You are on page 1of 23

MAKALAH PANDANGAN AGAMA ISLAM TENTANG KLONING

Dosen : H. Muhammad Ansori, S.Sos.I.,M.Pd

DISUSUN OLEH :

Dony Sentory 2018.C.10a.0965

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmat-Nya, sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan dan telah rampung.
Makalah ini berjudul ”KLONING MENURUT PANDANGAN AGAMA
ISLAM”. Dengan tujuan penulisan sebagai sumber bacaan yang dapat digunakan
untuk memperdalam pemahaman dari materi ini.
Selain itu, penulisan makalah ini tak terlepes pula dengan tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam.
Namun penulis cukup menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat
membangun.
Meskipun demikian, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis maupun pembaca.

Palangka Raya, 28 Desember 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR
ISI............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang..............................................................................................................4
B. Rumusan
Masalah..............................................................................................….......4
C. Tujuan
penulisan...........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi dan Sejarah Kloning.......................................................................................5
B. Jenis-Jenis
Kloning…...................................................................................................6
C. Kloning Dalam Perspektif Islam............................................................................... 13
D. Manfaat dan Efek Negatif Kloning............................................................................17

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................................................2
1
B. Saran...........................................................................................................................2
1

DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dewasa ini pesatnya perkembangan teknologi membuat semua serba instan,
begitu juga perkembangan di bidang bioteknologi, Kemajuan ini ditandai dengan
ditemukannya berbagai macam teknologi seperti rekayasa genetika, kultur jaringan,
DNA rekombinan pengembang biakan sel induk, cloning, dan lain-lain. Teknologi ini
memungkinkan kita untuk memperoleh penyembuhan penyakit-penyakit cloning
maupun kronis yang belum dapat disembuhkan. Selain itu Hal–hal yang mendorong
perkembangan bioteknologi ini adalah untuk meningkatkan mutu baik itu dalam bidang
pangan, medis, maupun bidang kehidupan lainnya. Bioteknologi secara umum berarti
meningkatkan kualitas suatu organisme melalui aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi
tersebut dapat memodifikasi fungsi biologis suatu organisme dengan menambahkan
gen dari organisme lain atau merekayasa gen pada organisme tersebut. Salah satu
penerapan bidang bioteknologi yang sering dibicarakan orang yaitu Kloning.
Islam merupakan suatu jalan menuju kebenaran, kesejahteraan, juga kebahagiaan, jadi
selaku penganut agama islam setiap aspek penemuan terbaru harus dapat di kaitkan
dengan islam, artinya bagaimana pandangan islam dalam penemuan baru tersebut, jika
itu bermanfaat, maka islam akan membolehannya, tapi jika muzarat lebih besar
ketimbang manfaat, maka islam akan mengharamkannya.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana definisi dan sejarah cloning
2. Apa saja jenis-jenis cloning
3. Bagaimana perspektif cloning dalam islam
4. Apa saja manfaat dilakukannya cloning
C. Tujuan penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah makan yang menjadi tujuan
penulisannya adalah sebagai berikut :
1. Mengetahuai pengertian dan sejarah cloning
2. Mengetahui jenis-jenis cloning
3. Memahami perspektif cloning dalam islam
4. Mengetahui manfaat kloning

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi dan Sejarah Kloning


1. Definisi kloning
Kloning berasal dari kata ‘Clone” yang diturunkan dari bahasa Yunani “Klon”
yang artinya potongan yang digunakan untuk memperbanyak tanaman. Secara definisi,
Kloning adalah suatu upaya untuk memproduksi sejumlah individu yang secara genetic
sama persis (identik). Sedangkan istilah klon adalah sekelompok organisme hewan
maupun tumbuh-tumbuhan yang dihasilkan melalui reproduksi aseksual dan berasal
dari satu induk yang sama. Setiap anggota dari klon tersebut mempunyai susunan dan
jumlah gen yang sama dan kemungkinan besar fenotipnya juga sama. Cloning
didasarkan pada prinsip bahwa setiap makhluk hidup mempunyai kemampuan
totipotensi yang artinya setiap sel mempunyai kemampuan untuk menjadi individu.

2. Sejarah Kloning
Kata kloning, dari kata Inggris clone, pertama kali diusulkan oleh Herbert
Webber pada tahun 1903 untuk mengistilahkan sekelompok makhluk hidup yang
dilahirkan tanpa proses seksual dari satu induk. Kloning sebagai prosedur perbanyakan
non-seksual telah sukses dilakukan sejak tahun 1952 oleh Briggs dan King, dan
disempurnakan di Oxford oleh Sir John Gurdon tahun 1962-1966.
Kloning dapat berupa klon sel, yaitu sekelompok sel yang identik sifat-sifat genetiknya,
semua berasal dari satu sel, dan klon gen atau molecular, yaitu sekelompok salinan gen
yang bersifat identik yang direplikasi dari satu gen yang dimasukkan ke dalam sel
inang.

a. Kloning sel
Kloning sel adalah teknik untuk menghasilkan salinan makhluk hidup dengan
menggunakan bahan genetis dari sel makhluk itu sendiri.
Tahun 1997 Dr Ian Wilmut dan rekannya dari Institute Roslin di Edinburgh, Inggris,
mengklon domba dari sel epitel ambing (sel payudara) seekor domba lainnya.Wilmut
pertama mengambil sel epitel ambing seekor domba jenis Finn Dorset berumur enam
tahun yang sedang hamil. Kemudian sel ambing itu dikultur dalam cawan petri dengan
sumber makanan yang terbatas. Karena kelaparan sel itu berhenti berkembang atau
mematikan aktivitas gennya.Sementara itu mereka juga mengambil sel telur yang
belum dibuahi dari seekor domba betina jenis Blackface.

