You are on page 1of 8

Peninggalan Sejarah Provinsi Riau

Riau (Jawi: ‫ )رياو‬adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tengah pulau
Sumatera. Provinsi ini terletak di bagian tengah pantai timur Pulau Sumatera, yaitu di
sepanjang pesisir Selat Melaka. Hingga tahun 2004, provinsi ini juga meliputi Kepulauan
Riau, sekelompok besar pulau-pulau kecil (pulau-pulau utamanya antara lain Pulau Batam
dan Pulau Bintan) yang terletak di sebelah timur Sumatera dan sebelah selatan Singapura.
Kepulauan ini dimekarkan menjadi provinsi tersendiri pada Juli 2004. Ibu kota dan kota
terbesar Riau adalah Pekanbaru. Kota besar lainnya antara lain Dumai, Selatpanjang,
Bagansiapiapi, Bengkalis, Bangkinang, Tembilahan, dan Rengat.

Mesjid Raya Pekanbaru

Masjid Raya Pekanbaru merupakan mesjid tertua di Pekanbaru yang dibangun pada abad ke
18 tepatnya 1762. Mesjid yang terletak di Jalan Senapelan, Kp. Bandar, Kec. Senapelan, Kota
Pekanbaru, Provinsi Riau ini memiliki arsitektur tradisional. Mesjid yang juga merupakan
bukti Kerajaan Siak Sri Indrapura pernah bertahta di Pekanbaru (Senapelan) yaitu di masa
Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah sebagai Sultan Siak ke-4 dan diteruskan pada masa
Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah sebagai Sultan Siak ke-5.

Sejarah berdirinya Mesjid Raya Pekanbaru dikisahkan ketika di masa kekuasaan Sultan
Abdul Jalil Alamuddin Syah memindahkan dan menjadikan Senapelan (sekarang Pekanbaru)
sebagai Pusat Kerajaan Siak. Sudah menjadi adat Raja Melayu saat itu, pemindahan pusat
kerajaan harus diikuti dengan pembangunan "Istana Raja", "Balai Kerapatan Adat", dan
"Mesjid". Ketiga unsur tersebut wajib dibangun sebagai representasi dari unsur pemerintahan,
adat dan ulama (agama) yang biasa disebut "Tali Berpilin Tiga" atau "Tungku Tiga
Sejarangan".
Di areal mesjid terdapat sebuah sumur yang mempunyai nilai magis, sering wisatawan
mancanegara terutama wisatawan Malaysia mandi air sumur ini untuk membayar niat atau
nazar yang dihajadkan sebelumnya.

Balai Adat Riau

Balai adat Riau adalah sebuah gedung yang terletak di Jalan Pangeran Diponegoro
Pekanbaru, dibangun dan dihiasi dengan bermacam bentuk ukiran dan motif tenunan. Balai
adat ini dibangun untuk berbagai kegiatan yang berkaitan dengan adat Resam Melayu Riau,
dan sekarang sering pula dimanfaatkan untuk pertemuan-pertemuan.

Terletak di pusat Kota Pekanbaru, tepatnya di Jalan Diponegoro no 39, bersebelahan dengan
GOR Tribuana. Gedung Balai Adat Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau yangÂ
mengusung arsitektur khas Melayu ini merupakan salah satu gedung yang didirikan untuk
mewadahi dan membina pelestarian Budaya Melayu Di Riau. Lembaga Adat Melayu Riau
berdiri pada tanggal 6 Juni 1970.

Bangunan Rumah Balai Adat Riau ini terdiri dari dua lantai. Lantai pertama dipakai oleh
organisasi kemasyarakatan yakni Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau. Sedangkan di lantai
dua sebagai tempat pertemuan.

Arsitekturnya yang khas melambangkan kebesaran budaya Melayu Riau. Bangunan terdiri
dari dua tantai, di bagian lantai atas terpampang dengan jelas beberapa ungkapan adat dan
fasal-fasal Gurindam Dua Belas Karya Raja Ali Haji. Di kiri kanan masuk ruang pintu utama
dengan jelas dapat kita baca fasal pertama, kedua, ketiga dan keempat dari Gurindam Dua
Belas tersebut. Sedangkan pasal kelima, keenam-ketujuh, kedelapan, kesembilan, kesepuluh,
kesebelas dan kedua belas terdapat di bagian dinding sebelah dalam dari ruang utama.
Komplek Istana Kerajaan Siak

Istana Siak Sri Inderapura atau Istana Asserayah Hasyimiah atau Istana Matahari Timur
merupakan kediaman resmi Sultan Siak yang mulai dibangun pada tahun 1889, yaitu pada
masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim. Istana ini merupakan peninggalan Kesultanan Siak
Sri Inderapura yang selesai dibangun pada tahun 1893. Kini istana ini masuk wilayah
administrasi pemerintahan Kabupaten Siak.

