Professional Documents
Culture Documents
2012
Binyamin
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/603
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
HUBUNGAN KOMUNIKASI DOKTER PASIEN, FASILITAS YANG TERSEDIA
DAN PERSEPSI PASIEN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN
KESEHATAN GIGI DI PUSKESMAS KABUPATEN ASAHAN
TAHUN 2012
TESIS
Oleh
BINYAMIN
097032121/IKM
THESIS
BY
BINYAMIN
097032121/IKM
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Dekan
TESIS
Oleh
BINYAMIN
097032121/IKM
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dalam naskah dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Binyamin
097032121/IKM
Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan dan merupakan
peringkat ke-10 penyakit terbanyak di Indonesia. Namun, di Kabupaten Asahan
masih kurang maksimal pemanfaatan poli gigi Puskesmas, disamping itu masih
kurang lengkapnya peralatan dan bahan pelayanan gigi Puskemas, serta faktor lain
yang memungkinkan mempengaruhi pemanfaatan poli gigi yaitu komunikasi dokter
dengan pasien, waktu tunggu, persepsi pasien dan karakteristik individu
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan komunikasi dokter
dengan pasien, fasilitas yang tersedia, waktu tunggu, persepsi pasien dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan yang didapat di poli gigi Puskesmas di Kabupaten
Asahan. Jenis rancangan penelitian adalah cross sectional, penentuan sampel secara
purposive dengan menentukan 2 buah Puskesmas sebagai lokasi penelitian yaitu
Puskesmas Gambir Baru dan Puskesmas Parapat Janji, dengan total responden
sebanyak 149 orang. Data dianalisis dengan menggunakan Uji Chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan pada α = 0,05, tidak ada hubungan pemanfaatan
pelayanan gigi dan mulut dengan waktu tunggu (p=0,148), Ada hubungan
komunikasi dokter-pasien (p=0,013), ketersedian fasilitas (p=0,008), persepsi pasien
tentang kesehatan dan pelayanan gigi (p=0,000) dengan pemanfaatan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di Poli gigi Puskesmas di Kabupaten Asahan.
Kepada Puskesmas diharapkan untuk dapat mengupayakan pengadaan
fasilitas yang lebih lengkap terutama fasilitas penambalan gigi. Selain itu perlu
melakukan program promosi kesehatan yang dapat mengubah persepsi pasien
terhadap kesehatan gigi dan pelayanan gigi di Puskesmas, baik melalui komunikasi
dokter-pasien maupun program yang bersifat preventif kepada masyarakat yang lebih
luas.
Dental and oral disease is still the health problem and in the ranks of the top
tenth diseases in Indonesia. However, at Asahan Regency, the utilization of Dental
Polyclinic at Puskesmas (Public Health Center) is inadequate. Besides that, the
instruments and the materials of dental service are also inadequate and there are
other bad factors which influence the communication between doctors and patients,
waiting time, patients’ perception, and individual characteristics.
The aim of the research was to analyze the correlation of communication
between doctors and patients, facilities, waiting time, patient’s perception and with
the utilization of health service at the Puskesmas Dental Polyclinic at Asahan
Regency. The type of the research was cross sectional. The samples are obtained
purposively by specifying two Puskesmas as the sites of the study; they are Puskesmas
Gambir Baru and Puskesmas Parapat Janji, with 149 respondents. Data were
analyzed by using Chi-Square Test.
The results of the research showed with α = 0,05 waiting time did not have
any correlation with the utilization of dental health service (p=0.148), whereas,
communication between doctors and patients (p=0.013), facilities (p=0.008), and
patients’ perception on dental and health service (p=0.000) had correlation with the
utilization of dental and oral service at Puskesmas Dental Polyclinic at Asahan
Regency.
