular pada anggota keluarga yang lain. Oleh karena itu, penyakit
penyebab TB paru.
tuberkulosis yaitu adanya sumber penularan, jumlah basil yang cukup banyak
dan terus menerus memapar calon penderita, virulensi keganasan basil serta
daya tahan tubuh dimana daya tahan tubuh ini mempunyai hubungan erat
militus dan campak serta faktor genetik. Melihat fenomena pada penyakit Tb
2
merencanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Tb paru dengan baik
dan benar.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
D. MANFAAT
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN
suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara khas ditandai
ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain
sehingga selama ini kasus tuberkulosis yang sering terjadi di Indonesia adalah
batuk. Selain manusia, satwa juga dapat terinfeksi dan menularkan penyakit
4
termasuk meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe. (Suzanne C. Smeltzer &
TB Paru:
positif.
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
positif.
5
1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen
yang luas (misalnya proses “far advanced”), dan atau keadaan umum
pasien buruk.
penyakitnya, yaitu:
kelenjar adrenal.
6
4. Tipe Pasien
a. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
atau kultur).
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih
pengobatan.
f. Kasus lain :
7
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam
C. ETIOLOGI
kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-
complex adalah:
a. M. Tuberculosae
b. Varian Asian
c. Varian African I
d. Varian African II
e. M. bovis.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut
bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia
dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan
dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena
8
Cara penularan TB (Depkes, 2006)
b. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan
lembab.
D. PATOFISIOLOGI
9
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas
sel T) adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal,
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan
seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang
granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan
regional dan lesi primer dinamakan kompleks Gohn respon lain yang dapat
terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas
trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian lain dari
paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus.
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan
perkejuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini
10
dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan
menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos
dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil
dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini
11
PATWAY TBC
12
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes, 2006).
atau malah banyak pasien ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali
Bahar. 2001):
1. Demam
2. Batuk/Batuk Darah
3. Sesak Napas
4. Nyeri Dada
5. Malaise
F. KOMPLIKASI
jalan nafas.
13
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps
sebagainya.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Diagnosis TB paru
diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji
foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang
penyakit.
paru.
14
2. Diagnosis TB ekstra paru.
lainlainnya.
1. Pemeriksaan Radiologis
2. Pemeriksaan Laboratorium
Darah
Sputum
Tes Tuberkulin
15
H. PENATALAKSANAAN
1. Tujuan Pengobatan
2. Prinsip pengobatan
berikut:
lanjutan.
16
Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara
2. Tahap Lanjutan
17
4. Paduan OAT yang digunakan di Indonesia
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
(HRZE)
kombipak.
c. Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam
d. Paket Kombipak.
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket, yaitu
18
e. KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:
penulisan resep
Secara tradisional beberapa jenis bahan alami yang tersedia disekitar kita,
a. Daun legundi
Cara menggunakannya :
19
b. Getah bambu tali
Cara menggunakannya :
Pilih bambu tali yang umurnya tidak terlalu tua maupun muda,
lakukan cara ini saat sore hari, selanjutnya ambil getah bambu
hari.
Rebus 6 -12 gram umbi bambu tali yang sudah kering, bersama
1,5 gelas air, minum di pagi dan sore hari dalam keadaan hangat.
c. Biji Pronowijo
20
Cara menggunakannya :
3 kali sehari.
d. Bunga tembelekan
Cara menggunakannya :
e. Kembang sepatu
Cara menggunakannya :
21
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengumpulan data
a. Identitas klien
yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri
lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.
penularannya.
e. Riwayat psikososial
22
dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru
yang lain
makan menurun.
3) Pola eliminasi
menganggu aktivitas
istirahat.
penyakit menular.
23
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan
g. Pemeriksaan fisik
1) Sistem integument
menurun
2) Sistem pernapasan
24
Palpasi : Fremitus suara meningkat.
