You are on page 1of 71

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Tesis Magister

2012

Hubungan Komunikasi Dokter Pasien,


Fasilitas yang Tersedia dan Persepsi
Pasien dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan Gigi di Puskesmas
Kabupaten Asahan Tahun 2012

Binyamin

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/603
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
HUBUNGAN KOMUNIKASI DOKTER PASIEN, FASILITAS YANG TERSEDIA
DAN PERSEPSI PASIEN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN
KESEHATAN GIGI DI PUSKESMAS KABUPATEN ASAHAN
TAHUN 2012

TESIS

Oleh

BINYAMIN
097032121/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

Universitas Sumatera Utara


THE RELATIONSHIP BETWEEN COMMUNICATION DOCTOR
AND PATIENT, AVAILABILTY OF FACILTIES AND
PATIENTS PERCEPTION WITH UTILIZATION OF
DENTAL POLYCLINIC IN HEALT SERVICE
ASAHAN DISTRICT YEAR 2012

THESIS

BY

BINYAMIN
097032121/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM


FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

Universitas Sumatera Utara


Judul Tesis : HUBUNGAN KOMUNIKASI DOKTER
PASIEN, FASILITAS YANG TERSEDIA DAN
PERSEPSI PASIEN DENGAN
PEMANFAATAN PELAYANAN
KESEHATAN GIGI DI PUSKESMAS
KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2012
Nama Mahasiswa : Binyamin
Nomor Induk Mahasiswa : 097032121
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Prof. drg. Lina Natamiharja, S.K.M) (Drs. Tukiman, M.K.M)


Ketua Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

Tanggal Lulus: 15 Agustus 2012

Universitas Sumatera Utara


Telah diuji
Pada Tanggal : 15 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Drg. Lina Natamiharja, S.K.M


Anggota : 1. Drs. Tukiman, M.K.M
2. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M
3. drg. Rika M. Alamsyah, M.Kes

Universitas Sumatera Utara


HUBUNGAN KOMUNIKASI DOKTER PASIEN, FASILITAS YANG TERSEDIA
DAN PERSEPSI PASIEN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN
KESEHATAN GIGI DI PUSKESMAS KABUPATEN ASAHAN
TAHUN 2012

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara

Oleh

BINYAMIN
097032121/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

HUBUNGAN KOMUNIKASI DOKTER PASIEN, FASILITAS YANG TERSEDIA


DAN PERSEPSI PASIEN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN
KESEHATAN GIGI DI PUSKESMAS KABUPATEN ASAHAN
TAHUN 2012

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dalam naskah dan
disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2012

Binyamin
097032121/IKM

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan dan merupakan
peringkat ke-10 penyakit terbanyak di Indonesia. Namun, di Kabupaten Asahan
masih kurang maksimal pemanfaatan poli gigi Puskesmas, disamping itu masih
kurang lengkapnya peralatan dan bahan pelayanan gigi Puskemas, serta faktor lain
yang memungkinkan mempengaruhi pemanfaatan poli gigi yaitu komunikasi dokter
dengan pasien, waktu tunggu, persepsi pasien dan karakteristik individu
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan komunikasi dokter
dengan pasien, fasilitas yang tersedia, waktu tunggu, persepsi pasien dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan yang didapat di poli gigi Puskesmas di Kabupaten
Asahan. Jenis rancangan penelitian adalah cross sectional, penentuan sampel secara
purposive dengan menentukan 2 buah Puskesmas sebagai lokasi penelitian yaitu
Puskesmas Gambir Baru dan Puskesmas Parapat Janji, dengan total responden
sebanyak 149 orang. Data dianalisis dengan menggunakan Uji Chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan pada α = 0,05, tidak ada hubungan pemanfaatan
pelayanan gigi dan mulut dengan waktu tunggu (p=0,148), Ada hubungan
komunikasi dokter-pasien (p=0,013), ketersedian fasilitas (p=0,008), persepsi pasien
tentang kesehatan dan pelayanan gigi (p=0,000) dengan pemanfaatan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di Poli gigi Puskesmas di Kabupaten Asahan.
Kepada Puskesmas diharapkan untuk dapat mengupayakan pengadaan
fasilitas yang lebih lengkap terutama fasilitas penambalan gigi. Selain itu perlu
melakukan program promosi kesehatan yang dapat mengubah persepsi pasien
terhadap kesehatan gigi dan pelayanan gigi di Puskesmas, baik melalui komunikasi
dokter-pasien maupun program yang bersifat preventif kepada masyarakat yang lebih
luas.

Kata Kunci: Pemanfaatan Pelayanan, Poli Gigi, Puskesmas

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Dental and oral disease is still the health problem and in the ranks of the top
tenth diseases in Indonesia. However, at Asahan Regency, the utilization of Dental
Polyclinic at Puskesmas (Public Health Center) is inadequate. Besides that, the
instruments and the materials of dental service are also inadequate and there are
other bad factors which influence the communication between doctors and patients,
waiting time, patients’ perception, and individual characteristics.
The aim of the research was to analyze the correlation of communication
between doctors and patients, facilities, waiting time, patient’s perception and with
the utilization of health service at the Puskesmas Dental Polyclinic at Asahan
Regency. The type of the research was cross sectional. The samples are obtained
purposively by specifying two Puskesmas as the sites of the study; they are Puskesmas
Gambir Baru and Puskesmas Parapat Janji, with 149 respondents. Data were
analyzed by using Chi-Square Test.
The results of the research showed with α = 0,05 waiting time did not have
any correlation with the utilization of dental health service (p=0.148), whereas,
communication between doctors and patients (p=0.013), facilities (p=0.008), and
patients’ perception on dental and health service (p=0.000) had correlation with the
utilization of dental and oral service at Puskesmas Dental Polyclinic at Asahan
Regency.
It is recommended that the management of the Puskesmas should provide
complete facilities, especially the facilities for dental filling and performed a program
which can change patients’ perception of dental and health service at the Puskesmas
Dental Polyclinic, either through the communication between doctors and patients on
the preventive program for people as a whole. It is also recommended that the Health
Service of Asahan Regency should have a policy to provide facilities for dental
service at Puskesmas and supervise the management of Puskesmas about dental
health service.

Key words: Utilization of Service, Dental Polyclinic, Public Health Center

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini yang

bejudul “Hubungan Komunikasi Dokter Pasien, Fasilitas yang Tersedia dan

Persepsi Pasien dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi di Puskesmas

Kabupaten Asahan Tahun 2012”.

Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini izinkan penulis untuk

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H. M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan

pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si sebagai Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara serta

seluruh jajarannya yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama saya

mengikuti pendidikan

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


5. Prof. Drg. Lina Natamiharja, S.K.M selaku ketua komisi pembimbing dan Drs.

Tukiman, M.K.M sebagai anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan

waktu dan pikiran dengan penuh perhatian dan kesabaran dalam memberikan

bimbingan sehingga tesis ini dapat terselenggara.

6. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M selaku komisi pembanding dan drg. Rika

M. Alamsyah, M.Kes sebagai anggota komisi pembanding, yang telah

memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan tesis ini.

7. Drg. H. Habinsaran Nasution selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan

8. Kepala Puskesmas Gambir baru dan Kepala Puskesmas Prapat Janji Kabupaten

Asahan dimana penulis melaksanakan peneletian

9. Kedua orang tua, istri tercinta dan anak-anakku tersayang, yang telah turut

memberikan doa restu seta kesabaran, karena kehilangan banyak waktu bersama

dalam masa-masa menempuh pendidikan ini.

10. Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

yang telah banyak memberikan bantuan moril dan materil selama mengikuti

pendidikan, penelitian dan penulisan tesis.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, sehingga saran

dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan dan diucapkan

terimakasih.

Medan, September 2012

Binyamin
097032121/IKM

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Binyamin, lahir di Namutrasi Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat

pada tanggal 21 Februari 1971, anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Yakin

Keliat dan Kata Beru Sinulingga, menikah dengan dr. Elfina Br. Tarigan dan telah

dikarunai satu orang putra dan tiga putri, tinggal di Jl. SM Raja No. 317 Kisaran

Kabupaten Asahan

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di SD Negeri 050622

Singgah Mata Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat tamat 1985, SMP Swasta

Nasional Namutrasi selesai tahun 1987, SMA Negeri 2 Binjai tamat tahun 1989,

kuliah di Universitas Sumatera Utara Fakultas Kedokteran Gigi selesai tahun 1996.

Bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan di Puskesmas Prapat Janji

Kecamatan Buntu Pane dari tahun 2006 sampai sekarang.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Permasalahan ................................................................................ 5
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
1.4. Hipotesis ....................................................................................... 6
1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 8


2.1. Komunikasi Efektif dalam Hubungan Dokter-Pasien ................... 8
2.1.1. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Hubungan Dokter
Pasien ................................................................................. 8
2.1.2. Kemampuan Dokter dalam Hubungan Komunikasi
Dokter Pasien ..................................................................... 10
2.2. Ketersediaan Fasilitas .................................................................... 11
2.3. Persepsi Pasien .............................................................................. 13
2.3.1. Pengertian Persepsi ............................................................ 13
2.3.2. Proses Pembentukan Persepsi ............................................ 14
2.3.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi ....................... 15
2.3.4. Persepsi Pasien terhadap Pelayanan Kesehatan................. 16
2.4. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan ................................................. 17
2.4.1 Teori Pemanfaatan Fasilitas............................................... 17
2.4.2. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas ......... 20
2.4.3. Pemanfaatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Gigi dan
Mulut ................................................................................ 23
2.4.4. Penilaian terhadap Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan........................................................................... 24
2.5. Kerangka Kosep ............................................................................ 26

Universitas Sumatera Utara


BAB 3. METODE PENELITIAN .................................................................... 27
3.1. Jenis Penelitian .............................................................................. 27
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 28
3.3. Populasi dan Sampel...................................................................... 28
3.4. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 28
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ................................................ 29
3.5.1. Variabel Independen ........................................................... 29
3.5.2. Definisi Dependen .............................................................. 30
3.6. Metode Pengukuran ....................................................................... 30
3.7. Metode Analisis Data .................................................................... 32

