You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sehari-hari dan setiap aktivitas, manusia selalu terlibat di dalam
pengambilan suatu keputusan, baik keputusan sederhana maupun yang kompleks. Proses
dalam pengambilan keputusan selalu terkait dengan proses berpikir kritis.
Berfikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup
interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Sedangkan berfikir kritis merupakan
konsep dasar yang terdiri dari konsep berfikir yang berhubungan dengan proses belajar
dan kritis itu sendiri berbagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang komponen
berfikir kritis dalam keperawatan yang di dalamnya dipelajari karakteristik, sikap dan
standar berfikir kritis, analisis pertanyaan kritis, hubungan pemecahan masalah,
pengambilan keputusaan dan kreatifitas dalam berfikir kritis serta factor-faktor yang
mempengaruhi berfikir kritis.
Perawat sebagai bagian dari pemberi pelayanan kesehatan, yaitu memberi asuhan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan akan selalu dituntut untuk
berfikir kritis dalam berbagai situasi. Penerapan berfikir kritis dalam proses keperawatan
dengan kasus nyata yang akan memberi gambaran kepada perawat tentang pemberian
asuhan keperawatan yang komprehensif dan bermutu. Seorang yang berfikir dengan cara
kreatif akan melihat setiap masalah dengan sudut yang selalu berbeda meskipun
obyeknya sama, sehingga dapat dikatakan, dengan tersedianya pengetahuan baru,
seorang profesional harus selalu melakukan sesuatu dan mencari apa yang paling efektif
dan ilmiah dan memberikan hasil yang lebih baik untuk kesejahteraan diri maupun orang
lain.
Proses berfikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam
pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih
mampu untuk membetuk asumsi, ide-ide dan menbuat simpulan yang valid. Semua
proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berfikir dan belajar.
Keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi memerlukan
disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan dan
dukungan.Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada

1
pikiran rasional dan cermat menjadi pemikir kritis adalah denominator umum untuk
pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri.
Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah adalah kemampuan mendasar
bagi praktisi kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan dan kebidanan. Tidak
hanya berpengaruh pada proses pengelolaan asuhan keperawatan dan kebidanan, tetapi
penting untuk meningkatkan kemampuan merencanakan perubahan. Perawat dan bidan
pada semua tingkatan posisi klinis harus memiliki kemampuan menyelesaikan masalah
dan mengambil keputusan yang efektif, baik sebagai pelaksana/staf maupun sebagai
pemimpin.
Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan bukan merupakan bentuk
sinonim. Pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan membutuhkan
pemikiran kritis dan analisis yang dapat ditingkatkan dalam praktek. Pengambilan
keputusan merupakan upaya pencapaian tujuan dengan menggunakan proses yang
sistematis dalam memilih alternatif. Tidak semua pengambilan keputusan dimulai
dengan situasi masalah.
Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses pengambilan keputusan, yang
difokuskan untuk mencoba memecahkan masalah secepatnya. Masalah dapat
digambarkan sebagai kesenjangan diantara “apa yang ada dan apa yang seharusnya
ada”. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang efektif diprediksi bahwa
individu harus memiliki kemampuan berfikir kritis dan mengembangkan dirinya dengan
adanya bimbingan dan role model di lingkungan kerjanya.
Karena pentingnya pembahasan mengenai berpikir kritis dan peranannya dalam
pengambilan keputusan dalam ilmu keperawatan, maka untuk lebih lengkapnya
penyusun akan membahas mengenai berpikir kritis dan pengambilan keputusan dalam
makalah ini.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1.2.1. Apa yang dimaksud dengan berpikir kritis dan pengambilan keputusan?
1.2.2. Apa sajakah jenis-jenis/macam-macam berpikir kritis dan pengambilan
keputusan?
1.2.3. Apa sajakah ruang lingkup berpikir kritis dan pengambilan keputusan?
1.2.4. Apa sajakah strategi/cara-cara berpikir kritis dan pengambilan keputusan?
1.2.5. Jelaskan contoh kasus/aplikasi berpikir kritis dan pengambilan keputusan?
1.2.6. Apa sajakah manfaat dari berpikir kritis dan pengambilan keputusan?

