You are on page 1of 7

Meutia Savitri

1610311026
15C

MODUL 4
SKENARIO 4: PENYAKIT INFEKSI BARU
Virus HIV terdeteksi sebagai penyebab infeksi yang menurunkan imunitas tubuh pada tahun delapan
puluhan di Amerika yang menyebabkan kematian karena infekasi oportunistik pada orang afrika Haiti,
sedangkan di Indonesia kasus infeksi HIV-AIDS ditemukan pertama kali di Bali beberapa tahun
kemudian. Pada saat ini jumlah ODHA di Indonesia terus bertambah pada populasi berisiko tinggi
terinfeksi, yang pada mulanya terjadi pada pengguna narkoba suntik/Penasun dan saat ini paradigma sudah
berbeda untuk populasi berisiko tersebut.dengan meningkatnya kasus infeksi HIV-AIDS ternyata juga
meningkatkan kasus TBC karena terjadinya reaktivasi infeksi dan infeksi atipikal.
Program WHO untuk penanggulangan infeksi HIV-AIDS dikenal dengan istilah getting to zero, yang
salah satunya adalah tidak ada lagi pengidap infeksi HIV yang meninggal karena AIDS. Untuk
menjalankan program ini diperlukan deteksi dini kasus infeksi HIV-AIDS dengan menggunakan metoda
VCT dan sekarang untuk mencakup jangkauan yang lebih luas ditingkatkan menjadi PICT. Adapun Nakes
yang terlibat adalah dokter, perawat, bidan dan serjana kesehatan masyarakat. Pemerintah Indonesia
membentuk KPAN yang berperanan penting dalam usaha penanggulangan penyakit tersebut. Dengan
deteksi dini ,pengobatan dengan ARV dapat diberikan secepat mungkin sehingga ODHA dapat hidup
seperti masyarakat lainnya, dalam hal ini keterlibatan keluarga beserta masyarakat ikut mensuport
kehidupan ODHA dan pencegahan penularan penyakit.
Berbeda dengan infeksi HIV-AIDS penyakit infeksi yang juga relatif baru dikenal dengan penyakit flu
burung, dahulunya tidak menular ke manusia tetapi dalam beberapa tahun ini dapat ditularkan ke manusia
dan hewan lainnya. Kasus di Indonesia terkenal dengan H5N1, ada dikenal dengan flu Hongkong, flu
Singapur yang ternyata adalah flu burung. Terakhir H7N9 di Cina.
Program pemerintah untuk pengendalian penyakit ini melibatkan berbagai sektor yang terkait dan
peranan karantina di pelabuhan sangat penting untuk melakukan skrining dan observasi kasus yang
dicurigai. Sistem rujukan ke rumah sakit yang telah ditentukan. Untuk pencegahan diberikan imunisasi
aktif .
Bagaimana anda menjelaskan tentang penyakit infeksi diatas dan sistim penanggulangannya?

