You are on page 1of 10

Bab ii

Pembahasan

2.1 Pengertian pemeriksaan tanda tanda vital

Sebelum dilakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan pertama yang dilakuakan adalah


pemeriksaan tanda- tanda vital (ttv). Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk
mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh. Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan tanda-tanda
vital juga merupakan sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk
menemukan tanda klinis penyakit dan berfungsi dalam menentukan perencanaan perawatan
medis . Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan
darah. Tanda vital mempunyai nilai sangat penting pada fungsi tubuh. Adanya perubahan
tanda vital, misalnya suhu tubuh dapat menunjukkan keadaan metabolisme dalam tubuh.
Denyut nadi dapat menunjukkan perubahan pada sistem kardiovaskuler. Frekuensi pernafasan
dapat menunjukkan fungsi pernafasan dan tekanan darah dapat menilai kemampuan sistem
kardiovaskuler yang dapat dikaitkan dengan denyut nadi.
Semua tanda vital tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi tidak bisa
dipisahkan satu sama lain. Perubahan tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalam dalam kondisi
aktivitas berat atau dalam keadaan sakit dan perubahan tersebut merupakan indikator adanya
gangguan sistem tubuh. Dengan kata lain, pengukuran ttv bertujuan untuk memperoleh data
dasar, mendeteksi atau memantau perubahan status kesehatan tubuh dan mementau klien
yang berisiko mengalami perubahan satatus kesehatan. Pemeriksaan tanda vital yang
dilaksanakan oleh perawat digunakan untuk memantau perkembangan pasien.

tindakan ini bukan hanya merupakan kegiatan rutin pada klien, akan tetapi merupakan
tindakan pengawasan terhadap perubahan atau gangguan sistem tubuh.
Pelaksanaan pemeriksaan tanda vital pada semua klien berbeda satu dengan yang lain.
Tingkat kegawatan pasien seperti pada kondisi pasien kritis akan membutuhkan pengawasan
terhadap tanda vital yang lebih ketat dibanding pada kondisi pasien yang tidak kritis,
demikian sebaliknya. Prosedur pemeriksaan tanda vital yang dilakukan pada pasien meliputi
pengukuran suhu, pemeriksaan denyut nadi, pemeriksaan pernafasan, dan pengukuran
tekanan darah.
2.2 Waktu mengkaji tanda- tanda vital
Waktu mengkaji tanda tanda vital sebaiknya dilakukan pada:
1) Pada saat masuk rumah sakit atau klinik untuk memperoleh data dasar.
2) Pada saat pasien mengalami perubahan status kesehatannya atau mengeluhkan gejala
seperti nyeri dada atau merasa panas atau merasa pusing.
3) Sebelum atau sesudah operasi.
4) Sebelum atau sesudah pemberian obat yang dapat mempengaruhi sistem pernapasan
dan kardiovaskuler.
5) Sebelum dan setelah melakukan suatu tindakan yang dapat mempengaruhi tanda –
tanda vital.
2.3 jenis jenis pemeriksaan tanda tanda vital
2.3.1 Mengukur suhu badan
2.3.2 Pemeriksaan denyut nadi

Denyut nadi merupakan denyutan atau dorongan yang dirasakan dari proses
pemompaan jantung. Denyut nadi (pulse) adalah getaran/ denyut darah didalam pembuluh
darah arteri akibat kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut nadi disebut juga pengukuran
denyut jantung, atau berapa kali jantung berdetak per menit. dalam mendorong darah melalui
arteri ke seluruh tubuh. Mengukur denyut nadi tidak hanya berguna untuk mengukur detak
jantung saja, tetapi juga dapat menunjukkan Irama jantung dan Kekuatan pulsa

a) Faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi nadi


1) Usia. Dengan bertambahnya usia, denyut nadi secara bertahap menurun.
2) Jenis kelamin. Setelah pubertas denyut nadi laki laki biasanya lebih rendah dari
perempuan.
3) Rokok dan Kafein.
4) Latihan fisik. Latihan fisik dalam jangka pendek dapat meningkatkan frekuensi
nadi.
5) Suhu. Demam dan suhu yang panas dapat meningkatkan denyut nadi, sedangkan
hipotermia dapat menurunkan denyut nadi.
6) Emosi. Nyeri akut dan kecemasan meningkatkan kerja saraf simpatis sehingga
meningkatkan kerja jantung.
7) Obat-obatan. Beberapa jenis obat-obatan kronotropik positif memacu adrenalin
sehingga meningkatkan frekuensi denyut nadi.
8) Pendarahan. Hilangnya darah dalam jumlah yang besar dapat meningkatkan
kerja sarap simpatis.
9) Perubahan posisi. Perubahan posisi dari berdiri atau duduk dapat meningkatkan
frekuensi nadi seseorang.
b) Karakteristik nadi
Ada beberapa karakteristik nadi yang perlu diperhatikan ketika melakukan
pemeriksaan, yaitu:
1) Kualitas nadi: bgaimana rasa getaran nadi, ritme, dan kekuatannya.
2) Kuantitas atau jumlah nadi adalah pengukuran tidak langsung curah jantung.
Nilai ini didapatkan dengan menghitung jumlah nadi apikal pada titik-titik nadi
pada satu menit.
3) Ritme nadi adalah keteraturan denyut nadi. Ritme nadi ada dua yaitu,regular
(teratur, jarak antar denyutan sama) dan disritmiajarak antar denyutan tidak
sama).
4) Volume nadi adalah pengukuran amplitudo atau kekuatan nadi yang dihasilkan
oleh ejeksi ventrikel. Volume nadi yang normal adalah ketika nadi bisa teraba
dengan kuat dan penuh.sedangkan volume nadi yang lemah adalah ketika nadi
terasa dangkal dan lemah.

c) Lokasi palpasi nadi


1. Pada aspek ventral dari pergelangan tangan pada sisi ibu (radial arteri), dan
kurang umum ulnar arteri kemerah-merahan pada sisi yang lebih mendalam dan
sulit untuk meraba.
2. Leher (pembuluh nadi kepala),
3. Bagian dalam siku, atau di bawah otot bisep (arteri brachial)
4. Kunci paha,
5. Dibalik malleolus di tengah-tengah kaki (belakang tibial arteri)
6. Tengah dorsum dari kaki (dorsalis pedis).
7. Di belakang lutut (popliteal arteri)
8. Diatas Perut (Abdominal aorta)
9. Dada (aorta).
d) Denyut nadi normal
Frekuensi denyut nadi pada tiap-tiap tahapan usia berbeda-beda. Berikut
rentangan tabelnya.
Bayi baru lahir 140 kali per menit

Dibawah umur 1 bulan 110 kali per menit


Umur 1 – 6 bulan 130 kali per menit
Umur 6 – 12 bulan 115 kali per menit
Umur 1 – 2 tahun 110 kali per menit