5
Inti sel telur yang bisa membelah menjadi domba dewasa setelah dibuahi itu kemudian
diambil, sekarang sel telur itu kosong, hanya berisi organela dan plasma sel saja.
Selanjutnya dua sel itu didekatkan satu dengan lainya. Kejutan aliran listrik membuat
kedua sel itu bergabung seperti dua gelembung sabun. Kejutan aliran listrik kedua
meniru energi alami yang muncul ketika telur dibuahi oleh sperma, sehingga sel telur
dengan inti baru itu merasa telah dibuahi. Kejutan aliran listrik itu telah mengubah sel
telur dengan inti baru itu seakan-akan menjadi sel embrio. Kurang lebih enam hari
kemudian, sel embrio bohongan itu disuntikkan ke dalam rahim seekor domba betina
Blackface lainnya yang kemudian mengandung. Setelah mengandung selama 148 hari
induk domba titipan ini melahirkan Dolly, seekor domba lucu seberat 6,6 kilogram
yang secara genetis persis dengan domba jenis Finn Dorset pemilik inti sel ambing.

b. Sel Eukariotik
Secara taksonomi eukariotik dikelompokkan menjadi empat kingdom, masing-
masing hewan (animalia), tumbuhan (plantae), jamur (fungi), dan protista, yang terdiri
atas alga dan protozoa. Salah satu ciri sel eukariotik adalah adanya organel-organel
subseluler dengan fungsi-fungsi metabolisme yang telah terspesialisasi. Tiap organel
ini terbungkus dalam suatu membran. Sel eukariotik pada umumnya lebih besar
daripada sel prokariotik. Diameternya berkisar dari 10 hingga 100 µm. Seperti halnya
sel prokariotik, sel eukariotik diselimuti oleh membran plasma. Pada tumbuhan dan
kebanyakan fungi serta protista terdapat juga dinding sel yang kuat di sebelah luar
membran plasma. Di dalam sitoplasma sel eukariotik selain terdapat organel dan
ribosom, juga dijumpai adanya serabut-serabut protein yang disebut sitoskeleton.
Serabut-serabut yang terutama berfungsi untuk mengatur bentuk dan pergerakan sel ini
terdiri atas mikrotubul (tersusun dari tubulin) dan mikrofilamen (tersusun dari aktin).

B. Jenis – Jenis Kloning


Kloning adalah tindakan menggandakan atau mendapatkan keturunan tanpa
fertilisasi, berasal dari induk yang sama, mempunyai susunan (jumlah dan gen) yang
sama dan kemungkinan besar mempunyai fenotip yang sama. Berdasarkan pengertian
diatas, terdapat beberapa jenis kloning yang dikenal, antara lain :

1. Kloning DNA Rekombinan


Kloning DNA adalah memasukkan DNA asing ke dalam plasmid suatu sel
bakteri. DNA yang dimasukkan ini akan bereplikasi (memperbanyak diri) dan
diturunkan pada sel anak pada waktu sel tersebut membelah. Gen asing ini tetap
melakukan fungsi seperti sel asalnya, walaupun berada dalam sel bakteri.

6
Pembentukan DNA rekombinan ini disebut juga rekayasa genetika.
Perekayasaan genetika terhadap satu sel dapat dilakukan dengan hanya
menghilangkan, menyisipkan atau menularkan satu atau beberapa pasang basa
nukleotida penyusun molekul DNA tersebut. Untuk kloning ini diperlukan plasmid dan
enzim untuk memotong DNA, serta enzim untuk menyambungkan gen yang disisipkan
itu ke plasmid.
Beberapa jenis bakteri mempunyai sejumlah molekul DNA melingkar yang
ukurannya kecil sekali, hanya mengandung beberapa ribu pasang basa, selain
mempunyai kromosom utama dengan 4 juta pasang basa. Kromosom mini ini
dinamakan juga plasmid. Plasmid dapat bereplikasi secara otonom. Plasmid ini
merupakan elemen genetis yang tidak berhubungan dengan kromosom utama dan
mengandung gen-gen yang resisten terhadap antibiotik, antara lain yaitu antibiotik
tetrasiklin dan ampisilin). Keresistenan terhadap antibiotik memerlukan sejumlah
enzim yang secara kimiawi dapat menetralisir antibiotik tersebut.
Dengan menempatkan gen pada plasmid, masing-masing gen ada dalam salinan
(copy) sejumlah plasmid tertentu yang dinamakan episom. Plasmid ini mampu
bergerak mendekati dan menjauhi elemen kromosom utama. Hal ini menunjukkan
bahwa plasmid memiliki elemen-elemen genetis yang bergerak, yang dilakukan
melalui fusi secara bebas dari dua unit DNA replikasi (replikon). Plasmid dapat
diintegrasikan (dimasukkan) ke dalam kromosom bakteri dan dapat dipindahkan dari
satu sel bakteri ke bakteri yang lain melalui transformasi, jika kromosom sel-sel
tersebut merupakan pasangannya.
Transformasi adalah pemindahan satu sifat mikroba melalui bagian DNA
tertentu dari mikroba. Oleh karena DNA plasmid sangat kecil daripada fragmen DNA
kromosom, maka dapat dengan mudah dipisahkan dan dimurnikan. Di dalam
laboratorium, jika plasmid dicampurkan dengan bakteri, dengan adanya ion Ca++,
DNA plasmid tersedot ke dalam sel bakteri, sehingga bakteri mengandung plasmid
yang tersedot tersebut. Sel bakteri mempunyai satu bentuk plasmid. Kenyataannya
bahwa enzim Eco Ri menghasilkan potongan ujung khusus yang kohesif yang
selanjutnya merupakan metode praktis untuk kloning fragmen DNA. Cara yang penting
adalah memasukkan suatu fragmen DNA yang telah dipotong dengan enzim restriksi
Eco Ri ke dalam plasmid hibrid yang dapat digunakan untuk mempengaruhi bakteri.
Masing-masing sel bakteri memperoleh satu sel plasmid rekombinan yang
mengandung fragmen DNA asing yang dimasukkan.
Penggunaan antibiotik secara ekstensif dan penyalahgunaan antibiotik dalam
pengobatan manusia dan hewan ternak menyebabkan strain bakteri alami menjadi
resisten terhadap kebanyakan antibiotik yang bersifat umum.

