You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawat merupakan tenaga kesehatan professional yang memiliki tugas untuk
mengembangkan praktek yang berkontribusi terhadap kesehatan pasien. Profesionalisme
diartikan sebagai tingkat komitmen individu untuk nilai dan karakteristik perilaku
terhadap identitas karir tertentu. Hal ini merupakan karakteristik penting yang
menekankan nilai dan komitmen dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada
masyarakat (Kim-Godwin, Baek, & Wynd, 2010). Dengan demikian, profesionalisme
harus menjadi bagian yang mendasar dan melekat dari seluruh kelompok perawat, baik
yang bekerja di tatanan klinis maupun akademis. Peran professional dari seorang perawat
di pelayanan klinis telah berkembang menjadi kemandirian dalam melakukan
pengambilan keputusan klinis untuk diagnosis keperawatan, pengujian, dan pemberian
asuhan keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien (Facchiano & Snyder, 2012).
Oleh karena itu, untuk memenuhi tanggung jawab peran profesional tersebut, diperlukan
suatu penelitian klinis yang dapat menjadi bukti kuat bahwa suatu intervensi keperawatan
tidak membahayakan dan memiliki efek yang menguntungkan bagi pasien, baik ditinjau
dari segi klinis dan juga ekonomis (Forbes, 2009). Dalam dunia keperawatan sangat
penting memahami apa itu evidence based practice, namun, dalam kenyataannya di
tatanan klinis, masih banyak tindakan atau intervensi keperawatan yang dilakukan hanya
berdasarkan kepada kebiasaan yang turun temurun tanpa berdasarkan perkembangan ilmu
pengetahuan yang baru. Kebiasaan seperti ini perlu dihilangkan dan digantikan dengan
kebiasaan tindakan yang berdasarkan pada bukti riset dan ilmu pengetahuan. Oleh karena
itu, disusnlah makalah ini untuk membahas secara komperhensif terkait evidence based
practice untuk meningkatkan keselamatan pasien, sehingga perawat dapat memahami dan
mengaplikasikannya dengan baik.

Evidence Based Practice Page 1


1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari Evidence Based Practice (EBP) ?
b. Apa saja tingkatan dari Evidence Based Practice (EBP) ?
c. Apa saja model implementasi dari Evidence Based Practice (EBP) ?
d. Apa saja faktor yang mempengaruhi Evidence Based Practice (EBP) ?
e. Bagaimana contoh kasus tentang Evidence Based Practice (EBP) dan cara
penyelesaiannya menggunakan metode IOWA ?

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui :
a. Pengertian dari Evidence Based Practice (EBP).
b. Tingkatan dari Evidence Based Practice (EBP).
c. Model implementasi dari Evidence Based Practice (EBP).
d. Faktor yang mempengaruhi Evidence Based Practice (EBP).
e. Contoh Skenario kasus tentang Evidence Based Practice (EBP) dan cara
penyelesaiannya menggunakan metode IOWA.

Evidence Based Practice Page 2


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Evidence Based Practice (EBP)


Evidence Based Practice (EBP) adalah tindakan yang teliti dan bertanggung jawab
dengan menggunakan bukti (berbasis bukti) yang berhubungan dengan keahlian klinis
dan nilai-nilai pasien untuk menuntun pengambilan keputusan dalam proses perawatan
(Titler, 2008). EBP merupakan salah satu perkembangan yang penting pada dekade ini
untuk membantu sebuah profesi, termasuk kedokteran, keperawatan, sosial, psikologi,
public health, konseling dan profesi kesehatan dan sosial lainnya (Briggs & Rzepnicki,
2004; Brownson et al., 2002; Sackett et al., 2000). Evidence Based Practice (EBP)
keperawatan adalah proses untuk menentukan, menilai, dan mengaplikasikan bukti ilmiah
terbaik dari literature keperawatan maupun medis untuk meningkatkan kualitas pelayanan
pasien. Dengan kata lain, EBP merupakan salah satu langkah empiris untuk mengetahui
lebih lanjut apakah suatu penelitian dapat diimplementasikan pada lahan praktek yang
berfokus pada metode dengan critical thinking dan menggunakan data dan penelitian
yang tersedia secara maksimal.

