You are on page 1of 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tempe merupakan makanan yang sangat dikenal masyarakat Indonesia. Pada
umumnya tempe terbuat dari kacang kedelai yang difermentasi
oleh jamur Rhizopus oryzae. Peminat tempe tak pernah berkurang, justru
semakin bertambah. Namun kondisi ini tidak didukung dengan ketersediaan kede-
lai yang semakin langka. Kelangkaan ini disebabkan menurunnya produksi
kedelai di Amerika Serikat, padahal Amerika Serikat adalah pengekspor kedelai
terbesar bagi Indonesia. Selain itu lahan pertanian untuk tanaman kedelai di
Indonesia saat ini banyak yang sudah dialih fungsikan. Berdasarkan siaran pers
Angka Ramalan 1 (ARAM 1) 2012 yang diumumkan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) pada tanggal 2 Juli 2012, mengatakan bahwa produksi kedelai tahun ini
sebesar 779,74000 ton biji kering atau turun sebesar 71,55 ribu ton disbanding
tahun lalu. Menurut Suryamin, penurunan produksi kedelai tahun ini yang relative
drastis terjadi di provinsi Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat,
Sumatera Utara dan Lampung akibatnya harga kedelaipun semakin naik.
Untuk mengatasi kelangkaan kedelai dalam pembuatan tempe, yakni perlu
adanya bahan baku pengganti dalam pembuatan tempe. Tentunya, bahan baku
tersebut harus memiliki nilai gizi setara dengan kedelai. Selain memiliki nilai gizi
setara dengan kedelai, bahan baku tersebut harus mudah didapatkan oleh
masyarakat.
Indonesia kaya akan sumber daya alam hayati maupun non hayati. Salah satu
sumber daya alam hayati yang melimpah adalah tumbuhan. Walaupun cukup
banyak jenis tumbuhan yang telah dimanfaatkan sebagai sumber pangan yang
kaya gizi, namun banyak yang belum dimanfaatkan secara maksimal, salah
satunya adalah biji labu kuning.

1
Biji labu kuning mengandung beberapa gizi. Gizi yang terkandung dalam biji
labu kuning seperti asam amino yang langka (seperti m-karboksifenilalanina,
pirazoalanina, asam aminobutirat, dan sitrulina), asam amino lain, asam lemak
utama (asam linoleat, asam oleat, dan asam linolenat), vitamin B kompleks,
vitamin E, protein yang tinggi. Labu kuning juga bermanfaat untuk mencegah
kanker, seperti kanker prostat dan kanker payudara.
Dari permasalahan diatas, peneliti berpikir untuk memanfaatkan biji labu
kuning menjadi suatu olahan yang bermanfaat. Selain itu, peneliti juga ingin
mengatasi kelangkaan bahan baku pembuatan tempe yang selama ini digunakan
masyarakat yaitu kedelai. Oleh sebab itu, peneliti meneliti dan mengolah biji labu
kuning tersebut agar lebih bermanfaat kepada masyarakat. Salah satu alternatif
yang peneliti lakukan adalah dengan mengolah biji labu kuning menjadi tempe
yang kaya akan protein.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana cara pengolahan biji labu kuning menjadi tempe yang kaya
akan protein?
2. Apa manfaat mengolah biji labu kuning menjadi tempe dalam segi
lingkungan dan segi ekonomis?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kandungan biji labu kuning.
2. Untuk mengetahui cara dan proses pengolahan biji labu kuning menjadi
tempe yang kaya akan protein.
3. Untuk menghasilkan suatu olahan yang bermanfaat kepada masyarakat,
khususnya masyarakat daerah Kota Malang.

2
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut
1. Dapat menjelaskan kandungan dari biji labu kuning yang dapat diolah
menjadi tempe yang kaya akan protein.
2. Dapat memperkenalkan produk olahan makanan kepada masyarakat yang
memiliki nilai ekonomis.

You might also like