7
Biasanya keresistenan ini tergantung pada respon (tanggapan) plasmid bakteri
yang mempunyai enzim khusus yang dapat menguraikan antibiotik. Jika digunakan
plasmid yang resisten antibiotik bersama-sama dengan sel bakteri yang plasmidnya
sensitive terhadap antibiotik, dengan memasukkan plasmid resisten terhadap antibiotik
yang mengandung gen rekombinan, plasmid ini dapat dideteksi dengan mudah.
Plasmid pbR 322 adalah salah satu contoh plasmid yang mengandung gen resisten
terhadap dua jenis antibiotik yaitu ampisilin dan tetrasiklin. Selain itu tempat untuk
enzim restriksi bekerja berada di antara gen-gen yang resisten terhadap antibiotik
tersebut (lihat Gambar 2). Dengan demikian, jika sepotong DNA asing dikombinasikan
ke dalam satu atau lebih gen resisten antibiotik, gen tersebut tidak akan aktif. Hal ini
berarti bahwa keberhasilan pemotongan DNA asing ke dalam satu gen resisten
antibiotik dengan mudah dideteksi. Potensi genetis untuk resisten tersebut dieleminir.
Jika plasmid dimasukkan ke dalam sel bakteri (hos), bakteri akan memperoleh
keresistenan khusus yang kedua karena gen tersebut masih utuh..
Plasmid yang membawa gen resisten antibiotik itu tersebar luas di alam dan
plasmid tersebut dimutasikan agar tidak dapat bergerak secara spontan dari satu sel ke
sel yang lain. Dengan menggunakan strain bakteri tertentu, percobaan dengan
menggunakan plasmid yang resisten obat sangat berguna tanpa menimbulkan resiko
yang berarti. Plasmid yang pertama kali dipakai sebagai vektor untuk rekombinan
DNA adalah plasmid dari sel bakteri Escherichia coli. Plasmid ragi Saccharomyces
cerevisiae, dan plasmid bakteri Bacillus subtilis dan virus saat ini juga digunakan
sebagai vektor untuk rekombinan DNA.
Dalam melakukan pengklonan suatu DNA asing atau DNA yang diinginkan atau DNA
sasaran harus memenuhi hal-hal sebagai berikut. DNA plasmid vektor harus
dimurnikan dan dipotong dengan enzim yang sesuai sehingga terbuka. DNA yang akan
disisipkan ke molekul vektor untuk membentuk rekombinan buatan harus dipotong
dengan enzim yang sama. Reaksi pemotongan dan penggabungan harus dipantau
dengan menggunakan elektroforesis gel. Rekombinan buatan harus ditransformasikan
ke E. coli atau ke vektor lainnya.

Rekayasa genetik dengan menggunakan plasmid bakteri E. coli dapat dilakukan


sebagai berikut :

1. Menentukan gen yang diinginkan untuk disisipkan, misalnya gen pengkode


hormone insulin dari sel-sel pankreas manusia atau gen pengkode hormone
pertumbuhan dari kelenjar pituitari. Kromosom sel-sel pankreas dikeluarkan
dengan memecah membran plasma.

8
Membran plasma ini dipecah dengan diberi kejutan listrik atau dengan
pemberian zat kimia yaitu polietilen glikol atau kalsium klorida (CaCl2),
sehingga kromosom dapat keluar dari sel pankreas.

2. Kromosom yang diinginkan tadi dipotong dengan menggunakan enzim restriksi


endonuklease untuk melepaskan bagian DNA yang diinginkan, kemudian
memurnikan DNA tersebut. Elektroforesis dapat juga digunakan untuk
persiapan memurnikan fragmen DNA tertentu, selain digunakan untuk
menganalisis.

3. Mengektraksi plasmid dari sel bakteri. Plasmid dipisahkan dari sel dengan cara
memecah dinding sel bakteri. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan
deterjen atau dengan enzim lisozim, kemudian dilisis dengan natrium
hidroksida (NaOH) dan larutan dedosil sulfat. DNA kromosom akan
menggumpal dan dinetralisir dengan natrium asetat. DNA plasmid ini akan
menggumpal membentuk jaring-jaring dan dengan mudah mengendap. Untuk
memisahkan DNA ini dilakukan sentrifugasi.

4. Cairan yang mengandung plasmid ini dijenuhkan dengan pengendapan etanol.


DNA plasmid yang dimurnikan dengan filtrasi gel. Plasmid yang berbentuk
lingkaran itu dipotong dengan enzim restriksi endonuklease yaitu enzim yang
sama digunakan untuk memotong DNA pankreas. Enzim ini memecah ikatan
fosfodiester pada molekul DNA. Endonuklease memecah asam nukleat pada
posisi internal, sedangkan enzim eksonuklase memecah molekul DNA dari
ujung molekulnya.
5. Kemudian pemasangan gen pengkode yang diinginkan tadi ke dalam plasmid
dengan menggunakan enzim ligase yang fungsinya menggabungkan ikatan
fosfodiester antara fragmen ujung-ujung yang terpotong tadi. Proses
penyambungan tersebut disebut ligasi. Karena enzim yang digunakan untuk
memotong DNA sel pankreas dan plasmid sama jenisnya, akan menghasilkan
ujung-ujung yang lengket yang sama strukturnya, sehingga penyambungannya
akan menyatu sempurna. Suhu optimum untuk ligasi adalah 37oC, tetapi
ikatannya tidak stabil. Ligasi akan berhasil jika dilakukan pada suhu 4o-150oC.

9
6. Plasmid yang telah disisipi gen pengkode yang diinginkan itu dimasukkan ke
dalam sel bakteri coli dengan cara tranformasi. Transformasi dilakukan dengan
memasukkan bakteri E. coli ke dalam larutan CaCl2 sehingga terbentuk lubang-
lubang sementara, sehingga plasmid dapat masuk ke dalam sel bakteri.
Diharapkan bakteri yang telah disisipi gen tersebut mewarisi sifat gen baru,
sehingga bakteri yang telah disisipi dengan gen pengkode insulin dapatm
memproduksi insulin.

7. Langkah selanjutnya adalah mengembangbiakkan bakteri hasil rekayasa dalam


tabung fermentasi yang berisi medium untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan bakteri E. coli untuk memproduksi insulin dalam jumlah
yang banyak. Insulin yang terbentuk kemudian dipisahkan dari senyawa yang
lain.

2. Kloning Kesehatan (Terapeutic Cloning)


Kloning terapeutik bagian dari terapi sel punca yang bertujuan untuk
menghindari adanya reaksi penolakan terhadap sistem imun pasien pada saat dilakukan
terapi. Kloning terapeutik dilakukan dengan sel induk, dimaksudkan untuk tujuan
terapeutik (penyembuhan) dan riset medis, bukan untuk menciptakan manusia baru.
Hal ini dilakukan dengan menggunakan teknologi SCNT (Somatic Cell Nuclear
Transfer). Sel punca memiliki potensi yang sangat menjanjikan untuk terapi berbagai
penyakit sehingga menimbulkan harapan baru untuk mengobatinya. Sampai saat ini,
ada 3 golongan penyakit yang dapat diatasi dengan penggunaan sel punca, di antaranya
adalah:
- Penyakit autoimun,
- Penyakit degeneratif, contoh stroke, Parkinson, Alzhimer.
- Penyakit kanker, contoh leukemia.

