Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Pembimbing:
MINI PROJECT
JAKARTA SELATAN
2018
DAFTAR ISI
2
2.2.1. Definisi .................................................................................................... 19
2.2.2. Kategori Tingkat Pengetahuan ................................................................ 20
2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan .................................. 20
3
4.4. Gambaran pengetahuan orangtua tentang pencegahan kanker serviks pada
tahun 2018 ............................................................................................................. 30
4.5. Sikap orangtua siswi terhadap vaksinasi HPV pada tahun 2018 setelah
dilakukan penyuluhan ........................................................................................... 32
4.6. Pengaruh penyuluhan pencegahan kanker serviks terhadap angka
keberhasilan vaksinasi HPV.................................................................................. 32
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
pencegahan tersier merupakan tindakan kuratif yang dilakukan ketika
seseorang sudah mengalami kanker serviks.
6
SDN 02 Petang Cilandak Timur merupakan salah satu sekolah
dasar yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Cilandak Timur. Pada tahun
2017 capaian imunisasi HPV di SDN 02 Petang Cilandak Timur sebesar
84%. Sangat disayangkan apabila program vaksin HPV dari pemerintah
yang dilaksanakan di DKI khususnya di SDN 02 Petang Cilandak Timur
tidak mencapai 100% karena kurangnya persetujuan orangtua siswi akibat
kurangnya pengetahuan mereka. Oleh karena itu penulis tertarik untuk
melakukan penelitian bagaimana pengaruh penyulan tentang pencegahan
kanker serviks pada orangtua siswi Kelas 5 dan 6 SDN 02 Petang
Cilandak Timur terhadap angka keberhasilan imunisasi HPV.
1.3. Tujuan
7
d. Mengidentifikasi pengetahuan orang tua siswi kelas 5 dan 6 SDN 02
Petang Cilandak Timur tentang pencegahan kanker serviks
e. Mengidentifikasi sikap orang tua siswi kelas 5 dan 6 SDN 02 Petang
Cilandak Timur terhadap imunisasi HPV pada tahun 2018 setelah
dilakukan penyuluhan
f. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan pencegahan kanker serviks
terhadap angka keberhasilan imunisasi HPV.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
2.1.3. Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada
beberapa faktor risiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain
c. Jumlah Perkawinan
d. Infeksi Virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma (HPV) atau
virus kondiloma akuminata diduga sebagai faktor penyebab kanker
serviks.
e. Sosial Ekonomi
10
f. Higiene dan Sirkumsisi
2.1.4. Patofisiologi
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka
regresi yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi
karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang
diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun.
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali
adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif.
Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang
meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus
atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7
– 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang
menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan.
11
Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang
eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke
forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi
ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel
permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor
risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak
dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan
sel normal sehingga terjadi keganasan.
12
Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah
satu faktor penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses
karsinogenesis asam nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan
DNA sel tuan rumah sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel, sel
yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik
sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari
displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan karsinoma in-situ
dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia
dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker.
13
2.1.6. Diagnosis / Pemeriksaan untuk wanita dengan gejala kanker serviks atau
hasil PAP smear abnormal.
a. PAP SMEAR screening test. Hasil abnormal pada pemeriksaan pap
smear berarti akan dilakukan beberapa pemeriksaan lain. Pap smear
dilakukan untuk mengetahui adanya kanker atau sel pre-kanker benar-
benar ada pada serviks.
b. Kolposkopi pemeriksaan yang mirip dengan pap smear, memiliki
lensa pembesar diluarnya. Serviks akan diberi cairan asam asetat untuk
mempermudah penglihatan adanya area abnormal. Apabila serviks
menunjukan perubahan warna, maka akan dilakukan biopsi dan
jaringan tersebut dibawa untuk dianalisa di laboratorium.