2.2 Tingkatan Evidence Based Practice (EBP)


Tingkatan evidence disebut juga dengan hierarchy evidence yang digunakan untuk
mengukur kekuatan suatu evidence dari rentang bukti terbaik sampai dengan bukti yang
paling rendah. Tingkatan evidence ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
EBP. Hirarki untuk tingkatan evidence yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Penelitian
dan Kualitas (AHRQ), sering digunakan dalam keperawatan (Titler, 2010). Adapun level
of evidence tersebut adalah sebagai berikut :
a. Level 1 : Evidence berasal dari systematic review atau meta-analysis dari RCT yang
sesuai.
b. Level 2 : Evidence berasal dari suatu penelitian RCT dengan randomisasi.
c. Level 3 : Evidence berasal dari suatu penelitian RCT tanpa randomisasi.
d. Level 4 : Evidence berasal dari suatu penelitian dengan desain case control dan
kohort.
e. Level 5 : Evidence berasal dari systematic reviews dari penelitian descriptive dan
qualitative.

Evidence Based Practice Page 3


f. Level 6 : Evidence berasal dari suatu penelitian descriptive atau qualitative.
g. Level 7 : Evidence berasal dari suatu opini dan atau laporan dari para ahli.

2.3 Model Implementasi Evidence Based Practice (EBP)


a. Model Stetler
Model Stetler dikembangkan pertama kali tahun 1976 kemudian diperbaiki tahun
1994 dan revisi terakhir 2001. Model ini terdiri dari 5 tahapan dalam menerapkan
Evidence Base Practice Nursing.
1) Tahap persiapan.
Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah atau isu yang muncul, kemudian
menvalidasi masalah dengan bukti atau landasan alasan yang kuat.
2) Tahap validasi.
Tahap ini dimulai dengan mengkritisi bukti atau jurnal yang ada (baik bukti
empiris, non empiris, sistematik review), kemudian diidentifikasi level setiap
bukti menggunakan table “level of evidence”. Tahapan bisa berhenti di sini
apabila tidak ada bukti atau bukti yang ada tidak mendukung.
3) Tahap evaluasi perbandingan/ pengambilan keputusan.
Pada tahap ini dilakukan sintesis temuan yang ada dan pengambilan bukti yang
bisa dipakai. Pada tahap ini bisa muncul keputusan untuk melakukan penelitian
sendiri apabila bukti yang ada tidak bisa dipakai.
4) Tahap translasi atau aplikasi.
Tahap ini memutuskan pada level apa kita akan melakukan penelitian (individu,
kelompok,organisasi). Membuat proposal untuk penelitian, menentukan strategi
untuk melakukan diseminasi formal dan memulai melakukan pilot projek.
5) Tahap evaluasi.
Tahap evaluasi bisa dikerjakan secara formal maupun non formal, terdiri atas
evaluasi formatif dan sumatif, yang di dalamnya termasuk evaluasi biaya.

b. Model IOWA
Model of Evidence Based Practice to Promote Quality Care Model EBP IOWA
dikembangkan oleh Marita G. Titler, PhD, RN, FAAN. Model IOWA diawali dari
pemicu/masalah. Pemicu/masalaih ini sebagai fokus ataupun fokus masalah. Jika
masalah mengenai prioritas dari suatu organisasi, tim segera dibentuk. Tim terdiri dari
stakeholders, klinisian, staf perawat, dan tenaga kesehatan lain yang dirasakan penting