3) Sistem pengindraan
4) Sistem kordiovaskuler
5) Sistem gastrointestinal
6) Sistem musculoskeletal
7) Sistem neurologis
8) Sistem genetalia
25
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
alveoler-kapiler
dengan anoreksia
26
K. RENCANA KEPERAWATAN
27
Faktor-faktor yang berhubungan: apabila pasien menunjukkan bradikardi,
Lingkungan : merokok, menghirup peningkatan saturasi O2, dll.
asap rokok, perokok pasif-POK,
infeksi Airway Management
Fisiologis : disfungsi 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
neuromuskular, hiperplasia dinding atau jaw thrust bila perlu
bronkus, alergi jalan nafas, asma. 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Obstruksi jalan nafas : spasme jalan ventilasi
nafas, sekresi tertahan, banyaknya 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
mukus, adanya jalan nafas buatan, alat jalan nafas buatan
sekresi bronkus, adanya eksudat di 4. Pasang mayo bila perlu
alveolus, adanya benda asing di 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
jalan nafas. 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila perlu
10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
Lembab
11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan status O2
2. Gangguan Pertukaran gas NOC : NIC :
Respiratory Status : Gas exchange Airway Management
Definisi : Kelebihan atau kekurangan Respiratory Status : ventilation 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
dalam oksigenasi dan atau pengeluaran Vital Sign Status atau jaw thrust bila perlu
28
karbondioksida di dalam membran Kriteria Hasil : 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
kapiler alveoli 1. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi
ventilasi dan oksigenasi yang 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
Batasan karakteristik : adekuat alat jalan nafas buatan
Gangguan penglihatan 2. Memelihara kebersihan paru paru 4. Pasang mayo bila perlu
Penurunan CO2 dan bebas dari tanda tanda distress 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Takikardi pernafasan 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Hiperkapnia 3. Mendemonstrasikan batuk efektif 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
Keletihan dan suara nafas yang bersih, tidak tambahan
Samnolen ada sianosis dan dyspneu (mampu 8. Lakukan suction pada mayo
mengeluarkan sputum, mampu 9. Berikan bronkodilator bial perlu
Iritabilitas
bernafas dengan mudah, tidak ada 10. Barikan pelembab udara
Hypoxia
pursed lips) 11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
Kebingungan 4. Tanda tanda vital dalam rentang keseimbangan.
Dyspnoe normal 12. Monitor respirasi dan status O2
Nasal faring
AGD Normal Respiratory Monitoring
Sianosis 1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan
Warna kulit abnormal (pucat, usaha respirasi
kehitaman) 2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
Hipoksemia penggunaan otot tambahan, retraksi otot
Hiperkarbia supraclavicular dan intercostal
Sakit kepala ketika bangun 3. Monitor suara nafas, seperti dengkur
Frekuensi dan kedalaman nafas 4. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
abnormal kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes,
biot
29
Faktor faktor yang berhubungan : 5. Catat lokasi trakea
Ketidakseimbangan perfusi ventilasi 6. Monitor kelelahan otot diagfragma
Perubahan membran kapiler-alveolar (gerakan paradoksis)
7. Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
8. Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles dan ronkhi pada
jalan napas utama
9. Auskultasi suara paru setelah tindakan
untuk mengetahui hasilnya
30
Kelemahan otot yang digunakan dikonsultasikan dengan ahli gizi)
untuk menelan/mengunyah 8. Ajarkan pasien bagaimana membuat
Luka, inflamasi pada rongga mulut catatan makanan harian.
Mudah merasa kenyang, sesaat 9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
setelah mengunyah makanan kalori
Dilaporkan atau fakta adanya 10. Berikan informasi tentang kebutuhan
kekurangan makanan nutrisi
Dilaporkan adanya perubahan sensasi 11. Kaji kemampuan pasien untuk
rasa mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Perasaan ketidakmampuan untuk
mengunyah makanan Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
Miskonsepsi
2. Monitor adanya penurunan berat badan
Kehilangan BB dengan makanan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
cukup
biasa dilakukan
Keengganan untuk makan 4. Monitor interaksi anak atau orangtua
Kram pada abdomen selama makan
Tonus otot jelek 5. Monitor lingkungan selama makan
Nyeri abdominal dengan atau tanpa 6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
patologi selama jam makan
Kurang berminat terhadap makanan 7. Monitor kulit kering dan perubahan
Pembuluh darah kapiler mulai rapuh pigmentasi
Diare dan atau steatorrhea 8. Monitor turgor kulit
Kehilangan rambut yang cukup 9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
banyak (rontok) mudah patah
Suara usus hiperaktif 10. Monitor mual dan muntah
31
Kurangnya informasi, misinformasi 11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
dan kadar Ht
Faktor-faktor yang berhubungan : 12. Monitor makanan kesukaan
Ketidakmampuan pemasukan atau 13. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
mencerna makanan atau mengabsorpsi 14. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
zat-zat gizi berhubungan dengan faktor jaringan konjungtiva
biologis, psikologis atau ekonomi. 15. Monitor kalori dan intake nuntrisi
16. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oral.
17. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
32
- penyakit/ trauma 13. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
- peningkatan metabolisme 14. Tingkatkan sirkulasi udara
- aktivitas yang berlebih 15. Berikan pengobatan untuk mencegah
- pengaruh medikasi/anastesi terjadinya menggigil
- ketidakmampuan/penurunan
kemampuan untuk berkeringat Temperature regulation
- terpapar dilingkungan panas 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
- dehidrasi 2. Rencanakan monitoring suhu secara
- pakaian yang tidak tepat kontinyu
3. Monitor TD, nadi, dan RR
4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
7. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
9. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan efek negatif dari
kedinginan
10. Beritahukan tentang indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan emergency yang
diperlukan
11. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
33
12. Berikan anti piretik jika perlu
34
5. Nyeri NOC : NIC :
Pain Level, Pain Management
Definisi : Pain control, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
Sensori yang tidak menyenangkan dan Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
pengalaman emosional yang muncul Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
secara aktual atau potensial kerusakan 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu faktor presipitasi
jaringan atau menggambarkan adanya penyebab nyeri, mampu 2. Observasi reaksi nonverbal dari
kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri menggunakan tehnik ketidaknyamanan
Internasional): serangan mendadak atau nonfarmakologi untuk mengurangi 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
pelan intensitasnya dari ringan sampai nyeri, mencari bantuan) untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
berat yang dapat diantisipasi dengan 2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang 4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon
akhir yang dapat diprediksi dan dengan dengan menggunakan manajemen nyeri
durasi kurang dari 6 bulan. nyeri 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
3. Mampu mengenali nyeri (skala, 6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
Batasan karakteristik : intensitas, frekuensi dan tanda lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
Laporan secara verbal atau non verbal nyeri) masa lampau
Fakta dari observasi 4. Menyatakan rasa nyaman setelah 7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
Posisi antalgic untuk menghindari nyeri berkurang dan menemukan dukungan
nyeri 5. Tanda vital dalam rentang normal 8. Kontrol lingkungan yang dapat
Gerakan melindungi mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
Tingkah laku berhati-hati pencahayaan dan kebisingan
Muka topeng 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
Gangguan tidur (mata sayu, tampak
(farmakologi, non farmakologi dan inter
capek, sulit atau gerakan kacau,
personal)
menyeringai)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
Terfokus pada diri sendiri
35
Fokus menyempit (penurunan menentukan intervensi
persepsi waktu, kerusakan proses 12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
berpikir, penurunan interaksi dengan 13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
orang dan lingkungan) 14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkah laku distraksi, contoh : jalan- 15. Tingkatkan istirahat
jalan, menemui orang lain dan/atau 16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
aktivitas, aktivitas berulang-ulang) keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Respon autonom (seperti diaphoresis, 17. Monitor penerimaan pasien tentang
perubahan tekanan darah, perubahan manajemen nyeri
nafas, nadi dan dilatasi pupil)
Perubahan autonomic dalam tonus Analgesic Administration
otot (mungkin dalam rentang dari 1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
lemah ke kaku) derajat nyeri sebelum pemberian obat
Tingkah laku ekspresif (contoh : 2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
gelisah, merintih, menangis, waspada, dosis, dan frekuensi
iritabel, nafas panjang/berkeluh 3. Cek riwayat alergi
kesah) 4. Pilih analgesik yang diperlukan atau
Perubahan dalam nafsu makan dan kombinasi dari analgesik ketika pemberian
minum lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe
Faktor yang berhubungan : dan beratnya nyeri
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, 6. Tentukan analgesik pilihan, rute
psikologis) pemberian, dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
36
pemberian analgesik pertama kali
9. Berikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
37
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
tuberculosis. Penyakit ini dapat juga menyebar ke bagian tubuh lain seperti
tanda-tanda :
dengan bronkus.
Keluhan utama yang sering terjadi pada penderita TB Paru yaitu Keluhan
respiratorik, meliputi batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri dada. Keluhan
38
e. Menjaga kebugaran tubuh dengan cara berolah raga
B. SARAN
tanaman-tanaman obat tradisional TBC tidak kalah lebih baik dari obat-obat
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8
3. Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Media Aesculapius
11. http:/tradisional-obat.blogspot.com/2017/03/cara-obati-tbc-paru-
40