It is recommended that the management of the Puskesmas should provide
complete facilities, especially the facilities for dental filling and performed a program
which can change patients’ perception of dental and health service at the Puskesmas
Dental Polyclinic, either through the communication between doctors and patients on
the preventive program for people as a whole. It is also recommended that the Health
Service of Asahan Regency should have a policy to provide facilities for dental
service at Puskesmas and supervise the management of Puskesmas about dental
health service.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini yang
Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini izinkan penulis untuk
1. Prof. Dr. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H. M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si sebagai Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
seluruh jajarannya yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama saya
mengikuti pendidikan
4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
waktu dan pikiran dengan penuh perhatian dan kesabaran dalam memberikan
6. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M selaku komisi pembanding dan drg. Rika
8. Kepala Puskesmas Gambir baru dan Kepala Puskesmas Prapat Janji Kabupaten
9. Kedua orang tua, istri tercinta dan anak-anakku tersayang, yang telah turut
memberikan doa restu seta kesabaran, karena kehilangan banyak waktu bersama
10. Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah banyak memberikan bantuan moril dan materil selama mengikuti
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, sehingga saran
dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan dan diucapkan
terimakasih.
Binyamin
097032121/IKM
pada tanggal 21 Februari 1971, anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Yakin
Keliat dan Kata Beru Sinulingga, menikah dengan dr. Elfina Br. Tarigan dan telah
dikarunai satu orang putra dan tiga putri, tinggal di Jl. SM Raja No. 317 Kisaran
Kabupaten Asahan
Singgah Mata Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat tamat 1985, SMP Swasta
Nasional Namutrasi selesai tahun 1987, SMA Negeri 2 Binjai tamat tahun 1989,
kuliah di Universitas Sumatera Utara Fakultas Kedokteran Gigi selesai tahun 1996.
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi
LAMPIRAN
1.1.Latar belakang
kesehatan di suatu daerah di Indonesia dan merupakan unit organisasi yang bersifat
menyeluruh dan terpadu yang paling dekat dengan masyarakat. Pelayanan Puskesmas
kesehatan gigi dan mulut . Peran dan fungsi puskesmas sangat strategis dalam
bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal (Depkes RI,
2003).
Data Dirjen Pelayanan Medik (2001) menunjukkan bahwa penyakit gigi dan
Yayasan Kesehatan Gigi Indonesia (2003) pada orang dewasa ditemui sebanyak 73%
mulut. Di antara penduduk berusia 15 tahun atau lebih yang mempunyai masalah
kesehatan gigi dan mulut hanya 29% menerima perawatan dari perawat gigi, dokter
gigi atau dokter gigi spesialis. Sebagian besar masalah gigi dan mulut terjadi di
daerah pedesaan yaitu sebesar 40,6%, tertinggi pada penduduk kelompok umur 65
tahun (30%). Sedangkan dilihat dari pelayanan kesehatan gigi dan mulut, sebagian
besar pelayanan yang diberikan adalah pengobatan (85%), disusul bedah gigi dan
mulut dan tambal (45%), konseling (23%) serta pemasangan gigi palsu atau cekat
menunjukkan bahwa secara nasional permasalahan gigi dan mulut masih merupakan
masalah kesehatan.
Pelayanan medik gigi dasar meliputi tindakan tumpatan gigi tetap, pencabutan
gigi tetap dan pembuangan karang gigi (skeling). Tingkat keberhasilan program
upaya kesehatan gigi dan mulut terutama pelayanan medik gigi dasar salah satunya
dengan melihat perbandingan antara tumpatan gigi tetap dan pencabutan gigi tetap
dengan rasio 1:1 sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh Departemen
Provinsi Sumatera Utara tahun 2009 pencapaian cakupan pelayanan kesehatan gigi
dan mulut dilaporkan melalui data indikator rasio tambal dan cabut gigi tetap 1 : 5
dalam cakupan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Data Kabupaten Asahan tahun
pencabutan, dengan rasio 0,04 (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan tahun
2010).