Evidence Based Practice Page 4


untuk dilibatakan dalam EBP. Langkah selanjutnya adalah mensintesis EBP.
Perubahan terjadi dan dilakukan jika terdapat cukup bukti yang mendukung untuk
terjadinya perubahan. Kemudian dilakukan evaluasi dan diikuti dengan diseminasi
(Jones & Bartlett, 2004; Bernadette Mazurek Melnyk, 2011). Pendekatan EBP model
IOWA dari perspektif organisasi dan menggunakan berbagai evidence dengan fokus
pada evaluasi dan menerapkan EBP untuk meningkatkan proses perawatan
(Eizenberg, 2010).
Model IOWA menyoroti pentingnya mempertimbangkan seluruh sistem
pelayanan kesehatan mulai dari pemberi layanan, pasien, dan infrastruktur lainnya
menggunakan riset dalam pedoman pengambilan keputusan klinik. Model Iowa ini,
penting sekali untuk perawat klinik mempertimbangkan apakah masalah yang telah
diidentifikasi merupakan prioritas untuk ruangan/instansi.

Berikut ini adalah gambar bagan yang menggambarkan tahapan EBP model
IOWA :

Evidence Based Practice Page 5


Trigger berupa problem focus: Trigger berupa knowledge focus:

1. Data managemen risiko 1. Penelitian atau literature terbaru


2. Proses peningkatan data 2. Standart atau guideline organisasi atau agency
3. Data keuangan nasional
4. Data benchmark internal/eksternal 3. Filosofi pelayanan
5. Identifikasi masalah klinik 4. Pertanyaan atau masukan dari standar komite
institusi

Cari trigger Tidak Apakah ini prioritas yang logis bagi


yang lain organisasi?

Ya

Mengumpulkan bukti-bukti dan literature yang


mendukung

Mensintesis dan mengkritisi bukti yang sesuai untuk aplikasi


praktis

Apakah bukti-bukti yang kita temukan sudah


Ya cukup Tidak

Pilot project:

1. Tentukan tujuan yang akan dicapai Mencari data data evidende Research
2. Mengumpulkan data yang ada yang lain:
conduct
3. Mendesain guideline EBP
1. Laporan kasus
4. Mengimplementasikan guideline EBP dalam 2. Paparan ahli
pilot project 3. Prinsip-prinsip scientific
5. Mengevaluasi proses dan hasil 4. Teori
6. Memodifikasi guideline yang dibuat

Mengevaluasi secara terus Tidak Apakah perubahan yang kita Ya


Mengidentifikasi
menerus kualitas pelayanan lakukan sesuai diterapkan di
masalah yang ada
dan pengetahuan yang baru klinik

Memonitor dan mnegevaluasi


proses dan data yang diperoleh:

Diseminasi hasil 1. Lingkungan


penelitian 2. Staff
3. Biaya
4. Keluarga dan pasien

Evidence Based Practice Page 6


c. Model Konseptual Rosswurm & Larrabee
Model ini disebut juga dengan model Evidence Based Practice Change yang terdiri
dari 6 langkah yang digambarkan dalam bagan di bawah ini. Model ini menjelaskan
bahwa penerapan Evidence Based Nursing ke lahan praktek harus memperhatikan
latar belakang teori yang ada, kevalidan dan kereliabilitasan metode yang digunakan,
serta penggunaan nomenklatur yang standar. Model ini adalah revisi dari model dari
Rosswurm dan Laarabee (1999) dengan merevisi langkah-langkahnya sehingga lebih
sitematik. Model ini dikembangkan oleh pengalaman dari Laarrabee dengan mendidik
dan membimbing terhadap perawat didalam mengaplikasikan model ini di West
Virginia University Hospital dan prioritas pengalaman dengan mengajar/mengajar dan
membimbing perawat didalam perbaikan kualitas (Bernadette Mazurek Melnyk,
2011).