1.3. TUJUAN

2
1.3.1. Untuk mengetahui dan memahami tentang pengertian dari berpikir kritis dan
pengambilan keputusan.
1.3.2. Untuk mengetahui dan memahami tentang jenis-jenis/macam-macam berpikir
kritis dan pengambilan keputusan.
1.3.3. Untuk mengetahui dan memahami tentang ruang lingkup berpikir kritis dan
pengambilan keputusan.
1.3.4. Untuk mengetahui dan memahami tentang strategi atau cara-cara berpikir kritis
dan pengambilan keputusan.
1.3.5. Untuk mengetahui dan memahami tentang contoh kasus/aplikasi berpikir kritis
dan pengambilan keputusan.
1.3.6. Untuk mengetahui dan memahami tentang manfaat berpikir kritis dan
pengambilan keputusan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. BERPIKIR KRITIS

3
2.1.1. Pengertian

Sebelum kita mengetahui apa itu pengertian berpikir kritis ada baiknya kita
mengetahui terlebih dahulu mengenai pengertian berpikir. Tri Rusmi dalam Perilaku
Manusia (1996), mengatakan berpikir adalah suatu proses sensasi, persepsi, dan memori/
ingatan, berpikir mengunakan lambang (visual atau gambar), serta adanya suatu
penarikan kesimpulan yang disertai proses pemecahan masalah. Berpikir adalah
menggunakan pikiran dan mencakup membuat pendapat, membuat keputusan, menarik
kesimpulan, dan merefleksikan (Gordon, 1995 ). Jadi yang merupakan pengertian
berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup
interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi.

Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk
menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian atau
keputusan berdasarkan kemampuan, menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman.
( Pery & Potter,2005). Menurut Bandman dan Bandman (1988), berpikir kritis adalah
pengujian secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran,
masalah, kepercayaan dan tindakan. Menurut Strader (1992), bepikir kritis adalah suatu
proses pengujian yang menitikberatkan pendapat tentang kejadian atau fakta yang
mutakhir dan menginterprestasikannya serta mengevaluasi pandapat-pandapat tersebut
untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif/ pandangan baru.

Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi seorang
profesional. Berpikir kritis akan membantu profesional dalam memenuhi kebutuhan
klien. Berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah-sasaran yang
membantu individu membuat penilaian berdasarkan data bukan perkiraan (Alfaro-
LeFevre 1995). Berpikir kritis berdasarkan pada metode penyelidikan ilmiah, yang juga
menjadi akar dalam proses keperawatan. Berpikir kritis dan proses keperawatan adalah
krusial untuk keperawatan profesional karena cara berpikir ini terdiri atas pendekatan
holistik untuk pemecahan masalah.

Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada


pikiran rasional dan cermat. Menjadi pemikir kritis adalah sebuah denominator umum
untuk pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri.
Pengetahuan didapat, dikaji dan diatur melalui berpikir. Keterampilan kognitif yang
digunakan dalam berpikir kualitas-tinggi memerlukan disiplin intelektual, evaluasi-diri,

4
berpikir ulang, oposisi, tantangan, dan dukungan (Paul, 1993). Berpikir kritis
mentransformasikan cara individu memandang dirinya sendiri, memahami dunia. dan
membuat keputusan (Chafee 1994).

2.1.2. Model Berpikir Kritis

Model T.H.I.N.K dikemukakan oleh Rubenfeld & Scheffer (2006). Model


T.H.I.N.K menjelaskan berpikir kritis merupakan perpaduan dari beberapa aktivitas
berpikir yang terkait dengan konteks situasi ketika proses berpikir tersebut terjadi.
Berpikir kritis merupakan proses kompleks yang jauh dari berpikir lurus. Walaupun
berpikir kritis dapat dibagi menjadi beberapa bagian untuk dipelajari, komponen-
komponennya harus “dilekatkan kembali” agar penggunaannya optimal.

a. Ingatan Total (T)