BAB 4. HASIL PENELITIAN .......................................................................... 33


4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................... 33
.......................................................................................................
4.2. Karakteristik Responden ............................................................... 34
4.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ......... 34
4.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ...................... 34
4.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ................ 35
4.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir 35
4.3. Komunikasi Dokter Pasien ............................................................ 36
4.4. Ketersediaan Fasilitas .................................................................... 36
4.5. Persepsi Pasien .............................................................................. 37
4.6. Waktu Tunggu ............................................................................... 37
4.7. Pemanfaatan Pelayanan Poli Gigi ................................................. 38
4.8. Hubungan Komunikasi Dokter-Pasien dengan Pemanfaatan
Pelayanan Kesehatan Gigi di Puskesmas Kabupaten Asahan ....... 38
4.9. Hubungan Ketersedian Fasilitas dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan Gigi di Puskesmas Kabupaten Asahan ........................ 39
.......................................................................................................
4.10. Hubungan Persepsi Pasien tentang Kesehatan dan Pelayanan Gigi
dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi di Puskesmas
Kabupaten Asahan ......................................................................... 40
4.11. Hubungan Waktu Tunggu dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan Gigi di Puskesmas Kabupaten Asahan ........................ 41

BAB 5. PEMBAHASAN .................................................................................... 42


5.1. Hubungan Komunikasi Dokter-Pasien dengan Pemanfaatan
Pelayanan Kesehatan Gigi di Puskesmas Kabupaten Asahan ....... 42
5.2. Hubungan Ketersedian Fasilitas dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan Gigi di Puskesmas Kabupaten Asahan ........................ 43
5.3. Hubungan Persepsi Pasien tentang Kesehatan dan Pelayanan Gigi
dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi di Puskesmas

Universitas Sumatera Utara


Kabupaten Asahan ......................................................................... 44
.......................................................................................................
5.4. Hubungan Waktu Tunggu dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan Gigi di Puskesmas Kabupaten Asahan ........................ 45

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 47


6.1. Kesimpulan .................................................................................... 47
6.2. Saran .............................................................................................. 47

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 49

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Aspek-aspek Pengukuran Variabel ........................................................... 31

4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Dua Puskesmas di


Kabupaten Asahan..................................................................................... 34

4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Dua Puskesmas di Kabupaten


Asahan ....................................................................................................... 35

4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Dua Puskesmas di


Kabupaten Asahan..................................................................................... 35

4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Dua Puskesmas di


Kabupaten Asahan..................................................................................... 36

4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Komunikasi Dokter Pasien di Dua


Puskesmas di Kabupaten Asahan .............................................................. 36

4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Pasien di Dua Puskesmas di


Kabupaten Asahan..................................................................................... 37

4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Tunggu di Dua Puskesmas di


Kabupaten Asahan..................................................................................... 38

4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Pelayanan Poli Gigi di


Dua Puskesmas di Kabupaten Asahan ...................................................... 38

4.9. Hubungan Komunikasi Dokter Pasien dengan Pemanfaatan Pelayanan


Pelayanan Poli Gigi di Puskesmas Kabupaten Asahan ............................ 39

4.10. Hubungan Ketersediaan Fasilitas dengan Pemanfaatan Pelayanan Poli


Gigi di Puskesmas Kabupaten Asahan ..................................................... 40

4.11. Hubungan Persepsi Pasien dengan Pemanfaatan Pelayanan Poli Gigi di


Puskesmas Kabupaten Asahan ................................................................. 41

4.12. Hubungan Waktu Tunggu dengan Pemanfaatan Pelayanan Poli Gigi di


Puskesmas Kabupaten Asahan ................................................................. 41

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Proses Persepsi .......................................................................................... 15

2.2 Kerangka Konsep Penelitian ..................................................................... 26

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ................................................................................... 51

2. Skor Ketersediaan Peralatan dan Bahan di Puskesmas Gambir Baru


dan Parapat Janji Kabupaten Asahan .......................................................... 60

3. Master Data ................................................................................................. 62

4. Hasil Pengolahan Data dengan SPSS .......................................................... 68

5. Surat Izin Penelitian dari Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Sumatera Utara ......................................................................... 81

6. Surat Izin Penelitian dari Kepala Puskesmas Gambir Baru


Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan ........................................... 82

7. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Kepala Puskesmas Gambir


Baru Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan .................................. 83

8. Surat Izin Penelitian dari Kepala Puskesmas Prapat Janji Kecamatan


Buntu Pane Kabupaten Asahan ................................................................... 84

9. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Kepala Puskesmas Prapat


Janji Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan........................................ 85

Universitas Sumatera Utara


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi masyarakat, dapat dilakukan

dengan memanfaatkan program upaya kesehatan gigi di Puskesmas. Puskesmas

diketahui sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang

bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian

wilayah kecamatan (Depkes RI, 2004).

Puskesmas diketahui merupakan ujung tombak pelaksanaan pelayanan

kesehatan di suatu daerah di Indonesia dan merupakan unit organisasi yang bersifat

menyeluruh dan terpadu yang paling dekat dengan masyarakat. Pelayanan Puskesmas

meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan, termasuk di dalamnya upaya

kesehatan gigi dan mulut . Peran dan fungsi puskesmas sangat strategis dalam

pembangunan kesehatan di Indonesia. Puskesmas berperan menyelenggarakan upaya

kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal (Depkes RI,

2003).

Data Dirjen Pelayanan Medik (2001) menunjukkan bahwa penyakit gigi dan

mulut termasuk sepuluh ranking penyakit terbanyak di Indonesia. Berdasarkan survei

Yayasan Kesehatan Gigi Indonesia (2003) pada orang dewasa ditemui sebanyak 73%

yang menderita karies gigi.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2004,

sebanyak 90,05 % penduduk Indonesia mempunyai masalah kesehatan gigi dan

mulut. Di antara penduduk berusia 15 tahun atau lebih yang mempunyai masalah

kesehatan gigi dan mulut hanya 29% menerima perawatan dari perawat gigi, dokter

gigi atau dokter gigi spesialis. Sebagian besar masalah gigi dan mulut terjadi di

daerah pedesaan yaitu sebesar 40,6%, tertinggi pada penduduk kelompok umur 65

tahun (30%). Sedangkan dilihat dari pelayanan kesehatan gigi dan mulut, sebagian

besar pelayanan yang diberikan adalah pengobatan (85%), disusul bedah gigi dan

mulut dan tambal (45%), konseling (23%) serta pemasangan gigi palsu atau cekat

hanya 9% diantara penduduk yang menerima perawatan. Keadaan tersebut

menunjukkan bahwa secara nasional permasalahan gigi dan mulut masih merupakan

masalah kesehatan.

Pelayanan medik gigi dasar meliputi tindakan tumpatan gigi tetap, pencabutan

gigi tetap dan pembuangan karang gigi (skeling). Tingkat keberhasilan program

upaya kesehatan gigi dan mulut terutama pelayanan medik gigi dasar salah satunya

dengan melihat perbandingan antara tumpatan gigi tetap dan pencabutan gigi tetap

dengan rasio 1:1 sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh Departemen

Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI, 2002). Berdasarkan Profil Kesehatan

Provinsi Sumatera Utara tahun 2009 pencapaian cakupan pelayanan kesehatan gigi

dan mulut dilaporkan melalui data indikator rasio tambal dan cabut gigi tetap 1 : 5

dalam cakupan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Data Kabupaten Asahan tahun

2010, menunjukkan bahwa pemanfaatan kesehatan gigi di puskesmas yaitu

Universitas Sumatera Utara


penambalan dan pencabutan gigi adalah 144 untuk penambalan dan 3418 untuk

pencabutan, dengan rasio 0,04 (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan tahun

2010).

Persepsi tentang sakit antara pasien dan petugas kesehatan berbeda,

disebabkan konsep sehat sakit yang tidak sejalan atau bertentangan. Menurut

Soekidjo (1993) persepsi pasien tentang sakit ini akan memengaruhi perilaku mereka

tentang pelayanan kesehatan. Persepsi pasien tentang sakit gigi juga akan

memengaruhi tindakan yang akan diambilnya. Menurut Wolinsky (1998) masyarakat

mengembangkan pengertian sendiri tentang sehat dan sakit sesuai dengan

pengalaman hidupnya atau nilai-nilai yang diturunkan oleh generasi sebelumnya,

maka tindakan yang dipilih terhadap sakit gigi tergantung pada persepsi masyarakat

tentang penyakit tersebut. Artinya, jika sakit gigi dipersepsikan sebagai suatu

penyakit tidak serius dan tidak mengancam kehidupannya, perilaku pencegahan akan

penyakit pun tidak terlalu serius dilakukan. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan

bahwa penyakit merupakan masalah kesehatan yang perlu diwaspadai, otomatis

mereka akan bereaksi serius terhadap penyakit ini dengan mengembangkan perilaku-

perilaku pencegahan. Berdasarkan penelitian Sinaga (2007) pengetahuan, dan

persepsi pasien berpengaruh terhadap pilihan pasien dalam memanfaatkan pelayanan

gigi dan mulut di Pematang Siantar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

Hendartini (2006) frekuensi kunjugan pasien mempunyai hubungan yang signifikan

dengan komunikasi dokter gigi dan pasien yang mana lama berkomunikasi

merupakan salah satu indikator yang paling berpengaruh.

Universitas Sumatera Utara


Dalam peningkatan kesehatan gigi, mutu pelayanan ditentukan oleh

penatalaksanaan kasus penyakit gigi dan mulut serta penatalaksanaan manajemen

penyakit gigi sesuai dengan standar dan paradigma yang berlaku serta kualitas sarana

fisik, jenis tenaga yang tersedia, ketersediaan obat/alat kesehatan gigi, sarana

penunjang dan proses pemberian pelayanan. Disamping itu mutu pelayanan

dipengaruhi pula oleh kemampuan untuk melakukan diagnosa dini, pengobatan

segera dan tepat, rujukan yang cepat dimana perawatan tersebut akan mempengaruhi

pemanfaatan pelayanan kesehatan. Artinya perlu ada komunikasi yang baik antara

dokter dengan pasien dalam proses pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

Standar pelayanan kesehatan gigi mulut mulut puskesmas perkotaan harus

memenuhi batasan minimal yaitu dari tenaga kesehatan non medis 1 orang, perawat

gigi 2 orang, dokter gigi 2 orang, dan dokter gigi (+) 1 orang. Sedangkan standar

ruangan untuk sarana poli gigi adalah 24 m2 1300 wat karena dibutuhkan 2 dental

unit, dan ketersediaan sarana-seperti alat tambal sinar, alat bedah mulut, alat

pembuat gigi tiruan penuh/ sebagian, dan alat endodontik (perawatan saraf gigi)

dengan jumlah kunjungan antara 10-20 pasien/hari (Depkes RI, 2002).