c. Endocervical scraping terkadang pemeriksaan dengan kolposkopi
tidak dapat menentukan dengan jelas apakah ada zona abnormal, maka
harus dilakukan endocervical scraping, yaitu sebuah alat berbentuk
kerucut, disebut kuret, ke dalam kanalis servikalis. Kuret digunakan
untuk menggaruk bagian dalam kanalis untuk menyingkirkan seberapa
bagian jaringan, yang akan dikirimkan ke laboratorium untuk diperiksa
lebih lanjut.
d. Cone biopsy atau nama lainnya adalah konisasi, dokter kandungan
akan menyingkirkan jaringan kanker dengan bentuk kerucut dari
serviks. Jaringan yang disingkirkan pada kerucut termasuk zona
transformasi, yaitu batas antara ekso serviks dan endo serviks, dimana
sel kanker paling banyak muncul pada awalnya. juga dilakukan
sebagai tatalaksana untuk sepenuhnya menyingkirkan banyak sel pre-
kanker dan kanker stadium awal. Metode yang umumnya digunakan
pada biopsi kon ini adalah LEEP, LLETZ, dan the cold knive cone
biopsy.
1. LEEP. LLETZ: pada metode ini, jaringan dibuang menggunakan
loop terbentuk dari kawat tipis yang dipanaskan dengan jaringan
listrik dan berfungsi sebagai pisau kecil. Pada metode ini hanya
digunakan anestesia lokal dan dapat dilakukan di poliklinik.
14
2. Cold knife cone biopsy: metode ini dilakukan di rumah sakit.
Skalpel bedah atau laser digunakan untuk membuang jaringan.
Pasien juga akan berada pada anestesia general selama operasi.
Perubahan pre kanker pada biopsi disebut cervical intraepithelial
neoplasia (CIN).
3. Hasil biopsi
a. Pada CIN1, tidak banyak jaringan terlihat abnormal, dan
digolongkan sebagai displasia ringan.
b. Pada CIN2, disebut displasia sedang, artinya lebih banyak
jaringan terlihat abnormal.
c. Pada CIN3, sebagian besar jaringan terlihat abnormal, dan
CIN3 adalah displasia berat dan termasuk karsinoma in situ.
d. Jika hasil biopsi menunjukan abnormalitas, maka akan
dilakukan pencegahan agar sel pre kanker tidak berkembang
lebih lanjut.
15
sehingga kamera khusus akan mendetekasi keradioaktifan.
Pemeriksaan ini juga dapat digunakan untuk melihat penyebaran ke
kelenjar getah bening.
16
2.1.9. Prognosis
Survival rates untuk kanker serviks berdasarkan stadium seperti 5
years survival rates adalah presentasi orang yang hidup setidaknya 5 tahun
setelah di diagnosa mengidap kanker. Contohnya, 70% 5 years survival
rates artinya adalah, 70 dari 100 orang yang yang mengidap kanker masih
hidup setelah 5 tahun di diagnosa kanker.
17
e. Untuk wanita dengan kanker stadium IV A memiliki five years
survival rate 16% dan IV B 15%. Untuk wanita dengan stadium ini
masih terdapat beberapa pilihan pengobatan.
Five years survival rates hanyalah sebuah estimasi, sistem penilaian ini
tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi pada setiap individu.
18
nodus limfa diangkat, tuba falopii dan ovari tidak diangkat kecuali ada
alasan medis.
j. Trachelectomy; dengan teknik bedah ini, pasien masih dapat memiliki
anak, karena pada teknik ini hanya diambil serviks dan sebagian
vagina.
k. Pelvic exenteration; teknik bedah ekstensif ini dilakukan pada pasien
dengan kanker serbiks rekuren. Pada teknik bedah ini seluruh organ
reproduksi wanita, beserta nodus limfa, dan kemungkinan kandung
kemih, rektum, dan sebagian kolon diangkat, tergantung penyebaran
kankernya.
l. Terapi radiasi untuk kanker serviks; terapi radiasi menggunakan sinar
X atau partikel radioaktif untuk membunuh sel kanker. Pilihan
radioterapi pada kanker serviks:
m. Sebagai tambahan dari terapi utama; untuk stadium tertentu, pilihan
terapi bisa saja hanya radioterapi, atau tatalaksana bedah yang diikuti
dengan radioterapi. Untuk stadium lain, radiasi dan kemoterapi
diberikan secara bersamaan, guna kemoterapi disini adalah agar
radioterapi bekerja lebih baik, terapi ini dinamakan concurrent
chemoradiation.
