Professional Documents
Culture Documents
Karena adanya inervasi pada beberapa, bahkan mungkin sebagian besar, organ perifer dan
vaskulatur simpatetik dari system syaraf otonom, fungsi organ-organ ini dikontrol oleh dua
kelas mayor reseptor adrenergic yaitu reseptor α (didiskusikan pada Bab 2 dalam agonis
reseptor α-adrenergik) dan reseptor- β. Reseptor-reseptor ini selanjutnya dibagi menurut aksi
dan lokasinya, dan reseptor-reseptor ini terdapat di system syaraf perifer maupun system syaraf
pusat (SSP). Segera setelah digunakan untuk indikasi kardiak, propranolol (Inderal) dinyatakan
bermanfaat untuk kasus agitasi, dan penggunaannya dalam ranah psikiatri menjadi sangat luas
dalam waktu singkat. Lima antagonis reseptor β yang paling sering digunakan dalam kasus
psikiatri antara lain propranolol (Inderal), nadolol (Corgard), metoprolol (Lopressor, Toprol),
pindolol (Visken) dan atenolol (Tenormin).
AKSI FARMAKOLOGIS
Berbagai macam antagonis reseptor- β memiliki perbedaan dalam hal lipofilisitas, rute
metabolik, selektivitas reseptor- β, dan waktu paruh (Tabel 3-1). Absorbsi antagonis reseptor-
β pada traktus gastrointestinal sangat bervariasi. Agen yang paling larut dalam lemak (dengan
kata lain, lipofilik) cenderung melintasi sawar darah otak dan memasuki otak; sedangkan agen
yang paling tidak lipofilik hanya memiliki kecenderungan yang kecil untuk memasuki otak.
Jika mengharapkan efek pada SSP, maka obat yang lipofilik menjadi pilihan yang baik;
sedangkan jika hanya memerlukan efek perifer, maka obat yang kurang lipofilik menjadi
pilihannya.
Baik propranolol, nadolol, pindolol dan labetalol (Normodyne, Trandate) memiliki potensi
yang serupa pada reseptor β1 maupun β2, metoprolol dan atenolol memiliki afinitas yang lebih
besar terhadap reseptor β1 daripada reseptor β2. Selektivitas β1 relatif pada obat-obat ini
menyebabkan efek pulmoner dan vaskuler yang lebih rendah, meskipun obat-obat ini harus
digunakan dengan pengawasan pada pasien asma sebab tetap terdapat beberapa aktivitas
terhadap reseptor β2 dalam obat-obat ini.
Pindolol memiliki efek simpatomimetik selain efek antagonis β yang dimilikinya, sehingga
obat ini dapat digunakan sebagai augmentasi untuk obat-obat antidepresan. Pindolol,
propranolol, dan nadolol mempunyai beberapa aktivitas antagonis terhadap reseptor 5-HT1A.
INDIKASI TERAPEUTIK
Gangguan Ansietas
Propanolol bermanfaat untuk terapi phobia sosial, terutama tipe performance (misalnya,
mencegah kecemasan sebelum tampil bermusik). Terdapat pula data yang mendukung
penggunaan obat ini untuk tatalaksana gangguan panik, gangguan stress pasca trauma
(posttraumatic stress disorder) dan gangguan cemas menyeluruh (generalized anxiety
disorder). Pada phobia sosial, pendekatan terapi yang sering digunakan adalah dengan
mengonsumsi 10 hingga 40 mg propranolol pada 20 hingga 30 menit sebelum situasi yang
menyebabkan ansietas. Antagonis reseptor- β kurang efektif untuk tatalaksana gangguan panik
jika dibandingkan dengan benzodiazepine atau selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI).
Antagonis reseptor β bermanfaat untuk kasus tremor postural yang diinduksi litium dan tremor
postural yang diinduksi obat lain – contohnya, pada kasus yang diinduksi oleh antidepresan
trisiklik dan valproate (Depakene). Pendekatan inisial untuk gangguan gerakan ini antara lain
dengan menurunkan dosis litium, mengeliminasi faktor pencetus seperti kafein, dan
memberikan litium pada saat sebelum tidur. Jika intervensi ini inadekuat, meski demikian,
propranolol dengan rentang dosis 20 hingga 160 mg per hari yang diberikan dua atau tiga kali
sehari merupakan langkah yang secara umum efektif untuk tatalaksana tremor postural yang
diindikusi litium.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa antagonis reseptor- β dapat efektif dalam
tatalaksana akathisia akut yang diinduksi neuroleptik. Secara umum antagonis reseptor- β lebih
efektif untuk indikasi ini daripada antikolinergik dan benzodiazepine. Antagonis reseptor- β
tidak efektif untuk tatalaksana gangguan gerak yang diinduksi neuroleptik, seperti dystonia
akut dan parkinsonisme.