Penelitian yang dilakukan Artika (2008) dengan judul pengaruh ketersedian

sumber daya manusia dan fasilitas terhadap jumlah kunjungan pasien ke Poli Gigi di

Puskesmas di Kota Pekanbaru, menunjukkan bahwa ketersedian fasilitas

menunjukkan hubungan yang segnifikan terhadap kunjungan ke Poli Gigi dengan p=

0,005.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada bulan Februari 2011 di

Puskesmas Gambir Baru Kecamatan Kisaran Timur masih sering terjadi kekurangan

peralatan dan obat-obatan. Pada poli gigi ketersedian bahan tambal sering menjadi

kendala dalam pelayanan penambalan gigi. Begitu juga halnya dengan pengawasan

dan pemeliharaan peralatan yang masih kurang berjalan dengan baik.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merasa perlu mengetahui

hubungan komunikasi dokter dengan pasien, fasiltas yang tersedia, waktu tunggu,

persepsi pasien dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan yang didapat di poli gigi

Puskesmas Kabupaten Asahan.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah: Apakah ada hubungan komunikasi dokter dengan pasien, fasilitas yang

tersedia, waktu tunggu, persepsi pasien dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan

yang didapat di poli gigi Puskesmas di Kabupaten Asahan.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah maka tujuan penelitian ini adalah:

menganalisis hubungan komunikasi dokter dengan pasien, fasiltas yang tersedia,

waktu tunggu, persepsi pasien dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan yang didapat

di poli gigi Puskesmas di Kabupaten Asahan.

Universitas Sumatera Utara


1.4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan komunikasi dokter dengan pasien dengan pemanfaatan

pelayanan kesehatan yang didapat di poli gigi Puskesmas Kabupaten Asahan.

2. Ada hubungan fasilitas yang tersedia dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan

yang didapat di poli gigi Puskesmas di Kabupaten Asahan.

3. Adanya hubungan waktu tunggu dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan

yang didapat di poli gigi Puskesmas di Kabupaten Asahan

4. Adanya hubungan persepsi pasien dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan

yang didapat di poli gigi Puskesmas di Kabupaten Asahan.

1.5. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini dilakukan, maka diharapkan hasil dari penelitian ini

dapat bermanfaat :

1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Dinas Kesehatan Kebupaten

Asahan untuk membuat kebijakan dalam upaya peningkatan upaya kesehatan

gigi dan mulut

2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Puskesmas di Kabupaten

Asahan dalam menyusun program dalam upaya peningkatan pemanfaatan

penambalan di Poli Gigi.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan

terutama yang berkaitan hubungan komunikasi dokter pasien, fasilitas yang

Universitas Sumatera Utara


tersedia dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas dan

berkaitan dengan administrasi kebijakan kesehatan, sehingga dapat dijadikan

bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Komunikasi Efektif dalam Hubungan Dokter-Pasien

Secara umum, definisi komunikasi adalah “Sebuah proses penyampaian

pikiran-pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara

tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh

penyampai pikiran-pikiran atau informasi. Komunikasi dapat efektif apabila pesan

diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan

ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan

untuk hal itu.

2.1.1. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Hubungan Dokter Pasien

Beberapa hal yang berpengaruh terhadap hubungan pasien-dokter antara lain

1. Tempat dan Ruang Pelayanan

Kesan pasien terhadap tempat pelayanan kesehatan baik rumah sakit maupun

praktik swasta sebenarnya telah terbentuk sejak melihat lokasi dan bentuk

bangunannya. Lokasi tempat pelayanan di tempat kumuh atau di daerah yang rawan

kejahatan dengan sendirinya akan mengurangi kesan baik terhadap tempat pelayan

kesehatan tersebut.

Segera setelah memasuki bangunan tempat pelayanan, ruang tunggu akan

menjadi fokus perhatian. Warna tembok ruang tunggu, jumlah dan jenis mebel harus

diperhatikan dengan baik agar pasien merasa betah. Demikian pula halnya dengan

Universitas Sumatera Utara


lampu penerangan yang memadai agar jika diperlukan setiap pasien dapat membaca

degan tenang. Untuk itu koran, majalah atau bahan bacaan lainnya harus tersedia. Hal

lain yang harus tersedia di ruang tunggu adalah televisi atau alunan musik lembut,

toilet, tempat cuci tangan dan penyedian air minum serta penyejuk ruangan untuk

menambah kelengkapan ruang tunggu.

Selanjutnya ruang tempat pelayanan/konsultasi itu sendiri merupakan fokus

utama yang sangat penting untuk diperhatikan. Ruang konsultasi diharapkan

semaksimal mungkin menjaga rasa aman dan privacy setiap pasien.

2. Waktu Tunggu

Lama waktu tunggu untuk mendapatkan pelayanan bagi setiap pasien penting

diperhatikan. Hal ini tidak menjadi masalah bagi tempat pelayanan kesehatan yang

sedikit pasiennya. Harus tetap diingat pasien sakit menjadi lebih sensitif dan mudah

marah. Terutama bagi tempat pelayan yang banyak pasiennya harus menjalankan

efisiensi waktu dengan mengatur kedatangan pasien sesuai dengan perjanjian yang

telah ditetapkan sebelumnya (appointment).

3. Latar Belakang Psikologik Pasien

Latar belakang psikologik setiap pasien pada tingkat tertentu akan

memengaruhi hubungan pasien dokter. Setiap pasien mempunyai harapan tertentu

terhadap petugas kesehatan dan dokter yang dikunjunginya saat menderita suatu

penyakit.

Universitas Sumatera Utara


4. Sikap dan Perilaku Dokter terhadap Pasien

Tingginya harapan masyarakat terhadap profesi dokter membuat seorang

dokter dituntut untuk berpenampilan, bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan

harapan masyarakat umumnya. Ketika menjalankan tugas, setiap dokter diharapkan

berpenampilan bersih, rapi dan berpakaian sepantasnya. Raut wajah yang

menyejukkan dan penuh rasa persahabatan tanpa menghilangkan sikap tegas jika

diperlukan akan membantu pasien untuk bekerja sama dengan dokternya.

2.1.2. Kemampuan Dokter dalam Hubungan Komunikasi Dokter Pasien

Berikut ini adalah kemampuan yang harus dimiliki seorang dokter untuk

menjalin komunikasi efektif dokter-pasien:

1. Membina hubungan dokter-pasien

a. memberi salam kepada pasien dan menunjukkan rasa tertarik pada pasien sebagai

individu

b. menunjukkan perhatian terhadap masalah pasien melalui kata-kata

c. menunjukkan perhatian terhadap masalah pasien melalui sikap tubuh dan kontak

mata

2. Memberi kesempatan pada pasien untuk megemukakan keluhan

a. memberikan pasien kesempatan untuk mengemukakan keluhan

b. menanyakan “Ada lagi yang mau disampaikan?”

c. menjelaskan dan membuat agenda kunjungan pasien ke Puskesmas

3. Mengerti harapan pasien

a. menanyakan harapan pasien terhadap penyakit pasien

Universitas Sumatera Utara


b. menanyakan kebiasaan pasien yang berhubungan dengan penyakit pasien

c. kemampuan meyakinkan pasien dengan kemampuan dokter akan menyelesaikan

masalah kesehatan pasien

4. Memberikan edukasi terhadap masalah kesehatan yang dihadapi pasien

a. mengetahui pemahaman pasien terhadap penyakitnya

b. bertanya dan menjelaskan dengan kata-kata yang mudah dipahami

c. memahamkan kepada pasien tentang bentuk tindakan yang akan dilakukan

kepada pasien

d. memberikan penjelasan yang rinci tentang penyakit Pasien

5. Persetujuan pasien terhadap rencana pengobatan yang akan diberikan

a. melibatkan pasien dalam memilih atau membuat keputusan

b. menanyakan kepada pasien kesanggupan pasien untuk melakukan sesuatu

tindakan pengobatan

c. mengindentifikasi hal-hal tambahan kalau perlu

2.2. Ketersediaan Fasilitas

Pada saat pasien berkunjung ke poli gigi Puskesmas, pasien akan

memerlukan fasilitas dalam pelayanan sebagai berikut antara lain :

1. Ruang Pelayanan

Ruang pelayanan pasien merupakan tempat dimana pasien menghabiskan

waktunya selama memperoleh pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang meliputi

ruangan, keamanan, kenyamanan, kebersihan dan kemudahan bagi pasien.

Universitas Sumatera Utara


Lingkungan yang terkait dengan pelayanan kesehatan di poli gigi adalah konstruksi

bangunan dan disain ruang tunggu dan ruang periksa (Depkes 2004).

2. Sumber Daya Manusia

a. Pelayanan Tenaga Medis/Dokter

Tenaga medis/dokter merupakan unsur yang memberikan pengaruh paling

besar dalam menentukan kualitas pelayanan yang diberikan pada pasien di

puskesmas. Dokter juga dapat dianggap sebagai jantung sebuah puskesmas. Fungsi

utamanya adalah memberikan pelayanan medik kepada pasien dengan mutu sebaik-

baiknya dengan menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu kedokteran.

Penelitian ini akan difokuskan kepada hubungan komunikasi dokter-pasien.

b. Pelayanan tenaga para medis/perawat

Tenaga para medis/perawat adalah orang yang telah dekat hubungannya

dengan pasien karena pada umumnya pasien lebih sering berkomunikasi dengan

perawat sebelum bertemu dengan dokter.

3. Waktu Tunggu

Lama waktu tunggu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan gigi serta sistem

antrian yang telah dibuat.