Tahap1: Mengkaji kebutuhan


untuk perubahan praktis
Tahap 2: Tentukan evidence
- Temasuk stakeholders terbaik
- Mengumpulkan internall
data tentang praktek saat ini - Identifikasi tipe dan sumber
- Membandingkan data evidence
eksternal dengan data - Review konsep penelitian
internal - Rencana pencarian
- Identifikasi problem - Melakuan pencarian
- Hubungkan problem,
intervensi dan outcomes
Tahap 3 : Kritikal analisis
Tahap 6: Integrasikan dan maintain
evidence
perubahan dalam praktek
- Critical appraisal dan
- Komunikasikan perubahan kepada pembobotan evidence
setia stakeholder - Sintesis evidence terbaik
- Integrasikan sebagai SOP - Kaji feasibility, benefits
- Monitoring proses dan outcomes dan resiko terhadap
secara periodik pasien.
- Kolaborasikan dan desimenasikan
project.
Tahap 4 : Design perubahan
dalam praktek
Langkah 5: Implementasi dan
evaluasi perubahan - Ajukan peoposal
perubahan
- Identifikasi sumber
- Implementasi percobaan kebutuhan
- Evaluasi proses, outcomes dan - Design evaluasi untuk
pembiayaan percobaan
- Kembangkan kesimpulan dan - Design rencana
rekomendasi implementasi
Evidence Based Practice Page 7
2.4 Faktor yang mempengaruhi EBP
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi implementasi hasil temuan penelitian
di tatanan praktek keperawatan, yaitu : karakteristik dari cara adopsi (nilai penelitian
keperawatan, kemampuan, dan kesadaran perawat), karakteristik organisasi (setting,
hambatan, dan keterbatasan), karakteristik dari inovasi (kualitas penelitian), dan
karakteristik dari pola komunikasi (cara penyampaian dan akses ke penelitian) (Munten,
Bogaard, Cox, Garretsen, & Bongers, 2010). Satu studi kualitatif dari Rapp, Doug,
Callaghan, & Holter (2010) menyatakan bahwa hambatan yang ada saat implementasi
EBP di tatanan klinis keperawatan adalah : sikap dari supervisor, sikap dari praktisioner,
sikap dari anggota lain dalam suatu organisasi, stakeholder, dan pendanaan. Selain itu,
suatu hasil penelitian dapat diimplementasi ketika memenuhi hal-hal di bawah ini
(Munten et al., 2010; Gerrish, McDonnell, et al., 2011; Gerrish, Guillaume, et al., 2011;
Wilkinson, Nurs, Nutley, & Davies, 2011) :
a. Evidence tersebut bersifat ilmiah dan sesuai dengan konsensus pihak professional ahli
dan sesuai dengan pilihan pasien.
b. Evidence tersebut memiliki konteks fitur pembelajaran yang dapat memberikan
tranformasi pemikiran para pemimpin organisasi dan memiliki mekanisme
pemantauan umpan balik yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
c. Evidence tersebut sesuai dengan strategi, ketersediaan sumber daya, nilai dan konteks
budaya, serta gaya kepemimpinan dalam organisasi.
d. Evidence dapat dievaluasi.
e. Terdapat masukan dari para fasilitator ahli.
Salah satu fasilitator yang dapat digunalan adalah perawat senior dengan pengalaman
klinis dan jenjang pendidikan yang memadai. Tugasnya adalah memanajemen dan
mempromosikan penyerapan pengetahuan baru. Dalam hal memanajemen, fasilitator
bertugas mengumpulkan/menghasilkan berbagai temuan penelitian, bertindak sebagai
sumber informasi bagi perawat klinis, mensintesis temuan penelitian, dan
menyebarkan hasil tersebut naik secara formal dan informal. Dalam hal
mempromosikan, fasilitator mengembangkan pengetahuan dan keterampilan perawat
klinis melalui peran modeling, pengajaran, dan fasilitasi pemecahan masalah klinis.
Selain itu, juga terdapat beberapa tipe pertanyaan berbeda ketika membahas tentang
penelitian intervensi klinis, yaitu apakah intervensi tersebut bekerja (efficacy), apakah
intervensi tersebut sama jika digunakan di beberapa populasi klinis (effectiveness),
apakah intervensi ini baik jika dibandingkan dengan terapi lain (equivalence), apakah

Evidence Based Practice Page 8


intervensi ini aman, dan apakah intervensi ini bersifat efektif dari segi pembiayaan
(costeffective) (Forbes, 2009; Bulechek et al., 2013)