 Mengingat kembali fakta-fakta atau mengingat kembali dimanaserta
bagaimana menemukannya bila diperlukan.
 Fakta dapat berasal dari buku, hasil pengkajian, lingkungan.
 Kemampuan mengakses pengetahuan: disimpan dalam ingatan estela
dipelajari.
 Tiap orang memiliki fakta dalam ingatannya.
 Total recall tergantung kemampuan memory.
b. Kebiasaan (H)
 Berpikir secara berulang-ulang sehingga jadi kebiasaan/things Ido without
thinking.
c. Penyelidikan (I)
 Mengkaji issue dengan mendalam dan mananyakan yang tampak tidak
jelas.
 Menggali dan menanyakan segala sesuatu yang berkaitan dengan fakta
sesuai dengan asumsinya.
 Cara utama untuk membuat kesimpulan
 Berpikir induktif
d. Ide dan kreativitas (N)
 Kebalikan dari habits
 Segala sesuatu yang sudah dipelajari, digabung, dikaitkan dan diterapkan
pada situasi yang unik
e. Mengetahui bagaimana anda berpikir (K)
 Dimulai dengan menggunakan refleksi diri
 Digunakan untuk menyesuaikan pemikiran secara terus-menerus ke
konteks kebutuhan pasien dan area pelayanan kesehatan yang
selaluberubah

5
 Mempertimbangkan segala sesuatu dalam pikiran kita dan berusahakeras
untuk meningkatkan bagaimana kita berpikir dan apa yangkita lakukan
dengan berfokus pada apa yang kita pikirkan, rasakan,dan lakukan dalam
situasi tertentu tersebut.

Model ini dirancang untuk peniaian keperawatan ditingkat pelayanan, pengelolaan


dan pendidikan. Ketika seorang perawat berada di pelayanan, model ini mengemukakan
lima komponen berpikir kritis yang mengarahkan perawat untuk membuat rencana
tindakan agar asuahan keperawatan aman dan efektif.

1. Dasar Pengetahuan Khusus


Dasar pengetahuan perawat mencakupinformasi dan teori dari ilmu
pengetahuanalam, humaniora, dan keperawatan yangdiperlukan untuk
memikirkan masalahkeperawatan.
2. Pengalaman
Pengalaman klinis memberikan suatu sarana laboratorium untuk menguji
pengetahuankeperawatan. Benner (1984) menuliskan bahwa perawatyang ahli
memahami konteks dari situasi klinis, mengenali isyarat,
danmenginterpretasikannya sebagai relevan atau tidak relevan.
Tingkat kompetensi ini datang dari pengalaman. Pelajaran terbaik yang
harusdipelajari oleh peserta didik keperawatan yang baru adalah
mengambilmanfaat semua yang dialami klien. Menggunakan salah satunya
sebagaibatu loncatan untuk membangun dan mendapatkan pengetahuan
baru,membuat perbandingan dan kontras, dan merangsang pikiran inovatif.
3. Kompetensi
Kompetensi berpikir kritis adalah proses kognitif yang digunakan
perawat untuk membuat penilaian keperawatan.
Tiga tipe kompetensi :
a. Berpikir kritis umum
Berpikir kritis umum mencakup metoda ilmiah, pemecahan masalah,dan
pembuatan keputusan. Pemecahan masalah mencakupmendapatkan
informasi ketika terdapat kesenjangan antara apa yangsedang terjadi
dengan apa yang seharusnya terjadi. Kemampuanmemecahkan masalah
dalam suatu situasi memungkinkan perawatmenerapkan pengetahuan
tersebut pada situasi klien lainnya. Dalammembuat keputusan, individu
memilih tindakan untuk memenuhitujuan. Keputusan yang harus dibuat
secara bebas dengan dasar nilaidan keinginan individu. Sekali keputusan

