You are on page 1of 11

KEPERAWATAN MATERNITAS

PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER, TERSIER


PADA SISTEM REPRODUKSI

KELOMPOK VI

ALVIONITA ARRUAN
LEONARDUS
VIVIN

STIK STELLA MARIS MAKASSAR


PROGRAM KHUSUS
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pencegahan penyakit merupakan upaya menghalangi perkembangan penyakit dan
kesakitan agar tidak mencapai tahap lanjut yang lebih buruk. Perkembangan penyakit
diketahui melalui riwayat alamiah penyakit, artinya dengan mengetahui perjalanan penyakit
dari waktu ke waktu serta perubahan yang terjadi disetiap masa/fase tersebut, dapat
dipikirkan upaya-upaya pencegahan apa yang sesuai. Upaya pencegahan yang dilakukan
akan sesuai dengan perkembangan patologis penyakit tersebut dari waktu ke waktu,
sehingga upaya pencegahan itu dibagi atas berbagai tingkat seseuai dengan perjalanan
penyakit.
Kemungkinan suatu penyakit dapat dicegah sehingga tidak mengganggu kesehatan
masyarakat, besarnya sangat terbatas. Antara lain tergantung pada riwayat almiah penyakit
yang ingin dicegah, kedalaman pengetahuan dan kemajuan teknologi kedokteran. Terdapat
penyakit yang relatif dapat mudah dicegah dan sebaliknya terdapat penyakit yang sulit
bahkan tidak dapat dicegah.
Pengetahuan tentang besarnya kemungkinan pencegahan penyakit akan sangat
bermanfaat dalam menentukan pilihan prioritas penyakit yang akan diberantas. Penyakit
yang sepenuhnya dicegah misalnya polio, mendapat prioritas utama untuk diberantas.
Walaupun semua penyakit adalah masalah kesehatan yang penting, pilihan memang selalu
harus dilakukan. Penyakit yang lebih mudah dicegah, mudah menular dan mengenai banyak
populasi tentu akan didahulukan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pencegahan primer, sekunder dan tersier?
2. Bagaimana contoh pencegahan primer, sekunder dan tersier?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi segala bentuk kegiatan yang dapat menghentikan kejadian
suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi. Pencegahan primer juga diartikan
sebagai bentuk pencegahan terhadap terjadinya suatu penyakit pada seseorang dengan faktor
risiko. Tahap pencegahan primer diterapkan dalam fase pre pathogenesis yaitu pada keadaan
dimana proses penyakit belum terjadi atau belum mulai. Dalam fase ini meskipun proses
penyakit belum mulai tapi ketiga faktor utama untuk terjadinya penyakit, yaitu agent, host,
dan environment yang membentuk konsep segitiga epidemiologi selalu akan berinteraksi
yang satu dengan lainya dan selalu merupakan ancaman potensial untuk sewaktu-waktu
mencetuskan terjadinya stimulus yang memicu untuk mulainya terjadinya proses penyakit
dan masuk kedalam fase pathogenesis. Untuk pencegahan primer masalah sistem reproduksi
pada dewasa, antara lain :
1. Pada Pria
a. Promosi Kesehatan
Tingkat pencegahan yang pertama, yaitu promosi kesehatan oleh para ahli
kesehatan diterjemahkan menjadi peningkatan kesehatan, bukan promosi kesehatan,
hal ini dikarenakan makna yang terkandung dalam istilah promotion of health disini
adalah meningkatkan kesehatan seseorang, yaitu melalui asupan gizi seimbang,
olahraga teratur, dan lain sebagainya agar orang tersebut tetap sehat, tidak terserang
penyakit. Namun demikian, bukan berarti bahwa peningkatan kesehatan tidak ada
hubungannya dengan promosi kesehatan.
Leavell dan Clark dalam penjelasannya tentang promotion of health
menyatakan bahwa selain melalui peningktan gizi dan sebagainya peningkatan
kesehatan juga dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan (health
education) kepada individu dan masyarakat. Usaha ini merupakan pelayanan
terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya. Sebagian besar strategi promosi
kesehatan termasuk ke dalam pencegahan primer. Seperti peningkatan kesehatan,
misalnya: dengan pendidikan kesehatan reproduksi tentang HIV/AIDS; standarisasi
nutrisi; menghindari seks bebas dan sebagainya. Perlindungan khusus, misalnya:
imunisasi; kebersihan pribadi; atau pemakaian kondom.
Menurut Machfoedz Ircham dalam bukunya Pendidikan Kesehatan Bagian dari
Promosi Kesehatan, usaha untuk memepertinggi nilai kesehatan diantaranya :
1) Penyediaan makanan sehat cukup kwalitas maupun kwantitas
a) Asupan makanan yang dimakan
b) Pengawasan terhadap makanan yang dimakan
2) Perbaikan Hyegiene dan Sanitasi Lingkungan
3) Peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat antara lain pelayanan
kesehatan reproduksi dan pelayanan Keluarga Berencana
4) Pendidikan kesehatan pada masyarakat diantaranya :
a) Konseling pranikah, saat hamil, persalinan dan menyusui
b) Konseling mengenai seksualitas, kesehatan reproduksi
b. Spesific Protection
Di bawah ini merupakan pencegahan primer (specific protection) secara umum