2.2. Pengetahuan
2.2.1. Definisi
Pengetahun adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang
mengadakan penginderaan suatu obyek tertentu. Penginderaan terhadap
19
suatu obyek terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pada saat penginderaan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian dan persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
20
orang tua berpendidikan rendah mengenai upaya pencegahan kanker
serviks melalui vaksinasi HPV.(13) Hasil penelitian lain menunjukkan
88% wanita yang melakukan vaksinasi HPV memiliki tingkat
pendidikan tinggi, sedangkan 52% wanita yang tidak melakukan
imunisasi memiliki tingkat pendidikan menengah.
21
merupakan dosa besar menurut kepercayaan mereka bukan mengarah
ke kanker serviks dan pencegahannya.
Pendapatan akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
mendapatkan informasi yang tepat. Penelitian yang dilakukan Jaspers
(2011) bahwa biaya vaksin yang mahal sedangkan pendapatan orang
Indonesia yang cukup rendah menyebabkan ibu tidak melakukan
vaksin HPV kepada putrinya. Sama halnya dengan penelitian yang
dilakukan oleh Choi bahwa rendahnya jumlah ibu melakukan vaksin
HPV kepada putrinya dikarenakan biaya vaksin yang tinggi.
Lingkungan mempengaruhi individu dalam memproses pengetahuan.
Lingkungan meliputi lingkungan fisik, biologis, dan sosial. Interaksi
timbal balik antara lingkungan dengan individu merupakan sumber
pengetahuan bagi individu tersebut Contohnya saja, sebuah keluarga
yang tinggal di lingkungan dengan profesi kesehatan maka akan
terpapar dengan informasi pencegahan kanker serviks maupun
lingkungan yang sudah melakukan vaksin maka akan terdorong untuk
melakukan imunisai HPV juga.
d. Pengalaman
Pengalaman dapat menjadi faktor pengetahuan dengan mengulangi
pengalaman untuk memperoleh pengetahuan. Pengalaman belajar
dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan
keterampilan profesional serta mengembangkan kemampuan
pengambilan keputusan seseorang. Contohnya, seseorang yang
memiliki pengalaman kanker serviks, pengalaman sendiri maupun
pengalaman dari keluarganya dan orang disekitarnya akan
menganjurkan keluarga dan orang disekitarnya untuk melakukan
pencegahan dan deteksi dini kanker serviks.
Penelitian Chao tentang kebiasaan skrining ibu dan vaksin HPV remaja
di Amerika Serikat menyebutkan bahwa ibu yang memiliki hasil
skrining positif (terdiagnosa kanker serviks) maka akan 1,42 kali lebih
22
mungkin melakukan vaksinasi HPV secara komplit dibanding wanita
yang memiliki ibu dengan hasil skrining negatif. Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sari bahwa tidak ada hubungan antara
riwayat keluarga menderita kanker dengan tindakan melakukan vaksin
HPV karena informasi yang didapatkan sama antara keluarga dengan
riwayat kanker serviks dengan keluarga tanpa riwayat kanker serviks.
e. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang menerima
informasi. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula
daya tangkap dan pola pikirnya., sehingga pengetahuan yang diperoleh
semakin membaik. Contohnya, seseorang yang telah lama mengetahui
kanker serviks dapat dicegah, maka akan semakin mampu mengambil
keputusan untuk melakukan pencegahan kanker serviks. Sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Sari menunjukkan semakin tua
menyebabkan peningkatan persepsi terhadap risiko kanker serviks,
sehingga lebih tinggi cenderung berusaha untuk melakukan tindakan
pencegahan kanker serviks.