Kompleks istana ini memiliki luas sekitar 32.000 meter persegi yang terdiri dari 4 istana yaitu
Istana Siak, Istana Lima, Istana Padjang, dan Istana Baroe. Istana Siak sendiri memiliki luas
1.000 meter persegi.

Kerajaan Siak Sri Indrapura adalah sebuah kerajaan Melayu Islam yang terbesar di Daerah
Riau, mencapai masa jayanya pada abad ke 16 sampai abad ke 20, dalam silsilah Sultan-
sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura dimulai pada tahun 1725 ada 12 sultan yang pernah
bertahta. Lokasi berada di Kecamatan Siak Sri Indrapura, Kabupaten Bengkalis.

Mesjid Kerajaan Siak Sri Indrapura (Mesjid Syahabuddin)

Masjid Syahabudin yang pertama terletak di Jalan Syarif Kasim dibangun tahun 1302 Hijriah
bertepatan dengan tahun 1882 Miladiah, berdekatan dengan istana kesultanan. Bangunan
fisiknya terbuat dari kayu, di dalamnya terdapat mimbar yang berukir dari Jepang. Kemudian
masjid Syahabudin dipindahkan secara permanen pembangunannya ke Jalan Sultan Ismail di
tepi Sungai Siak, berjarak lebih kurang 300 M dari istana As Seraya Hasniliyah Siak.

Masjid Syahabudin didirikan oleh Sultan yang ke-12 bernama Sultan Assayyidis Syarif
Kasim Abdul Jalil Syaefudin (Sultan Syarif Qasim II), dimulai pada tahun 1927 dan selesai
dibangun pada tahun 1935. Dana pembangunan masjid tersebut berasal dari dana kerajaan
dan partisipasi masyarakat Siak. Dalam pelaksanaan pembangunan masjid, untuk menimbun
tanah khususnya pondasi masjid dilakukan secara gotong-royong oleh kaum ibu pada malam
hari, mengingat masa itu masih berlaku Adat Pingitan bagi kaum wanita (pada masa
Pemerintahan Sultan Syarif Qasim II).

Mesjid ini arsitekturnya agak unik dan terletak hanya beberapa ratus meter dari Istana
Kerajaan, dipinggiran sungal Siak. mesjid ini berlokasi di Kecamatan Siak Sri Indrapura,
Kabupaten Bengkalis.

Balai Kerapatan Tinggi

Balai Kerapatan Tinggi Kerajaan Siak ini dibangun dipinggir sungai Siak bersamaan dengan
pembangunan Istana Kerajaan pada masa pemerintahan Sultan Assyaidis Syarif Hasyim
Abdul Jalil Syaifuddin, dalam tahun 1889. Bangunan ini dahulunya sering dipergunakan
untuk tempat bermusyawarah, persidangan serta pengadilan.

Mengunjungi Istana Siak tentu tak terlewatkan pula mengunjungi Balai Kerapatan Tinggi
yang penuh sejarah ini, letaknya tak berjauhan dengan Mesjid Istana Hassirayatul Hasyimiah.
Balai Kerapatan Tinggi berlokasi di Kecamatan Siak Sri Indrapura, Kabupaten Bengkalis.
Masjid Jamik Air Tiris

Masjid Jami Air Tiris adalah salah satu masjid tertua di kabupaten Kampar, provinsi Riau,
indonesia. Masjid ini dibangun pada tahun 1901 M[ atas prakarsa seorang ulama bernama
Engku Mudo Songkal, sebagai panitia pembangunannya adalah yang disebut dengan “Ninik
Mamak Nan Dua Belas” yaitu para ninik-mamak dari berbagai suku yang ada dalam seluruh
kampung. Tahun 1904 masjid ini selesai dibangun dan diresmikan oleh seluruh masyarakat
Air Tiris dengan menyembelih 10 ekor kerbau.
Masjid ini terletak di desa Tanjung Berulak, Pasar Usang, Kecamatan Kampar, Kabupaten
Kampar, Riau, Indonesia. Berjarak Lebih kurang 13 km dari Bangkinang, Ibukota Kabupaten
Kampar dan 52 km dari Pekanbaru, Riau, Indonesia.
Arsitektur masjid ini menunjukkan adanya perpaduan gaya arsitektur Melayu dan Cina,
dengan atap berbentuk limas. Keunikan masjid ini adalah, bahwa seluruh bagian bangunan
terbuat dari kayu, tanpa menggunakan besi sedikitpun, termasuk paku. Pada dinding
bangunan, terdapat ornamen ukiran yang mirip dengan ukiran yang terdapat di dalam masjid
di Pahang, Malaysia.