disebabkan konsep sehat sakit yang tidak sejalan atau bertentangan. Menurut
Soekidjo (1993) persepsi pasien tentang sakit ini akan memengaruhi perilaku mereka
tentang pelayanan kesehatan. Persepsi pasien tentang sakit gigi juga akan
maka tindakan yang dipilih terhadap sakit gigi tergantung pada persepsi masyarakat
tentang penyakit tersebut. Artinya, jika sakit gigi dipersepsikan sebagai suatu
penyakit tidak serius dan tidak mengancam kehidupannya, perilaku pencegahan akan
penyakit pun tidak terlalu serius dilakukan. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan
mereka akan bereaksi serius terhadap penyakit ini dengan mengembangkan perilaku-
dengan komunikasi dokter gigi dan pasien yang mana lama berkomunikasi
penyakit gigi sesuai dengan standar dan paradigma yang berlaku serta kualitas sarana
fisik, jenis tenaga yang tersedia, ketersediaan obat/alat kesehatan gigi, sarana
segera dan tepat, rujukan yang cepat dimana perawatan tersebut akan mempengaruhi
pemanfaatan pelayanan kesehatan. Artinya perlu ada komunikasi yang baik antara
dokter dengan pasien dalam proses pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
memenuhi batasan minimal yaitu dari tenaga kesehatan non medis 1 orang, perawat
gigi 2 orang, dokter gigi 2 orang, dan dokter gigi (+) 1 orang. Sedangkan standar
ruangan untuk sarana poli gigi adalah 24 m2 1300 wat karena dibutuhkan 2 dental
unit, dan ketersediaan sarana-seperti alat tambal sinar, alat bedah mulut, alat
pembuat gigi tiruan penuh/ sebagian, dan alat endodontik (perawatan saraf gigi)
sumber daya manusia dan fasilitas terhadap jumlah kunjungan pasien ke Poli Gigi di
0,005.
Puskesmas Gambir Baru Kecamatan Kisaran Timur masih sering terjadi kekurangan
peralatan dan obat-obatan. Pada poli gigi ketersedian bahan tambal sering menjadi
kendala dalam pelayanan penambalan gigi. Begitu juga halnya dengan pengawasan
hubungan komunikasi dokter dengan pasien, fasiltas yang tersedia, waktu tunggu,
persepsi pasien dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan yang didapat di poli gigi
1.2. Permasalahan
adalah: Apakah ada hubungan komunikasi dokter dengan pasien, fasilitas yang
waktu tunggu, persepsi pasien dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan yang didapat
Setelah penelitian ini dilakukan, maka diharapkan hasil dari penelitian ini
dapat bermanfaat :
TINJAUAN PUSTAKA
pikiran-pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara
tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh
ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan
Kesan pasien terhadap tempat pelayanan kesehatan baik rumah sakit maupun
praktik swasta sebenarnya telah terbentuk sejak melihat lokasi dan bentuk
bangunannya. Lokasi tempat pelayanan di tempat kumuh atau di daerah yang rawan
kejahatan dengan sendirinya akan mengurangi kesan baik terhadap tempat pelayan
kesehatan tersebut.
menjadi fokus perhatian. Warna tembok ruang tunggu, jumlah dan jenis mebel harus
diperhatikan dengan baik agar pasien merasa betah. Demikian pula halnya dengan
degan tenang. Untuk itu koran, majalah atau bahan bacaan lainnya harus tersedia. Hal
lain yang harus tersedia di ruang tunggu adalah televisi atau alunan musik lembut,
toilet, tempat cuci tangan dan penyedian air minum serta penyejuk ruangan untuk
2. Waktu Tunggu
Lama waktu tunggu untuk mendapatkan pelayanan bagi setiap pasien penting
diperhatikan. Hal ini tidak menjadi masalah bagi tempat pelayanan kesehatan yang
sedikit pasiennya. Harus tetap diingat pasien sakit menjadi lebih sensitif dan mudah
marah. Terutama bagi tempat pelayan yang banyak pasiennya harus menjalankan
efisiensi waktu dengan mengatur kedatangan pasien sesuai dengan perjanjian yang
terhadap petugas kesehatan dan dokter yang dikunjunginya saat menderita suatu
penyakit.
dokter dituntut untuk berpenampilan, bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan
menyejukkan dan penuh rasa persahabatan tanpa menghilangkan sikap tegas jika
Berikut ini adalah kemampuan yang harus dimiliki seorang dokter untuk
a. memberi salam kepada pasien dan menunjukkan rasa tertarik pada pasien sebagai
individu
c. menunjukkan perhatian terhadap masalah pasien melalui sikap tubuh dan kontak
mata
kepada pasien
tindakan pengobatan
1. Ruang Pelayanan
waktunya selama memperoleh pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang meliputi
bangunan dan disain ruang tunggu dan ruang periksa (Depkes 2004).
puskesmas. Dokter juga dapat dianggap sebagai jantung sebuah puskesmas. Fungsi
utamanya adalah memberikan pelayanan medik kepada pasien dengan mutu sebaik-
baiknya dengan menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu kedokteran.
dengan pasien karena pada umumnya pasien lebih sering berkomunikasi dengan
3. Waktu Tunggu
Lama waktu tunggu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan gigi serta sistem
4. Peralatan
melaksanakan pelayanan kesehatan gigi terdiri atas sarana medis dan sarana non
c. penambalan gigi
d. skeling.