yang dapat dilakukan pria, untuk mencegah terjadinya masalah dalam sistem
reproduksi.
1) Melakukan pemeriksaan organ reproduksi secara rutin agar kelainan dapat
segera ditangani lebih awal.
2) Melindungi testis selama beraktifitas, misalnya dengan tidak menggunakan
pakaian teralu ketat sehingga testis tidak kepanasan.
3) Mengurangi kebiasaan mandi dengan air panas. Temperatur yang sejuk
diperlukan untuk perkembangan sperma.
4) Menjalankan pola hidup sehat, seperti mengkonsumsi makanan bergizi, cukup
olahraga, menghindari penyakit menular seksual, dan menciptakan ketenangan
psikis.
5) Menghindari minuman berakohol dan rokok.
2. Pada Wanita
Pada wanita, pencegahan primer yang dapat dilakukan adalah dengan promosi
kesehatan dan spesific protection. Pada promosi kesehatan seperti peningkatan
kesehatan, misalnya dengan pendidikan kesehatan reproduksi tentang menghindari seks
bebas, kanker serviks dan sebagainya.
Untuk spesific protection, berikut ada penjelasannya :
a. Pencegahan HIV
Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah melalui
hubungan seksual, persentuhan (paparan) dengan cairan atau jaringan tubuh yang
terinfeksi, serta dari ibu ke janin atau bayi selama periode sekitar kelahiran (periode
perinatal). Walaupun HIV dapat ditemukan pada air liur, air mata dan urin orang
yang terinfeksi, namun tidak terdapat catatan kasus infeksi dikarenakan cairan-
cairan tersebut, dengan demikian resiko infeksinya secara umum dapat diabaikan.
Pencegahan untuk mengurangi terjadi HIV/AIDS adalah A-B-C-.
A (abstinensia) = tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah.
B (befaithful) = jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan
pasangannya.
C (condom) = jika cara A dan B tidak bisa dipatuhi maka gunakanlah
condom.
b. Pencegahan Kanker Payudara
Merupakan promosi kesehatan yang sehat. Yaitu melalui upaya menghindarkan
diri dari faktor risiko serta melakukan pola hidup sehat. Termasuk juga dengan
pemeriksaan payudara sendiri alias SADARI.
c. Pencegahan Vulvavaginitis
1) Gunakan celana dalam bersih, tidak ketat dan kering.
2) Membersihkan diri setelah buang air kecil atau buang air besar dengan air
bersih (gunakan air mengalir kalau sedang di toilet umum), cara pembersihan
dengan gerakan dari depan ke belakang.
3) Hindari penggunaan bahan kima atau parfum yang biasanya terdapat pada
sabun pembersih kewanitaan atau sabun mandi.
4) Jangan menggunakan pembalut yang mengandung perfume.
5) Jangan mengusap area vagina terlalu keras saat membersihkannya
d. Pencegahan Gonorrhea
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
1) Menggunakan kondom saat berhubungan seksual.
2) Hindari kontak seksual dengan beberapa orang yang memiliki resiko penyakit
seksual menular ( seperti pekerja seks komersil).
3) Obati sedini mungkin patner yang sudah terkena infeksi atau pastikan patner
seksual bebas dari penyakit sebelum berhubungan seksual
e. Pencegahan Sifilis
Sama seperti penyakit menular seksual lainnya, sifilis dapat dicegah dengan
cara melakukan hubungan seksual secara aman , misalnya menggunakan kondom.
f. Pencegahan Herpes Genitalis
Cara untuk mencegah herpes genital adalah sama dengan yang untuk mencegah
penyakit menular seksual lainnya. Kuncinya adalah untuk menghindari terinfeksi
dengan HSV, yang sangat menular, pada waktu lesi ada. Cara terbaik untuk
mencegah infeksi adalah menjauhkan diri dari aktivitas seksual atau membatasi
hubungan seksual dengan hanya satu orang yang bebas infeksi. Cara yang dapat
dilakukan antara lain :
1) Gunakan, atau pasangan Anda gunakan, sebuah kondom lateks selama setiap
kontak seksual.
2) Batasi jumlah pasangan seks.
3) Hindari hubungan seksual jika pasangan terkena herpes di daerah genital atau
di manapun.
g. Pencegahan Kanker Serviks
1) Bila mungkin, hindari faktor resiko yaitu bergati pasangan seksual lebih dari
satu dan berhubungan seks dibawah usia 20 karena secara fisik seluruh organ
intim dan yang terkait pada wanita baru matang pada usia 21 tahun.
2) Bagi wanita yang aktif secara seksual, atau sudah pernah berhubungan seksual,
dianjurkan untuk melakukan tes HPV, Pap Smear, atau tes IVA, untuk
mendeteksi keberadaanHuman Papilloma Virus (HPV), yang merupakan biang
keladi dari tercetusnya penyakit kanker serviks.
3) Bagi wanita yang belum pernah berhubungan seks, atau anak-anak perempuan
dan laki-laki yang ingin terbentengi dari serangan virus HPV, bisa menjalani
vaksinasi HPV. Vaksin HPV dapat mencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18. Dan
dapat diberikan mulaidari usia 9-26 tahun, dalam bentuk suntikan sebanyak 3
kali (0-2-6 bulan). Dan biayanya pun terbilang murah.
4) Menjaga pola makan seimbang dan bergizi, serta menjalani gaya hidup sehat
(berolahraga).

B. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang mana sasaran utamanya adalah pada
mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan menderita penyakit tertentu.
Adapun tujuan pada pencegahan sekunder yaitu diagnosis dini dan pengobatan yang tepat.
Adapun beberapa pengobatan terhadap penyakit masalah sistem reproduksi dapat melalui
obat dan operasi.
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan pada fase awal patogenik
yang bertujuan untuk :
1. Mendeteksi dan melakukan interfensi segera guna menghentikan penyakit pada tahap
ini.
2. Mencegah penyebaran penyakit menurunkan intensitas penyakit bila penyakit ini
merupakan penyakit menular.
3. Untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit serta
untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya cacat
yang lebih buruk lagi.
Karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan
penyakit, maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi di masyarakat.
Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya.
Hal ini dapat menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak.
Pencegahan sekunder terdiri dari :
1. Diagnosis dini dan pengobatan segera
Contohnya adalah pap smear, merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi gejala
kanker serviks secara dini. Dengan melakukan pemeriksaan pap smear setiap tahun, jika
ditemukan adanya kanker serviks baru pada tahap awal sehingga kesempatan untuk
sembuh lebih besar. Artinya semakin dini penyakit kanker serviks diketahui maka
semakin mudah menanganinya. Pemeriksaan pap smear, pemeriksaan IVA, sadari
sebagai cara mendeteksi dini penyakit kanker. Bila dengan deteksi ini ditemui kelainan
maka segera dilakukan pemeriksaan diagnostic untuk memastikan diagnosa seperti
pemeriksaan biopsy, USG atau mamografi atau kolposcopy.
Tujuan utama dari usaha ini adalah :
a) Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap jenis penyakit
sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera.
b) Pencegahan penularan kepada orang lain, bila penyakitnya menular.
c) Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan sesuatu penyakit.
Beberapa usaha deteksi dini di antaranya :
a) Mencari penderita di dalam masyarakat dengan jalam pemeriksaan : misalnya
pemeriksaan darah,roentgent paru-paru dan sebagainya serta segera memberikan
pengobatan.
b) Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit yang
telah berhubungan dengan penderita penyakit menular (contact person) untuk
diawasi agar derita penyakitnya timbul dapat segera diberikan pengobatan dan
tindakan-tindakan lain yang perlu misalnya isolasi, desinfeksi dan sebagainya.
c) Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat mengenal gejala
penyakit pada tingkat awal dan segera mencari pengobatan. Masyarakat perlu
menyadari bahwa berhasil atau tindaknya usaha pengobatan, tidak hanya tergantung
pada baiknya jenis obat serta keahlian tenaga kesehatannya, melainkan juga
tergantung pada kapan pengobatan itu diberikan.
d) Disability Limitation (pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan
gangguan kemampuan bekerja yang diakibatkan suatu masalah kesehatan dan
penyakit). Usaha ini merupakan lanjutan dari usaha Early diagnosis And Promotif
Treatment yaitu dengan pengobatan dan perawatan yang sempuran agar penderita
sembuh kembali dan tidak cacat (tidak terjadi komplikasi). Bila sudah terjadi
kecacatan maka dicegah agar kecacatan tersebut tidak bertambah berat dan fungsi
dari alat tubuh yang cacat ini dipertahankan semaksimal mungkin.
Pengobatan yang terlambat akan menyebabkan :
a) Usaha penyembuhan menjadi lebih sulit, bahkan mungkin tidak dapat sembuh lagi
misalnya pengobatan kanker (neoplasma) yang terlambat.
b) Kemungkinan terjadinya kecacatan lebih besar.
c) Penderitaan si sakit menjadi lebih lama.
d) Biaya untuk perawatan dan pengobatan menjadi lebih besar.
2. Pembatasan ketidakmampuan (disability limitation)
Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan
penyakit, maka sering masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas.
Dengan kata lain mereka tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit
terhadap penyakitnya. Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan
orang yang bersangkutan cacat atau mengalami ketidak mampuan. Oleh karena itu,
pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini. Penanganan secara tuntas pada
kasus-kasus infeksi organ reproduksi mencegah terjadinya infertilitas.

C. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier berfokus pada proses adaptasi kembali. Tujuan utama dari
pencegahan tersier adalah mencegah cacat, kematian, serta usaha rehabilitasi. Menurut
Kodim dkk (2004), tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah komplikasi
penyakit dan pengobatan, sesudah gejala klinis berkembang dan diagnosis sudah ditegakkan.
Pencegahan tersier terhadap penyakit masalah sistem reproduksi dapat dengan
melakukan perawatan pasien hingga sembuh serta melakukan terapi-terapi untuk
meminimalisir kecacatan akibat masalah tersebut. Pencegahan tersier adalah Rehabilitasi.
contoh: rehabilitasi pada penderita-penderita kanker ovarium, kanker payudara dan lain
sebagaiannya.
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat, untuk
memulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan tertentu. Disamping itu
orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang-kadang malu untuk kembali ke
masyarakat. Sering terjadi pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggoota
masyarakat yang normal.
Oleh sebab itu jelas pendidikan kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat
tersebut, tetapi juga perlu pendidikan kesehatan pada masyarakat. Pada pusat-pusat
rehabilitasi misalnya rehabilitasi PSK, dan korban narkoba.
Rehabilitasi ini terdiri atas :
a. Rehabilitasi fisik
Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimal-maksimalnya.
b. Rehabilitasi mental
Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan perorangan dan
social secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan terjadinya cacat badaniah
muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan mental. Untuk hal ini bekas penderita
perlu mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelum kembali ke dalam masyarakat.
c. Rehabilitasi sosial vokasional
Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam masyarakat
dengan kapasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuan dan
ketidak mampuannya.
d. Rehabilitasi aesthesis
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa keindahan,
walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat dikembalikan.
Usaha mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat, memerlukan bantuan dan
pengertian dari segenap anggota masyarakat untuk dapat mengerti dan memahami keadaan
mereka (fisik,mental dan kemampuannya) sehingga memudahkan mereka dalam proses
penyesuaian dirinya dalam masyarakat, dalam keadaannya yang sekarang.
Sikap yang diharapkan dari warga masyarakat adalah sesuai dengan falsafah pancasila
yang berdasarkan unsur kemanusiaan yang sekarang ini. Mereka yang direhabilitasi ini
memerlukan bantuan dari setiap warga masyarakat,bukan hanya berdasarkan belas kasihan
semata-mata, melainkan juga berdasarkan hak azasinya sebagai manusia.

