You are on page 1of 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ULKUS DIABETIK

Disusun Oleh :

NAMA : Linda Rahma Fitria

NIM : G2A014028

PROGRAM STUDI NERS (Tahap Akademik)


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
A. Definisi
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir
dan ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman
saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau,
ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan
penyakit DM dengan neuropati perifer, (Andyagreeni, 2010).
Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes
Melllitus sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan
penderita Diabetes. Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan penting
untuk terjadinya ulkus diabetic melalui pembentukan plak atherosklerosis
pada dinding pembuluh darah, (zaidah 2005).
Ulkus kaki Diabetes (UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan
dengan morbiditas akibat Diabetes Mellitus. Ulkus kaki Diabetes
merupakan komplikasi serius akibat Diabetes, (Andyagreeni, 2010).

B. Etiologi
Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus diabetikum
dibagi menjadi faktor endogen dan ekstrogen.

1) Faktor endogen.

a. Genetik, metabolik.
b. Angiopati diabetik.
c. Neuropati diabetic

2) Faktor ekstrogen

a. Trauma
b. Infeksi
c. Obat
Faktor utama yang berperan pada timbulnya ulkus diabetikum
adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Adanya neuropati perifer akan
menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga
akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus
pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi
pada otot kaki sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsestrasi
pada kaki klien. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah
yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit pada tungkainya
sesudah ia berjalan pada jarak tertentu.

Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya


penurunan asupan nutrisi, oksigen serta antibiotika sehingga menyebabkan
terjadinya luka yang sukar sembuh (Levin, 1993)
Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai Ulkus
Diabetikum akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga
faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhadap penyembuhan Ulkus
Diabetikum.(Askandar 2001).

C. Patofisiologi
Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui
kerusakan pada pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati
diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada
pembuluh darah besar (makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada
pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Ulkus
Diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya lebih besar dibanding
pintu masuknya, dikelilingi kalus keras dan tebal. Awalnya proses
pembentukan ulkus berhubungan dengan hiperglikemia yang berefek
terhadap saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai vaskuler. Dengan
adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang
mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer memungkinkan
terjadinya trauma berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan
dibawah area kalus.
Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur sampai
permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan
luka abnormal manghalangi resolusi. Mikroorganisme yang masuk
mengadakan kolonisasi didaerah ini. Drainase yang inadekuat
menimbulkan closed space infection. Akhirnya sebagai konsekuensi
sistem imun yang abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan infeksi
menyebar ke jaringan sekitarnya, (Anonim 2009).
D. Manifestasi Klinis
Ulkus Diabetikum akibat mikroangiopatik disebut juga ulkus panas
walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh
peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal. Proses
mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara
akut emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu :
1. Pain (nyeri)
2. Paleness (kepucatan)
3. Paresthesia (kesemutan)
4. Pulselessness (denyut nadi hilang)
5. Paralysis (lumpuh)
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola
dari fontaine:
a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan)
b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
c. Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat
d. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).
Smeltzer dan Bare (2001: 1220).
Klasifikasi :
Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan,
yaitu:
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

E. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostik pada ulkus diabetikum adalah :
1. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Denervasi kulit menyebabkan produktivitas keringat menurun,
sehingga kulit kaki kering, pecah, rabut kaki / jari (-), kalus, claw toe
Ulkus tergantung saat ditemukan ( 0 – 5 )
b. Palpasi
· Kulit kering, pecah-pecah, tidak normal
· Klusi arteri dingin,pulsasi ( – )
· Ulkus :kalus tebal dan keras.

2. Pemeriksaan fisik
a. Penting pada neuropati untuk cegah ulkus
b. Nilon monofilament 10 G
c. Nilai positif : nilon bengkok, tetapi tidak terasa
d. Positif 4 kali pada 10 tempat berbeda : spesifisitas (97%),
sensitifitas (83%).