Antagonis reseptor- β efektif untuk mengurangi munculnya perilaku agresif dan kekerasan
pada seseorang dengan gangguan impulsive, skizofrenia, dan agresi yang berhubungan dengan
cedera otak seperti trauma, tumor, cedera anoksik, ensefalitis, ketergantungan alcohol, dan
gangguan degenerative (misalnya, Huntington’s disease).
Withdrawal Alkohol
Augmentasi Antidepresan
Pindolol telah digunakan untuk menambah dan mempercepat efek antidepresan obat-obat SSRI
dan trisiklik, serta electroconvulsive therapy. Beberapa penelitian kecil menunjukkan bahwa
pindolol yang diberikan pada onset terapi antidepresan dapat memperpendek latensi respons
antidepresan yang biasanya 2 hingga minggu menjadi berkurang beberapa hari. Karena
antagonis reseptor- β mungkin dapat menginduksi depresi pada beberapa orang, strategi
augmentasi menggunakan obat-obat ini harus diklarifikasi lebih lanjut pada controlled trials.
Gangguan Lainnya
Beberapa laporan kasus dan penelitian terkontrol melaporkan data yang menunjukkan bahwa
antagonis reseptor- β bermanfaat pada orang dengan skizofrenia dan gejala manik. Obat-obat
ini juga digunakan dalam beberapa kasus bicara gagap (stuttering).
PERHATIAN DAN REAKSI ADVERSI
Efek adversi antagonis reseptor β yang paling sering adalah hipotensi dan bradikardia. Pada
orang yang berisiko terhadap efek adversi ini, dapat diberikan dosis percobaan propranolol
sebesar 20 mg dalam satu hari untuk menilai reaksi terhadap obat. Depresi dikaitkan dengan
antagonis reseptor β lipofilik, seperti propranolol, namun kemungkinannya kecil. Mual,
muntah, diare dan konstipasi juga dapat terjadi akibat pengobatan menggunakan agen-agen ini.
Antagonis reseptor β dapat menumpulkan kognitif pada beberapa orang. Efek adversi yang
serius pada SSP (misalnya, agitasi, kebingungan dan halusinasi) sangat jarang terjadi. Tabel 3-
3 berisi tentang efek adversi yang mungkin terjadi akibat antagonis reseptor β.
INTERAKSI OBAT
INTERFERENSI LABORATORIS
Propranolol tersedia dalam sediaan tablet 10-, 20-, 40-, 60-, 80-, dan 90-mg; sediaan solusio 4-
, 8-, dan 80-mg/mL; dan sediaan kapsul lepas lambat 60-, 80-, 120-, dan 160-mg. Nadolol
tersedia dalam sediaan tablet 20-, 40-, 80-, 120-, dan 160-mg. Pindolol tersedia dalam sediaan
tablet 5-, dan 10-mg. Metoprolol tersedia dalam sediaan tablet 50- dan 100-mg serta tablet
lepas lambat 50-, 100-, dan 200-mg. Atenolol tersedia dalam sediaan tablet 25-, 50-, dan
100mg. Acebutolol tersedia dalam sediaan kapsul 200- dan 400-mg.
Pemeriksaan nadi dan tekanan darah harus dilakukan secara rutin, dan obat harus dihentikan
jika nadi dibawah 50 kali per menit atau jika tekanan darah sistolik dibawah 90 mmHg. Obat
harus dihentikan sementara jika mengakibatkan dizziness yang berat, ataksia, atau wheezing.
Tatalaksana menggunakan antagonis reseptor β tidak boleh dihentikan mendadak. Propranolol
harus diturunkan sebanyak 60 mg sehari hingga mencapai dosis 60 mg sehari, kemudian obat
diturunkan 10 hingga 20 mg sehari setiap 3 atau 4 hari.
Pedoman klinis untuk obat lain yang tertulis dalam bab ini serupa dengan propranolol namun
dipertimbangkan perbedaan dosis yang digunakan. Sebagai contoh, jika propranolol
diresepkan dengan dosis inisial paling rendah (misalnya, 10 mg) makan metroprolol harus
diresepkan dengan dosis paling rendah pula (yaitu 50 mg).