Professional Documents
Culture Documents
Bantuan hidup dasar menggunakan rekomendasi yang dikeluarkan oleh AHA tahun 2015
yang dikenal dengan mengambil 3 rantai pertama dari 5 rantai kelangsungan hidup.
Sebagian besar henti jantung di RS terjadi akibat dari gagal nafas, syok hipovolemik, dan
perubahan fisiologis seperti takipneu, takikardia dan hipotensi. Tanda ini seharusnya sudah bisa
dikenal lebih dini sehingga ketidakstabilan tersebut dapat segera diatasi.
Dengan dasar tersebut maka AHA pada tahun 2015 merekomendasikan 2 rantai
kelangsungan hidup, yaitu :
Pada kejadian henti jantung didalam RS (IHCA), rantai kelangsungan hidup terdiri dari :
1. Early Access : Pengenalan kejadian henti jantung dan aktivasi sistem gawat darurat segera.
2. Early CPR : Resusitasi jantung paru segera
3. Early Defibrilation : Defibrilasi segera
4. Effective ACLS : Perawatan Kardiovaskular Lanjutan yang efektif
5. Integrated Post Cardiac Arrest Care : Penanganan pasca henti jantung yang terintegrasi
PENGENALAN IRAMA EKG
Pengenalan irama henti jantung pada EKG
1. Fibrilasi Ventrikel
Dapat terjadi pada ventrikel dengan daerah miokard normal yang diselingi oleh daerah
miokard iskemik, cedera atau infark, sehingga dapat menyebabkan terjadinya pola defolarisasi
dan repolarisasi ventrikel yang tidak sinkron dan kacau.
2. Takikardia Ventrikel
Disebabkan karena :
Konduksi impuls ventrikel melambat disekitar daerah yang mengalami cedera. Infark
atau iskemia ventrikel.
Daerah ini juga berfungsi sebagai sumber impuls ektopik (irritable foci).
Daarah yang cedera ini dapat menyebabkan impuls mengambil jalur melingkar,
sehingga menyebabkan terjadinya fenomena reentry dan defolarisasi repetitif yang
cepat.
Gambar. PEA
4. Asistol
Secara klasik asistol ditampilkan sebagai suatu garis datar, secara virtual tidak ada kriteria
penentu.
TATA LAKSANA HENTI JANTUNG
Kualitas CPR :
Kompresi yang keras (Kedalaman 5 - 6 cm) dan cepat (100-120 kali/menit) dan pastikan rekoil
dada sempurna.
Minimalkan interupsi pada kompresi
Hindari ventilasi berlebihan
Kompresi dilakukan bergiliran setiap 2 menit atau lebih cepat bila timbul lelah
Jika tidak terdapat alat jalan nafas tingkat lanjut, rasio kompresi:ventilasi = 30 : 2
Kapnografi kuantitatif : Jika PETCO2 <10 mmHg, coba perbaiki kualitas RJP
Tekanan intra-arteri : Jika tekanan fase relaksasi (diastolik) < 20 mmHg, coba perbaiki kualitas
RJP.
Dosis Defibrilasi :
Terapi Obat :
Kompresi dada pada anak umur 8 tahun ke atas sama dengan dewasa.
1. Letakkan tumit satu tangan pada setengah bawah sternum, hindarkan jari-jari pada tulang
iga anak.
2. Menekan sternum sedalam 5 cm kemudian lepaskan dengan rasio menekan, melepas adalah,
dengan kecepatan 100-120 kali permenit
3. Setelah 30 kompresi, buka jalan nafas dan berikan 2 kali nafas buatan sampai dada terangkat
untuk satu penolong
4. Kompresi dan nafas buatan dengan rasio 15 : 2 untuk 2 penolong
Kompresi dada pada bayi :
1. Letakkan 2 jari satu tangan pada setengah bawah sternum; lebar 1 jari berada dibawah garis
intermammari
2. Menekan sternum sedalam 4 cm kemudian angkat tanpa melepas jari dari sternum, dengan
kecepatan 100 – 120 kali permenit
3. Setelah 30 kali kompresi, buka jalan nafas dan berikan 2 kali nafas buatan sampai dada
terangkat untuk 1 penolong.
4. Kompresi dan nafas buatan dengan rasio 15 : 2 untuk 2 penolong
Bradikardia
Bradikardia didefinisikan sebagai denyut jantung yang kurang dari 60 kali/menit. Bradikardia
akan jadi masalah bila simptomatik atau sudah menimbulkan gejala dan tanda akibat denyut jantung
yang terlalu lambat, umumnya tanda dan gejala timbul pada denyut jantung < 50 kali/menit.
AV Block
AV Block dibagi 3 :
Tatalaksana Bradikardia
Takikardia
Takikardia didefinisikan sebagai suatu kondisi denyut jantung > 100 kali/menit. Denyut jantung
yang cepat dengan irama yang normal (irama sinus) seringkali merupakan respon fisiologis terhadap
suatu kondisi stres, misalnya hipoksia, demam, rasa sakit, kondisi kekurangan volume intravaskular
dan lain-lain. Tetapi denyut jantung yang cepat dapat disebabkan oleh gangguan irama jantung
(takiaritmia). Takiaritmia yang ekstrim (>150 kali/menit) dapat menimbulkan gejala klinis yang
disebabkan oleh menurunnya curah jantung dan meningkatnya kebutuhan oksigen miokardium.
Pada kasus gawat darurat seringkali tidak ada waktu untuk menentukan secara detil jenis takiaritmia
yang ada. Untuk memudahkan dan identifikasi secara cepat, takiaritmia diklasifikasikan berdasarkan
bentuk/lebar kompleks QRS dan teratur atau tidaknya. Jadi yang terpenting pelaksana ACLS harus
dapat membedakan antara :
Sinus Takikardia
Takikardia QRS sempit supraventrikular
Takikardia QRS lebar (biasanya berasal dari ventrikel)
Manuver Vagal
Pada takikardia kompleks QRS sempit teratur dapat dicoba manuver vagal. Manuver vagal dan
adenosin merupakan pilihan terapi awal untuk terminasi PSVT stabil. Manuver vagal yang cukup efektif
dan sering dilakukan adalah pijat sinus karotis.
Pasien terpasang monitor EKG, posisi terlentang dengan kepala ekstensi dan sedikit berpaling
kearah kontralateral dari sisi yang akan dipijat.
Cari titik disalah satu arteri karotis kiri atau kanan dileher setinggi mungkin
Pijat arteri karotis dengan gerakan sirkular selama 5 – 10 detik sambil terus memperhatikan
monitor.
Bila tindakan tidak berhasil bisa dicoba ulang disisi sebelahnya.
Kontra Indikasi :
Syok adalah kumpulan gejala akibat perfusi selular tidak mencukupi dan pasokan O2 tidak cukup
memenuhi kebutuhan metabolik yang dapat disebabkan oleh beberapa hal dengan gambaran klinis
yang bervariasi.
Edema Paru akut adalah timbunan cairan dipembuluh darah dan parenkim paru yang pada sebagaian
besar kasus disebabkan oleh gagal jantung akut. Gagal jantung akut adalah penurunan fungsi jantung
yang mendadak dengan atau tanpa didahului kelainan jantung. Kelainan dapat merupakan gangguan
fungsi sisitolik, fungsi diastolik, gangguan irama, atau ketidakharmonisan preload dan afterload.
Perawatan pasca Henti Jantung
PELATIHAN
ACLS (ADVANCED CARDIAC LIVE SUPORT)
FK UNJANI
27 – 29 DESEMBER 2018