6
telah dibuat, individu harusyakin bahwa keputusan tersebut adalah pilihan
yang terbaik.
b. Berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis
Kompetensi yang tercakup disini adalah pertimbangan
diagnostik,kesimpulan klinis, dan pembuatan keputusan klinis.
Dalampemeriksaaan diagnostik yang dilakukan untuk pasien,
perawatberperan membuat pengkajian berkesinambungan
berdasarkanmasalah medis klien (Carnevali & Thomas, 1993). Dalam hal
iniperawat tidak membuat diagnosa medis, perawat mencari tanda
dangejala yang diantisipasi yang merupakan hal umum
untukmendiagnosis, membantu membuat kesimpulan klinis
tentangkemajuan perawat. Misalnya: klien yang mempunyai riwayat
infarkmiokard (serangan jantung) harus dipantau munculnya
kekambuhannyeri dada dan perubahan tanda-tanda vital. Perawat harus
mampusecara kritis untuk menganalisa situasi klinis yang terus
berubahsehingga kebutuhan mendesak klien dapat diantisipasi. Ini
merupakanperan kolaburatif penting harus diterima perawat.
c. Berpikir kritis spesifik dalam keperawatan.
Proses keperawatan merupakan pendekatan sistematis yangdigunakan
untuk secara kritis mengkaji dan menelaah kondisi klien,mengidentifikasi
respon klien terhadap masalah kesehatan,melakukan tindakan yang sesuai,
dan kemudian mengevaluasi apakahtindakan yang dilakukan telah
efektif.Pembuatan keputusan klinis untuk kelompok klien :
 Identifikasi masalah dari setiap klien.
 Bandingkan klien dan tetapkan masalah mana yang lebihmendesak
berdasarkankebutuhan dasar, status klienyang tidak stabil atau
terusberubah, dan kompleksitas masalah.
 Antisipasi waktu yang akandibutuhkan untuk mencapai
prioritasmasalah.
 Putuskan bagaimana cara membandingkan aktivitas
untukmemecahkan lebih dari satu masalah pada setiap
kesempatan.
 Pertimbangan bagaimana cara melibatkan klien sebagai
pembuatkeputusan dan partisipan dalam perawatan
4. Sikap untuk Berpikir Kritis
Sikap dalam hal ini adalah nilai yang harus ditunjukkankeberhasilannya oleh
pemikir kritis. Individu harus menunjukkan ketrampilan kognitif untuk berpikir

7
secarakritis dan penting untuk memastikan bahwaketrampilan ini digunakan
secara adil dan bertanggung jawab. Contoh sikap untuk berpikirkritis adalah:
tanggung gugat, berpikir mandiri,mengambil resiko, kerendahan hati,
integritas,ketekunan, dan kreativitas.
a. Tanggung Gugat
Sebagai perawat profesional, perawat harus mampu membuat keputusan
dalam beresponterhadap hak, kebutuhan, dan minat klien.Perawat harus
menerima tanggung gugat untukapapun penilaian yang dibuatnya atas
nama klien.
b. Berpikir Mandiri
Perawat belajar mempertimbangkan ide dan konsep dengan rentangyang
luas yang dilanjutkan dengan membuat penilaian sendiri.Penilaian disertai
dengan penerimaan masukan dari orang lain, dengancatatan: ide atau
masukan dari orang lain tersebut harus disertaidengan rasional serta
jawaban yang logis. Berpikir mandiri adalah intidari riset keperawatan
c. Mengambil Resiko
Keputusan yang telah diambil mempunyai resiko untuk ditelaah kembali
sehingg adibutuhkan niat dan kemauan mengambil resikountuk mengenali
keyakinan apa yang salah dan selanjutnya melakukantindakan didasarkan
pada keyakinan yang didukung oleh fakta danbukti yang kuat.
d. Kerendahan Hati
Pemikir kritis menerima bahwa mereka tidak mengetahui dan mencoba
untuk mendapatkan pengetahuan yang diperlukan untukmembuat
keputusan yang tepat. Kerendahan hati perlu dipersiapkanoleh seorang
perawat untuk mengetahui ketidakmampuannya untuk mengatasi masalah
praktik keperawatan. Perawat harus memikirkankembali situasi, mencari
pengetahuan tambahan, dan kemudianmenggunakan informasi untuk
membentuk konklusi (kesimpulan).Kerendahan hati perawat akan
mendorong keinginan untukberhadapan dengan perawat yang lebih
berpengalaman dan untukmendapatkan informasi yang diperlukan untuk
menangapi masalahklien dengan tepat mendukung perawat menjadi
dewasa secaraprofesional.
e. Integritas
Orang yang mempunyai integritas dengan cepat berkeinginan
untukmengakui dan mengevaluasi segala ketidakkonsistenan dalam ide
dankeyakinannya.
f. Ketekunan