2.3.1. Definisi
Vaksin HPV adalah vaksin untuk mencegah penyakit yang
disebabkan oleh virus HPV. Virus tersebut dapat menginfeksi manusia
pada sel epitel di kulit dan membran mukosa (salah satunya adalah daerah
kelamin), dan dapat menyebabkan keganasan atau kanker. Virus ini
memiliki banyak tipe, di antaranya tipe HPV 16 dan 18 yang paling sering
ditemukan di seluruh dunia dan diketahui sebagai penyebab 70% kasus
keganasan di serviks/leher rahim wanita. Tipe HPV 6 dan 11 diketahui
sebagai penyebab dari 90% kasus kutil kelamin. Cara penularannya
terutama melalui kontak atau hubungan seksual.
23
2.3.2. Manfaat Vaksin HPV
Imunisasi HPV merupakan pencegahan primer kanker serviks
dimana tingkat keberhasilannya dapat mencapai 100% jika diberikan
sebanyak 2 kali pada kelompok umur wanita naif atau wanita yang belum
pernah terinfeksi HPV yaitu pada populasi anak perempuan umur 9-13
tahun yang merupakan usia sekolah dasar.
Hasil penelitian selama 14 tahun menunjukkan setelah mendapat
imunisasi HPV penerima vaksin masih terproteksi 100% terhadap HPV
tipe 16 dan 18 sehingga tidak diperlukan imunisasi ulang (booster).
Berdasarkan data WHO per September 2016 menunjukkan saat ini baru 67
dari 194 negara di dunia yang sudah mengimplementasikan program
imunisasi HPV di negaranya, dan sudah banyak hasil dari penelitian yang
valid dari negara-negara tersebut menunjukan manfaat yang bermakna
untuk menurunkan beban penyakit kanker serviks dan penyakit terkait
infeksi HPV lainnya.
24
vaksin tidak harus diulang dari awal, cukup dengan melengkapi dosis yang
tertinggal tersebut.
25
2.4. Kerangka Teori, Kerangka Konsep dan Hipotesis
1. Pendidikan
Tingkat
2. Pengalaman
Pengetahuan Penyuluhan
3. Lingkungan
Orangtua siswi
4. Budaya
tentang
5. Usia
Pencegahan Kanker
6. Ekonomi
Serviks
2.4.3. Hipotesis
Terdapat pengaruh penyuluhan kanker serviks pada orangtua siswi kelas 5
dan 6 terhadap angka keberhasilan imunisasi HPV.
.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
Populasi dari project ini adalah orang tua murid sekolah dasar
kelas 5 dan 6 di SDN 02 Petang. Adapun kriteria sampel adalah:
a. Kriteria Inklusi
Orang tua murid siswi kelas 5 dan 6 SD
b. Kriteria eksklusi
Orang tua murid siswa kelas 5 dan 6 SD.
Keterangan:
N : besar populasi
n : besar sampel
d : tingkat kepercayaan yang diinginkan (10%)
27
50
𝑛=
1 + 50 (0,1²)
50
n=
1 + 0,5
n = 33,33
Hasil besar sampel adalah 33,33 yang kemudian dibulatkan menjadi 34.
28
5 dan 6. Tempat dan waktu pelaksanaan kegiatan penyuluhan disesuaikan
dengan jadwal yang sudah ditentukan oleh pihak sekolah dan puskesmas
kelurahan Cilandak Timur. Pada kegiatan penyuluhan informasi yang
diberikan adalah definisi, anatomi singkat, faktor risiko, tanda dan gejala,
stadium, dan pencegahan kanker serviks. Sasaran kegiatan tersebut adalah
seluruh orang tua siswi kelas 5 dan 6 SDN 02 Petang Cilandak Timur.