2.5 Contoh Kasus dan penyelesaiannya menggunakan metode IOWA


Pada suatu ruang rawat terdapat dua tim perawat yaitu Tim A dan Tim B. Tim A dan Tim
B tidak saling berkomunikasi. Bila ada anggota Tim A yang sakit, anggota Tim B tidak
ada yang mau mengganti, atau membantu Tim A. Demikian juga anggota Tim A, tidak
akan menyampaikan telepon pada anggota Tim B. Masalah kedua Tim Ini sudah
berlangsung sejak Tim A tidak mau membantu Tim B saat ada masalah dalam menangani
pasien yang gawat. Kemudian berlanjut sehingga tidak saling berkomunikasi. Masalah
kemudian berlanjut saat kedua Tim sama-sama memerlukan alat secara bersamaam. Suatu
saat anggota Tim A memerlukan Oxymete (alat untuk mengukur konsentrasi O2) dan
pada waktu bersamaan anggota Tim B juga akan menggunakan alat tersebut dan anggota
Tim B mengatakan “Anda sudah menggunakan alat itu seharian”. Anggota Tim A
menjawab “Saya mempunyai banyak pasien yang harus diukur konsentrasi O2 -nya”.
Anggota Tim: Oh, anda kira, anda saja yang mau bekerja? Kami merawat pasien kami
dengan baik? Kemudian kedua perawat tersebut diam karena saat itu kepala ruangan
datang dan berkata “Ada masalah apa?”. Kedua perawat tersebut mengangguk dan segera
pergi. Kepala ruangan berpikir ada suatu masalah yang sedang terjadi dan berencana
untuk menyelesaikan.

Penyelesaian Kasus Menggunakan Model IOWA


a. Fokus masalah
Fokus masalah yang ada pada kasus diatas adalah pada perawat itu sendiri dan
masalah ini akan menjadi prioritas bagi organisasi karena jika perawat tidak saling
kerja sama akan berdampak pada kualitas pelayanan yang ada di rumah sakit tersebut.
b. Membentuk tim
Selanjutnya kita akan membentuk tim yang terdiri dari dokter, perawat, dan tenaga
kesehatan lainnya yang terkait dan di rasakan penting untuk dilibatkan dalam EBP.
c. Mensintesis bukti yang ada
Terdapat salah satu jurnal yang membahas tentang Hubungan komunikasi organisasi
dengan kinerja perawat pelaksana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada
hubungan antara komunikasi organisasi dengan kinerja perawat. Didapatkan bahwa
komunikasi organisasi yang lemah berisiko memberikan kinerja kurang dibandingkan

Evidence Based Practice Page 9


komunikasi organisasi kuat. Hasil penelitian ini menggambarkan pentingnya
komunikasi dalam organisasi sebagai kunci untuk mempererat anggota, sehingga
saling tergantung dan bersama memberikan pelayanan yang terbaik. Hasil penelitian
ini mendukung pernyataan bahwa komunikasi organisasi ber-kaitan dengan efektifitas
partisipasi karyawan dalam melaksanakan program (Swansburg & Swansburg, 1999)
dan mendukung penelitian yang menunjukkan keterkaitan nilai komunikasi organisasi
dengan tingginya.
Pada kasus ini kepala ruangan sabagai penanggung jawab diruangan tersebut
mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi. Kepala ruangan akan mendiskusikan
permasalahan ini bersama dengan perawat yang terlibat dan mencari solusi dari
masalah tersebut. Kepala ruangan akan menyampaikan bahwa pada diskusi ini bukan
untuk saling menyalahkan akan tetapi mencari solusi yang tepat dalam menyelesaikan
masalah tersebut agar kulitas pelayanan akan lebih baik lagi. Kedua tim tersebut
dipertemukan dan diminta pendapat dari masing-masing tim dan menyelesaikan
masalah tersebut secara musyawarah dengan mengedepankan rasa tanggung jawab
dan saling menghargai sehingga masalah tersebut selesai dengan baik. Kepala
ruangan meminta kedua tim untuk saling bekerja sama dan menjalin komunikasi
dengan baik agar tercipta pelayanan yang lebih baik lagi.

d. Evaluasi dan diikuti diseminasi


Pada tahap ini kepala ruangan akan melihat apakah kedua tim ini melakukan apa yang
sudah disepakati bersama dan melihat apakah kedua tim sudah sadar akan apa yang
telah terjadi serta menerima dan menerapkannya.