3. Pemeriksaan vaskuler
Tes vaskuler noninvasive : pengukuran oksigen transkutaneus,
ankle brachial index (ABI), absolute toe systolic pressure. ABI : tekanan sistolik
betis dengan tekanan sistolik lengan.

4. Pemeriksaan Radiologis : gas subkutan, benda asing, osteomielitis


5. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa
>120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan
merah bata ( ++++ ).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik
yang sesuai dengan jenis kuman.

F. Penatalaksanaan

a. Medis

Menurut Soegondo (2006: 14), penatalaksanaan Medis


pada pasien dengan Diabetes Mellitus meliputi:
a. Obat hiperglikemik oral (OHO).
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan
:
· Pemicu sekresi insulin
· Penambah sensitivitas terhadap insulin
· Penghambat glukoneogenesis
· Penghambat glukosidase alfa
b. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
· Penurunan berat badan yang cepat
· Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis
· Ketoasidosis diabetic
· Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
c. Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan
dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai
dengan respon kadar glukosa darah.

b. Keperawatan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap
ulkus antara lain dengan antibiotika atau kemoterapi. Perawatan
luka dengan mengompreskan ulkus dengan larutan klorida atau
larutan antiseptic ringan. Misalnya rivanol dan larutan kalium
permanganate 1 : 500 mg dan penutupan ulkus dengan kassa steril.
Alat-alat ortopedi yang secara mekanik yang dapat merata tekanan
tubuh terhadap kaki yang luka amputasi mungkin diperlukan untuk
kasus DM.
Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1226), tujuan utama
penatalaksanaan terapi pada Diabetes Mellitus adalah
menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah, sedangkan
tujuan jangka panjangnya adalah untuk menghindari terjadinya
komplikasi. Ada beberapa komponen dalam penatalaksanaan
Ulkus Diabetik:

a. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk
memberikan semua unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan
energi, mencegah kadar glukosa darah yang tinggi dan
menurunkan kadar lemak
b. Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang
teratur akan menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki
pemakaian kadar insulin
c. Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah
secara mandiri diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur
terapinya secara optimal.

c. Terapi (jika diperlukan)


Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari
untuk mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah
makan dan pada malam hari
d. Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat
mempelajari keterampilan dalam melakukan penatalaksanaan
diabetes yang mandiri dan mampu menghindari komplikasi dari
diabetes itu sendiri
e. Kontrol nutrisi dan metabolik
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan
dalam penyembuhan luka. Adanya anemia dan hipoalbuminemia
akan berpengaruh dalam proses penyembuhan. Perlu memonitor
Hb diatas 12 gram/dl dan pertahankan albumin diatas 3,5 gram/dl.
Diet pada penderita DM dengan selulitis atau gangren diperlukan
protein tinggi yaitu dengan komposisi protein 20%, lemak 20% dan
karbohidrat 60%. Infeksi atau inflamasi dapat mengakibatkan
fluktuasi kadar gula darah yang besar. Pembedahan dan pemberian
antibiotika pada abses atau infeksi dapat membantu mengontrol
gula darah. Sebaliknya penderita dengan hiperglikemia yang
tinggi, kemampuan melawan infeksi turun sehingga kontrol gula
darah yang baik harus diupayakan sebagai perawatan pasien secara
total
f. Stres Mekanik
Perlu meminimalkan beban berat (weight bearing) pada
ulkus. Modifikasi weight bearing meliputi bedrest, memakai
crutch, kursi roda, sepatu yang tertutup dan sepatu khusus. Semua
pasien yang istirahat ditempat tidur, tumit dan mata kaki harus
dilindungi serta kedua tungkai harus diinspeksi tiap hari. Hal ini
diperlukan karena kaki pasien sudah tidak peka lagi terhadap rasa
nyeri, sehingga akan terjadi trauma berulang ditempat yang sama
menyebabkan bakteri masuk pada tempat luka
g. Tindakan Bedah
Berdasarkan berat ringannya penyakit menurut Wagner
maka tindakan pengobatan atau pembedahan dapat ditentukan
sebagai berikut:
a. Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada.
b. Derajat I – V : pengelolaan medik dan bedah minor.

G. Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Ulkus Diabetikum

a. Pengkajian
Menurut Doenges (2000: 726), data pengkajian
pada pasien dengan Diabetes Mellitus bergantung pada
berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolik dan
pengaruh fungsi pada organ, data yang perlu dikaji meliputi
:

a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram
otot
Tanda : Penurunan kekuatan otot, latergi,
disorientasi, koma
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, ulkus pada kaki,
IM akut
Tanda : Nadi yang menurun, disritmia, bola mata
cekung
c. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuri ), nyeri
tekan abdomen
Tanda : Urine berkabut, bau busuk ( infeksi ),
adanya asites.
d. Makanan/cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual / muntah,
penurunan BB, haus
Tanda : Turgor kulit jelek dan bersisik, distensi
abdomen
e. Neurosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, gangguan penglihan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, latergi, aktivitas
kejang
f. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan abdomen
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi
g. Pernafasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batu dengan /
tanpa sputum
Tanda : Lapar udara, frekuensi pernafasan
h. Seksualitas
Gejala : Impoten pada pria, kesulitan orgasme pada
wanita
i. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, penyakit
jantung, strok, hipertensi

b. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
melemahnya / menurunnya aliran darah ke daerah
gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
b. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan
adanya gangren pada daerah luka.
c. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan
dengan iskemik jaringan.
d. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan
rasa nyeri pada luka.
e. Gangguan pemenuhan nutrisi ( kurang dari )
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang kurang.
f. Potensial terjadinya penyebaran infeksi (sepsis)
berhubungan dengan tinggi kadar gula darah.
g. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit,
diet, perawatan dan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi
h. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan
perubahan bentuk salah satu anggota tubuh