4. Peralatan

Standar peralatan yang wajib disediakan di poli gigi puskesmas untuk

melaksanakan pelayanan kesehatan gigi terdiri atas sarana medis dan sarana non

medis. Sarana medis yang dibutuhkan adalah:

a. Alat-alat diagnosa ; kaca mulut, sonde, pinset

Universitas Sumatera Utara


b. Alat-alat pencabutan gigi ; tang ekstraksi, bein, criyer

c. penambalan gigi

d. skeling.

Sarana non medis yang diperlukan di poli gigi yaitu dental unit atau dental

chair. Selain itu, juga diperlukan lemari obat, lemari alat dan sterilisator. Apabila

sarana medis dan non medis di poli gigi puskesmas sesuai dengan standar pelayanan,

diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas.

5. Kefarmasian

Bahan-bahan penambalan gigi: fosfat semen, amalgam, komposit.

Bahan-bahan perawatan saluran akar: guta perca, endomethazone.

Akuades, Arsen, Eugenol, CHKM, TKF, Alkohol, Fletcher, H2O2, Betadine.

Anti biotik: Amoksilin, Tetrasiklin, ciproploxacin.

Anastesi lokal: Lidocain, Chlor etil spray.

Analgesik: Parasetamol, Antalgin, Asam Mefenamat

2.3. Persepsi Pasien

2.3.1. Pengertian Persepsi

Beberapa pengertian persepsi antara lain :

a. Persepsi menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai proses

seseorang untuk mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya atau menerima

langsung / tanggapan dari suatu resapan.

Universitas Sumatera Utara


b. Persepsi merupakan suatu proses di mana individu melakukan pengorganisasian

terhadap stimulus yang diterima kemudian diinterpretasikan, sehingga seseorang

dapat menyadari dan mengerti tentang apa yang diterima dan hal ini dipengaruhi

pula oleh pengalaman-pengalaman yang ada pada diri yang bersangkutan.

c. Menurut Bimo Walgito, persepsi adalah proses pengorganisasian,

penginterpreasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu

sehingga sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam

diri individu.

2.3.2. Proses Pembentukan Persepsi

Persepsi dibentuk oleh tiga pengaruh yakni :

a. Karakteristik dari stimuli (rangsangan) di mana stimulus merupakan hal di luar

individu yang dapat berbentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat

mempengaruhi tanggapan individu

b. Hubungan stimuli dengan sekelilingnya. Persepsi yang dibentuk oleh seseorang

dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya, oleh karena itu persepsi

memiliki sifat subjektif. Hal tersebut berarti bahwa setiap orang dapat memiliki

persepsi yang berbeda terhadap satu objek yang sama.

c. Kondisi yang ada dalam diri individu yang bersangkutan

Dalam persepsi ada yang perlu diperhatikan bahwa persepsi dapat sangat

berbeda dengan kenyataan yang ada. Mengenai proses pembentukan persepsi dapat

dijelaskan secara lengkap pada Gambar 2. 1.

Universitas Sumatera Utara


STIMULAN Indra Perhatian Interpretasi
- Penglihatan
- Suara
- Bau
- Rasa
- Tekstur PERSEPSI Tanggapan

Gambar 2.1. Proses Persepsi

2.3.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi

Dengan melihat satu objek yang sama, orang dapat mempunyai persepsi yang

berbeda, karena persepsi dipengaruhi oleh beberapa factor seperti berikut :

a. Faktor Pelaku Persepsi

Bila seseorang memandang suatu objek dan mencoba, maka penafsiran itu sangat

dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari orang yang berpersepsi yang mencakup

sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan pengharapan.

b. Faktor Objek

Karakteristik dari target yang diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan

karena target tidak dpandang dalam keadaan terisolasi, namun objek yang berdekatan

akan cenderung dipersepsikan bersama-sama. Faktor target mencakup hal-hal baru

yakni gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang dan kedekatan.

c. Faktor Situasi

Faktor situasi ini mencakup waktu, keadaan / tempat kerja dan keadaan sosial.

Universitas Sumatera Utara


Sebenarnya perilaku individu didasarkan pada persepsi mereka terhadap

realitas dan bukan realitas itu sendiri. Bila seseorang ingin membeli produk, maka ia

merespons persepsinya tentang produk dan bukan produk itu sendiri.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi

seseorang adalah:

a. Faktor internal yang meliputi pengalaman, kebutuhan saat itu, nilai-nilai yang

dianut dan ekpektasi / pengharapan

b. Faktor ekternal yang meliputi penampilan produk, sifat-sifat stimulus dan situasi

lingkungan.

Persepsi diartikan sebagai proses dengan apa seseorang memilih, mengatur

dan menginterpretasi informasi. Proses seseorang untuk sampai pada perilaku

pembelian / pemanfaatan suatu produk atau jasa melalui tahapan: identifikasi masalah

(adanya kebutuhan), pencarian informasi, evaluasi alternatif dan pembelian /

pemanfaatan serta evaluasi pasca pembelian.

2.3.4. Persepsi Pasien terhadap Pelayanan Kesehatan

Menurut Gilson, dkk (1994), yang menjadi elemen penting dalam menentukan

harapan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan:

a. Kemanjuran obat, keterjangkauan biaya, tidak membutuhkan waktu yang lama

dalam proses perawatan

b. Memperoleh obat merupakan faktor yang terpenting yang mendasari pola

pemanfaatan pelayanan kesehatan

Universitas Sumatera Utara


c. Pandangan yang menyeluruh mengenai penampilan, seperti sikap petugas yang

baik, kecakapan petugas dan hubungan dengan pasien

d. Persepsi masyarakat terhadap kualitas sarana dan prasarana yang meliputi jarak

yang dapat dicapai, keadaan gedung, ruang tunggu, privasi dan kelengkapan

peralatan medis

e. Persepsi masyarakat terhadap kualitas proses yang meliputi ketrampilan petugas,

kecukupan staf, biaya perawatan dan penjelasan pengobatan

Dalam konsep kualitas yang dikemukakan oleh Parasuraman, Zeithmal dan

Berry (1990) yang dikenal dengan servqual model menyatakan ada empat faktor yang

mempengaruhi persepsi dan harapan pasien terhadap jasa pelayanan, yaitu

a. Pengalaman dari teman (word of mouth)

b. Kebutuhan atau keinginan (personal need)

c. Pengalaman masa lalu saat menerima jasa pelayanan (past experience)

d. Komunikasi melalui iklan/pemasaran (external communications to customer)

Universitas Sumatera Utara


2.4. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan

2.4.1 Teori Pemanfaatan Fasilitas

Pemanfaatan fasilitas kesehatan termasuk kesehatan gigi berdasarkan model

Andersen dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Faktor - faktor yang memudahkan (predisposing factor), yang termasuk katagori

ini adalah :

a. Faktor demografi yang dapat memengaruhi pemanfaatan fasilitas kesehatan

gigi, contohnya jarak yang harus ditempuh dan kemudahan pencapaian untuk

mencapai fasilitas tersebut.

b. Struktur sosial yang dapat memengaruhi pemanfaatan fasilitas kesehatan gigi,

contohnya adalah pada masyarakat tradisional untuk menerima sistem

pengobatan modern memerlukan proses yang relatif lama, oleh karena ikatan

tradisi yang begitu kuat mereka lebih memanfaatkan pengobatan tradisional.

Sebagian masyarakat memandang masalah kesehatan gigi bukan sebagai

masalah yang serius, karena tidak akan mengganggu jiwanya, sehingga

prioritasnya rendah. Selama kesehatan gigi oleh masyarakat tersebut belum

ditempatkan pada masalah yang diprioritaskan maka pemanfaatan fasilitas

kesehatan gigi akan rendah.

2. Faktor-faktor yang memungkinkan (enabling factors) untuk pemanfaatan

pelayanan kesehatan gigi terdiri dari :

a. Sumber daya keluarga yaitu kemampuan keluarga untuk membiayai masalah

kesehatan gigi keluarga

Universitas Sumatera Utara


b. Sumber daya masyarakat merupakan kemampuan masyarakat untuk

menyelenggarakan fasilitas kesehatan gigi yang diperlukan

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors) akan kebutuhan kesehatan gigi

Kesadaran akan adanya masalah kesehatan gigi, merupakan dorongan untuk

memanfaatkan fasilitas kesehatan gigi. Pada kenyataannya didalam masyarakat

itu sendiri terdapat beraneka ragam konsep sehat sakit yang bahkan tidak

sejalan dengan konsep sehat sakit yang diberikan oleh pihak penyelenggara

pelayanan kesehatan. Konsep yang berbeda ini tidak jarang menyebabkan

kurang dimanfaatkannya sarana-sarana kesehatan yang telah ada.

Didalam masyarakat sendiri sering ditemukan konsep yang salah tentang

sakit. Banyak anggota masyarakat mengganggap sakit apabila mereka sudah tidak

dapat bekerja atau sudah tidak dapat bangkit dari tempat tidur. Masyarakat

yang terkena penyakit tapi tidak merasakan sakit (disease but no illness) tidak

akan bertindak apa-apa terhadap penyakit tersebut. Tetapi bila mereka terkena

penyakit dan juga merasakan sakit, maka timbul bermacam-macam tingkah laku dan

usaha. Berbagai tingkah laku dan usaha yang dilakukan untuk mengatasi sakit

tersebut adalah sebagai berikut : (Soekidjo,1993)

a. Tidak bertindak (no action). Alasannya antara lain bahwa kondisi yang demikian

tidak mengganggu kegiatan/kerja mereka sehari-hari. Mungkin mereka

beranggapan bahwa tanpa bertindak apa-apapun gejala yang dideritanya

akan lenyap dengan sendirinya. Tidak jarang pula masyarakat memprioritaskan

tugas-tugas lain yang dianggap lebih penting daripada mengobati penyakitnya.

Universitas Sumatera Utara


Hal ini merupakan suatu bukti bahwa kesehatan belum merupakan prioritas

didalam kehidupannya.

b. Bertindak mengobati sendiri (self treatment) dengan alasan-alasan yang

sama seperti di atas. Alasan tambahan dari tindakan ini adalah karena

orang atau masyarakat tersebut sudah percaya kepada diri sendiri, dan sudah

merasa bahwa berdasarkan pengalaman-pengalaman yang lalu usaha-usaha

pengobatan sendiri sudah dapat mendatangkan kesembuhan. Hal ini

mengakibatkan pencarian pengobatan keluar tidak diperlukan.

c. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional (traditional

remedy). Untuk masyarakat pedesaan khususnya pengobatan tradisional ini

masih banyak dilakukan.

d. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh

pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikatagorikan ke

dalam balai pengobatan, Puskesmas dan rumah sakit.

e. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan

oleh praktek dokter (private medicine).