Benteng Pertahanan Bukit Kursi


Pulau Penyengat dijadikan sebagai benteng pertahanan kerajaan dari serangan Belanda pada
tahun 1782. Bukit kursi ini merupakan salah satu bukti kekuatan kerajaan Riau-Lingga yang
kala itu dipimpin Raja Haji Fisabilillah Yang Dipertuan Muda Riau IV.

Benteng Pertahanan Bukit Kursi dibangun pada masa pemerintahan Raja haji. Pada masa itu
Raja Haji menjadikan pulau penyengat sebagai basis pertahanan. Benteng ini disebut sebagai
benteng yang modern pada zamannya. Dari atas bukit ini kita dapat melihat pemandangan
kota tanjungpinang yang indah.

Bekas benteng pertahanan bangsa melayu saat melawan belanda. Wujud bangunan
bentengnya memang sudah tidak ada. Yang tersisa tinggal sejumlah meriam ukuran besar,
parit pertahanan, dan sebuah bangunan yang dulu difungsikan sebagai gudang mesiu.

Komplek Istana Kantor

Istana Kantor adalah istana dari Yang Dipertuan Muda Riau VIII Raja Ali (1844-1857), atau
juga yang disebut dengan Marhum Kantor. Selain digunakan sebagai kediaman, bangunan
yang dibangun pada tahun 1844 ini juga difungsikan sebagai kantor oleh Raja Ali.

Istana Kantor berukuran sekitar 110 m2 dan menempati areal sekitar satu hektar yang
seluruhnya dikelilingi tembok. Bangunan dan puing yang masih ada memperlihatkan
kemegahannya pada masa lalu.

Gedung ini sengaja didesain khusus agar tahan dari pengaruh cuaca lembab dan basah. Untuk
itu, mulai dari pondasi sampai atap bangunan dibuat menggunakan beton dan ukuran dinding
dibuat melebihi ketebalan bangunan biasa. Sehingga, bubuk mesiu yang tersimpan di dalam
bangunan kualitasnya tetap terjaga. Pada sisi kanan dan kiri gedung dilengkapi dengan
jendela kecil yang dipasang jeruji besi. Pada zaman dahulu, jendela tersebut berfungsi untuk
memberi cahaya masuk ke dalam bangunan.
Istana Kantor adalah istana dari Yang Dipertuan Muda Riau VIII Raja Ali (1844-1857), atau
juga yang disebut dengan Marhum Kantor. Selain digunakan sebagai kediaman, bangunan
yang dibangun pada tahun 1844 ini juga difungsikan sebagai kantor oleh Raja Ali.

Istana Kantor berukuran sekitar 110 m2 dan menempati areal sekitar satu hektar yang
seluruhnya dikelilingi tembok. Bangunan dan puing yang masih ada memperlihatkan
kemegahannya pada masa lalu.

Candi Muara Takus

Tidak hanya di Jawa, Riau yang merupakan salah satu kota yang terletak di Pulau Sumatera
ternyata juga memiliki Candi. Ialah Candi Muara Takus, sebuah Candi Buddha yang terletak
di desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar. Candi ini berjarak kurang
lebih 135 kilometer dari Kota Pekanbaru. Bangunan Candi Muara Takus dikelilingi oleh
tembok berukuran 74 x 74 meter, yang terbuat dari batu putih dengan tinggi tembok ± 80 cm.
Di luar arealnya terdapat pula tembok tanah berukuran 1,5 x 1,5 kilometer yang mengelilingi
kompleks ini sampai ke pinggir Sungai Kampar Kanan. Di dalam kompleks ini terdapat
beberapa bangunan candi yang disebut dengan Candi Sulung.

Istana Sayap Pelalawan


Istana Sayap ini berada di Pelalawan yang saat ini telah menjadi salah satu kabupaten di Riau.
Sejarah Pelalawan diawali dari kerajaan Pekantua yang didirikan oleh Maharaja Indera
(sekitar tahun 1380 M). Beliau adalah bekas Orang Besar Kerajaan Temasik (Singapura)
yang mendirikan kerajaan ini setelah Temasik dikalahkan oleh Majapahit dipenghujung abad
XIV.

Istana ini sendiri dibangun oleh Sultan Pelalawan ke-29, yakni Tengku Sontol Said Ali
(1886-1892 M). Istana ini berlokasi di sebelah Sungai Rasau (anak Sungai Kampar),
berlokasi di Kota Jauh dan Kota Dekat. Karena lokasinya yang dekat dengan muara sungai,
maka istana ini pernah dinamakan dengan ‘Istana Ujung Pantai’, namun pada saat Sultan
Syarif Hasyim II memulai proyek pembangunan istana yang dulunya sempat terhenti dan
menambahkan di kedua sisi istana dua bangunan sayap, maka istana ini pun dinamakan istana
Sayap Pelalawan.

You might also like