Evidence Based Practice Page 10


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan studi literatur yang telah kami telaah, maka dapat disimpulkan bahwa
pengembangan EBP di keperawatan bukan sesuatu hal mudah dilakukan, selain perawat
harus ahli dalam riset, perawat juga harus mempunyai pengalaman klinik yang lama dan
mempunyai kemampuan berpikir kritis yang baik dan dapat berfikir dan mengambil
keputusan yang benar dalam menyelesaikan masalah. Sehingga penerapan EBP dan riset
klinis merupakan tantangan bagi perawat agar dapat memberikan tindakan keperawatan
yang lebih tepat dan akuntabel demi peningkatan keselamatan pasien.

3.2 Saran
Saran kami kepada perawat di tatanan pelayanan agar mengadakan pembahasan terkait
implementasi di lingkup keperawatan yang telah ada yang berdasarkan evidence based
practice. Dengan adanya geksplorasi temuan-temuan evidence practice dan riset yang
ada, maka dapat dilanjutkan dengan mengadakan program-progam diskusi dan belajar
untuk membahas evidence based practice yang telah disepakati untuk dipelajari. Selain
itu, penerapan aplikasi evidence yang telah didiskusikan dan disepakati juga harus
dilakukan, sehingga diharapkan dapat membawa manfaat bagi praktek keperawatan
secara umum dan meningkatkan quality of care dari perawat dan qualityof life dari pasien.

Evidence Based Practice Page 11


LAMPIRAN

Evidence Based Practice Page 12


DAFTAR PUSTAKA

Banning, M. 2008. Clinical reasoning and its application to nursing: concepts and research
studies. Nurse education in practice, 8(3), 177–83. doi:10.1016/j.nepr.2007.06.004

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. 2013. Nursing
Interventions Classification (NIC) (Sixth Edit.). St. Louis, Missouri: Elsevier.

Currey, J., Considine, J., & Khaw, D. 2011. Clinical nurse research consultant: a clinical and
academic role to advance practice and the discipline of nursing. Journal of advanced nursing,
67(10), 2275–83. doi:10.1111/j.1365-2648.2011.05687.x

Dicenso, A., Cullum, N., & Ciliska, D. 1998. Implementing evidence-based nursing : some
misconceptions. Evidence-Based Nursing - Implementation Forum, 1(2), 38–41.

Facchiano, L., & Snyder, C. H. 2012. Evidence-based practice for the busy nurse practitioner:
part one: relevance to clinical practice and clinical inquiry process. Journal of the American
Academy of Nurse Practitioners, 24(10), 579–86. doi:10.1111/j.1745-7599.2012.00748.

Forbes, A. 2009. Clinical intervention research in nursing. International journal of nursing


studies, 46(4), 557–68. doi:10.1016/j.ijnurstu.2008.08.012

Fouka, G., & Marianna, M. 2011. What are the Major Ethical Issues in Conducting
Research?Is there a Conflict between the Research Ethics and the Nature of Nursing? Health
Science Journal, 5(1), 3–14.

Gerrish, K., Guillaume, L., Kirshbaum, M., McDonnell, A., Tod, A., & Nolan, M. 2011.
Factors influencing the contribution of advanced practice nurses to promoting evidence-based
practice among front-line nurses: findings from a cross-sectional survey. Journal of advanced
nursing, 67(5), 1079–90. doi:10.1111/j.1365-2648.2010.05560.x

Evidence Based Practice Page 13

You might also like