Dari uraian di atas tampak jelas bahwa konsep masyarakat terhadap

sehat sakit erat hubungannya dengan tingkah laku pencarian pengobatan. Bila konsep

sehat sakit masyarakat belum sama dengan konsep sehat sakit menurut tenaga

kesehatan maka masyarakat belum tentu atau tidak mau menggunakan fasilitas

pelayanan kesehatan yang telah disediakan.

Universitas Sumatera Utara


2.4.2. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas

Puskesmas adalah salah satu unit pelayanan kesehatan yang berorientasi

terhadap kebutuhan pasien. Puskesmas dalam upaya pemenuhan kebutuhan pasien

akan pelayanan kesehatan, berusaha memberikan kualitas yang dapat memuaskan

pasien (Depkes RI, 2002). Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis Dinas

Kesehatan Kota atau Kabupaten yang bertanggung jawab menyelanggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Pembangunan kesehatan adalah

penyelenggaraan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang optimal.

Secara nasional standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan tetapi

apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab

wilayah kerja dibagi antar puskesmas dengan memerhatikan keutuhan konsep

wilayah (desa, kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara

operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kota atau

Kabupaten. Pada umumnya satu puskesmas mempunyai penduduk binaan sebanyak

30.000 - 50.000 orang (Depkes RI, 2002).

Menurut pedoman pelayanan kesehatan Puskesmas dari Depkes RI (2003),

salah satu jenis pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya di bidang perawatan adalah pelayanan di

poli gigi yang merupakan pelayanan rawat jalan yaitu pasien berkunjung ke poli gigi

untuk memperoleh pelayanan kesehatan gigi pada waktu dan jam tertentu.

Universitas Sumatera Utara


Pola pelayanan kesehatan gigi ini harus dapat menjangkau masyarakat yang

memerlukannya dengan sifat pelayanan berupa Basic Emergency Care,

Preventive Care dan Self Care. Pada jenjang lebih tinggi kemampuan pelayanan

berupa Simple Care, Moderate Care dan Complex Care yang akan ditingkatkan

sejalan dengan kemampuan sumber daya yang ada berupa sarana dan tenaga

kesehatan. Secara lengkap “Level of Care” adalah sebagai berikut (Lazuardy, 2000) :

a. Basic Emergerncy Care, yaitu pelayanan darurat yang harus melayani siapa

saja dan dimana saja. Upaya menghilangkan atau mengurangi rasa sakit

dapat diberikan oleh kader kesehatam.

b. Preventive Care, yaitu pelayanan yang bersifat pencegahan, dapat diberikan

oleh tenaga perawat gigi. Perawatan ini ditujukan kepada individu dan

masyarakat.

c. Self Care, yaitu pelayanan pelihara diri yang dapat dilakukan perorangan

dalam masyarakat, misalnya pemeriksaan diri sendiri dan mencari pengobatan

yang tepat sedini mungkin. Pelayanan ini dapat dilkukan oleh semua lapisan

masyarakat.

d. Simple Care, yaitu suatu pelayanan profesional sederhana atau pelayanan

medik gigi dasar umum (PMGD), seperti skeling, ekstraksi tanpa komplikasi,

tumpatan gigi. Pelayanan ini diberikan pada tingkat Puskesmas oleh dokter

gigi atau perawat gigi yang telah mendapat wewenang dari atasan.

e. Moderate Care, yaitu pelayanan medik gigi khusus seperti tingkat spesialistik

kedokteran gigi. Pelayanan ini hanya dapat dilakukan pada tingkat Rumah

Universitas Sumatera Utara


Sakit kelas D dan C oleh tenaga dokter gigi yang telah mendapat pendidikan

tambahan dalam bidang kedokteran gigi.

f. Complex Care, yaitu suatu pelayanan profesional oleh tenaga spesialis baik

sendiri maupun melalui sebuah tim. Pelayanan ini dilakukan di Rumah

Sakit tipe A dan B.

2.4.3. Pemanfaatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah

tindakan yang dilakukan seseorang untuk mendayagunakan fasilitas kesehatan

gigi dengan tujuan mendapatkan pelayanan kesehatan gigi baik promotif,

preventif, kuratif maupun rehabilitatif (Budiharto, 1998). Fasilitas kesehatan gigi

adalah sarana dan prasarana yang disediakan atau diselenggarakan baik oleh

institusi pemerintah maupun swasta untuk tujuan peningkatan, perawatan dan

pemulihan kesehatan gigi. Menurut jenis pelayanan ada 2 jenis fasilitas kesehatan

gigi yaitu yang bersifat umum seperti Balai Pengobatan Gigi yang ada di Puskesmas

dan yang bersifat khusus untuk melayani kelompok masyarakat khusus misalnya

klinik gigi di suatu departemen hanya melayani pegawai dan keluarga dari

departemen tersebut.

Berbagai pendapat menyatakan bahwa banyak faktor yang dapat

memengaruhi seseorang untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan gigi. Menurut

Zola ada 4 macam dorongan yang menyebabkan seseorang mencari dan

memanfaatkan fasilitas kesehatan gigi yaitu (Jong, A. 1981) :

Universitas Sumatera Utara


1. Dorongan yang berhubungan dengan persepsi seseorang, dorongan yang

berhubungan dengan waktu, dimana seseorang memutuskan untuk mencari

pelayanan kesehatan jika gejala yang dikeluhkan tidak mereda atau berkurang

dalam periode waktu tertentu

2. Dorongan akibat hubungan sosial

3. Dorongan akibat ketegangan antara perorangan yang menyebabkan

seseorang sadar terhadap gejala dari gangguan kesehatannya. Sedangkan

Snehandu B. Karr yang dikutip dari Soekidjo (1995) mengatakan bahwa

yang menyebabkan seseorang itu memanfaatkan fasilitas kesehatan gigi

adalah karena alasan sebagai berikut :

a. Minat seseorang sehubungan dengan kepentingan pribadinya

b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya

c. Ada atau tidak adanya informasi

d. Otonomi pribadi orang yang bersangkutan tersebut dalam hal mengambil

tindakan atau keputusan

e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak

2.4.4. Penilaian terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pemanfaatan pelayanan kesehatan dapat dinilai dari intensitas kunjungan

masyarakat/pasien dalam pencarian pengobatan ke Puskesmas dan pemanfatan

terhadap jenis pelayanan kesehatan gigi yang ada di Puskesmas.

a. Kunjungan Pasien

Universitas Sumatera Utara


Kunjungan adalah pemanfaatan penggunaan fasilitas kesehatan yang

disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh petugas

kesehatan maupun dalam bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan pelayan kesehatan

tersebut. Tingkat kunjungan ulang dalam jasa pelayanan kesehatan ditunjukkan

dengan perilaku kunjungan pasien ke unit pelayanan kesehatan sebagai tingkat

kepuasan pasien terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan.

Kunjungan juga berarti adanya kepercayaan pasien terhadap organisasi

penyelenggara pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhannya. Besarnya tingkat

kunjungan pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan dapat dilihat dari dimensi waktu,

yaitu harian, mingguan, bulanan dan tahunan (Idawani, 2001).

b. Pemanfaatan Jenis Pelayanan Gigi

Menurut Pedoman Kerja Puskesmas (2009), jenis pelayanan medik gigi dasar

yang diberikan di Puskesmas adalah tumpatan gigi tetap, pengobatan pulpa seperti

tumpatan sementara, pencabutan gigi tetap, pengobatan, pembersihan karang gigi,

tindakan bedah ringan seperti insisi abses dan operkulektomi.

Universitas Sumatera Utara


2.5. Kerangka Kosep

Fasilitas
1. Ruangan Pelayanan
- Ruang tunggu
- Ruang periksa Pemanfaatan Pelayanan
2. Peralatan dan bahan Gigi Puskesmas
- Cabut gigi
- Tambal gigi 1. Jumlah kunjungan
- Skeling - 1 kali (pasien baru)
- Periksa - > 1 kali (pasien lama)

2. Jenis Pelayanan
- ( > 1 jenis pelayanan)
Waktu Tunggu a) Cabut + Tambal
1. < 1 jam b) Cabut + Skeling
2. > 1 jam c) Tambal + skeling

- ( 1 jenis pelayanan)
Komunikasi Dokter – pasien Cabut/Tambal/Skeling
1. Membina hubungan dokter- pasien
2. Memberikan kesempatan pasien - (hanya periksa
mengemukakan keluhan /pengobatan)
3. Memahami harapan pasien
4. Penjelasan dokter tentang masalah
pasien dan rencana pengobatan
5. Persetujuan pasien tentang rencana
pengobatan

Persepsi Pasien
1. Kemanjuran obat,
2. Kemudahan memperoleh obat
3. Pandangan yang menyeluruh mengenai
penampilan dokter gigi
4. Persepsi masyarakat terhadap kualitas
sarana dan prasaran Puskesmas
5. Persepsi masyarakat terhadap kualitas
proses pengobatan

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis rancangan ini adalah penelitian cross sectional yaitu penelitian non

experimental dalam rangka mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko yaitu

komunikasi dokter pasien, ketersedian fasilitas, waktu tunggu, persepsi pasien dengan

efek yaitu pemanfaatan pelayanan kesehatan yang didapat di poli gigi Puskesmas

Kabupaten Asahan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan di lakukan di Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan

Kabupaten Asahan. Lokasi penelitian ini dipilih karena berdasarkan profil kesehatan

Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan tahun 2010 Puskesmas yang paling banyak

kunjungan poli giginya adalah Puskesmas Gambir Baru Kecamatan Kisaran Timur

dan kunjungan yang paling sedikit adalah Puskesmas Prapat Janji Kecamatan Buntu

Pane.