Sarana non medis yang diperlukan di poli gigi yaitu dental unit atau dental
chair. Selain itu, juga diperlukan lemari obat, lemari alat dan sterilisator. Apabila
sarana medis dan non medis di poli gigi puskesmas sesuai dengan standar pelayanan,
5. Kefarmasian
seseorang untuk mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya atau menerima
dapat menyadari dan mengerti tentang apa yang diterima dan hal ini dipengaruhi
sehingga sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam
diri individu.
individu yang dapat berbentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat
dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya, oleh karena itu persepsi
memiliki sifat subjektif. Hal tersebut berarti bahwa setiap orang dapat memiliki
Dalam persepsi ada yang perlu diperhatikan bahwa persepsi dapat sangat
berbeda dengan kenyataan yang ada. Mengenai proses pembentukan persepsi dapat
Dengan melihat satu objek yang sama, orang dapat mempunyai persepsi yang
Bila seseorang memandang suatu objek dan mencoba, maka penafsiran itu sangat
dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari orang yang berpersepsi yang mencakup
b. Faktor Objek
Karakteristik dari target yang diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan
karena target tidak dpandang dalam keadaan terisolasi, namun objek yang berdekatan
c. Faktor Situasi
Faktor situasi ini mencakup waktu, keadaan / tempat kerja dan keadaan sosial.
realitas dan bukan realitas itu sendiri. Bila seseorang ingin membeli produk, maka ia
seseorang adalah:
a. Faktor internal yang meliputi pengalaman, kebutuhan saat itu, nilai-nilai yang
b. Faktor ekternal yang meliputi penampilan produk, sifat-sifat stimulus dan situasi
lingkungan.
pembelian / pemanfaatan suatu produk atau jasa melalui tahapan: identifikasi masalah
Menurut Gilson, dkk (1994), yang menjadi elemen penting dalam menentukan
d. Persepsi masyarakat terhadap kualitas sarana dan prasarana yang meliputi jarak
yang dapat dicapai, keadaan gedung, ruang tunggu, privasi dan kelengkapan
peralatan medis
Berry (1990) yang dikenal dengan servqual model menyatakan ada empat faktor yang
ini adalah :
gigi, contohnya jarak yang harus ditempuh dan kemudahan pencapaian untuk
pengobatan modern memerlukan proses yang relatif lama, oleh karena ikatan
itu sendiri terdapat beraneka ragam konsep sehat sakit yang bahkan tidak
sejalan dengan konsep sehat sakit yang diberikan oleh pihak penyelenggara
sakit. Banyak anggota masyarakat mengganggap sakit apabila mereka sudah tidak
dapat bekerja atau sudah tidak dapat bangkit dari tempat tidur. Masyarakat
yang terkena penyakit tapi tidak merasakan sakit (disease but no illness) tidak
akan bertindak apa-apa terhadap penyakit tersebut. Tetapi bila mereka terkena
penyakit dan juga merasakan sakit, maka timbul bermacam-macam tingkah laku dan
usaha. Berbagai tingkah laku dan usaha yang dilakukan untuk mengatasi sakit
a. Tidak bertindak (no action). Alasannya antara lain bahwa kondisi yang demikian
didalam kehidupannya.
sama seperti di atas. Alasan tambahan dari tindakan ini adalah karena
orang atau masyarakat tersebut sudah percaya kepada diri sendiri, dan sudah
sehat sakit erat hubungannya dengan tingkah laku pencarian pengobatan. Bila konsep
sehat sakit masyarakat belum sama dengan konsep sehat sakit menurut tenaga
kesehatan maka masyarakat belum tentu atau tidak mau menggunakan fasilitas
pasien (Depkes RI, 2002). Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis Dinas
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
Secara nasional standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan tetapi
apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab
poli gigi yang merupakan pelayanan rawat jalan yaitu pasien berkunjung ke poli gigi
untuk memperoleh pelayanan kesehatan gigi pada waktu dan jam tertentu.