Umur 2 - 6 tahun 105 kali per menit


Umur 6 – 10 tahun 95 kali per menit
Umur 10 – 14 tahun 85 kali per menit

Umur 14 – 18 tahun 82 kali per menit

Umur diatas 18 tahun 60 – 100 kali per menit

Usia lanjut 60 – 70 kali per menit


e) Metode pemeriksaan nadi ada dua, yaitu:
1) Pemeriksaan nadi arteri radialis
 Persiapan alat
1. Arloji
2. Buku catatan
3. Com untukm tempat sarung tangan
4. baki
5. alas kaki
 persiapan pasien
1. jelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Atur lingkungan sekitar klien.
 Prosedur tindakan
1. Cuci tangan
2. Dekatkan alat pada pasien.
3. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan pada pasien.
4. Atur posisi klien dengan telentang atau duduk.
5. Anjurkan klien untuk rileks.
6. Tempelkan tiga jari pada daerah arteri.
7. Hitung denyut nadi selama satu menit sambil merasakan kedalaman
dan keteraturannya.
8. Catat hasil.
9. Rapikan alat-alat.
10. Posisi klien dikembalikan pada keadaan semula.
11. Cuci tangan.
2) Prosedur pemeriksaan nadi apikal
 Persiapan alat
Peralatan pada pemeriksaan nadi apikal sama dengan pemeriksaan nadi
arteri radialis, hanya saja pemeriksaan nadi apikal menggunakan stetoskop.
 Prosedur tindakan.
1. Cuci tangan.
2. Dekatkan alat pada pasien.
3. Jelaskan prosedur pada klien dan anjurkan klien untuk rileks.
4. Posisikan klien telentang. Buka baju bagian atas supaya dada bisa
dilihat. Tarik garis imajiner pada midklavikula sinistra , potongkan
dengan ICS ke lima, pastikan titik pertemuan kedua garis tersebut.
5. Letakkan diafragma stetoskop selama 5-10 detik pada telapak
tangan untuk menghangatkan diafragma.letakkan diafragma pada
titik pertemuan kedua garis tadi. Dengarkan bunyi S1 dan S2
jantung, hitung saat mulai tetrdengarteratur. Hitung selama 30 deti
lalu dikalikan dua jiak denyutan terdengar teratur. Jika denyutan
tidak terdengar teratur hitung selama satu menit penuh.
6. Catat hasilnya.
7. Rapikan alat dan klien.
8. Cuci tangan.

2.3.3 Pemeriksaan pernapasan


2.3.4 Pemeriksaan tekanan darah

Tekanan darah adalah pengukuran tekanan jantung untuk melawan tahanan dinding
penbuluh darah saat sistole dan diastole. Tekanan darah juga merupakan tekanan dari darah
terhadap dinding pembuluh darah yang merujuk kepada tekanan darah pada arteri secara
sistemik. Tekanan darah diukur dengan alat pengukur tekanan darah yang disebut dengan
Tensimeter(Sfigmomanometer atau Aneroid manometer) dan stetoskop. Pengukuran ini
dinyatakan dalam satuan mmHg. Pengukuran tekanan darah ini umumnya pada lengan tangan
dominan bagian atas. Ada dua tahapan saat darah dipompakan dan didengarkan saat
pengukuran tekananan darah., yaitu:

1. Tahap sistole

Pengukuran tekananan saat otot miokard berkontraksi dan memompakan darah dari
dalam ventrikel. Sistole menggambarkan curah jantung(cardiac output)

2. Tahap diastole

Periode relaksasi yang menggambarkan tekanan dalam pembuluh darah perifer


setelah darah dipompakan. Diastole menggambarkan tahanan vena perifer. Tahap diastol juga
didefinisikan sebagai periode pengisian jantung oleh darah.

Pada saat melakukan pengukuran tekanan darah, bunyi yang kita dengar adalah bunyi
korrotkoff’s. Bunyi ini terdiri dari lima, yaitu:

1) Tahap pertama, suara denyutan terdengar tipis dan jauh, lama-lama makin
keras.
2) Tahap kedua, suara makin keras dan terdengar bunyi pompaan.
3) Tahap ketiga, suara makin jelas dan teratur.
4) Tahap keempat, suara terdengar makin lirih dan mulai menghilang.
5) Tahap kelima, suara mulai menghilang.
Bunyi sistole ditandai oleh bunyi Korrotkoff’s 1 dan diastole ditandai oleh bunyi
Korrotkoff’s 2.

a) Fisiologis tekanan darah arteri

Tekanan darah berhubungan dengan curah jantung, tahanan perifer, volume darah,
viskositas darah, dan elastisitas arteri. Setiap faktor hemodinamik akanmemengaruhi satu
sama lain. Perubahan pada satu faktor dapat menjalar ke faktor yang lain sebagai sarana
tubuh utuk melakukan kompensasi.

b) Curah jantung

Adalah volume darah yang dipompakan dari jantung dalam satu menit. Dengan
demikian curah jantung adalah hasil perkalian antara jumlah volume darah dalam sekali
pompa atau volume sekuncup dan jumlah denyut jantung dalam satu menit. Curah jantung
akan meningkat jika ada peningkatan denyut jantung, peningkatan kontraksibilitas otot
jantung atau peningkatan volume darah.

