You are on page 1of 8

ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN

MANAJEMEN CAIRAN PADA KLIEN DENGAN


DIARE AKUT DEHIDRASI SEDANG

Di Susun Oleh :
Fitra Mariana
NIM 1707013

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN TRANSFER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG JAWA TENGAH
2018/2019
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN
MANAJEMEN CAIRAN PADA KLIEN DENGAN
DIARE AKUT DEHIDRASI SEDANG

Inisial klien : An. A ( 8 tahun )


Diagnosa Medis : Diare akut dehidrasi sedang
No register : 354555
Pengkajian : 24 Desember 2018

1. Diagnosa keperawatan dan dasar pemikiran


Diagnosa keperawatan : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output berlebih.
DS:
▪ Ibu klien mengatakan anaknya BAB cair sejak ± 1 minggu yang lalu, tidak lebih 3X
sehari.
▪ Ibu klien mengatakan anaknya muntah 3X SMRS
▪ Ibu klien mengatakan BAK anaknya terakhir ± 5 jam yang lalu
▪ Klien mengatakan nyeri pada perut.
▪ Klien mengatakan pusing.
▪ Klien mengatakan lemes
DO:
▪ TD : 100/70 mmHg
▪ N : 113 x/menit
▪ S : 36,30C
▪ RR : 24x/menit
▪ Klien tampak sadar
▪ Turgor kulit kembali > 2 dtk
▪ Mata cekung dan anemis
▪ Klien tampak lemas
Dasar pemikiran
Menurut WHO Pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair
(mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam).
Diare adalah buang air besar pada bayi atau anak Iebih dan 3 kali sehari, disertai
konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang
dan satu minggu. Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa peningkatan volume cairan, dan
frekuensi dengan atau tanpa lendir darah ( Hidayat, 2008)
Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses
selama dan frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan diare bila feses lebih berair dari
biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar berair tapi tidak
berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes, 2009).

Tingkatan dehidrasi menurut WHO :


a. Dehidrasi Ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 % dari berat badan)
Gejala :
1) Muka memerah
2) Rasa sangat haus
3) Kulit kering dan pecah-pecah
4) Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya
5) Pusing dan lemah
6) Kram otot terutama pada kaki dan tangan
7) Kelenjar air mata berkurang kelembabannya
8) Sering mengantuk
9) Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang
b. Dehidrasi Sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 % dari berat badan)
Gejala:
1) Gelisah, cengeng
2) Kehausan
3) Mata cekung
4) Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak segera kembali ke
posisi semula.
5) Tekanan darah menurun
6) Pingsan
7) Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung
8) Kejang
9) Perut kembung
10) Gagal jantung
11) Ubun-ubun cekung
12) Denyut nadi cepat dan lemah
c. Dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 % dari berat badan)
Gejala:
1) Berak cair terus-menerus
2) Muntah terus-menerus
3) Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk
4) Tidak bisa minum, tidak mau makan
5) Mata cekung, bibir kering dan biru
6) Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik
7) Kesadaran berkurang
8) Tidak buang air kecil
9) Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab
10) Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba
11) Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur
12) Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan

Jenis-jenis cairan hidrasi :


1) Kristaloid
Kristaloid merupakan larutan dimana molekul organik kecil dan inorganik dilarutkan
dalam air. Larutan ini ada yang bersifat isotonik, hipotonik, maupun hipertonik. Cairan
kristaloid memiliki keuntungan antara lain : aman, nontoksik, bebas reaksi, dan murah.
Adapun kerugian dari cairan kristaloid yang hipotonik dan isotonik adalah
kemampuannya terbatas untuk tetap berada dalam ruang intravascular. Cairan kristaloid
yang paling banyak digunakan adalah normal saline dan ringer lakta
2) Koloid
Cairan koloid disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut “plasma
expander”. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang mempunyai berat molekul
tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak
lama dalam ruang intravaskuler. Koloid dapat mengembalikan volume plasma secara
lebih efektif dan efisien daripada kristaloid, karena larutan koloid mengekspansikan
volume vaskuler dengan lebih sedikit cairan dari pada larutan kristaloid. Sedangkan
larutan kristaloid akan keluar dari pembuluh darah dan hanya 1/4 bagian tetap tinggal
dalam plasma pada akhir infus. Koloid adalah cairan yang mengandung partikel onkotik
dan karenanya menghasilkan tekanan onkotik. Bila diberikan intravena, sebagian besar
akan menetap dalam ruang intravaskular. Meskipun semua larutan koloid akan
mengekspansikan ruang intravaskular, namun koloid yang mempunyai tekanan onkotik
lebih besar daripada plasma akan menarik pula cairan ke dalam ruang intravaskular. Ini
dikenal sebagai ekspander plasma, sebab mengekspansikan volume plasma lebih dari
pada volume yang diberikan. Cairan koloid yang sering di gunakan seperti albumin,
dekstran, dekstran, gelatin.