Preventive Care dan Self Care. Pada jenjang lebih tinggi kemampuan pelayanan
berupa Simple Care, Moderate Care dan Complex Care yang akan ditingkatkan
sejalan dengan kemampuan sumber daya yang ada berupa sarana dan tenaga
kesehatan. Secara lengkap “Level of Care” adalah sebagai berikut (Lazuardy, 2000) :
a. Basic Emergerncy Care, yaitu pelayanan darurat yang harus melayani siapa
saja dan dimana saja. Upaya menghilangkan atau mengurangi rasa sakit
oleh tenaga perawat gigi. Perawatan ini ditujukan kepada individu dan
masyarakat.
c. Self Care, yaitu pelayanan pelihara diri yang dapat dilakukan perorangan
yang tepat sedini mungkin. Pelayanan ini dapat dilkukan oleh semua lapisan
masyarakat.
medik gigi dasar umum (PMGD), seperti skeling, ekstraksi tanpa komplikasi,
tumpatan gigi. Pelayanan ini diberikan pada tingkat Puskesmas oleh dokter
gigi atau perawat gigi yang telah mendapat wewenang dari atasan.
e. Moderate Care, yaitu pelayanan medik gigi khusus seperti tingkat spesialistik
kedokteran gigi. Pelayanan ini hanya dapat dilakukan pada tingkat Rumah
f. Complex Care, yaitu suatu pelayanan profesional oleh tenaga spesialis baik
adalah sarana dan prasarana yang disediakan atau diselenggarakan baik oleh
pemulihan kesehatan gigi. Menurut jenis pelayanan ada 2 jenis fasilitas kesehatan
gigi yaitu yang bersifat umum seperti Balai Pengobatan Gigi yang ada di Puskesmas
dan yang bersifat khusus untuk melayani kelompok masyarakat khusus misalnya
klinik gigi di suatu departemen hanya melayani pegawai dan keluarga dari
departemen tersebut.
pelayanan kesehatan jika gejala yang dikeluhkan tidak mereda atau berkurang
a. Kunjungan Pasien
disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh petugas
kesehatan maupun dalam bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan pelayan kesehatan
kunjungan pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan dapat dilihat dari dimensi waktu,
Menurut Pedoman Kerja Puskesmas (2009), jenis pelayanan medik gigi dasar
yang diberikan di Puskesmas adalah tumpatan gigi tetap, pengobatan pulpa seperti
Fasilitas
1. Ruangan Pelayanan
- Ruang tunggu
- Ruang periksa Pemanfaatan Pelayanan
2. Peralatan dan bahan Gigi Puskesmas
- Cabut gigi
- Tambal gigi 1. Jumlah kunjungan
- Skeling - 1 kali (pasien baru)
- Periksa - > 1 kali (pasien lama)
2. Jenis Pelayanan
- ( > 1 jenis pelayanan)
Waktu Tunggu a) Cabut + Tambal
1. < 1 jam b) Cabut + Skeling
2. > 1 jam c) Tambal + skeling
- ( 1 jenis pelayanan)
Komunikasi Dokter – pasien Cabut/Tambal/Skeling
1. Membina hubungan dokter- pasien
2. Memberikan kesempatan pasien - (hanya periksa
mengemukakan keluhan /pengobatan)
3. Memahami harapan pasien
4. Penjelasan dokter tentang masalah
pasien dan rencana pengobatan
5. Persetujuan pasien tentang rencana
pengobatan
Persepsi Pasien
1. Kemanjuran obat,
2. Kemudahan memperoleh obat
3. Pandangan yang menyeluruh mengenai
penampilan dokter gigi
4. Persepsi masyarakat terhadap kualitas
sarana dan prasaran Puskesmas
5. Persepsi masyarakat terhadap kualitas
proses pengobatan
METODE PENELITIAN
Jenis rancangan ini adalah penelitian cross sectional yaitu penelitian non
experimental dalam rangka mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko yaitu
komunikasi dokter pasien, ketersedian fasilitas, waktu tunggu, persepsi pasien dengan
efek yaitu pemanfaatan pelayanan kesehatan yang didapat di poli gigi Puskesmas
Kabupaten Asahan.