8
Pemikir kritis harus bertekad untuk menemukan pemecahan dan jalan
keluar yang efektif untuk masalah keperawatan klien. Perawat
harusbelajar sebanyak mungkin mengenai masalah, mencoba
berbagaipendekatan untuk keperawatan dan terus menari sumber
tanbahansampai pendekatan yang tepat. Misalnya: pasien DM
(DiabetesMelitus) mempunyai luka di jari kaki. Untuk
menemukantindakan yang tepat, perawat perlu konsultasi dengan ahli
gizi,dokter, dan mencari jurnal/artikel yang berhubungan dengan luka DM

g. Kreativitas
Kreativitas merupakan kemampuan berpikir orijinal, hal ini berarti
menemukan jalan keluar dari masalah yang ditemukan dengan carayang
lain. Misal: anggota keluarga menderita artritis sehingga sakitjika
digunakan untuk membungkuk. Mensikap hal tersebut,
keluargamemakukan balok kecil di kaki kursi, hal ini dilakukan agar
pasientidak perlu membungkuk jika akan duduk.

5. Standar
Kemampuan perawat untuk berpikir kritis terhadap masalah klien, sehingga
penting untuk menggunakan standar berpikir kritis untukmemastikan bahwa
keputusan yang tepat telah dibuat.Standar profesional untuk berpikir kritis
mengacu pada kriteria etikuntuk penilaian keperawatan dan kriteria untuk
tanggung jawab dantanggung gugat profesional. Penerapan standar mengharuskan
perawatmenggunakan berpikir kritis untuk kebaikan individu atau
kelompok(Kataoka-Yahiro dan Saylor, 1994) Standar untuk berpikir kritis adalah
jelas, spesifik, konsisten,mendalam, komplet, mencukupi, tepat, akurat, masuk
akal, logis, luas,signifikan, terbuka.

2.1.3. Ruang Lingkup Berpikir Kritis

Terdapat dua standar yang termasuk ruang lingkup dalam berpikir kritis, yaitu
standar intelektual dan standar profesional.

1. Standar Intelektual diantaranya jelas, tepat, spesifik, relevan, akurat, masuk akal,
konsisten, logis, mendalam, luas, kompleks, adekuat, terbuka, dan signifikan.

9
2. Standar Profesional diantaranya kriteria etis untuk penilaian keperawatan, kriteria
untuk evaluasi dan tanggung jawab profesional.
2.1.4. Manfaat Berpikir Kritis

Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam keperawatan
adalah sebagai berikut :

1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari.


2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan.
3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab
dantujuan, serta tingkat hubungan.
5. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan
yangdilakukan.
6. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
8. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
9. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan.
10. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan
kesimpulanyang dilakukan.
11. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan.
12. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai
keputusan.
13. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhankeperawatan.

2.1.5. Cara atau Langkah Berpikir Kritis

Berpikir secara kritis melibatkan suatu rangkaian terintegrasi tentang kemampuan


dan sikap berpikir. Individu harus mampu menerima informasi,menggunakan ingatan
(memori) saat ini dan masa lalu, menerpkan logika danalasan, meninjau data dengan cara
yang teratur, dan membuat keputusan secara jelas dan kreatif. Adapun langkah berpikir
kritis yaitu:

1. Menentukan tujuan berpikir kritis (Purpose of thinking)


2. Menambah (mencukupi) pengetahuan yang diperlukan (adequacy of knowledge)
3. Mengidentifikasi masalah potensial (Potential Problem)
4. Mengidentifikasi sumber pendukung (Helpful Resource)
5. Membuat keputusan yang kritis (Critique of judgment/Decision)

2.2. PENGAMBILAN KEPUTUSAN


2.2.1. Pengertian Pengambilan Keputusan

10
Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari
proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara
beberapa alternatif yang tersedia.Menurut James A. F. Stoner pengambilan keputusan
adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan
masalah. Menurut Sondang P. Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan
yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang
menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat. Jadi dapat disimpulkan
bahwa pengambilan keputusan adalah proses berpikir untuk memilih tindakan terbaik
guna mencapai tujuan yang diharapkan. Keputusan harus dibuat kapan pun terdapat
pilihan eksklusif bersama atau saat terdapat pilihan untuk melakukan tindakan atau tidak.