Waktu yang diperlukan dalam penelitian selama 3 (tiga) bulan, mulai bulan

Februari 2012 sampai dengan April 2012. Waktu yang digunakan adalah untuk

pengambilan data, pengolahan dan analisis data serta penyusunan hasil penelitian.

Universitas Sumatera Utara


3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang berkunjung di Puskesmas

Gambir Baru kecamatan Kisaran Timur dan Puskesmas Prapat Janji Kecamatan

Buntu Pane pada bulan april 2012. Di samping itu populasi adalah dokter gigi di

Puskesmas tersebut.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah populasi yang telah berumur 14-64 tahun

dan berkunjung ke poli gigi selama waktu penelitian. Metode sampling adalah

purposive sampling.

Berdasarkan data Puskesmas kunjungan pasien yang memanfaatkan pelayanan

kesehatan gigi dan mulut Puskesmas Parapat Janji dalam waktu satu bulan rata-rata

berjumlah 25 orang dan di Puskesmas Gambir Baru rata-rata berjumlah 118 orang.

Jadi diperkirakan jumlah sample adalah 143 orang responden. Disamping itu sampel

dalam penelitian ini adalah 2 orang dokter gigi di Puskesmas.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengumpulkan data mengenai ketersediaan fasilitas kesehatan gigi

dilakukan dengan cara wawancara dengan dokter gigi dibantu kuesioner dan

observasi langsung.

Universitas Sumatera Utara


2. Untuk mengumpulkan data mengenai komunikasi dokter-pasien, persepsi pasien,

karakteristik pasien dan pemanfaatan pelayanan gigi, dikumpulkan melalui

wawancara terhadap pasien dibantu kuesioner

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1. Variabel Independen

1. Ketersediaan fasilitas adalah ada atau tidak adanya fasilitas seperti: ruangan

pelayanan (ruang tunggu, ruang periksa), peralatan dan bahan (cabut gigi, tambal

gigi, skeling, periksa) pada pelayanan gigi di Puskesmas di Kabupaten Asahan

2. Waktu tunggu adalah lamanya waktu yang digunakan pasien dalam menunggu

pemberian pelayanan, dihitung semenjak pasien datang ke Puskesmas hingga

mendapat pelayanan oleh dokter gigi.

3. Persepsi pasien adalah pandangan pasien terhadap penyakitnya dan pelayanan

yang diberikan di Poli Gigi Puskesmas, yang meliputi kemanjuran obat,

kemudahan memperoleh obat, pandangan yang menyeluruh mengenai penampilan

dokter gigi, persepsi masyarakat terhadap kualitas sarana dan prasaran

Puskesmas, persepsi masyarakat terhadap kualitas proses pengobatan.

4. Komunikasi dokter pasien adalah hubungan yang berlangsung antara dokter gigi

dengan pasiennya selama proses pemeriksaan/pengobatan/perawatan yang terjadi

di Puskesmas dalam rangka membantu menyelesaikan masalah kesehatan pasien,

yang dapat dinilai melalui:

Universitas Sumatera Utara


a. Membina hubungan dokter- pasien

b. Memberikan kesempatan pasien mengemukakan keluhan

c. Memahami harapan pasien

d. Penjelasan dokter tentang masalah pasien dan rencana pengobatan

e. Persetujuan pasien tentang rencana pengobatan

3.5.2. Variabel Dependen

Pemanfaatan Poli Gigi Puskesmas dinilai melalui

1. Jumlah kunjungan yang dilakukan seorang responden dalam waktu penelitian

yaitu pasien lama dan pasien baru

2. Jenis perawatan yang didapat pada pelayanan kesehatan gigi dan mulut berupa

pencabutan, penambalan gigi, skeling dan pemeriksaan dengan kategori:

a. Baik, jika pasien mendapatkan lebih dari 1 jenis pelayanan

1) Cabut + Tambal

2) Cabut + Skeling

3) Tambal + skeling

b. Cukup, jika pasien hanya mendapatkan 1 jenis pelayanan

(pencabutan/penambalan gigi/skeling)

c. Kurang, jika pasien hanya pemeriksaan (pengobatan)

3.6. Metode Pengukuran

Meteode pengukuran variabel independen dan variabel dependen pada

penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.1. Aspek-aspek Pengukuran Variabel

No Variabel Jumlah Kategori Bobot Kategori Skor


Indikator Jawaban nilai jawaban
indikator variabel
Variabel Independen
A. Ketersediaan fasilitas
1 Ruangan Ya 1 Baik >7
- Ruang Tunggu 6 Tidak 0 Cukup 5-6
- Ruang Periksa 2 Kurang 1-4
Jumlah 8
2 Peralatan dan Bahan Ada, baik 2 Baik > 60
- cabut gigi 8 Ada, rusak 1 Cukup 48-59
- tambal gigi 20 Tidak ada 0 Kurang < 47
- skeling 4
- periksa 5
Jumlah 37
B. Komunikasi Dokter Pasien
1. Membina hubungan 2 Ya 1
dokter- pasien Tidak 0
2. Memberikan 3 Ya 1
kesempatan pasien Tidak 0
mengemukakan
keluhan
3. Penjelasan dokter 5 Ya 1
tentang masalah pasien Tidak 0
dan rencana
pengobatan
4. Memahami harapan 3 Ya 1
pasien Tidak 0
5. Persetujuan pasien 4 Ya 1
tentang rencana Tidak 0
pengobatan
Komunikasi Dokter 17 Baik > 14
Pasien Cukup 11-13
Kurang < 10
C. Waktu tunggu 1 < 1 jam 1 Baik 1
> 1 jam 0 Tidak baik 0
D. Persepsi Pasien 10 Setuju 1 Baik >8
Tidak setuju 0 Cukup 6-7
Kurang <5

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.1. (Lanjutan)
Variabel Dependen
1 Pemanfaatan Poli - Jenis Pelayanan 3 Baik 5
Gigi Puskesmas > 1 jenis pelayanan Cukup 3-4
a) Cabut + Kurang 1- 2
Tambal
b) Cabut +
Skeling
c) Tambal +
skeling
1 jenis pelayanan 2
Cabut/tambal/ skeling
Hanya
periksa/pengobatan 1

Jumlah Kunjungan
1 kali 1
> 1 kali 2

3.7. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data digunakan uji chi square untuk mengetahui

hubungan komunikasi dokter dengan pasien dengan pemanfaatan pelayanan

kesehatan yang didapat di poli gigi Puskesmas Kabupaten Asahan dan untuk

mengetahui hubungan fasilitas yang tersedia, waktu tunggu dan persepsi pasien

dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan yang didapat di poli gigi Puskesmas

Kabupaten Asahan.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kabupaten Asahan merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di kawasan

Pantai Timur wilayah Propinsi Sumatera Utara, terletak pada koordinat 02° 03’ -

03° 26’ Lintang Utara dan 99° 1° - 100° 0° Bujur Timur dan berada pada ketinggian

0 – 1000 m dpl, dengan batas-batas administratif sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kab. Batubara dan Kab. Simalungun

- Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kab. Labuhan Batu dan Toba Samosir

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kab. Simalungun

Sarana Kesehatan yang tersedia di Kabupaten ini terdiri dari: 1 Rumah Sakit

Pemerintah, 6 Rumah Sakit Swasta, 29 Klinik, 18 Puskesmas, 119 Puskesmas

Pembantu dan 932 Posyandu.

Puskesmas Gambir Baru dan Prapat Janji adalah 2 Puskesmas yang dipilih

sebagai tempat penelitian. Puskesmas Gambir baru merupakan Puskesmas yang

melayani pasien paling banyak di poli gigi dan juga memilki fasilitas Poli gigi yang

lengkap, sedangkan Puskesmas Prapat Janji adalah Puskesmas yang paling sedikit

melayani pasien di Poli gigi, dan juga memiliki fasilitas poli gigi yang kurang

lengkap, terutama pada peralatan dan bahan untuk pelayanan penambalan gigi.

Universitas Sumatera Utara


Puskesmas Gambir Baru yang telah didirikan semenjak tahun 1975 dengan

wilayah kerja di Kecamatan Kisaran Timur berada di ketinggian 7 – 25 meter dari

permukaan laut dengan luas wilayah 32,96 km2 dan jumlah penduduk 33.192 jiwa,

sedangkan Puskesmas Prapat Janji dibangun pada tahun 2006 dengan wilayah kerja di

Kecamatan Buntu Pane berada di ketinggian 25-1.121 meter dari permukaan laut

dengan luas wilayah 46,01 km2 dan jumlah penduduk 22.749 jiwa.

4.2. Karakteristik Responden

4.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil penelitian menunjukkan jenis kelamin responden perempuan lebih

banyak yaitu 52,5 % di Puskesmas Gambir Baru dan 52 % di Puskesmas Prapat Janji

(Tabel 4.1).

Tabel 4.1.
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Dua Puskesmas
di Kabupaten Asahan

Jenis Puskesmas Puskesmas Total


Kelamin Gambir Baru Prapat Janji
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Laki-laki 47 47,5 24 48 71 47,7
Perempuan 52 52,5 26 52 78 52,3
Total 99 100 50 100 149 100

Universitas Sumatera Utara


4.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Hasil penelitian menunjukkan kelompok umur terbanyak responden dengan

kelompok umur 25-44 tahun yaitu 47,5 % di Puskesmas Gambir Baru dan 58 % di

Puskesmas Prapat Janji (Tabel 4.2)

Tabel 4.2.
Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Dua Puskesmas
di Kabupaten Asahan

Puskesmas Puskesmas Total


Umur
Gambir Baru Prapat Janji
(Tahun)
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
14-24 21 21,2 6 12 27 18,1
25-44 47 47,5 29 58 76 51
45-64 31 31,3 15 30 46 30,9
Total 99 100 50 100 149 100

4.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Hasil penelitian menunjukkan pekerjaan responden yang terbanyak adalah

tidak bekerja yaitu 48,5 % di Puskesmas Gambir Baru dan 44 % di Puskesmas Prapat

Janji (Tabel 4.3).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3.
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Dua Puskesmas
di Kabupaten Asahan

Puskesmas Puskesmas Total


Pekerjaan Gambir Baru Prapat Janji
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Tidak Bekerja 48 48,5 22 44 70 100
Petani/Buruh
10 10,1 2 4 12 100
Tukang/Kuli
PNS/TNI/Polri 15 15,2 5 10 20 100
Pegawai
3 3 10 20 13 100
Swasta
Wiraswasta/
23 23,2 11 22 34 100
Pedagang
Total 99 100 50 100 149 100

4.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Hasil penelitian menunjukkan pendidikan terakhir responden yang terbanyak

adalah tamatan SMP/SMA yaitu 60,6 % di Puskesmas Gambir Baru dan 82 % di

Puskesmas Prapat Janji (Tabel 4.4).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.4.
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Dua Puskesmas
di Kabupaten Asahan

Puskesmas Puskesmas Total


Pendidikan Gambir Baru Prapat Janji
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
SD/Tidak
Sekolah 29 29,3 5 10 34 22,8

SMP/SMA 60 60,6 41 82 101 67,8


PT (D3-S3) 10 10,1 4 8 14 9,4
Total 99 100 50 100 149 100

4.3. Komunikasi Dokter Pasien

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kategori komunikasi dokter-

pasien yang banyak adalah kategori cukup yaitu 80,8 % di Puskesmas Gambir Baru

dan 76 % di Puskesmas Prapat Janji (Tabel 4.5).