c. Intervensi Keperawatan

a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan


melemahnya / menurunnya aliran darah ke daerah
gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
· Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap
normal
· Kriteria Hasil :
- Denyut nadi perifer teraba kuat dan regular
- Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis
- Kulit sekitar luka teraba hangat
- Edema tidak terjadi dan luka tidak bertambah
parah
- Sensorik dan motorik membaik
· Intervensi :
- Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan
sirkulasi darah
- Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat
meningkatkan aliran darah :
Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung (
posisi elevasi pada waktu istirahat), hindari
penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari
penggunaan bantal, di belakang lutut dan
sebagainya.
Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah
balik sehingga tidak terjadi oedema.
- Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko
berupa :
Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi,
menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan
obat vasokontriksi.
Rasional: kolestrol tinggi dapat mempercepat
terjadinya arterosklerosis, merokok dapat
menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh
darah, relaksasi untuk mengurangi efek dari stres.
- Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam
pemberian vasodilator, pemeriksaan gula darah
secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
Rasional : pemberian vasodilator akan
meningkatkan dilatasi pembuluh darah sehingga
perfusi jaringan dpaat diperbaiki, sedangkan
pemeriksaan gula darah secara rutin dapat
mengetahui perkembangan dan keadaan pasien.
HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah
ulkus/gangrene.
b. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan
adanya gangren pada daerah luka
· Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka
· Kriteria hasil :
- Berkurangnya oedema sekitar luka.
- Pus dan jaringan berkurang
- Adanya jaringan granulasi.
- Bau busuk luka berkurang.
· Intervensi :
- Kaji luas dan keadaan luka serta proses
penyembuhan.
Rasional: Pengkajian yang tepat terhadap luka dan
proses penyembuhan akan membantu dalam
menentukan tindakan selanjutnya.
- Rawat luka dengan baik dan benar :
Membersihkan luka secara abseptik menggunakan
larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang
menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang
mati.
Rasional: Merawat luka dengan teknik aseptik,
dapat menjaga kontaminasi luka dan larutan yang
iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang
timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat
menghambat proses granulasi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
insulin, pemeriksaan kultur pus pemeriksaan gula
darah pemberian anti biotik.
Rasional: insulin akan menurunkan kadar gula
darah, pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui
jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk
pengobatan, pemeriksaan kadar gula darah untuk
mengetahui perkembangan penyakit.
c. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan
dengan iskemik jaringan
· Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang
· Kriteria hasil :
- Penderita secara verbal mengatakan nyeri
berkurang atau hilang.
- Penderita dapat melakukan metode atau tindakan
untuk mengatasi nyeri.
- Ekspresi wajah klien rileks.
- Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas
normal.(S : 36 – 37,5 0C, N: 60 – 80 x /menit, T :
120/80mmHg, RR : 18 – 20 x /menit ).
· Intervensi :
- Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang
dialami pasien.
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri
yang dialami pasien
- Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab
timbulnya nyeri.
Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab
nyeri yang terjadi akan mengurangi ketegangan
pasien dan memudahkan pasien untuk diajak
bekerjasama dalam melakukan tindakan.
- Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional: Rangasang yang berlebihan dari
lingkungan akan memperberat rasa nyeri.
- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
- Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai
keinginan pasien.
Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu
memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi
seoptimal mungkin.
- Lakukan massage saat rawat luka.
Rasional : Massage dapat meningkatkan
vaskulerisasi dan pengeluaran pus.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
analgesik.
Rasional : Obat-obat analgesik dapat membantu
mengurangi nyeri pasien.
d. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan
rasa nyeri pada luka
· Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat
kemampuan aktivitas yang optimal.
· Kriteria hasil :
- Pergerakan paien bertambah luas
- Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan
kemampuan ( duduk, berdiri, berjalan ).
- Rasa nyeri berkurang.
- Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara
bertahap sesuai dengan kemampuan.
· Intervensi :
- Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada
kaki pasien.
Rasional : Untuk mengetahui derajat kekuatan otot-
otot kaki pasien.
- Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan
aktivitas untuk menjaga kadar gula darah dalam
keadaan normal.
Rasional : Pasien mengerti pentingnya aktivitas
sehingga dapat kooperatif dalam tindakan
keperawatan.
- Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat
ekstrimitas bawah sesuai kemampuan.
Rasional : Untuk melatih otot – otot kaki sehingg
berfungsi dengan baik.
- Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat
terpenuhi.
- Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter (
pemberian analgesik ) dan tenaga fisioterapi.
Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi
rasa nyeri, fisioterapi untuk melatih pasien
melakukan aktivitas secara bertahap dan benar.
e. Gangguan pemenuhan nutrisi ( kurang dari )
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang kurang.
· Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
· Kriteria hasil :
- Berat badan dan tinggi badan ideal.
- Pasien mematuhi dietnya.
- Kadar gula darah dalam batas normal.
- Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia
· Intervensi :
- Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan
kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan
tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
- Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah
diprogramkan.
Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah
komplikasi terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.
- Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan
pasien ( berat badan merupakan salah satu indikasi
untuk menentukan diet ).
- Identifikasi perubahan pola makan.
Rasional : Mengetahui apakah pasien telah
melaksanakan program diet yang ditetapkan.
- Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk
pemberian insulin dan diet diabetik.
Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan
pemasukan glukosa ke dalam jaringan sehingga gula
darah menurun, pemberian diet yang sesuai dapat
mempercepat penurunan gula darah dan mencegah
komplikasi.
f. Potensial terjadinya penyebaran infeksi (sepsis)
berhubungan dengan tinggi kadar gula darah.
· Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis).
· Kriteria hasil :
- Tanda-tanda infeksi tidak ada.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal ( S: 36 -
37,50C )
- Keadaan luka baik dan kadar gula darah normal.
· Intervensi :
- Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada
luka.
Rasional : Pengkajian yang tepat tentang tanda-
tanda penyebaran infeksi dapat membantu
menentukan tindakan selanjutnya.
- Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu
menjaga kebersihan diri selama perawatan.
Rasional : Kebersihan diri yang baik merupakan
salah satu cara untuk mencegah infeksi kuman.
- Lakukan perawatan luka secara aseptik.
Rasional : Untuk mencegah kontaminasi luka dan
penyebaran infeksi.
- Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan
fisik, pengobatan yang ditetapkan.
Rasional : Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup
dapat meningkatkan daya tahan tubuh, pengobatan
yang tepat, mempercepat penyembuhan sehingga
memperkecil kemungkinan terjadi penyebaran
infeksi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
antibiotika dan insulin.
Rasional : Antibiotika dapat menbunuh kuman,
pemberian insulin akan menurunkan kadar gula
dalam darah sehingga proses penyembuhan akan
lebih cepat.
g. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit,
diet, perawatan dan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi
· Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
· Kriteria hasil :
- Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet,
perawatan dan pengobatannya dan dapat
menjelaskan kembali bila ditanya.
- Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri
berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.
· Intervensi :
- Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang
penyakit DM dan gangren.
Rasional : Untuk memberikan informasi pada
pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh
mana informasi atau pengetahuan yang diketahui
pasien/keluarga.
- Kaji latar belakang pendidikan pasien.
Rasional : Agar perawat dapat memberikan
penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan
kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat
pendidikan pasien.
- Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan
dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan
kata-kata yang mudah dimengerti.
Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan
mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman.
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan,
manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien
didalamnya.
Rasional : Dengan penjelasdan yang ada dan ikut
secara langsung dalam tindakan yang dilakukan,
pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya
berkurang.
h. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan
perubahan bentuk salah satu anggota tubuh
· Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan bentuk
salah satu anggota tubuhnya secara positif.
· Kriteria hasil :
- Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan
lingkungan. Tanpa rasa malu dan rendah diri.
- Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki.
· Intervensi :
- Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan
gambaran diri berhubungan dengan keadaan
anggota tubuhnya yang kurang berfungsi secara
normal.
Rasional : Mengetahui adanya rasa negatif pasien
terhadap dirinya.
- Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling
percaya dengan pasien
Rasional : Memudahkan dalm menggali
permasalahan pasien.
- Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan
pada pasien
Rasional : Pasien akan merasa dirinya di hargai.
- Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan
orang lain.
Rasional : dapat meningkatkan kemampuan dalam
mengadakan hubungan dengan orang lain dan
menghilangkan perasaan terisolasi.
- Beri kesempatan kepada pasien untuk
mengekspresikan perasaan kehilangan.
Rasional : Untuk mendapatkan dukungan dalam
proses berkabung yang normal.
- Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam
perawatan diri dan hargai pemecahan masalah yang
konstruktif dari pasien.
Rasional : Untuk meningkatkan perilaku yang
adiktif dari pasien.
d. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana
tindakan keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat
bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan
rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga
dibutuhkan ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal
yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang
tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan
psikologis.
e. Evaluasi Keperawatan
Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang
meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana
respon pasien. Evaluasi merupakan tahap terakhir dari
proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah
membandingkan hasil yang telah dicapai setelah
implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan
dalam perencanaan.
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan
sejauh mana tujuan tercapai:

a) Berhasil prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan


dalam waktu atau tanggal yang ditetapkan di tujuan.
b) Tercapai sebagian pasien menunujukan prilaku
tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam
pernyataan tujuan.
c) Belum tercapai pasien tidak mampu sama sekali
menunjukkan prilaku yang diharapakan sesuai
dengan pernyataan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin (2005). Anatomi Fisiologi; untuk mahasiswa keperawatan (edisi 3),


Jakarta: EGC
Brunner dan Suddarth.(2002). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8.
Jakarta: EGC

You might also like