STEP I
TERMINOLOGI
1. Virus HIV : HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus famili retroviridae yang merusak
sistem kekebalan tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak sel CD4 yang
dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin lemah, sehingga rentan diserang berbagai penyakit.
Penyaluran virus HIV bisa melalui penyaluran Semen (reproduksi), Darah, cairan vagina, dan ASI.
2. Infeksi : Infeksi merupakan proses invasi dan multiplikasi berbagai mikroorganisme (seperti
bakteri, virus, jamur, dan parasit) ke dalam tubuh.
3. Imunitas : Imunitas adalah kemampuan untuk melawan infeksi oleh patogen. Kekebalan
aktif dihasilkan dari respon kekebalan terhadap patogen dan pembentukan sel-sel memori.
Kekebalan pasif hasil dari transfer antibodi terhadap orang yang belum terkena patogen.
4. Infeksi oportunistik : infeksi yang terjadi akibat penurunan imunitas tubuh. Infeksi ini dapat
timbul karena infeksi baru karena mikroba ataupun reaktivasi infeksi laten yang dalam keadaan normal
terlindungi oleh kekebalan tubuh.
5. Infeksi HIV-AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome merupakan suatu kumpulan gejala
penyakit akibat kerusakan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus
(HIV).
6. ODHA : Orang dengan HIV AIDS. Sebutan untuk orang-orang yang telah mengidap HIV/AIDS.
7. Narkoba : (narkotika dan obt obatan berbahaya) Narkotika adalah zat atau obat baik yang bersifat
alamiah, sintetis, maupun semi sintetis yang menimbulkan efek penurunan kesadaran, halusinasi, serta
daya rangsang. Sementara menurut UU Narkotika pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa narkotika merupakan
zat buatan atau pun yang berasal dari tanaman yang memberikan efek halusinasi, menurunnya kesadaran,
serta menyebabkan kecanduan.
8. Paradigma : Cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya
dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif)
9. TBC : Suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis,
yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru.
10. Reaktivasi infeksi
11. Infeksi atipikal
12. WHO : salah satu badan PBB yang bertindak sebagai koordinator kesehatan umum internasional
dan bermarkas di Jenewa, Swiss
13. Getting to zero : salah satu program WHO yaitu Getting To 3 Zeroes: Zero New HIV Infection,
Zero Stigma and Discrimination dan Zero AIDS Related Death
14. Deteksi dini : proses pengungkapan akan adanya kemungkinan mengidap suatu penyakit.
15. Metode VCT : voluntary counselling and testing atau bisa diartikan sebagai konseling dan tes
HIV sukarela (KTS). Layanan ini bertujuan untuk membantu pencegahan, perawatan, serta pengobatan
bagi penderita HIV/AIDS.
16. PICT : Provider Initiated HIV Testing & Counseling : layanan tes dan konseling HIV yang
terintegrasi dengan sarana kesehatan dan untuk penerapan nya perlu pedoman dan petunjuk operasional
17. Nakes : Tenaga kesehatan
18. Dokter : lulusan pendidikan kedokteran yang ahli dalam hal penyakit dan pengobatannya
19. Perawat : suatu profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan komunitas
dalam mencapai, memelihara, dan menyembuhkan kesehatan yang optimal dan berfungsi.
20. Bidan : Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui
pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan
kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik
kebidanan.
Bidan adalah tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra
perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan
masa nifas, memfasilitasidan memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan
kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal,
deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta
melaksanakan tindakan kegawat-daruratan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada
perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini mencakup pendidikan antenatal dan
persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau
kesehatan reproduksi dan asuhan anak.
Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan: termasuk di rumah, masyarakat, Rumah Sakit, klinik
atau unit kesehatan lainnya. (Ikatan Bidan Indonesia)
21. Sarjana kesehatan masyarakat : tenaga kesehatan yang bekerja dalam bidang promosi kesehatan
dan pencegahan penyakit.
22. KPAN : Komisi Penanggulangan Aids Nasional atau biasa disingkat KPAN adalah sebuah
lembaga independen yang bertujuan untuk meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan AIDS
yang lebih intensif, menyeluruh, terpadu dan terkoordinasi di Indonesia.
23. ARV : Antiretroviral, obat yang menekanan replikasi virus
24. Penyakit flu burung : sebuah infeksi menular yang diakibatkan virus influenza tipe A yang
ditularkan melalui unggas
25. H5N1 : salah satu subtipe virus influenza yang menyebabkan penyakit flu burung. Virus ini
menimbulkan penyakit pada banyak spesies vertebrata, termasuk manusia, dan berpeluang menjadi
pandemik influenza. Flu burung (Avian influenza) atau H5N1 merupakan penyakit infeksi virus oleh virus
influenza tipe A dari famili Orthomyxovirida subtipe H5N1.
26. Flu hongkong : Suatu penyakit flu yang disebabkan varian dari virus influenza. Varian virus ini
tergolong baru, di mana infeksi ini pada manusia baru tercatat sejak tahun 2011. disebabkan oleh virus
atau tepatnya virus serupa influenza A subtipe H3N2. Secara keseluruhan, terdapat tiga tipe virus influenza
yang diketahui dapat menginfeksi manusia, yaitu tipe A, B, dan C. Tipe virus ini kemudian dibagi lebih
lanjut menjadi subtipe berdasarkan haemagglutinin (H) dan neuraminidase (N).
27. Flu singapur : Flu Singapura adalah penyakit berjangkit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA
yang masuk dalam familia Picornaviridae (bahasa Spanyol Pico:kecil), Genus Enterovirus (non Polio).
Dalam dunia kedokteran, Flu Singapura dikenal sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau
penyakit Kaki, Tangan, dan Mulut (KTM).
28. H7N9 : virus flu burung kedua bersama H5N1 yang mewabah dalam beberapa tahun terakhir
melalui pasar, dimana penjual dan pembeli melakukan kontak langsung dengan ayam dan bebek yang
terinfeksi. H5N1 lebih berbahaya bagi manusia dibanding H7N9, tetapi penyebarannya melalui burung
lebih mudah terdeteksi.
29. Karantina : tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit atau
organisme pengganggu dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari
dalam wilayah Republik Indonesia.
30. Skrining : deteksi dini dari suatu penyakit atau usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau
kelainan secara klinis belum jelas dengan menggunakan test, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang
dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat tetapi
sesunguhnya sakit.
31. Observasi : aktivitas terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian
memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah
diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu
penelitian.
32. Imunisasi aktif : kondisi tubuh yang dapat membentuk imunitasnya sendiri dengan cara
memasukkan vaksin ke tubuhnya, dengan begitu vaksin tersebut akan merangsang produksi antibodi
sendiri. contohnya vaksin polio.