Tabel 4.5.
Distribusi Responden Berdasarkan Komunikasi Dokter Pasien
di Dua Puskesmas di Kabupaten Asahan

Komunikasi Puskesmas Puskesmas Total


Dokter Gambir Baru Prapat Janji
Pasien Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kurang 0 0 0 0 0 0
Cukup 80 80,8 28 76 118 79,2
Baik 19 19,2 12 24 31 20,8
Total 99 100 50 100 149 100

Universitas Sumatera Utara


4.4. Ketersediaan Fasilitas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Puskesmas Gambir Baru dan Prapat

Janji sama-sama memiliki ketersedian fasilitas ruangan yang baik. Perbedaannya

pada ketersediaan peralatan dan bahan di poli gigi Puskesmas. Berdasarkan observasi

Puskesmas Gambir Baru memilki ketersediaan fasilitas yang baik, karena

kelengkapan peralatan dan bahan dengan skor 70, sedangkan Puskesmas Prapat janji

memiliki ketersedian fasilitas yang cukup, karena Puskesmas Prapat Janji tidak

memiliki peralatan dan bahan yang memadai untuk pelayanan tambal gigi dan

kelengkapan peralatan dan bahan dengan skor 57.

4.5. Persepsi Pasien

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kategori persepsi pasien terhadap

pelayanan poli gigi dan kesehatan gigi yang terbanyak adalah kategori cukup yaitu

62,6% di Puskesmas Gambir Baru dan 62 % di Puskesmas Prapat Janji (Tabel 4.6).

Tabel 4.6.
Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Pasien di Dua Puskesmas
di Kabupaten Asahan

Puskesmas Puskesmas Total


Persesi Gambir Baru Prapat Janji
Pasien Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kurang 30 30,3 11 22 41 27,5
Cukup 62 62,6 31 62 93 62,4
Baik 7 7,1 8 16 15 10,1
Total 99 100 50 100 149 100

Universitas Sumatera Utara


4.6. Waktu Tunggu

Hasil penelitian menunjukkan waktu tunggu pasien sebelum mendapatkan pelayanan

yang terbanyak adalah < 1 jam yaitu 89,9 % di Puskesmas Gambir Baru dan 88 % di

Puskesmas Prapat Janji (Tabel 4.7).

Tabel 4.7.
Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Tunggu di Dua Puskesmas
di Kabupaten Asahan

Puskesmas Puskesmas Total


Waktu Gambir Baru Prapat Janji
Tunggu Jumlah % Jumlah % Jumlah %
> 1 jam 10 10,1 6 12 16 10,7
< 1 jam 89 89,9 44 88 133 89,3
Total 99 100 50 100 149 100

4.7. Pemanfaatan Pelayanan Poli Gigi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan pelayanan poli gigi yang

terbanyak adalah pemanfaatan kategori cukup yaitu 47,5 % di Puskesmas Gambir

Baru dan 50 % di Puskesmas Prapat Janji (Tabel 4.8).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.8.
Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Pelayanan Poli Gigi
di Dua Puskesmas di Kabupaten Asahan

Puskesmas Puskesmas Total


Pemanfaatan Gambir Baru Prapat Janji
Pelayanan Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kurang 22 22,2 20 40 42 28,2
Cukup 47 47,5 25 50 72 48,3
Baik 30 30,3 5 10 35 23,5
Total 99 100 50 100 149 100

4.8. Hubungan Komunikasi Dokter Pasien dengan Pemanfaatan Pelayanan


Kesehatan Gigi di Puskesmas Kabupaten Asahan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menilai komunikasi

dokter-pasien dengan kategori cukup memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan

kategori cukup sebanyak 54,2%, sedangkan responden yang menilai komunikasi

dokter-pasien kategori baik 38,7% memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan

kategori baik. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa komunikasi dokter-pasien

mempunyai hubungan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poli

Gigi Puskesmas Kabupaten Asahan (p=0,013) (Tabel 4.9).

Universitas Sumatera Utara


Tabel. 4.9
Hubungan Komunikasi Dokter Pasien dengan Pemanfaatan Pelayanan
Pelayanan Poli Gigi di Puskesmas Kabupaten Asahan

Komuni- Pemanfaatan Pelayanan


Total 𝝌𝟐
kasi Kurang Cukup Baik
Dokter (p)
Pasien n % n % n % N %
Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0
Cukup 31 26,3 64 54,2 23 19,5 118 100 8,706
Baik 11 35,5 8 25,8 12 38,7 31 100 (0,013)
Total 42 28,2 72 48,3 35 23,5 149 100

4.9. Hubungan Ketersediaan Fasilitas dengan Pemanfaatan Pelayanan


Kesehatan Gigi di Puskesmas Kabupaten Asahan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden di Puskesmas Prapat Janji

yang memiliki fasiltas yang cukup sebanyak 50 % memanfaatkan pelayanan poli gigi

dengan kategori cukup dan 10 % memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori

baik, sedangkan responden yang di Puskesmas Gambir Baru yang memiliki fasiltas

yang baik sebanyak 47,5% memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori cukup

dan 30,3% yang memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori baik. Hasil uji

statistik menunjukkan ketersedian fasilitas mempunyai hubungan dalam pemanfaatan

pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poli Gigi Puskesmas Kabupaten Asahan

(p=0,008) (Tabel 4.10).

Universitas Sumatera Utara


Tabel. 4.10
Hubungan Ketersediaan Fasilitas dengan Pemanfaatan Pelayanan
Poli Gigi di Puskesmas Kabupaten Asahan

Pemanfaatan Pelayanan
Keterse- Total 𝝌𝟐
diaan Kurang Cukup Baik
(p)
Fasilitas n % n % n % N %
Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0
Cukup 20 40 25 50 5 10 50 100 9,599
Baik 22 22,2 47 47,5 30 30,3 99 100 (0,008)
Total 42 28,2 72 48,3 35 23,5 149 100

4.10. Hubungan Persepsi Pasien dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan


Gigi di Puskesmas Kabupaten Asahan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan persepsi tentang

kesehatan dan pelayanan gigi dengan kategori cukup memanfaatkan pelayanan poli

gigi dengan kategori cukup sebanyak 61,3 % dan 18,3 % memanfaatkan pelayanan

poli gigi dengan kategori baik, sedangkan responden dengan persepsi kategori baik

33,3% memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori cukup dan 46,7% yang

memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori baik. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa persepsi pasien tentang kesehatan dan pelayanan gigi

mempunyai hubungan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poli

Gigi Puskesmas Kabupaten Asahan (p=0,000) (Tabel 4.11).

Universitas Sumatera Utara


Tabel. 4.11
Hubungan Persepsi Pasien dengan Pemanfaatan Pelayanan Poli Gigi
di Puskesmas Kabupaten Asahan

Pemanfaatan Pelayanan
Total 𝝌𝟐
Persepsi Kurang Cukup Baik
Pasien (p)
n % n % n % N %
Kurang 20 48,8 10 24,4 11 26,8 41 100
Cukup 19 20,4 57 61,3 17 18,3 93 100 22,004
Baik 3 20 5 33,3 7 46,7 15 100 (0,000)
Total 42 28,2 72 48,3 35 23,5 149 100

4.11. Hubungan Waktu Tunggu dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan


Gigi di Puskesmas Kabupaten Asahan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan waktu tunggu < 1

jam memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori cukup sebanyak 48,1 % dan

25,6 % memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori baik, demikian juga

responden dengan waktu tunggu > 1 jam, memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan

kategori cukup 50 % dan 6,3% yang memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan

kategori baik. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa waktu tunggu tidak mempunyai

hubungan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poli Gigi

Puskesmas Kabupaten Asahan (p=0,148) (Tabel 4.12).

Universitas Sumatera Utara


Tabel. 4.12
Hubungan Waktu Tunggu dengan Pemanfaatan Pelayanan Poli Gigi
di Puskesmas Kabupaten Asahan

Pemanfaatan Pelayanan
Total 𝝌𝟐
Waktu Kurang Cukup Baik
Tunggu (p)
n % n % n % N %
> 1 jam 7 43,8 8 50 1 6,3 16 100
3,818
< 1 jam 35 26,3 64 48,1 34 25,6 133 100
(0,148)
Total 42 28,2 72 48,3 35 23,5 149 100

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

PEMBAHASAN

5.1. Hubungan Komunikasi Dokter Pasien Responden dengan Pemanfaatan


Pelayanan Kesehatan Gigi di Puskesmas Kabupaten Asahan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menilai komunikasi

dokter-pasien dengan kategori cukup memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan

kategori cukup sebanyak 54,2 % dan hanya 19,5 % memanfaatkan pelayanan poli

gigi dengan kategori baik, sedangkan responden yang menilai komunikasi dokter-

pasien kategori baik 25,8% memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori cukup

dan 38,7% yang memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori baik. Hasil uji

statistik menunjukkan bahwa komunikasi dokter-pasien mempunyai hubungan dalam

pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poli Gigi Puskesmas Kabupaten

Asahan (p=0,013). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sharma dan

Patterson (1999) menyatakan komunikasi berpengaruh positif terhadap terciptanya

komitmen dan kepercayaan. Melalui komunikasi yang efektif, berbagai informasi

akan terus didapatkan sehingga akan menimbulkan kemauan pelanggan untuk

melanjutkan hubungan dan semakin menumbuhkan kepercayaan dalam dirinya. Pada

intinya komitmen dapat diidentikkan dengan loyalitas karena keduanya menunjukkan

adanya kemauan untuk menjaga kelangsungan hubungan Hal ini seusai dengan

pendapat Parasuraman et al, dalam Tjiptono (2005) yang menyatakan bahwa empati

dokter terhadap pasien yang merupakan bagian dari dimensi kualitas pelayanan

berpengaruh terhadap harapan pelanggan atas jasa yang diberikan oleh suatu

Universitas Sumatera Utara


perusahaan. Juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muninjaya

(2004) yang menyatakan bahwa komunikasi dokter terhadap pasien berpengaruh

terhadap keputusan pasien memilih perawatan di R.S. Sanglah Denpasar. Melihat

pentingnya komunikasi dokter-pasien, diharapkan agar dokter memahami komunikasi

efektif dan melakukan komunikasi yang baik dan dimengerti oleh pasien.