c) Tahanan perifer

Semakin kecil lubang pemuluh darah, tahanannya akan semakin besar. Saat tahanan
meningkat, tekanan darah arteri juga meningkat. Saat pembuluh darah relkasasi dan tahanan
menurun maka tekanan darah akan menurun.

d) Volume darah

Volume darah rata-rata dalam tubuhn orang dewasa berjumlah 5.000 ml.normalnya
volume darah ini tetap konstan. Jika volume darah meningkat maka tekanan darah juga akan
meningkat. Kondisi ini terjadi pada pemberian caiaran intravena yang tidak terkendali.
Sebaloknya jika volume darah turun, maka tekanan darah akan turun drastis.

e) Viskositas darah

Viskositas darah adalah kekentalan darah yang bisa dilihat dari hasil pemerikaan
hematokrit( persentase sel darah merah yang ada dalam pembuluh darah). Saat himatokrit
meningkat maka aliran darah juga melambat, tekanan arteri meningkat sehingga jantung
harus memompa lebih kuat supaya darah yang kental bsa beredar keseluruh jaringan tubuh.

f) Elastisitas

Normalnya dinding pembuluh arteri sangat elastis.elastisitas arteri bergantung pada


tekanan darah.

g) Tekanan darah normal


a. Tabel Nilai normal tekanan darah
UMUR SISTOLIK (mmHg) DISTOLIK (mmHg)
Neonate 75 – 105 45 – 75
2 – 6 tahun 80 – 110 50 – 80
7 tahun 85 – 120 50 – 80
8 – 9 tahun 90 – 120 55 – 85
10 tahun 95 – 130 60 – 85
11 – 12 tahun 95 – 135 60 – 85
13 tahun 100 – 140 60 – 90
14 tahun 105 – 140 65 – 90
(Sumber : Joice Engel,1995 )

b. Tabel Klasifikasi hipertensi didasarkan pada nilai diastolik :


Hipertensi ringan 92 – 104 mmHg
Hipertensi sedang 105 – 114 mmHg
Hipertensi berat 115 mmHg
Hipertensi ganas 130Hg
(Sumber : Joice Engel,1995 )
c. Tabel tekanan darah yang normal berdasarkan usia
Usia Tekanan Darah
Bayi usia di bawah 1 bulan 85/15 mmHg
Usia 1 - 6 bulan 90/60 mmHg
Usia 6 - 12 bulan 96/65 mmHg
Usia 1 - 4 tahun 99/65 mmHg
Usia 4 - 6 tahun 160/60 mmHg
Usia 6 - 8 tahun 185/60 mmHg
Usia 8 - 10 tahun 110/60 mmHg
Usia 10 - 12 tahun 115/60 mmHg
Usia 12 - 14 tahun 118/60 mmHg
Usia 14 - 16 tahun 120/65 mmHg
Usia 16 tahun ke atas 130/75 mmHg
Usia lanjut 130-139/85-89 mmHg

d. Tabel Nilai Normal Tekanan Darah Sistolik


Neonatal 1 th – 13 th 13 th – 18 th 18 th keatas
Laki-laki 87-105 105-124 124-136

Perempuan 16-105 105-124 124-127


(Sumber : Joice Engel,1995 )

e. Tabel Nilai Normal Tekanan Darah Diastolik


Neonatal 1 th – 13 th 13 th – 18 th 18 th keatas

Laki-laki 68-69 69-79 77-84

Perempuan 60-67 67-80 78-80


(Sumber : Joice Engel,1995 )