Sel punca embrionik sangat plastis dan mudah dikembangkan menjadi berbagai
macam jaringan sel, seperti neuron, kardiomiosit, osteoblast, fibroblast, dan
sebagainya. Oleh karena itu, sel punca embrionik dapat digunakan untuk transplantasi
jaringan yang rusak. Selain itu, sel punca embrionik memiliki tingkat imunogenisitas
yang rendah selama belum mengalami diferensiasi.

10
Salah satu cara untuk menghindari terjadinya graft versus host disease (GVHD)
adalah dengan menggunakan sel punca embrionik dengan sel somatik yang bersumber
dari pasien itu sendiri sehingga tidak akan ada penolakan lagi terhadap sistem imunnya.
Dengan menggunakan teknologi SCNT, sel punca embrionik yang dihasilkan akan
identik dengan induknya (dalam hal ini adalah pasien itu sendiri). Hal itu
mengakibatkan tidak akan adanya reaksi penolakan terhadap sistem imun pasien
apabila dilakukan transplantasi.

Secara teoritis, teknik SCNT memiliki potensi besar dalam dunia kesehatan
karena dapat dipergunakan untuk transplantasi berbagai organ dan jaringan pada
manusia. Secara singkat tahapan untuk melakukan kloning terapeutik pada manusia
Pertama mengambil biopsi sel somatik dari tubuh pasien dan inti dari sel somatik
tersebut ditransfer ke dalam sel telur donor yang telah dikeluarkan intinya (unfertilized
enucleated oocyte). Sel telur hasil manipulasi dikultur sampai ke tahapan tertentu dan
setelah mengalami berbagai proses akan didapatkan sel punca embrionik. Sel punca
embrionik ini diarahkan perkembangannya menjadi suatu jaringan atau organ tertentu
yang akan dapat digunakan untuk transplantasi jaringan atau organ dan tidak akan
mengalami rejeksi sistem imun pada pasien itu sendiri (immunologically compatible
transplant). Dengan menggunakan bantuan mikroskop, pergerakan sel telur ditahan
dengan holding pipette. Kemudian, DNA dari sel somatik pasien (yang berada di dalam
injection pipette) diintroduksikan ke dalam sel telur enucleated. Sel telur hasil
manipulasi dikultur secara in vitro menjadi blastosit selama 5-6 hari. Lalu, inner cell
mass diisolasi dan dikultur di cawan petri sehingga akan berkembang menjadi sel punca
embrionik yang memiliki profil imunologi yang sama dengan pasien.

3. Kloning Reproduksi (Reproductive Cloning)


Kloning reproduktif pertama kali dilakukan oleh seorang Ilmuan Inggris, John
Gurdon. Beliau berhasil melakukan kloning pada katak. Kemudian para peneliti
dengan antusias melakukan percobaan lain pada mamalia. Sampai dengan tahun 1996
tepatnya 5 Juli, Ian Wilmut dan para peneliti yang lain dari Roslin Institute di Edinburg
(Skotlandia) berhasil menciptakan biri-biri yang diberi nama Dolly, akan tetapi
penelitian ini dikatakan belum berhasil karena Dolly yang seharusnya dapat mencapai
umur 11 tahun ternyata hanya dapat mencapai umur 6 tahun. Hasil penelitian ini,
menunjukkan bahwa Dolly mengalami penuaan dini, menderita penyakit radang sendi,
dan infeksi paru kronis.

11
Kloning reproduktif mengandung arti suatu teknologi yang digunakan untuk
menghasilkan individu baru atau teknologi yang digunakan untuk menghasilkan hewan
yang sama dengan menggunakan teknik SCNT.

Genetika individu klon tidak seluruhnya memiliki kesamaan dengan sang induk,
persamaan genetika individu klon dengan induknya hanya terletak pada inti DNA
donor yang berada di kromosom. Individu klon juga memiliki material genetik lainnya
yang berasal dari DNA mitokondria di sitoplasma. Teknologi kloning reproduktif dapat
digunakan untuk mencegah terjadinya kepunahan hewan-hewan langka ataupun
hewan-hewan sulit dikembangbiakkan. Namun, laju keberhasilan teknologi ini
sangatlah rendah seperti pada contoh yaitu Domba Dolly merupakan contoh kloning
reproduktif yang satu-satunya klon yang berhasil lahir setelah dilakukan 276 kali
percobaan.
Pada kloning reproduktif ini sel donor yang berupa sel somatik (2n) diintroduksikan ke
enucleated oocyte. Keberhasilan proses aktivasi embrio konstruksi secara kimiawi atau
mekanik mengakibatkan terjadinya proses pembelahan sampai ke tahap blastosit.
Kemudian, embrio dimplantasikan ke dalam rahim untuk dilahirkan secara normal.
Berbeda pada kloning kesehatan yang setelah embrio mencapai tahapan blastosit,
embrio dikultur secara in vitro untuk didiferensiasikan menjadi berbagai jenis sel untuk
kegunaan terapeutik atau kesehatan.
Sampai saat ini, hewan klon yang berhasil diproduksi jumlahnya cukup banyak, di
antaranya adalah domba, sapi, kambing, kelinci, kucing, dan mencit. Sementara itu,
tingkat keberhasilan kloning masih rendah pada hewan anjing, ayam, kuda, dan
primata. Masalah yang kerap kali timbul dalam kloning reproduktif adalah biaya dan
efisiensinya. Penelitian dalam kloning reproduktif membutuhkan biaya yang sangat
tinggi dan tingkat kegagalannya tinggi. Di samping tingkat keberhasilan yang rendah,
hewan klon cenderung mengalami masalah defisiensi sistem imun serta sangat rentan
terhadap infeksi, pertumbuhan tumor, dan kelainan-kelainan lainnya. Penyebab
timbulnya berbagai masalah di atas adalah adanya kesalahan saat pemrograman
material genetik (reprogramming) dari sel donor. Kesalahan pengkopian DNA dari sel
donor atau yang lebih dikenal dengan sebutan genomic imprinting akan mengakibatkan
terjadinya perkembangan embrio yang abnormal. Berbagai contoh abnormalitas yang
terjadi pada klon mencit adalah obesitas, pembesaran plasenta (placentomegally),
kematian pada usia dini. Parameter yang dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan
dalam SCNT adalah kemampuan sitoplasma pada sel telur untuk mereprogram inti dari
sel donor dan juga kemampuan sitoplasma untuk mencegah terjadinya perubahan-
perubahan secara epigenetik selama dalam perkembangannya.