5.2. Hubungan Ketersediaan Fasilitas Responden dengan Pemanfaatan


Pelayanan Kesehatan Gigi di Puskesmas Kabupaten Asahan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden di Puskesmas Prapat Janji

yang memiliki fasiltas yang cukup sebanyak 50 % memanfaatkan pelayanan poli gigi

dengan kategori cukup dan 10 % memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori

baik, sedangkan responden yang di Puskesmas Gambir Baru yang memiliki fasiltas

yang baik sebanyak 47,5% memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori cukup

dan 30,3% yang memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori baik. Hasil uji

statistik menunjukkan bahwa ketersedian fasilitas mempunyai hubungan dalam

pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poli Gigi Puskesmas Kabupaten

Asahan (p=0,008). Penelitian ini sama dengan hasil penelitian Saragih (2009) yang

menyatakan bahwa ketersedian sarana dan pasarana memiliki hubungan dengan

tingkat kunjungan pasien dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan di Balai

Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekanbaru (p=0,000). Menurut Pedoman Kerja

Puskesmas (1999), jenis pelayanan yang seharusnya diberikan sesuai Standar

Pelayanan Minimal (SPM) adalah tumpatan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan

pulpa seperti tumpatan sementara, pencabutan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan,

Universitas Sumatera Utara


pembersihan karang gigi, tindakan bedah ringan seperti insisi abses dan

operkulektomi. Untuk lebih meningkatkan pelayanan di poli gigi dirankan untuk

melengkapi peralatan burniser, penghembus angin, penumpat amalgam, instrumen

plastik, pengaduk semen dan bahan amalgam, gutta percha, endomethazone, arsen,

CHKM.

5.3. Hubungan Persepsi Pasien Tentang Kesehatan dan Pelayanan Gigi dengan
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi di Puskesmas Kabupaten Asahan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan persepsi tentang

kesehatan dan pelayanan gigi dengan kategori cukup memanfaatkan pelayanan poli

gigi dengan kategori cukup sebanyak 61,3 % dan 18,3 % memanfaatkan pelayanan

poli gigi dengan kategori baik, sedangkan responden dengan persepsi kategori baik

hanya 33,3% memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori cukup dan 46,7%

yang memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori baik. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa persepsi pasien tentang kesehatan dan pelayanan gigi

mempunyai hubungan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poli

Gigi Puskesmas Kabupaten Asahan (p=0,000). Menurut Zola ada 4 macam dorongan

yang menyebabkan seseorang mencari dan memanfaatkan fasilitas kesehatan gigi

salah satunya yaitu dorongan yang berhubungan dengan persepsi seseorang, dorongan

yang berhubungan dengan waktu, dimana seseorang memutuskan untuk mencari

pelayanan kesehatan jika gejala yang dikeluhkan tidak mereda atau berkurang dalam

periode waktu tertentu (Jong, A. 1981). Persepsi pasien dengan kategori cukup,

menyebabkan pasien hanya menangani masalah giginya sendiri, dan hanya datang ke

Universitas Sumatera Utara


pelayanan poli gigi Puskesmas dalam keadaan kondisi gigi yang sudah harus dicabut,

dikarenakan kerusakan sudah parah. Puseksmas harus melakukan kegiatan promosi

kesehatan agar kebiasaan dan persepsi yang tidak tepat terhadap masalah kesehatan

gigi dapat menjadi lebih baik.

5.4. Hubungan Waktu Tunggu Responden dengan Pemanfaatan Pelayanan


Kesehatan Gigi di Puskesmas Kabupaten Asahan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki waktu tunggu

< 1 jam memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori cukup sebanyak 48,1 %

dan 25,6 % memanfaatkan pelayanan poli gigi dengan kategori baik, sedangkan

responden yang memiliki waktu tunggu > 1 jam, memanfaatkan pelayanan poli gigi

dengan kategori cukup hanya 50 % dan 6,3% yang memanfaatkan pelayanan poli gigi

dengan kategori baik. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa waktu tunggu tidak

mempunyai hubungan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poli

Gigi Puskesmas Kabupaten Asahan (p=0,148). Berbeda dengan hasil penelitian

Gunawan (2006) menyatakan bahwa waktu tunggu yang merupakan salah satu

indikator kualitas pelayanan yang tidak baik di piliklinik gigi di RS PT. Pupuk

Iskandar Muda yang menyebabkan ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan. Hal ini

juga berbeda dengan pendapat Jill Griffin yang mengatakan bahwa dalam rangka

meningkatkan loyalitas, diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan kepuasan setiap

pelanggan yang dapat dilakukan dengan cara menambahkan nilai pada apa yang

ditawarkan. Menambahkan nilai diantaranya dapat dilakukan dengan cara sederhana

seperti meningkatkan kenyamanan dan kecepatan pelayanan. Perbedaan hasil

Universitas Sumatera Utara


penelitian ini dimungkinkan karena presentasi yang menjawab waktu tunggu dibawah

1 jam di Puskesmas Gambir baru sebanyak 89,9% dan di Puskesmas Prapat Janji

sebanyak 88%, kondisi ini yang menyebabkan waktu tunggu tidak mengurangi

pemanfaatan poli gigi di Puskesmas. Banyak responden yang memiliki waktu tunggu

< 1 jam disebabkan karena pasien yang berkunjung dalam satu hari hanya sedikit dan

pelayanan yang dilakukan dokter gigi hanya selama 15 – 30 menit.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa:

1. Variabel komunikasi dokter-pasien mempunyai hubungan dalam pemanfaatan

pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poli Gigi Puskesmas Kabupaten Asahan

(p < 0,05)

2. Variabel ketersediaan fasilitas mempunyai hubungan dalam pemanfaatan

pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poli Gigi Puskesmas Kabupaten Asahan

(p < 0,05)

3. Variabel persepsi pasien tentang kesehatan dan pelayanan gigi mempunyai

hubungan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poli Gigi

Puskesmas Kabupaten Asahan (p < 0,05)

4. Variabel waktu tunggu tidak mempunyai hubungan dalam pemanfaatan

pelayanan kesehatan gigi (p > 0,05)

6.2 Saran

Untuk meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas

disarankan:

1. Kepada dokter gigi Puskesmas diharapkan menerapkan komunikasi dokter

pasien dengan baik dan efektif.

Universitas Sumatera Utara


2. Kepada Puskesmas diharapkan untuk dapat melakukan program promosi

kesehatan gigi berupa penyuluhan yang dapat mengubah persepsi pasien

terhadap kesehatan gigi dan pelayanan gigi di Puskesmas.

3. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan agar mengupayakan pengadaan

fasilitas yang lebih lengkap terutama fasilitas penambalan gigi (Burniser,

penumpat amalgam, amalgam) dan perawatan saluran akar (gutta percha dan

endomethazone).

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. 1996, Administrasi Kesehatan, Jakarta : PT Binarupa Aksara.

Budiharto. 1998. Kontribusi Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Gigi terhadap Radang


Gusi Anak. Jurnal Kedokteran Gigi.Vol. 5 No.3. Universitas Indonesia
Departemen Kesehatan RI. 2001. Rencana Strategis Pembangunan Kesehatan 2001-
2004, Jakarta.

2000. Pedoman Upaya Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas, Jakarta

2005. Kebijakan Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga, Jakarta

2007. Kebijakan Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga, Jakarta

2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :


128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat, Jakarta 10 Februari 2004

2009. Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta

2003. Pedoman Pelaksanaan Jaminan Mutu Di Puskesmas, Jakarta : Direktorat


Jenderal Bina kesehatan Masyarakat. Jakarta

Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan, 2009. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten


Asahan Tahun 2009

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2009. Profil Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2009

Hendrartini , Yulita. 2006. Faktor faktor yang mempengaruhi komunikasi dokter


gigi-pasien . Jakarta Jurnal CERIL 2006, XVIII(9).

Fauzi, M., 1995, Sosiologi Kesehatan, Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

Jacobalis, S., 1989. Menjaga Mutu Pelayanan Rumah Sakit, Jakarta : Persi.

Jong, A. 1981. Dental Public Health and Community Dentistry. St. Louis : The C.V.
Mosby Co.
Konsil Kedoteran Indonesia. 2006. Komunikasi Efektif Dokter Pasien. Jakarta. KKI

Universitas Sumatera Utara


Muzaham, Fauzi. 1995. Sosiologi Kesehatan. Jakarta : Penerbit UI Press

Pohan, Imbalo, S., 2007. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan, Cetakan I, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran ,EGC

Saragih, Sornauli. 2009. Hubungan Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pasien dengan
Kunjungan di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekanbaru . Tesis.
Medan

Soekidjo, N. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku


Kesehatan. Yogyakarta : Andi Offset.
Soetjiningsih. 2007. Modul Komunikasi Pasien-Dokter, Suatu Pendekatan Holistik.
Jakarta: EGC
Wijono, Dj., 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Surabaya: Airlangga
University Press

Universitas Sumatera Utara

You might also like