Media promosi kesehatan menggunakan presentasi power point yang
dikutip dari sejumlah literatur. Setelah melakukan penyuluhan diadakan
sesi tanya jawab dan diskusi.
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2. Sikap orang tua siswi terhadap vaksinasi HPV pada tahun 2017
30
Nomer Skor
1 16
2 16
3 13
4 13
5 12
6 13
7 13
8 14
9 12
10 14
11 6
12 13
13 15
14 12
15 9
16 13
17 12
18 14
19 14
20 14
21 11
22 14
23 14
24 10
25 14
26 13
27 13
31
28 11
29 13
30 14
31 10
32 10
33 12
34 14
rata-rata 12
4.5. Sikap orangtua siswi terhadap vaksinasi HPV pada tahun 2018 setelah
dilakukan penyuluhan
32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
34
12. Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha
Media.
13. Prawirohardjo, sarwono, 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan bina
pustaka.
14. Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC.
15. Rahayu, Dedeh Sri. 2015. Asuhan Ibu dengan Kanker Serviks. Jakarta:
Salemba Medika.
16. Rasjid, Imam. 2009. Epidemiologi Kanker Serviks: Indonesian Journal of
Cancer
17. A. Wawan DM. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.
18. Budiman R. Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan dan Sikap dalam
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2013.
19. Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta; 2003.
20. Karneli NK, Suwiyoga K, Sudibya A, Karneli NK, Suwiyoga K, Sudibya
A. Parental willingness to pay the cervical cancer vaccination cost of
senior high school aged students in Badung Regency. Public Heal Prev
Med Arch. 2013;1(1):70–7.
21. Jaspers L, Budiningsih S, Wolterbeek R, Henderson FC, Peters AAW.
Parental acceptance of human papillomavirus (HPV) vaccination in
Indonesia: A cross-sectional study. Vaccine [Internet]. 2011;29(44):7785–
93. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.vaccine.2011.07.107
22. Choi HCW, Leung GM, Woo PPS, Jit M, Wu JT. Acceptability and
uptake of female adolescent HPV vaccination in Hong Kong : A survey of
mothers and adolescents. Vaccine [Internet]. 2014;32(1):78–84. Available
from: http://dx.doi.org/10.1016/j.vaccine.2013.10.068
23. Pecorelli S, Zigliani L, Odicino F. Revised FIGO staging for carcinoma of
the cervix. Int J Gynaecol Obstet. 2009 May. 105(2):107-8. [Medline].
35
24. [Guideline] Saslow D, Solomon D, Lawson HW, et al. American Cancer
Society, American Society for Colposcopy and Cervical Pathology, and
American Society for Clinical Pathology screening guidelines for the
prevention and early detection of cervical cancer. CA Cancer J Clin. 2012
May-Jun. 62(3):147-72. [Medline].
25. Moyer VA, U.S. Preventive Services Task Force. Screening for cervical
cancer: U.S. Preventive Services Task Force recommendation
statement. Ann Intern Med. 2012 Jun 19. 156 (12):880-91,
W312. [Medline]. [Full Text].
36
31. Peters WA 3rd, Liu PY, Barrett RJ 2nd, et al. Concurrent chemotherapy
and pelvic radiation therapy compared with pelvic radiation therapy alone
as adjuvant therapy after radical surgery in high-risk early-stage cancer of
the cervix. J Clin Oncol. 2000 Apr. 18(8):1606-13. [Medline].
37
LAMPIRAN
38
39
KUESIONER
I. Identitas Responden :
40
4. Melalui apakah virus penyebab kanker serviks ditularkan?
a. Melalui hubungan seksual dan sentuhan kulit.
b. Melalui napas.
c. Melalui keringat.
B. Pernyataan
Berikan tanda check list (√) pada kolom jawaban yang anda setujui.
41
7. Menghindari faktor-faktor resiko kanker
serviks merupakan tindakan tepat dalam pencegahan
kanker serviks.
42