12
Dari semua penelitian yang telah dipublikasikan, tercatat hanya sebagian kecil saja dari
embrio hasil rekonstruksi (menggunakan sel somatik dewasa atau fetal) yang
berkembang menjadi individu muda yang sehat.

C. Kloning Dalam Perspektif Islam


Hukum kloning dalam pandangan Islam sangat jelas, yang diambil dari dalil-
dalil qiyas dan itjihat. Karena belakangan ini telah berkembang satu teknologi baru
yang mampu menduplikasi makhluk hidup dengan sama persis, teknologi ini dikenal
dengan nama teknologi kloning. Kloning adalah teknik membuat keturunan dengan
kode genetik yang sama dengan induknya pada makhluk hidup tertentu baik berupa
tumbuhan, hewan, maupun manusia. Kloning telah berhasil dilakukan pada tanaman
sebagaimana pada hewan belakangan ini, kendatipun belum berhasil dilakukan pada
manusia. Tujuan kloning pada tanaman dan hewan pada dasarnya adalah untuk
memperbaiki kualitas tanaman dan hewan, meningkatkan produktivitasnya, dan
mencari obat alami bagi banyak penyakit manusia, terutama penyakit-penyakit kronis
guna menggantikan obat-obatan kimiawi yang dapat menimbulkan efek samping
terhadap kesehatan manusia.
Upaya memperbaiki kualitas tanaman dan hewan dan meningkatkan produktivitasnya
tersebut menurut syara’ tidak apa-apa untuk dilakukan dan termasuk aktivitas yang
mubah hukumnya. Demikian pula memanfaatkan tanaman dan hewan dalam proses
kloning guna mencari obat yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit manusia,
terutama yang kronis adalah kegiatan yang dibolehkan Islam, bahkan hukumnya
sunnah (mandub), sebab berobat hukumnya sunnah. Begitu pula memproduksi
berbagai obat-obatan untuk kepentingan pengobatan hukumnya juga sunnah. Oleh
karena itu, dibolehkan memanfaatkan proses kloning untuk memperbaiki kualitas
tanaman dan mempertinggi produktivitasnya atau untuk memperbaiki kualitas hewan
seperti sapi, domba, unta, kuda, dan sebagainya. Juga dibolehkan memanfaatkan proses
kloning untuk mempertinggi produktivitas hewan-hewan tersebut dan mengembang
biakannya, ataupun untuk mencari obat bagi berbagai penyakit manusia, terutama
penyakit-penyakit yang kronis. Oleh karena itu tidak salah jika Majma' al-Buhûts al-
Islâmiyyah yang berpusat di Kairo Mesir mengeluarkan fatwa akan bolehnya
memanfaatkan teknologi kloning terhadap tumbuh-tumbuhan atau hewan asalkan
memiliki daya guna (bermanfaat) bagi kehidupan manusia. Hal ini didasarkan pada
prinsip bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini diciptakan untuk kesejahteraan
manusia. Apalagi jika kita memanfaatkan proses kloning ini untuk jelas-jelas untuk
memperbaiki kualitas tanaman dan mempertinggi produktivitasnya atau untuk
memperbaiki kualitas hewan.

13
Selain itu juga dibolehkan memanfaatkan proses kloning untuk mempertinggi
produktivitas hewan-hewan tersebut dan mengembang biakannya, ataupun untuk
mencari obat bagi berbagai penyakit manusia, terutama penyakit-penyakit yang kronis.
Adapun kloning manusia adalah teknik membuat keturunan dengan kode
genetik yang sama dengan induknya yang berupa manusia. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara mengambil sel tubuh (sel somatik) dari tubuh manusia, kemudian diambil
inti selnya (nukleusnya), dan selanjutnya ditanamkan pada sel telur (ovum) wanita
yang telah dihilangkan inti selnya dengan suatu metode yang mirip dengan proses
pembuahan atau inseminasi buatan. Dengan metode semacam itu, kloning manusia
dilaksanakan dengan cara mengambil inti sel dari tubuh seseorang, lalu dimasukkan ke
dalam sel telur yang diambil dari seorang perempuan. Lalu dengan bantuan cairan
kimiawi khusus dan kejutan arus listrik, inti sel digabungkan dengan sel telur. Setelah
proses penggabungan ini terjadi, sel telur yang telah bercampur dengan inti sel tersebut
ditransfer ke dalam rahim seorang perempuan, agar dapat memperbanyak diri,
berkembang, berdiferensiasi, dan berubah menjadi janin sempurna. Setelah itu
keturunan yang dihasilkan dapat dilahirkan secara alami. Keturunan ini akan berkode
genetik sama dengan induknya, yakni orang yang menjadi sumber inti sel tubuh yang
telah ditanamkan pada sel telur perempuan.