Kabupaten Asahan. Lokasi penelitian ini dipilih karena berdasarkan profil kesehatan
Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan tahun 2010 Puskesmas yang paling banyak
kunjungan poli giginya adalah Puskesmas Gambir Baru Kecamatan Kisaran Timur
dan kunjungan yang paling sedikit adalah Puskesmas Prapat Janji Kecamatan Buntu
Pane.
Waktu yang diperlukan dalam penelitian selama 3 (tiga) bulan, mulai bulan
Februari 2012 sampai dengan April 2012. Waktu yang digunakan adalah untuk
pengambilan data, pengolahan dan analisis data serta penyusunan hasil penelitian.
3.3.1. Populasi
Gambir Baru kecamatan Kisaran Timur dan Puskesmas Prapat Janji Kecamatan
Buntu Pane pada bulan april 2012. Di samping itu populasi adalah dokter gigi di
Puskesmas tersebut.
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah populasi yang telah berumur 14-64 tahun
dan berkunjung ke poli gigi selama waktu penelitian. Metode sampling adalah
purposive sampling.
kesehatan gigi dan mulut Puskesmas Parapat Janji dalam waktu satu bulan rata-rata
berjumlah 25 orang dan di Puskesmas Gambir Baru rata-rata berjumlah 118 orang.
Jadi diperkirakan jumlah sample adalah 143 orang responden. Disamping itu sampel
dilakukan dengan cara wawancara dengan dokter gigi dibantu kuesioner dan
observasi langsung.
1. Ketersediaan fasilitas adalah ada atau tidak adanya fasilitas seperti: ruangan
pelayanan (ruang tunggu, ruang periksa), peralatan dan bahan (cabut gigi, tambal
2. Waktu tunggu adalah lamanya waktu yang digunakan pasien dalam menunggu
4. Komunikasi dokter pasien adalah hubungan yang berlangsung antara dokter gigi
2. Jenis perawatan yang didapat pada pelayanan kesehatan gigi dan mulut berupa
1) Cabut + Tambal
2) Cabut + Skeling
3) Tambal + skeling
(pencabutan/penambalan gigi/skeling)
Jumlah Kunjungan
1 kali 1
> 1 kali 2
kesehatan yang didapat di poli gigi Puskesmas Kabupaten Asahan dan untuk
mengetahui hubungan fasilitas yang tersedia, waktu tunggu dan persepsi pasien
Kabupaten Asahan.
HASIL PENELITIAN
Pantai Timur wilayah Propinsi Sumatera Utara, terletak pada koordinat 02° 03’ -
03° 26’ Lintang Utara dan 99° 1° - 100° 0° Bujur Timur dan berada pada ketinggian
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kab. Labuhan Batu dan Toba Samosir
Sarana Kesehatan yang tersedia di Kabupaten ini terdiri dari: 1 Rumah Sakit
Puskesmas Gambir Baru dan Prapat Janji adalah 2 Puskesmas yang dipilih
melayani pasien paling banyak di poli gigi dan juga memilki fasilitas Poli gigi yang
lengkap, sedangkan Puskesmas Prapat Janji adalah Puskesmas yang paling sedikit
melayani pasien di Poli gigi, dan juga memiliki fasilitas poli gigi yang kurang
lengkap, terutama pada peralatan dan bahan untuk pelayanan penambalan gigi.
permukaan laut dengan luas wilayah 32,96 km2 dan jumlah penduduk 33.192 jiwa,
sedangkan Puskesmas Prapat Janji dibangun pada tahun 2006 dengan wilayah kerja di
Kecamatan Buntu Pane berada di ketinggian 25-1.121 meter dari permukaan laut
dengan luas wilayah 46,01 km2 dan jumlah penduduk 22.749 jiwa.
banyak yaitu 52,5 % di Puskesmas Gambir Baru dan 52 % di Puskesmas Prapat Janji
(Tabel 4.1).
Tabel 4.1.
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Dua Puskesmas
di Kabupaten Asahan
kelompok umur 25-44 tahun yaitu 47,5 % di Puskesmas Gambir Baru dan 58 % di
Tabel 4.2.
Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Dua Puskesmas
di Kabupaten Asahan
tidak bekerja yaitu 48,5 % di Puskesmas Gambir Baru dan 44 % di Puskesmas Prapat
pasien yang banyak adalah kategori cukup yaitu 80,8 % di Puskesmas Gambir Baru
Tabel 4.5.