STEP 2 DAN 3
IDENTIFIKASI MASALAH DAN BRAINSTORMING
1. Infeksi oportunistik apa yang paling banyak menyebabkan kematian pada penderita HIV?
Pada negara tropis yang infeksi oportunistik yang sering terjadi pada penderita HIV adalah tuberkulosis,
bakteriemia, kriptokokus, malaria, pneumositis, CMV
2. Bagaimana sejarah infeksi HIV di dunia dan di Indonesia?
Virus HIV diyakini pertama kali ditemukan di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo pada tahun 1920,
ketika dilaporkan adanya penyebaran infeksi virus simian immunodeficiency viruses (SIV)dari simpanse
dan gorila kepada manusia. Semenjak itu kasus kematian mendadak dengan gejala-gejala khas hilang dan
dianggap tidak menjadi ancaman.
Keresahan kembali terjadi pada awal tahun 80-an, dimana pada tahun 1981 ditemukan infeksi paru yang
amat jarang yang disebut pneumocystis carinii pneumonia (PCP) pada lima orang pemuda homoseksual
yang sebelumnya tidak memiliki masalah kesehatan di Los Angeles. Pada saat yang bersamaan, New York
dan California turut melaporkan adanya jangkitan kanker ganas yang disebut dengan sarcoma kaposi,
penyakit ini juga menyerang sekelompok pria homoseksual. Penyakit-penyakit yang dilaporkan tersebut
ternyata memiliki hubungan dengan adanya kerusakan berat pada sistem kekebalan tubuh. Pada akhir
tahun 1981, infeksi semakin meluas, dilaporkan 270 kasus pasien dengan kerusakan kekebalan tubuh yang
parah pada pria homoseksual dan 121 orang diantaranya meningal dunia. Pada akhir tahun ini pula
pertama kali didapati kasus PCP pada orang yang menggunakan narkoba suntik.
Terkait cara penularan yang diketahui selama ini, pada awal tahun 1982 pakar menyebut penyakit ini
dengan gay-related immune deficiency (GRID). Namun pada bulan september CDC menamakan
penyakit tersebut dengan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) karena diperkirakan
penyebaran penyakit ini tidak semata-mata dapat ditularkan oleh perilaku seksual sesama jenis semata.
Benar saja, pada awal tahun 1983 ditemukan adanya penularan virus ini melalui hubungan heteroseksual
dari laki-laki kepada perempuan. Pada tahun ini pula diketahui pertama kali bahwa penyakit ini dapat
ditularkan melalui ibu yang menderita HIV/AIDS pada bayi yang dikandungnya.
Tahun 1984 dikampanyekan bahwa penyakit ini sangat menular melalui penggunaan jarum suntik bersama.
Hal tersebut menjadi pukulan telak bagi dunia kesehatan yang pada saat itu masih sering menggunakan
satu jarum suntik untuk beberapa pasien.
Berbagai cara dilakukan untuk menghentikan penyebaran penyakit mematikan ini. Namun setiap tahun
jumlah penderita semakin meningkat. Untuk itu pada tanggal 1 Desember 1988, WHO mencanangkan
tanggal tersebut sebagai hari AIDS sedunia dan peringatan ini diperingati setiap tahunnya agar masyarakat
dunia senantiasa waspada akan penyakit tersebut.
Saat ini, lebih dari 36,7 juta orang hidup dengan HIV/AIDS, penting bagi kita untuk menjaga diri dan
keluarga dari infeksi penyakit tersebut. Selain itu penting bagi kita untuk senantiasa merangkul mereka
yang hidup dengan HIV/AIDS agar memiliki semangat hidup yang tinggi untuk melawan penyakit yang
mereka derita. (kementrian kesehatan)
Di Indonesia pada tahun 1983 seorang dokter bernama DR. Zubairi melakukan penelitian terhadap tubuh
30 orang waria yang ada di Jakarta. Karena gejala yang timbul dari penyakit ini tidak terlalu nampak dan
signifikan pada tubuh yang telah terjangkit virus HIV menyebabkan hanya 2 orang diantaranya yang
dinyatakan postif terjangkir virus HIV. Pada tahun 1983 kemungkinan penyebaran virus dapat masuk ke
Indonesia melalui para turis asing yang datang berkunjung ke Indonesia dan di penyebarannya terjadi pada
orang-orang yang melakukan Homoseksual dan melarang waria untuk mentranfusi darah, oleh karena itu
pada tahun 1983 Indonesia memperketat turis asing yang berkujunjung agar tidak membawa virus masuk
ke Indonesia saat berlibur.
Pada tahun-tahun berikutnya kasus yang melibatkan virus HIV ini kian bertambah terutama pada daerah
bali. Pada tahun 1986, seorang wanita 25 tahun yang memiliki penyakit hemofilia meninggal akibat
penyakit ini. Penyebab kematian dari kasus ini diketahui melalui penelitian lebih lanjur mengenai donor
darah yang diterima oleh pasien hemofilia, beberapa diantara darah yang di donorkan dinyatakan positif
terinfeksi oleh Virus HIV.
Setiap tahunnya banyak organisasi yang didirkan yang bertujuan untuk membantu dan mengatasi
penyebaran HIV/AIDS di Indonesia. Tema hari AIDS sedunia pertama kali di laksanakan pada tahun 1989
dengan tema “KAUM MUDA” dan setiap tahun berikutnya hari AIDS sedunia selalu diperingati dengan
berbagai tema yang berbeda-beda tiap tahunnya.
Pada tahun 1994, Presiden Suharto pada saat itu menandatangani keputusan presiden nomor 36/2004
mengenai komisi penanggulangan AIDS atau yang disingkat sebagai KPA. Pada tahun ini diperkirakan
sebanyak 275 kasus infeksi virus HIV telah di laporkan ke KPA.
Pada tahun 1997 Indonesia telah dapat memasok ARV yang dapat menanggulangi virus HIV yang pada
saat itu obat-obat tersebut tidak harus mendapatkan pengecekan kembali dari bea cukai. ARV tersebut
terdiri dari AZT, ddI, ddC, 3TC, saquinavir dan ritonavir yang dapat menjadi cara pencegahan hiv aids
dan sebagai cara pencegahan agar tidak tertular hiv, namun harga dair ARV ini tidak terjangkau untuk
mayoritas Odha. Pada tahun ini KPA telah mendapatkan laporan sejumlah 619 kasus infeksi HIV dan
diantaranya terdapat 153 kasus yang melibatkan penyakit AIDS.