Melihat fakta kloning manusia secara menyeluruh, syari’at Islam mengharamkan


kloning terhadap manusia, dengan argumentasi sebagai berikut:
Pertama, anak-anak produk proses kloning dihasilkan melalui cara yang tidak alami
(percampuran antara sel sperma dan sel telur). Padahal, cara alami inilah yang telah
ditetapkan oleh syariat sebagai sunatullah menghasilkan anak-anak dan keturunannya.
Allah SWT berfirman:
“Dan bahwasannya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan
perempuan dari air mani apabila dipancarkan.” (QS an-Najm, 53: 45-46)
Dalam ayat lain dinyatakan pula,
“Bukankah dia dahulu setetes mani yag ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian
mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya dan
menyempurnakannya. Lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang laki-laki dan
perempuan.” (QS al-Qiyâmah, 75: 37-38).
Kedua, anak-anak produk kloning dari perempuan tanpa adanya laki-laki-tidak akan
mempunyai ayah. Anak produk kloning tersebut jika dihasilkan dari proses
pemindahan sel telur yang telah digabungkan dengan inti sel tubuh ke dalam rahim
perempuan yang bukan pemilik sel telur, tidak pula akan mempunyai ibu sebab rahim
perempuan yang menjadi tempat pemindahan sel telur tersebut hanya menjadi
penampung (mediator).
14
Oleh karena itu, kondisi ini sesungguhnya telah bertentangan dengan firman Allah
SWT:.
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa–bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS al-Hujurât, 49: 13)
Juga bertentangan dengan firman-Nya yang lain,
“Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak
mereka; Itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-
bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan
maula-maulamu [Maula-maula ialah: seorang hamba sahaya yang sudah dimerdekakan
atau seorang yang telah dijadikan anak angkat, seperti Salim anak angkat Huzaifah,
dipanggil maula Huzaifah] dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf
padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS al-Ahzâb. 33: 5).
Ketiga, kloning manusia akan menghilangkan nasab (garis keturunan). Padahal Islam
telah mewajibkan pemeliharaan nasab. Ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari
Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. telah bersabda, “Siapa saja
yang menghubungkan nasab kepada orang yang bukan ayahnya, atau (seorang budak)
bertuan (loyal/taat) kepada selain tuannya, maka dia akan mendapat laknat dari Allah,
para malaikat dan seluruh manusia.” (H.R. Ibnu Majah). Diriwayatkan pula dari Abu
‘Utsman An Nahri r.a. yang berkata, “Aku mendengar Sa’ad dan Abu Bakrah masing-
masing berkata, ‘Kedua telingaku telah mendengar dan hatiku telah menghayati sabda
Muhammad s.a.w., “siapa saja yang mengaku-ngaku (sebagai anak) kepada orang yang
bukan bapaknya, padahal dia tahu bahwa orang itu bukan bapaknya, maka surga
baginya haram.” (H.R. Ibnu Majah). Diriwayatkan pula dari Abu Hurairah r.a.
bahwasannya tatkala turun ayat li’an dia mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Siapa
saja perempuan yang memasukkan kepada suatu kaum nasab (seseorang) yang bukan
dari kalangan kaum itu, maka dia tidak akan mendapat apapun dari Allah dan Allah
tidak akan pernah memasukkannya ke dalam surga. Dan siapa saja laki-laki yang
mengingkari anaknya sendiri padahal dia melihat (kemiripan)nya, maka Allah akan
akan tertutup darinya dan Allah akan membeberkan perbuatannya itu dihadapan orang-
orang yang terdahulu dan kemudian (pada Hari Kiamat)” (H.R. Ad-Darimi).

15
Kloning manusia yang bermotif memproduksi manusia-manusia unggul dalam hal
kecerdasan, kekuatan fisik, kesehatan, kerupawanan jelas mengharuskan seleksi
terhadap orang-orang yang akan dikloning, tanpa memperhatikan apakah mereka
suami-isteri atau bukan, sudah menikah atau belum.
Sel-sel tubuh itu akan diambil dari perempuan atau laki-laki yang terpilih. Semua ini
akan mengacaukan, menghilangkan dan membuat bercampur aduk nasab.
Keempat, memproduksi anak melalui proses kloning akan mencegah (baca:
mengacaukan) pelaksanaan banyak hukum-hukum syara’ seperti hukum tentang
perkawinan, nasab, nafkah, hak dan kewajiban antara bapak dan anak, waris, perawatan
anak, hubungan kemahraman, hubungan ‘ashabah, dan banyak lagi. Di samping itu,
kloning akan mencampur-adukkan dan menghilangkan nasab serta menyalahi fitrah
yang telah diciptakan Allah untuk manusia dalam masalah kelahiran anak.
Konsekuensi kloning ini akan menjungkir balikkan struktur kehidupan masyarakat.
Berdasarkan dalil-dalil itulah proses kloning manusia diharamkan menurut hukum
islam dan tidak boleh dilahsanakan. ALLAH SWT berfirman mengenai perkataan iblis
terkutuk, yang mengatakan : ”...dan akan aku (iblis) suruh mereka (mengubah ciptaan
ALLAH), lalu benar-benar mereka mengubahnya.” (QS.An Nisaa’ : 119).
Permasalahan kloning adalah merupakan kejadian kontemporer (kekinian). Dalam
kajian literatur klasik belum pernah persoalan kloning dibahas oleh para ulama. Oleh
karenanya, rujukan yang penulis kemukakan berkenaan dengan masalah kloning ini
adalah menurut beberapa pandangan ulama kontemporer.
Para ulama mengkaji kloning dalam pandangan hukum Islam bermula dari ayat berikut:
“… Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian
dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan
yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam
rahim, apa yang Kami kehendaki …” (QS. 22/al-Hajj: 5).
Abul Fadl Mohsin Ebrahim berpendapat dengan mengutip ayat di atas, bahwa ayat
tersebut menampakkan paradigma al-Qur’an tentang penciptan manusia mencegah
tindakan-tindakan yang mengarah pada kloning. Dari awal kehidupan hingga saat
kematian, semuanya adalah tindakan Tuhan. Segala bentuk peniruan atas tindakan-Nya
dianggap sebagai perbuatan yang melampaui batas.
Selanjutnya, ia mengutip ayat lain yang berkaitan dengan munculnya prestasi ilmiah
atas kloning manusia, apakah akan merusak keimanan kepada Allah SWT sebagai
Pencipta? Abul Fadl menyatakan “tidak”, berdasarkan pada pernyataan al-Qur’an
bahwa Allah SWT telah menciptakan Nabi Adam As. tanpa ayah dan ibu, dan Nabi
‘Isa As. tanpa ayah, sebagai berikut:

16
“Sesungguhnya misal (penciptaan) `Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan)
Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya:
“Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia” (QS. 3/Ali ‘Imran: 59).
Pada surat yang sama juga dikemukakan:
“(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah
menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan
kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya al-Masih `Isa putera Maryam, seorang
terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada
Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan
dia termasuk di antara orang-orang yang saleh. Maryam berkata: “Ya Tuhanku, betapa
mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-
lakipun”. Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): “Demikianlah Allah
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan
sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: “Jadilah”, lalu jadilah dia” (QS.
3/Ali ‘Imran: 45-47).
Hal yang sangat jelas dalam kutipan ayat-ayat di atas adalah bahwa segala sesuatu
terjadi menurut kehendak Allah. Namun, kendati Allah menciptakan sistem sebab-
akibat di alam semesta ini, kita tidak boleh lupa bahwa Dia juga telah menetapkan
pengecualian-pengecualian bagi sistem umum tersebut, seperti pada kasus penciptaan
Adam As. dan ‘Isa As. Jika kloning manusia benar-benar menjadi kenyataan, maka itu
adalah atas kehendak Allah SWT. Semua itu, jika manipulasi bioteknologi ini berhasil
dilakukan, maka hal itu sama sekali tidak mengurangi keimanan kita kepada Allah
SWT sebagai Pencipta, karena bahan-bahan utama yang digunakan, yakni sel somatis
dan sel telur yang belum dibuahi adalah benda ciptaan Allah SWT.
D. Manfaat dan Efek Negatif kloning

Secara garis besar kloning sangatlah bermanfaat:

1. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan


Manfaat kloning terutama dalam rangka pengembangan biologi, khususnya
reproduksi-embriologi dan diferensiasi. Dengan pengembangan itu pengetahuan baru
di bidang bioteknologi akan membuka peluang lebar bagi peneliti untuk menemukan
cara baru lagi untuk memecahkan masalah-masalah yang berujung pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat.

17
2. Untuk mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul
Seperti telah kita ketahui, pada sapi telah dilakukan embrio transfer. Hal yang
serupa tentu saja dapat juga dilakukan pada hewan ternak lain, seperti pada domba,
kambing dan lain-lain. Dalam hal ini jika nukleus sel donornya diambil dari bibit
unggul, maka anggota klonnya pun akan mempunyai sifat-sifat unggul tersebut. Sifat
unggul tersebut dapat lebih meningkat lagi, jika dikombinasikan dengan teknik
transgenik. Dalam hal ini ke dalam nukleus zigot dimasukkan gen yang dikehendaki,
sehingga anggota klonnya akan mempunyai gen tambahan yang lebih unggul.

3. Untuk tujuan diagnostik dan terapi


Sebagai contoh jika sepasang suami isteri diduga akan menurunkan penyakit
genetika thalasemia mayor. Dahulu pasangan tersebut dianjurkan untuk tidak
mempunyai anak. Sekarang mereka dapat dianjurkan menjalani terapi gen dengan
terlebih dahulu dibuat klon pada tingkat blastomer. Jika ternyata salah satu klon
blastomer tersebut mengandung kelainan gen yang menjurus ke thalasemia mayor,
maka dianjurkan untuk melakukan terapi gen pada blastomer yang lain, sebelum
dikembangkan menjadi blastosit.
Contoh lain adalah mengkultur sel pokok (stem cells) in vitro, membentuk organ atau
jaringan untuk menggantikan organ atau jaringan yang rusak. Mengingat fakta bahwa
sel dapat dimanipulasi untuk meniru jenis sel lain, ini dapat memberikan cara baru
untuk mengobati penyakit seperti kanker dan Alzheimer. Kloning juga menawarkan
harapan kepada orang yang membutuhkan transplantasi organ. Orang-orang yang
membutuhkan transplantasi organ untuk bertahan hidup akibat suatu penyakit sering
menunggu bertahun-tahun untuk donor mendapatkan donor yang cocok. Dengan
teknologi kloning maka pasien tidak perlu menunggu lama untuk donor transplantasi
organ tersebut.

4. Menolong atau menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan


Manfaat yang tidak kalah penting adalah bahwa kloning manusia dapat
membantu/menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan. Secara medis
infertilitas dapat digolongkan sebagai penyakit, sedangkan secara psikologis ia
merupakan kondisis yang menghancurkan, atau membuat frustasi. Salah satu bantuan
ialah menggunakan teknik fertilisasi in vitro. (in vitro fertilization = IVF). Namun IVF
tidak dapat menolong semua pasangan infertil. Misalnya bagi seorang ibu yang tidak
dapat memproduksi sel telur atau seorang pria yang tidak dapat menghasilkan sperma,
IVF tidak akan membantu.

18
Dalam hubungan ini, maka teknik kloning merupakan hal yang revolusioner sebagai
pengobatan infertilitas, karena penderita tidak perlu menghasilkan sperma atau telur.
Mereka hanya memerlukan sejumlah sel somatik dari manapun diambil, sudah
memungkinkan mereka punya turunan yang mengandung gen dari suami atau istrinya.

5. Melestarikan Spesies Langka


Meskipun upaya terbaik dari konservasionis di seluruh dunia, beberapa spesies
yang hampir punah. Kloning Dolly sukses merupakan langkah pertama dalam
melindungi satwa langka. Contoh lainnya adalah hasil cloning yang melahirkan Noah,
hewan gaur (spesies dari Asia Tenggara yang mirip bison), yang merepresentasikan
percobaan pertama yang dilakukan oleh para ilmuwan untuk mengkloning hewan yang
terancam punah. Para ilmuwan di Amerika berharap bisa mengambil langkah besar
dalam upaya melindungi spesies yang terancam punah dengan melahirkan kloningan
gaur di sebuah peternakan di Iowa.

6. Meningkatkan pasokan makanan


Kloning dapat menyediakan sarana budidaya tanaman yang lebih kuat dan lebih
tahan terhadap penyakit, sambil menghasilkan produk lebih. Hal yang sama bisa terjadi
pada ternak serta di mana penyakit seperti penyakit kaki dan ulut bisa menjadi
eradicated. Kloning karena itu bisa secara efektif memecahkan masalah pangan dunia
dan meminimalkan atau mungkin kelaparan.