Distribusi Responden Berdasarkan Komunikasi Dokter Pasien
di Dua Puskesmas di Kabupaten Asahan
pada ketersediaan peralatan dan bahan di poli gigi Puskesmas. Berdasarkan observasi
kelengkapan peralatan dan bahan dengan skor 70, sedangkan Puskesmas Prapat janji
memiliki ketersedian fasilitas yang cukup, karena Puskesmas Prapat Janji tidak
memiliki peralatan dan bahan yang memadai untuk pelayanan tambal gigi dan
pelayanan poli gigi dan kesehatan gigi yang terbanyak adalah kategori cukup yaitu
62,6% di Puskesmas Gambir Baru dan 62 % di Puskesmas Prapat Janji (Tabel 4.6).
Tabel 4.6.
Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Pasien di Dua Puskesmas
di Kabupaten Asahan
yang terbanyak adalah < 1 jam yaitu 89,9 % di Puskesmas Gambir Baru dan 88 % di
Tabel 4.7.
Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Tunggu di Dua Puskesmas
di Kabupaten Asahan
mempunyai hubungan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poli
yang memiliki fasiltas yang cukup sebanyak 50 % memanfaatkan pelayanan poli gigi
dengan kategori cukup dan 10 % memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori
baik, sedangkan responden yang di Puskesmas Gambir Baru yang memiliki fasiltas
yang baik sebanyak 47,5% memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori cukup
dan 30,3% yang memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori baik. Hasil uji
pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poli Gigi Puskesmas Kabupaten Asahan
Pemanfaatan Pelayanan
Keterse- Total 𝝌𝟐
diaan Kurang Cukup Baik
(p)
Fasilitas n % n % n % N %
Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0
Cukup 20 40 25 50 5 10 50 100 9,599
Baik 22 22,2 47 47,5 30 30,3 99 100 (0,008)
Total 42 28,2 72 48,3 35 23,5 149 100
kesehatan dan pelayanan gigi dengan kategori cukup memanfaatkan pelayanan poli
gigi dengan kategori cukup sebanyak 61,3 % dan 18,3 % memanfaatkan pelayanan
poli gigi dengan kategori baik, sedangkan responden dengan persepsi kategori baik
33,3% memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori cukup dan 46,7% yang
memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori baik. Hasil uji statistik
mempunyai hubungan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poli
Pemanfaatan Pelayanan
Total 𝝌𝟐
Persepsi Kurang Cukup Baik
Pasien (p)
n % n % n % N %
Kurang 20 48,8 10 24,4 11 26,8 41 100
Cukup 19 20,4 57 61,3 17 18,3 93 100 22,004
Baik 3 20 5 33,3 7 46,7 15 100 (0,000)
Total 42 28,2 72 48,3 35 23,5 149 100
jam memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori cukup sebanyak 48,1 % dan
25,6 % memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori baik, demikian juga
responden dengan waktu tunggu > 1 jam, memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan
kategori cukup 50 % dan 6,3% yang memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan
kategori baik. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa waktu tunggu tidak mempunyai
hubungan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poli Gigi
Pemanfaatan Pelayanan
Total 𝝌𝟐
Waktu Kurang Cukup Baik
Tunggu (p)
n % n % n % N %
> 1 jam 7 43,8 8 50 1 6,3 16 100
3,818
< 1 jam 35 26,3 64 48,1 34 25,6 133 100
(0,148)
Total 42 28,2 72 48,3 35 23,5 149 100
PEMBAHASAN
kategori cukup sebanyak 54,2 % dan hanya 19,5 % memanfaatkan pelayanan poli
gigi dengan kategori baik, sedangkan responden yang menilai komunikasi dokter-
pasien kategori baik 25,8% memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori cukup
dan 38,7% yang memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori baik. Hasil uji
pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poli Gigi Puskesmas Kabupaten
Asahan (p=0,013). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sharma dan
adanya kemauan untuk menjaga kelangsungan hubungan Hal ini seusai dengan
pendapat Parasuraman et al, dalam Tjiptono (2005) yang menyatakan bahwa empati
dokter terhadap pasien yang merupakan bagian dari dimensi kualitas pelayanan
berpengaruh terhadap harapan pelanggan atas jasa yang diberikan oleh suatu
efektif dan melakukan komunikasi yang baik dan dimengerti oleh pasien.