2.2.2. Langkah-Langkah Pengambilan Keputusan


Adapun langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan yaitu:
1. Identifikasi tujuan
Perawat dapat mengidentifikasikan mengapa keputusan perlu diambil dan
kebutuhan yang perlu ditentukan.
2. Tetapkan kriteria
Ketika perawat menetapkan kriteria pengambilan keputusan, tiga pertanyaan
harus terjawab: apa hasil yang diharapkan, apa yang perlu dipertahankan, dan apa
yang perlu dihindari. sebagai contoh, untuk klien menderita nyeri, kriteria yang
dibuat harus seperti berikut:
a. Apa yang harus dicapai? : Peredaan nyeri
b. Apa yang perlu dipertahankan? : Fungsi fisik, fungsi kognitif, psikologis,
kenyamanan pasien.
c. Apa yang perlu dihindari? : Depresi sistem saraf pusat, depresi
pernafasan, mual.
3. Timbang kriteria
Dalam tahap ini, pengambilan keputusan menetapkan prioritas atau mengurutkan
aktivitas atau layanan dengan urutan kepentingan dari yang kurang penting
sampai yang penting saat dihubungkan dengan situasi khusus. Karena
menimbang sifatnya khusus terhadap situasi, aktivitas dapat diurutkan sebagai
yang paling penting pada satu situasi dan tidak penting pada situasi yang lain.
Sebagai contoh apabila klien yang mengalami nyeri menderita kanker stadium
akhir, peredaan nyeri mungkin lebih penting dibandingkan menghindari efek
samping obat pereda nyeri tersebut.
4. Cari alternatif
Pengambilan keputusan mengidentifikasi semua cara yang mungkin dilakukan
untuk memenuhi kriteria tersebut. Pada situasi klinis, alternatif dapat dipilih dari

11
kisaran intervensi keperawatan atau strategi perawatan klien. Nyeri dapat diatasi
dengan obat oral atau injeksi, jika perlu atau sesuai jadwal, atau tanpa intervensi
farmasi sama sekali, bahkan menggunakan modalitas penyembuhan alternatif
dan pelengkap (CAM).
5. Kaji alternatif
Perawat menganalisis alternatif untuk memastikan bahwa ada penjelasan rasional
objektif terkait kriteria yang ditetapkan untuk memilih satu strategi yang lain.
Untuk nyeri yang disebabkan oleh prosedur (seperti pengangkatan benda asing),
CAM mungkin tidak cukup kuat meredakan nyeri dan obat oral mungkin efektif,
tetapi berkerja terlalu lambat, sehingga narkotik IV mungkin menjadi pilihan
terbaik.
6. Proyeksikan
Perawat memakai pemikiran kreatif dan skeptisisme untuk menentukan
konsekuensi negatif yang mungkin terjadi sebagai hasil keputusan dan menyusun
rencana untuk mencegah, meminimalkan atau mengatasi semua masalah. Apabila
narkotik IV dipilih, prosedur keamanan apa yang harus ada, misalnya, antidot
narkotik dan oksigen tambahan.
7. Implementasikan
Rencana keputusan diimplementasikan. Terapi nyeri mulai dilakukan.
8. Evaluasi hasil
Seperti semua asuhan keperawatan, dalam melakukaan evaluasi, perawat
menentukan keefektifan rencana dan menetapkan apakah tujuan awal telah
tercapai. Bagaimana klien mengukur tingkat nyeri setelah prosedur.

2.3. CONTOH DAN APLIKASI DI BIDANG KEPERAWATAN


2.3.1 Contoh dan Aplikasi Berpikir Kritis

Proses keperawatan adalah metode perencanaan dan pemberian asuhan


keperawatan individu yang sifatnya rasional dan sistemik. Fase proses keperawatan
yaitu: pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