3. Apa hubungan antara infeksi HIV dengan peningkatan kasus TBC?


Hubungan antara kedua penyakit ini berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh (imun) yang bertugas untuk
melawan infeksi. HIV merupakan virus yang dapat melemahkan kekebalan tubuh (AIDS). Ini karena HIV
membuka pintu bagi infeksi lain untuk masuk ke tubuh Anda sehingga mudah terkena penyakit, termasuk
TB.
Akan tetapi, Anda mungkin tidak langsung merasakan gejala-gejala penyakit HIV/ AIDS karena penyakit
ini belum menyerang tubuh Anda cukup parah. Karena itu, Anda tidak menyadari kalau Anda punya
penyakit ini.
Saat terkena HIV, sistem kekebalan tubuh Anda akan melemah sehingga bakteri penyebab TB yang masuk
ke dalam tubuh menjadi aktif. Ini menyebabkan tubuh kesulitan untuk menyerang bakteri tuberkulosis.
Jadi, serangan TB sebenarnya bisa jadi adalah salah satu gejala infeksi HIV yang terselubung.

4. Mengapa bisa terjadi reaktivasi infeksi dan infeksi atipikal?


Jadi dia (TB Latent) awalnya sehat segar bugar. Namun kena HIV, sistem kekebalan tubuhnya melemah,
bakteri TB tadi jadinya aktif kembali. TB latent atau tuberkulosis laten merupakan kondisi di mana
seseorang mempunyai bakteri mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan TB pada tubuhnya, namun
bakteri tersebut tidak aktif atau tertidur. Sehingga mereka tidak merasakan sakit pada saluran pernapasan
atau paru-paru layaknya pengidap TB. Laporan WHO menyebutkan bahwa sepertiga dari total populasi di
dunia merupakan TB Latent

5. Bagaimana peran WHO dan pemerintah Indonesia dalam memberantas HIV AIDS?
Kebijakan pengendalian HIV-AIDS mengacu pada kebijakan global Getting To Zeros,
yaitu:
1. Menurunkan hingga meniadakan infeksi baru HIV;
2. Menurunkan hingga meniadakan kematian yang disebabkan oleh keadaan yang berkaitan dengan
AIDS;
3. Meniadakan diskriminasi terhadap ODHA;
Kebijakan tersebut di atas akan sulit dicapai jika cakupan penemuan kasus dan akses pemberian
pengobatan masih rendah.