yang memiliki fasiltas yang cukup sebanyak 50 % memanfaatkan pelayanan poli gigi
dengan kategori cukup dan 10 % memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori
baik, sedangkan responden yang di Puskesmas Gambir Baru yang memiliki fasiltas
yang baik sebanyak 47,5% memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori cukup
dan 30,3% yang memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori baik. Hasil uji
pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poli Gigi Puskesmas Kabupaten
Asahan (p=0,008). Penelitian ini sama dengan hasil penelitian Saragih (2009) yang
Pelayanan Minimal (SPM) adalah tumpatan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan
pulpa seperti tumpatan sementara, pencabutan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan,
plastik, pengaduk semen dan bahan amalgam, gutta percha, endomethazone, arsen,
CHKM.
5.3. Hubungan Persepsi Pasien Tentang Kesehatan dan Pelayanan Gigi dengan
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi di Puskesmas Kabupaten Asahan
kesehatan dan pelayanan gigi dengan kategori cukup memanfaatkan pelayanan poli
gigi dengan kategori cukup sebanyak 61,3 % dan 18,3 % memanfaatkan pelayanan
poli gigi dengan kategori baik, sedangkan responden dengan persepsi kategori baik
hanya 33,3% memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori cukup dan 46,7%
yang memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori baik. Hasil uji statistik
mempunyai hubungan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poli
Gigi Puskesmas Kabupaten Asahan (p=0,000). Menurut Zola ada 4 macam dorongan
salah satunya yaitu dorongan yang berhubungan dengan persepsi seseorang, dorongan
pelayanan kesehatan jika gejala yang dikeluhkan tidak mereda atau berkurang dalam
periode waktu tertentu (Jong, A. 1981). Persepsi pasien dengan kategori cukup,
menyebabkan pasien hanya menangani masalah giginya sendiri, dan hanya datang ke
kesehatan agar kebiasaan dan persepsi yang tidak tepat terhadap masalah kesehatan
< 1 jam memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori cukup sebanyak 48,1 %
dan 25,6 % memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori baik, sedangkan
responden yang memiliki waktu tunggu > 1 jam, memanfaatkan pelayanan poli gigi
dengan kategori cukup hanya 50 % dan 6,3% yang memanfaatkan pelayanan poli gigi
dengan kategori baik. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa waktu tunggu tidak
mempunyai hubungan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poli
Gunawan (2006) menyatakan bahwa waktu tunggu yang merupakan salah satu
indikator kualitas pelayanan yang tidak baik di piliklinik gigi di RS PT. Pupuk
Iskandar Muda yang menyebabkan ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan. Hal ini
juga berbeda dengan pendapat Jill Griffin yang mengatakan bahwa dalam rangka
pelanggan yang dapat dilakukan dengan cara menambahkan nilai pada apa yang
1 jam di Puskesmas Gambir baru sebanyak 89,9% dan di Puskesmas Prapat Janji
sebanyak 88%, kondisi ini yang menyebabkan waktu tunggu tidak mengurangi
pemanfaatan poli gigi di Puskesmas. Banyak responden yang memiliki waktu tunggu
< 1 jam disebabkan karena pasien yang berkunjung dalam satu hari hanya sedikit dan
6.1 Kesimpulan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poli Gigi Puskesmas Kabupaten Asahan
(p < 0,05)
pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poli Gigi Puskesmas Kabupaten Asahan
(p < 0,05)
hubungan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poli Gigi
6.2 Saran
disarankan:
penumpat amalgam, amalgam) dan perawatan saluran akar (gutta percha dan
endomethazone).
2000. Pedoman Upaya Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas, Jakarta
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2009. Profil Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2009
Jacobalis, S., 1989. Menjaga Mutu Pelayanan Rumah Sakit, Jakarta : Persi.
Jong, A. 1981. Dental Public Health and Community Dentistry. St. Louis : The C.V.
Mosby Co.
Konsil Kedoteran Indonesia. 2006. Komunikasi Efektif Dokter Pasien. Jakarta. KKI
Pohan, Imbalo, S., 2007. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan, Cetakan I, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran ,EGC
Saragih, Sornauli. 2009. Hubungan Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pasien dengan
Kunjungan di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekanbaru . Tesis.
Medan