Contoh Penggunaan Berpikir Kritis dalam Proses Keperawatan


Fase Proses Keperawatan Aktivitas Berpikir Kritis

12
Pengkajian Melakukan observasi yang andal
Membedakan data yang relevan
dengan data yang tidak relevan
Membedakan data yang penting dan
tidak penting
Memvalidasi data
Mengatur data
Mengelompokkan data sesuai dengan
kerangka berpikir
Mengidentifikasi asumsi
Diagnosis Menemukan pola dan hubungan
diantara petunjuk
Mengidentifikasi celah pada data
Membuat kesimpulan
Menunda penilaian ketika
kekurangan data
Menentukan hubungan antar disiplin
Menetapkan masalah
Mengkaji asumsi
Membandingkan pola dengan standar
atau kebiasaan
Mengidentifikasi faktor yang
menimbulkan masalah
Perencanaan Membentuk generalisasi yang valid
Memindahkkan pengetahuan dari
satu situasi ke situasi lain
Menyusun kriteria evaluasi
Membuat hipotesis
Melakukan hubungan antar disiplin
Memprioritaskkan masalah klien
Mengeneralisasi prinsip dari ilmu
pengetahuan lain
Implementasi Menerapkan pengetahuan untuk
melakukan intervensi

13
Menguji hipotesis
Evaluasi Memutuskan apakah hipotesis benar
Melakukan evaluasi berdasarkan
kriteria

Hubungan pemikiran Paul dan Elder (1995) terhadap fase proses keperawatan dan
penerapannya pada contoh klinis tercantum sebagai berikut :

Hubungan Unsur Pemikiran Paul dan Elder dengan Proses Keperawatan


Unsur Kesejajaran
Pemikiran dengan
Penerapan Klinis
Paul Proses
Keperawatan
Informasi Pengkajian Data: seorang pria latin berusia 45 tahun mengeluh sakit
kepala berat, kelebihan berat badan 10 kg, tekanan darah
180/95 mm Hg. Ia mengatakan meminum pil untuk
tekanan darah hanya saat dia mengalami sakit kepala.
Bekerja sebagai seorang tukang kebun milik pribadi,
tinggal bersama istri, ibu mertua dan empat anak.
Saat diberikan data ini, orang yang berpikir kritis
menyadari dibutuhkan lebih banyak data mengenai nilai
kesehatan budaya klien dan alasan terhadap perilaku yang
dikatakannya tersebut. Kegagalan untuk berpikir secara
kritis dan mendapatkan data tambahan menyebabkan
penetapan tujuan, diagnosis dan intervensi menjadi tidak
akurat.
Maksud Penetapan Tujuan: meningkatkan kepatuhan terhadap regimen
Pemikiran tujuan pengobatan untuk meredakan sakit kepala dan mencegah
cedera serebrovaskular (CVA). Dengan berpikir secara
kritis perawat akan mencoba menentukan tujuan klien dan
setuju dengan tujuan bersama.
Pertanyaan Diagnosis Seorang yang berpikir kritis akan menunda
seputar isu pengidentifikasian diagnosa klien sampai didapatkan lebih
banyak data dan prioritas klien diketahui. Hal ini
mencegah diagnosis prematur akibat data yang tidak

14
memadai.
Sudut Diagnosis Sebagai orang yang berpikir kritis, perawat menyadari
pandang bahwa sudut pandang klien dapat berbeda dengan sudut
pandang perawat. Meskipun perawat mendukung sistem
kepercayaan pengobatan barat yang memprioritaskan
pengobatan penyakit, orang yang berpikir kritis juga
menyadari bahwa klien terseut mungkin menganut
kepercayaan tentang persepsi sehat sakit, terapi, dan
tindakan pencegahan yang berbeda.
Interpretasi Diagnosis Orang yang berpikir kritis mengenali bahwa pemakaian
dan obat-obatan dan resep yang tidak teratur oleh klien
inferensi mungkin disebabkan oleh banyak hal (mis., efek samping
(kesimpula yang mengganggu atau yakin bahwa sakit karena
n dan kehendak tuhan dan tidak dapat dicegah) dan tidak akan
anjuran) menyimpulkan diagnosis dengan etiologinya sampai
didapatkan lebih banyak data. Kegagalan berpikir kritis
dapat menyebabkan interpretasi yang tidak relevan, tidak
adekuat, dan dangkal (mi., kesalahan saat interpretasi
bahwa masalah klien adalah kurang pengetahuan).
Asumsi Diagnosis Orang yang berpikir kritis membuat asumsi menurut data
dasar yang tidak bias dan luas serta tujuan klien yang
ditetapkan bersama. Orang yang berpikir kritis
menghindari membuat asumsi yang tidak terbukti,
misalnya pada asumsi bahwa peningkatan pengetahuan
akan meningkatkan kepatuhan klien atau bahwa klien ini
termotivasi untuk mencegah CVA.
Konsep Diagnosis Orang yang berpikir kritis menggunakan konsep tentang
(teori, perencanaan motivasi, teori berubah dan keperawatan multikultural
hukum, untuk memahami perilaku dan motivasi klien untuk
prinsip, berubah. Kegagalan untuk berpikir kritis dapat
model) menyebabkan ketergantungan eksklusif pada sebuah
konsep yang terlalu sederhanan seperti “pengetahuan
menyebabkan perubahan”.
Implikasi Perencanaan Orang yang berpikir kritis mempertimbangkan implikasi
dan implementas dan konsekuensi strategi keperawatan tertentu sebelum