B. Strategi Pemerintah terkait dengan Program Pengendalian HIV-AIDS dan IMS


1. Meningkatkan penemuan kasus HIV secara dini
a. Daerah dengan epidemi meluas seperti Papua dan Papua Barat, penawaran tes HIV perlu dilakukan
kepada semua pasien yang datang ke layanan kesehatan baik rawat jalan atau rawat inap serta semua
populasi kunci setiap 6 bulan sekali.
b. Daerah dengan epidemi terkonsentrasi maka penawaran tes HIV rutin dilakukan pada ibu hamil, pasien
TB, pasien hepatitis, warga binaan pemasyarakatan (WBP), pasien IMS, pasangan tetap ataupun tidak
tetap ODHA dan populasi kunci seperti WPS, waria, LSL dan penasun. .
c. Kabupaten/kota dapat menetapkan situasi epidemi di daerahnya dan melakukan intervensi sesuai
penetapan tersebut, melakukan monitoring & evaluasi serta surveilans berkala.
d. Memperluas akses layanan KTHIV dengan cara menjadikan tes HIV sebagai standar pelayanan di
seluruh fasilitas kesehatan (FASKES) pemerintah sesuai status epidemi dari tiap kabupaten/kota
e. Dalam hal tidak ada tenaga medis dan/atau teknisi laboratorium yang terlatih, maka bidan atau perawat
terlatih dapat melakukan tes HIV
f. Memperluas dan melakukan layanan KTHIV sampai ke tingkat puskemas
g. Bekerja sama dengan populasi kunci, komunitas dan masyarakat umum untuk meningkatkan kegiatan
penjangkauan dan memberikan edukasi tentang manfaat tes HIV dan terapi ARV.
h. Bekerja sama dengan komunitas untuk meningkatkan upaya pencegahan melalui layanan IMS dan
PTRM

2. Meningkatkan cakupan pemberian dan retensi terapi ARV, serta perawatan kronis
a. Menggunakan rejimen pengobatan ARV kombinasi dosis tetap (KDT-Fixed Dose Combination-FDC),
di dalam satu tablet mengandung tiga obat. Satu tablet setiap hari pada jam yang sama, hal ini
mempermudah pasien supaya patuh dan tidak lupa menelan obat.
b. Inisiasi ARV pada fasyankes seperti puskesmas
c. Memulai pengobatan ARV sesegera mungkin berapapun jumlah CD4 dan apapun stadium klinisnya
pada:
° kelompok populasi kunci, yaitu: pekerja seks, lelaki seks lelaki, pengguna napza suntik, dan waria,
dengan atau tanpa IMS lain
° populasi khusus, seperti: wanita hamil dengan HIV, pasien ko-infeksi TB-HIV, pasien ko-infeksi
Hepatitis-HIV (Hepatitis B dan C), ODHA yang pasangannya HIV negatif (pasangan sero-diskordan),
bayi/anak dengan HIV (usia<5tahun).
° semua orang yang terinfeksi HIV di daerah dengan epidemi meluas
d. Mempertahankan kepatuhan pengobatan ARV dan pemakaian kondom konsisten melalui kondom
sebagai bagian dari paket pengobatan.
e. Memberikan konseling kepatuhan minum obat ARV

3. Memperluas akses pemeriksaan CD4 dan viral load (VL) termasuk early infant diagnosis (EID), hingga
ke layanan sekunder terdekat untuk meningkatkan jumlah ODHA yang masuk dan tetap dalam perawatan
dan pengobatan ARV sesegera mungkin, melalui sistem rujukan pasien ataupun rujukan spesimen
pemeriksaan.
4. Peningkatan kualitas layanan fasyankes dengan melakukan mentoring klinis yang dilakukan oleh rumah
sakit atau FKTP.
5. Mengadvokasi pemerintah lokal untuk mengurangi beban biaya terkait layanan tes dan pengobatan
HIV-AIDS.

6. Bagaimana cara kerja metode VCT dan PICT?


V (Voluntary) mendorong orang untuk datang ke tempat layanan yang tadinya mereka ingin hindari
C (Counselling) komunikasi interpersonal untuk perubahan perilaku ( konseling pra tes dan pasca tes)
T (Testing) – Tes yang berkualitas dan cepat sehingga mendorong orang untuk mengakses layanan VCT
Pencegahan penularan HIV :
• Dari orang dengan HIV (+) kepada mereka yang HIV (-) atau pasangan yang tak dites
• Dari ibu dengan HIV (+) kepada anak
• Dari orang dengan 'HIV (-)' kepada mereka yang (-) atau tak dites
Mempromosikan Layanan Dini :
• Medik
- Terapi ARV
- Terapi & pencegahan IO
- PMTCT
• Keluarga Berencana
• Dukungan emosi
• Konseling ODHA
• Dukungan sosial
• Bantuan hukum dan rencana masa depan
Keuntungan VCT
VCT mengurangi perilaku berisiko, terutama mereka yang hasil tesnya +
VCT membantu pengambilan keputusan untuk tes dan membantu penyesuaian diri
VCT membantu pengungkapan status HIV kepada anggota keluarga dan mereka yang dicintai
VCT memfasilitasi akses dukungan masyarakat, materi dukungan & layanan psikososial
Kegiatan VCT
Konseling pra tes
Informed consent
Tes HIV
Konseling pasca tes
Kegiatan PICT
Pemberian informasi singkat HIV/AIDS dan motivasi tes
Informed consent
Tes HIV
Konseling pasca tes