Kebutuhan cairan pada bayi dan anak perhari :

Berdasarkan BB :
Berat badan Kebutuhan air perhari
Sampai 10 kg 100 ml/kgBB
11-20 kg 1000 ml + 50 ml/kgBB ( untuk tiap kg diatas 10 kg)
>20 kg 1500 ml + 20 ml/kgBB ( untuk tiap kg diatas 20 kg)
Berdasarkan Usia :

Usia Berat badan (kg) Kebutuhan (ml)/24 jam


3 hari 3,0 250-300
1 tahun 9,5 1150-1300
2 tahun 11,8 1350-1500
6 tahun 20,0 1800-2000
10 tahun 28,7 2000-2500
14 tahun 45,0 2200-2700
18 tahun 54,0 2200-2700

2. Tindakan keperawatan yang dilakukan


Manajemen cairan : pemberian cairan melalui infus

3. Prinsip-prinsip tindakan
a. Mengukur tanda vital
b. Memberikan cairan sesuai usia dan BB
c. Memberikan sesuai kebutuhan
d. Monitoring input dan output

4. Analisa tindakan keperawatan


Klien dengan kehilangan cairan berlebih dan muntah harus segera dilakukan tindakan
rehidrasi untuk menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang. Karena klien kehilangan
cairan yang berlebih, BAB cair sejak ± 1 minggu yang lalu, tidak lebih 3X maka tindakan
yang dapat dilakukan yaitu rehidrasi secara parenteral dengancairan infus. Cairan infus yang
diberikan yaitu Ringer laktat. Ringer laktat adalah cairan yang bersifat isotonis yang
mengandung partikel kecil sebagai sumber elektrolit air untuk hidrasi sehingga dapat segera
masuk keruang intra vaskuler.

5. Bahaya yang mungkin muncul


Jika di berikan cairan infuse yang berlebihan maka akan menyebabkan takikardi pada klien.
Jika tidak segera di berikan bisa menyebabkan syok
6. Hasil yang di dapat dan maknanya
S:
▪ Klien mengeluh lemesnya berkurang
O:
▪ TD : 100/70 mmHg
▪ N : 96 x/menit, menguat
▪ RR : 22x/menit
▪ Suhu : 36,10C
▪ Mata masih terlihat cekung dan anemis
▪ BAK 1 kali ( 08.45 WIB )
▪ Klien tampak tenang dan tertidur
▪ Cairan infuse RL 200 cc guyur

A: Masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi
▪ Monitoring tanda vital
▪ Monitoring perubahan dehidrasi, turgor kulit
▪ Observasi kehilangan cairan

7. Tindakan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnose keperawatan di atas
▪ Observasi tanda-tanda vital
▪ Pertahankan tirah baring dan berikan posisi yang nyaman.
▪ Ciptakan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung bila perlu.
▪ Anjurkan banyak minum air putih
▪ Anjurkan keluarga klien mencatat input-output yang masuk

8. Evaluasi Diri
Berdasarkan tindakan yang telah di lakukan pada An. A dengan masalah kekurangan volume
cairan, penanganan yang di lakukan adalah berupa manajemen cairan, dimana cairan yang di
berikan adalah infuse RL sebanyak 200 cc guyur sesuai advis dokter dan BAK terakhir
klien sekitarjam 08.45 WIB.

Pembimbing, Mahasiswa

(..............................................) (...............................................)

You might also like