h) Faktor yang mempengaruhi tekanan darah


1) Lebar manset. Jika manset yang digunakan lebih sempit, maka hasil pengukuran
yang didapat juga lebih tinggi. Lebar manset unntuk orang dewasa adalah 12 cm,
sedangkan pada bayi dan anak leebar mansetnya lebih kecil lagi.
2) Posisi. Ada perbedaan hasil pengukuran antara posisi berdiri, duduk dan
berbaring. Sebaiknya tekanan darah diukur dalam tiga posisi yang berbeda.
3) Stresor psikologis dan fisik, misalnya cemas, ketakutan, nyeri, dan emosi akan
merangsang saraf simpatis sehingga menimbulkan peningkatan denyut jantung,
curah jantung, dan tahanan vena perifer. Perangsangan saraf simpatis akan
meningkatkan tekanan darah.
4) Rokok.
5) Ras. Ras Australia cenderung mengalamitekanan darah tinggi pada awal dewasa
dan menjadi penyebab kematian tertinggi.
6) Usia. Rentang nilai normal tekanan darah berbeda pada tiap tahapan usia. Tekanan
darah sangat dipengaruhi oleh luas permukaan tubuh. Tekanan darah pada anak
yang brtubuh besar cenderung lebih tinggi bia dibandingkan dengan anak yang
bertubuh lebih kecil.seiring dengan pertambahan usia tekanan darah seseorang
akan semakin meningkat.
7) Aktivitas fisik juga meningkatkan curah jantung dan tekanan darah.
8) Obat-obatan.
i) Metode Pemeriksaan tekanan darah
 Pemeriksaan tekanan darah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1) Metode langsung, adalah metode yang menggunakan kanula atau jarum yang
dimasukkan kedalam pembuluh darah yang dihubungkan dengan manometer.
,metode ini merupakan cara yang paling tepat untuk melakukan pengukuran
tekanan darah.
2) Metode tak langsung, merupakan metode yang menggunakan sfigmomanometer
yang dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu palpasi yang mengukur
tekanan sistolik dan menggunakan stetoskop unuk mengukur diastolik.
 Tujuan tindakan
1) Mengetahui nilai tekanan darah
2) Untuk mengetahui data dasar tekanan darah sebagai acuan untuk evaluasi
tekanan darah berikutnya.
3) Untuk menentukan status hemodinamika pasien, misalnya stroke.
4) Untuk mengidentifikasi adanya perubahan status perubahan pada tekanan
darah yang diakibatkan oleh berbagai penyakit maupun terapi medis.
 Persiapan alat
1) Tensimeter atau Sphygmomanometer
2) Stetoskop
3) Buku catatan
 Prosedur kerja
1) Jelaskan prosedur pada klien.
2) Cuci tangan.
3) Atur posisi klien.
4) Letakkan lengan yang di ukur pada posisi telentang.
5) Lengan baju dibuka atau digulung.
6) Manset tensimeter dipasang pada lengan atas dengan pipa karetnya
berada di sisi luar lengan.
7) Manset dipasang tidak terlalu kuat atau terlalu longgar.
8) Pompa tensimeter dipasang.
9) Denyut arteri brachialis diraba, lalu stetoskop ditempatkan pada
daerah tersebut.
10)Sekrup balon karet ditutup, pengunci air raksa dibuka. Selanjutnya balon
dipompa sampai denyut arteri tidak terdengar lagi dan air raksa di dalam
gelas pipa naik.
11)Sekrup balon dibuka perlahan, sehingga air raksa turun perlahan-
lahan. Sambil memperhatikan turunnya air raksa, dengarkan bunyi
denyutan pertama.
12)Skala permukaan air raksa pada waktu terdengar denyutan pertama disebut
Systole (misalnya 120 mm Hg). Dengarkan terus sampai denyutan yang
terakhir. Skala permukaan air raksa pada waktu denyutan terakhir disebut
tekanan Dyastole (misalnya 80 mmHg).
13)Pencatatan hasil dilakukan dengan cara sebagai berikut: Systole diatas,
dan Dyastole di bawah, misalnya 120/80 dengan satuan mmHg.
DAFTAR PUSTAKA

Debora, Oda.2013. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta :Salemba Medika

Maryunani,Anik.2011. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta: Trans Info


Media

You might also like