7. Bagaimana cara kerja ARV sehingga dapat menunjang kehidupan penderita HIV?
Pemberian anti retroviral (ARV) telah menyebabkan kondisi kesehatan para penderita menjadi jauh lebih
baik. Infeksi penyakit oportunistik lain yang berat dapat disembuhkan. Penekanan terhadap replikasi virus
menyebabkan penurunan produksi sitokin dan protein virus yang dapat menstimulasi pertumbuhan. Obat
ARV terdiri dari beberapa golongan seperti nucleoside reverse transkriptase inhibitor, nucleotide reverse
transcriptase inhibitor, non nucleotide reverse transcriptase inhibitor dan inhibitor protease. Obat-obat ini
hanya berperan dalam menghambat replikasi virus tetapi tidak bisa menghilangkan virus yang telah
berkembang (Djauzi dan Djoerban,2006).

8. Bagaimana perjalanan penyakit HIV?


Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, BB menurun, diare,
neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan
infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.

9. Apa tanda dan gejala HIV?


Menurut KPA (2007) gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor
(tidak umum terjadi) :
Gejala mayor:
a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
e. Demensia/ HIV ensefalopati
Gejala minor:
a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
b. Dermatitis generalisata
c. Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang
d. Kandidias orofaringeal
e. Herpes simpleks kronis progresif
f. Limfadenopati generalisata
g. Retinitis virus Sitomegalo

Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) (2008), gejala klinis dari
HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.
Fase awal
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi. Tapi kadang-kadang
ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan
kelenjar getah bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat menularkan
virus kepada orang lain.
Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan
perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan
gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala yang khas), diare,
berat badan menurun, demam, batuk dan pernafasan pendek.
Fase akhir
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih
berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.

10. Bagaimana cara mencegah penularah HIV AIDS?


Terkait pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS, ada beberapa hal yang perlu diingat masyarakat,
yaitu:
Bagi yang belum pernah melakukan perilaku berisiko, pertahankan perilaku aman (dengan tidak
melakukan perilaku seks berisiko atau narkoba suntik).
Bila sudah pernah melakukan perilaku berisiko, lakukan tes HIV segera!
Bila tes HIV negatif, tetap berperilaku aman dari hal-hal yang berisiko menularkan HIV.
Bila tes HIV positif, selalu gunakan kondom saat berhubungan seksual, serta patuhi petunjuk dokter dan
minum obat ARV, agar hidup tetap produktif walaupun positif HIV.
Jika bertemu ODHA, bersikap wajar dan jangan mendiskriminasi atau memberikan cap negatif, dan
berikan dukungan.
Jika berinteraksi dengan ODHA, jangan takut tertular, karena virus HIV tidak menular baik itu melalui
sentuhan, keringat, maupun berbagi makanan. HIV hanya menular melalui cairan kelamin dan darah.
11. Mengapa penyakit flu burung yg awalnya tidak menular ke manusia tetapi dalam beberapa tahun ini
dapat ditularkan ke manusia dan hewan lainnya?

12. Apa saja jenis jenis virus flu burung?


H5N1, H7N9
13. Bagaimana cara melakukan skrining dan observasi kasus yang dicurigai?
14. Apa imunisasi untuk penyakit flu burung? Kapan diberikan ?

You might also like