You are on page 1of 2

Pembahasan

Double pitch

Pada praktikum kali ini kami melakukan uji coba dengan menggunakan hewan percobaan
katak. Dengan perlakukan menguji sistem saraf pusat sebagai pengendali gerak refleks.
Percobaan kedua adalah dengan melumpuhkan katak dengan cara double pitch. Doubel pithing
adalah cara mematikan katak dengan menusukkan sonde pada daerah foramen occipetal dan
canalis vertebralis, sehingga baik saraf sadar maupun saraf tak sadar akan mengalami kerusakan,
lalu katak akan mati perlahan-lahan (Tiara, 2013). Hasil yang diperoleh yaitu sikap badannya
diam. Pada saat diberi gerakan spontan yaitu dengan diberi sentuhan pada mata, matanya tidak
berkedip. Pada uji keseimbangan (refleks bangkit) tubuh katak berbalik sangat lambat.
Kemampuan berenang tidak ada gerakan. Frekuensi nafas 56/menit. Hasil tersebut sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa medula spinalis berfungsi mengendalikan berbagai aktivitas
refleks dalam tubuh dan mentransmisikan impuls ke otak melalui
traktus asenden dan desenden (Sloane, 2004). Refleks-refleks yang merupakan mekanisme untuk
menjaga postur tubuh yang sesuai, meregulasi tekanan darah, dan mengorientasi tubuh terhadap
kondisi lingkungan yang mengancam organisme (Fried, 1999). Katak yang dirusak medula
spinalis dan foramen occipetal terjadi pemutusan hubungan sinapsis antar jaringan-jaringan saraf
sehingga proses penerimaan impuls saraf ke organ efektor berlangsung sangat lambat bahkan tak
merespon. Saat medula spinalis dirusak medula oblongata sebagai pusat kontrol sistem tubuh
juga akan rusak sehingga membuat katak lumpuh tidak mampu merespon rangsang, namun saraf
otonom yang mengatur beberapa gerakan tak sadar seperti denyut jantung belum mati hanya
lumpuh sehingga saat katak sudah di double pithing denyut jantung dan napasnya masih dapat
teramati.

Sistem saraf terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer. Susunan saraf pusat
terdiri dari otak dan sumsum punggung. Beberapa daerah susunan saraf pusat tampak putih atau
abu-abu. Yang beraspek putih disebut substansia alba, terdiri dari berkas-berkas serabut saraf
pekat dan setiap serabut saraf dibungkus oleh selubung mielin, suatu selubung lipid-protein yang
berwarna putih. Substansia grisea yang beraspek abu-abu tidak menampakkannya adanya unsur
mielin dan banyak mengandung badan sel saraf (perikardion). Substansia grisea yang membalut
susunan saraf pusat lazim disebut korteks, sedangkan yang terdapat di dalam susunan saraf pusat
disebut nukleus. Pada beberapa daerah, Substansia grisea dan substansia alba bercampur aduk.
Seluruh susunan saraf pusat dibalut oleh selaput otak (meninges) (Dellmann, 1988). Susunan
saraf perifer meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh dan terdiri dari saraf kranial (keluar
dari otak) dan saraf spinal (keluar dari sumsum punggung), termasuk ganglion yang merupakan
kumpulan badan sel saraf di luar susunan saraf pusat. Tali saraf (nerve) merupakan gabungan
sejumlah fasikulus. Tiap fasikulus terdiri dari sejumlah serabut saraf yang memiliki selubung
mielindan ditunjang oleh neuroglia, disebut sel schwann. Semua ini ditunjang oleh jaringan ikat.
Ganglion serta serabut saraf yang menginervasi otot polos, otot jantung, alat jeroan (viscera)
serta kelenjar disebut susunan saraf otonom. Secara fungsional, sistem saraf perifer terdiri dari
sistem aferen dan sistem eferen (Dellmann, 1988).

You might also like