Dari tingkatan-tingkatan tersebut seharusnya strategi pencegahan berurutan mulai dari


pencegahan primer sampai ke pencegahan tersier. Prinsip mencegah lebih mudah dan lebih
murah daripada mengobati masih menjadi dasar mengapa pemilihan strategi pencegahan
penyakit sebaiknya berurutan dari primer menuju tersier.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pencegahan suatu penyakit dalam dilakukan dengan tiga cara: primer, sekunder, dan tersier.
1. Pencegahan Primer adalah segala usaha yang dilakukan sebelum timbulnya gejala proses
penyakit . Pencegahan primer : terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap stressor,
meliputi: promosi kesehatan dan mempertahankan kesehatan. Pencegahan primer
mengutamakan pada penguatan flexible lines of defense dengan cara mencegah stress dan
mengurangi faktor-faktor resiko. Intervensi dilakukan jika resiko atau masalah sudah
diidentifikasi tapi sebelum reaksi terjadi. Strateginya mencakup : immunisasi, pendidikan
kesehatan, olah raga dan perubahan gaya hidup.
2. Pencegahan sekunder adalah segala usaha yang dilakukan untuk mengurangi
perkembangan atau mencegah kekambuhan proses penyakit. Pencegahan sekunder :
Meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada gejala dari stressor. Pencegahan
sekunder mengutamakan pada penguatan internal lines of resistance, mengurangi reaksi
dan meningkatkan faktor-faktor resisten sehingga melindungi struktur dasar melalui
tindakan-tindakan yang tepat sesuai gejala. Tujuannya adalah untuk memperoleh
kestabilan sistem secara optimal dan memelihara energi. Jika pencegahan sekunder tidak
berhasil dan rekonstitusi tidak terjadi maka struktur dasar tidak dapat mendukung sistem
dan intervensi-intervensinya sehingga bisa menyebabkan kematian.
3. Pencegahan tersier adalah pengobatan penyakit. Pencegahan Tersier : dilakukan setelah
sistem ditangani dengan strategi-strategi pencegahan sekunder. Pencegahan tersier
difokuskan pada perbaikan kembali ke arah stabilitas sistem klien secara optimal. Tujuan
utamanya adalah untuk memperkuat resistansi terhadap stressor untuk mencegah reaksi
timbul kembali atau regresi, sehingga dapat mempertahankan energi. Pencegahan tersier
cenderung untuk kembali pada pencegahan primer.

DAFTAR PUSTAKA

Widyastuti Y, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya

Amalia, R. (2012). Kesehatan Reproduksi. Diakses pada tanggal 20 Maret 2019 dari
http://ichiekiky.blogspot.com/2012/09/makalah-kesehatan-reproduksi.html.

Hariyati, dkk. (2012). Skripsi : Upaya-upaya Pencegahan dan Pola Pencarian Pelayanan
Infeksi Menular Seksual (IMS) Perempuan Pekerja Seks di Tempat Prostitusi Bandang Raya
Kota Samarinda. Diakses pada tanggal 20 Maret 2019 dari
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5216/jurnal%202%205.pdf?
sequence=1

Purnamawati. (2013). Jurnal :Perilaku Pencegahan Penyakit Menular Seksual. Diakses


pada tanggal 20 Maret 2019 dari http://jurnalkesmas.ui.ac.id/index.php/kesmas/article/view/365

Trisna, Baim. (2012). Penyakit pada sistem reproduksi manusia. Diakses pada tanggal
20 Maret 2019 dari
https://www.scribd.com/doc/69950054/Penyakit-Pada-Sistem-Reproduksi-Manusia
http://dokterbagus.com/2012/01/17/antara-preventive-medicine-dan-kanker-serviks/

You might also like