Efek Negatif Kloning


1. Jika kloning pada tanaman bertujuan menghasilkan tanaman baru yang
memiliki sifat-sifat identik dengan induknya maka kloning pada tanaman akan
menghasilkan individu baru yang sama dengan sifat induknya. Hal ini hal ini
akan menurunkan keanekaragaman tanaman baru yang dihasilkan. Tentu hal ini
akan menurunkan keanekaragaman tanaman baru yang dihasilkan. Akibatnya,
keanekaragaman tumbuhan yang merupakan sumber daya alam hayati pun akan
semakin menurun. Demikian juga kloning pada hewan, akan menurunkan
keanekaragaman hewan. Keanekaragaman genetik memainkan peran yang
sangat penting dalam sintasan dan adaptabilitas suatu spesies, karena ketika
lingkungan suatu spesies berubah, variasi gen yang kecil diperlukan agar
spesies dapat bertahan hidup dan beradaptasi. Spesies yang memiliki derajat
keanekaragaman genetik yang tinggi pada populasinya akan memiliki lebih
banyak variasi alel yang dapat diseleksi. Seleksi yang memiliki sangat sedikit
variasi cendering memiliki risiko lebih besar.
19
Dengan sedikitnya variasi gen dalam spesies, reproduksi yang sehat akan
semakin sulit, dan keturunannya akan menghadapi permasalahan yang ditemui

2. Kloning pada hewan dan manusia masih dipertentangkan karena akibat yang
ditimbulkan seperti contohnya: resiko kesehatan terhadap individu hasil
kloning. Beberapa kalangan berpendapat bahwa kloning manusia dapat
disalahgunakan untuk menciptakan spesies atau ras baru dengahn tujuan yang
bertentangan dengan nilai kemanusiaan. Lagipula, kloning pada mamalia
belum sepenuhnya sempurna. Dapat dilihat dari domba Dolly yang menderita
berbagai penyakit dan berumur pendek.. Setelah hidup hanya 6 tahun (umur
domba biasanya mencapai 11-12 tahun), Dolly mati muda disebabkan penyakit
paru-paru yang biasanya menyerang domba-domba yang lanjut usia. Dolly juga
mengidap penyakit arthritis, mengerasnya sendi-sendi dan engsel tulang, lagi-
lagi penyakit yang biasa ditemukan pada domba yang sudah mulai uzur.
Penelitian sesudah kematiannya, menunjukkan bahwa Dolly memiliki telomer
yang lebih pendek daripada domba normal seusianya. Telomer adalah bagian
yang melindungi ujung-ujung kromosom (bundelan rantai DNA) yang
memendek setiap kali sebuah sel membelah, atau boleh dikatakan setiap saat
individu itu bertumbuh. Individu hasil kloning sel-selnya diperoleh dari
induknya. Ini berarti umur sel-sel hasil kloning pun sama dengan umur sel-sel
induknya. Oleh karena itu, individu hasil kloning pun akan memiliki umur sama
dengan induknya. Dolly dikloning dari domba yang berusia 6 tahun dan hasil
penelitian ini seolah-olah menunjukkan bahwa tubuh Dolly sudah berumur 6
tahun pada saat dilahirkan
3. Terjadi kekecauan kekerabatan dan identitas diri dari klon maupun induknya.
Klon atau individu hasil cloning akan diangggap sebagai kopian dari individu
lain yang dianggap sebagai induknya karena memiliki sifat yang sama dengan
induknya. Sehinggga terjadi kekacauan apakah status klon tersebut adalah anak
atau merupakan kembaran dari individu aslinya.

20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Adapun yang menjadi kesimpulan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Kloning adalah suatu upaya untuk memproduksi sejumlah individu yang secara
genetic sama persis (identik). Kloning pertama kali dicetuskan oleh Herbert Webber
pada tahun 1903.

2. Terdapat beberapa jenis kloning yaitu, Kloning DNA Rekombinan, Kloning


Kesehatan (Terapeutic Cloning), Kloning Reproduksi (Reproductive Cloning).

3. Kloning memiliki beberapa manfaat yaitu, Untuk pengembangan ilmu pengetahuan,


Untuk mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul, Untuk tujuan diagnostik dan
terapi , Menolong atau menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan,
Melestarikan Spesies Langka, Meningkatkan pasokan makanan. Namun ada juga
beberapa efek negative dari kloning ini.

4. Pemanfaatan teknologi kloning terhadap manusia perlu ditinjau ulang dari berbagai
aspek baik itu aspek agama, moral, etika, ekonomi sosial dan budaya. Banyak dampak
yang akan ditimbulkan jika proses kloning pada manusia dilakukan.
5. Dalam islam, kloning manusia Haram hukumnya, karena merusak nasab/keturunan,
menghilangkan mahramnya, ambur-radur dalam keturunan, dan pastinya proses ini
bukanlah proses seleksi alam yang di sunnahkan dalam islam.

B. Saran

Adapun saran yang bisa penulis sampaikan dalam makalah ini yaitu apabila
dilakukan kloning ini hendaknya dilakukan dengan tujuan yang benar-benar baik dan
dapat dipertanggung jawabkan. Pro dan kontra terhadap kloning manusia perlu disikapi
secara bijak dan menindak lanjuti dampak yang akan terjadi selanjutnya. Namun untuk
penganut agama islam sebaiknya menjauhi kloning manusia, karena ini punya dampak
yang besar dan kemuzaratan yang nyata.

21
Daftar Pustaka

Rahman I. Doi, Syariah II : Hudud dan Kewarisan, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
1996.
Ali Akbar, Seksualitas ditinjau dari Hukum Islam, Ghalia, Jakarta, 1986.
Cholil Uman, Agama Menjawab tentang Berbagai Masalah Abad Modern, Ampel
Suci,
Surabaya, 1994.
Chuzaimah T. Yanggo dan Hafiz Anshary AZ, Problematika Hukum Islam
Kontemporer,
Pustaka Firdaus, Jakarta, 1996.
Hasbullah Bakry, Pedoman Islam di Indonesia, UI-Press, Jakarta, 1988.
-------------, Pengaturan UU Perkawinan Umat Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1979
-------------, Pokok pokok Ilmu Agama Islam, Yayasan AI-Ghazali, Jakarta, 1987.
Ibrahim M. Al-Jamal, Fiqih Wanita, alih bahasa : Anshori Umar, Asy-syifa, Semarang,
1981.
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Gunung Agung, Jakarta, 1997.
Maurice Bucaille, Asal-usul Manusia Menurut Bible, Al Our'an, Sains, Mizan,
Bandung,
1984.
M. Al-Bani, Langkah Wanita Islam Masa Kini : Gejala-gejala dan Sejumlah Jawaban,
Gema Insani Press, Jakarta, 1991.
M. Daruddin, Reproduksi Bayi Tabung : Ditinjau dari Hukum Perdata, Hukum
Kedokteran,
Hukum Islam, Kalam Mulian, Jakarta, 1997. .
Sajuti Thalib, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2000.
www.google.com

You might also like