15
konsekuens i mengimplementasikan rencana asuhan. Rencana asuhan
i termasuk tujuan dan hasil didasarkan pada pengkajian
yang berkelanjutan terhadap nilai budaya, kepercayaan
dan kebutuhan klien. Kegagalan berpikir kritis dapat
menyebabkan intervensi yang tidak efektif seperti
penyuluhan klien yang berfokus hanya pada perbaikan
defisit pengetahuan tentang obat yang diprogramkan.
Orang yang berpikir kritis mengenali bahwa defisit
pengetahuan dapat atau tidak menyebabkan salah satu
masalah.
Interpretasi Evaluasi Orang yang berpikir kritis mendasarkan evaluasi hasil
dan pada klien dan keefektifan intervensi keperawatan pada
inferensi kriteria baku dan dapat diukur serta mempertimbangkan
secara rasional apakah hasil telah divalidasi. Kegagalan
berpikir kritis dapat menyebabkan ketidakpatuhan klien
dan kesimpulan bahwa klien tersebut tidak belajar secara
efektif dan membutuhkan petunjuk lebih lanjut.

2.3.2 Contoh dan Aplikasi Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan dan proses keperawatan mempunyai beberapa


kesamaan dan perawat menggunakan pengambilan keputusan pada semua langkah proses
keperawatan. Adapun perbandingan antara proses keperawatan dan proses pengambilan
keputusan yaitu sebagai berikut:

Perbandingan Antara Proses Keperawatan Dan Proses Pengambilan


Keputusan
Proses Keperawatan Proses Pengambilan Keputusan
Mengkaji Mengidentifikasi tujuan
Diagnosis
Merencanakan Menetapkan kriteria
Menimbang kriteria
Mencari alternatif
Mengkaji alternatif

16
Memproyeksikan
Mengimplementasikan Mengimplementasikan
Mengevaluasi Mengevaluasi hasil
*Proses pengambilan keputusan paralel dengan proses keperawatan, tetapi
juga digunakan pada tiap tahap proses tersebut.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih kemampuan dalam
mengevaluasi atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat-tidaknya ataupun
layak-tidaknya suatu gagasan yang mencakup penilaian dan analisa secara rasional
tentang semua informasi, masukan, pendapat dan ide yang ada, kemudian merumuskan
kesimpulan dan mengambil suatu keputusan.

17
Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah adalah kemampuan
mendasar bagi tenaga kesehatan. Khusus dalam bidang keperawatan pengambilan
keputusan sangat dibutuhkan dalam membuat asuhan keperawatan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis sangat erat hubungannya dengan
pengambilan keputusan. Karena khususnya dalam bidang kesehatan seperti perawat
sangat perlu dibutuhkannya berpikir kritis tertutama dalam pengambilan keputusan
dalam menyelesaikan asuhan keperawatan

3.2. Saran

Dengan penyusunan paper ini, semoga bermanfaat bagi para pembaca, khususnya
bagi mahasiswa keperawatan. Penyusun berharap agar para pembaca dapat lebih
memahami mengenai berpikir kritis dan pengambilan keputusan sehingga ilmu yang
didapatkan dapat bermanfaat di masa yang akan datang.

18

You might also like