Professional Documents
Culture Documents
KATARAK SENILE
Pembimbing:
dr. Agah Gadjali, SpM
dr. Gartati Ismail, SpM
dr. Henry A. W, SpM
dr. Hermansyah, SpM
dr. Mustafa K. Shahab, SpM
dr. Susan Sri A ,SpM
Disusun oleh:
Irene Novita
1102014133
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. NR
Usia : 73 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 05 April 1944
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan terakhir : PTIK Angkatan 11
Alamat: : Jl. Teuku Umar no 52 RT 001/ RW 001,
Jakarta Pusat
Agama : Islam
Suku bangsa : Minang
Status : Sudah menikah
Tanggal Pemeriksaan : 11 April 2019
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 11 April 2019 di poli
mata RS Polri.
Keluhan Utama :
Penglihatan kabur pada kedua mata sejak empat bulan sebelum masuk rumah
sakit.
Keluhan Tambahan :
-
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang pasien perempuan usia 73 tahun datang ke poliklinik mata
RS Polri dengan keluhan penglihatan kabur secara perlahan pada kedua matanya
sejak empat bulan sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengatakan awalnya mata
merasa silau sejak 2 tahun yang lalu, namun keluhan tidak dihiraukan pasien.
Keluhan saat ini pandangan pasien semakin kabur dan seperti berkabut
penglihatannya. Pasien mengaku untuk melihat jarak jauh pasien kurang jelas
2
pada kedua mata. Pasien mengaku tidak menggunakan kacamata sehari-harinya.
Keluhan tidak disertai dengan mata silau jika melihat cahaya, merah, gatal, nyeri,
maupun berair. Riwayat trauma atau benturan pada mata maupun kepala
disangkal. Pasien juga menyangkal pernah mengkonsumsi obat-obatan baik
dalam bentuk tablet maupun obat tetes mata dalam jangka panjang. Pasien tidak
memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus, maupun merokok.
Pasien mengaku sebelumnya belum pernah berobat ke dokter terkait keluhan
yang dialami.
3
3.2 Status Oftalmologis
4
Edema (-) Edema (-)
Massa (-) Massa (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Hematoma (-) Hematoma (-)
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Konjungtiva tarsal Hiperemis (-) Hiperemis (-)
superior Papil (-) Papil (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Edema (-) Edema (-)
Litiasis (-) Litiasis (-)
Konjungtiva tarsal Hiperemis (-) Hiperemis (-)
inferior Papil (-) Papil (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Edema (-) Edema (-)
Litiasis (-) Litiasis (-)
Konjungtiva bulbi Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)
Perdarahan Perdarahan
subkonjungtiva (-) subkonjungtiva (-)
Kornea Jernih Jernih
Ulkus (-) Ulkus (-)
Infiltrat (-) Infiltrat (-)
Sikatriks (-) Sikatriks (-)
Arkus senilis (+) Arkus senilis (+)
Bilik mata depan/ Kedalaman sedang; jernih Kedalaman sedang;
COA jernih
Iris Bulat; batas tegas; Bulat; batas tegas;
cokelat; kripta (+); sinekia cokelat; kripta (+);
(-) sinekia (-)
Pupil Bulat; diameter 3mm; RL Bulat; diameter 3mm; RL
(+); RCTL (+) (+); RCTL (+)
Lensa Keruh pada seluruh lensa, Keruh pada seluruh
shadow test (+) lensa, shadow test (+)
5
TIO perpalpasi Normal perpalpasi Nomal perpalpasi
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
RESUME
Seorang pasien perempuan usia 73 tahun datang ke poliklinik mata RS Polri
dengan keluhan penglihatan kabur secara perlahan pada kedua matanya sejak empat
bulan sebelum masuk rumah sakit. Keluhan silau bila melihat cahaya, mata merah, gatal,
nyeri, dan berair disangkal. Riwayat penggunaan obat-obatan tetes mata maupun
konsumsi obat-obatan jangka panjang disangkal. Riwayat trauma atau benturan pada
mata maupun kepala disangkal. Pasien mengaku sebelumnya belum pernah mengalami
keluhan serupa. Pasien juga tidak memiliki riwayat diabetes mellitus, hipertensi, maupun
merokok. Pada pemeriksaan didapatkan keadaan umum baik, kesadaran composmentis,
tanda-tanda vital dalam batas normal, pada pemeriksaan visus sine correction OD 3/60,
OS 2/60, visus cum correction OD S-2,50 – 6/15 dengan pinhole tidak maju, addisi +3
6
dan OS S-3,00 – 6/30 dengan pinhole tidak maju, addisi +3, konjungtiva bulbi tenang,
kornea jernih dan terdapat arkus senilis ODS, lensa ODS keruh pada seluruh lensa
dengan shadow test ODS (-).
V. DIAGNOSA KERJA
Katarak senil matur ODS
VII. PENATALAKSANAAN
Initial Planning
1. Diagnostik
- Funduskopi untuk melihat ada kelainan lain pada bagian dalam bola
mata, misalnya pada papil saraf, retina, dan lainnya.
- Cek glukosa darah, untuk melihat faktor risiko terkait penyakit yang
dialami pasien.
2. Terapi
- Rencana operasi.
3. Monitor
Evaluasi klinis pasien setelah pengobatan awal.
4. Edukasi
- Menjelaskan mengenai penyakit pasien, faktor risiko yang dapat
mempercepat proses penyakit, pengobatan yang dapat dilakukan
terhadap penyakit pasien serta komplikasi yang dapat ditimbulkan.
- Menjelaskan mengenai penggunaan obat sesuai dengan kebutuhan
pasien.
- Menjelaskan mengenai tindakan operasi yang dapat dilakukan.
7
5. Follow up
S : Mata buram penglihatan semakin berkabut, semakin mengganggu
aktivitas dan pasien mengaku silau bila melihat cahaya.
O : - Hb : 12 g/dL
- GDP : 113 g/dL
- G2PP : 130 g/dL
- Visus OD 3/60, OS 2/60
- Lapang pandang dalam batas normal
- TIO
OD : 13,1 mmHg
OS : 13,1 mmHg
- Kornea jernih, arkus senilis ODS (+)
- Lensa ODS keruh pada seluruh lensa, shadow test (-)
A : Katarak senil matur ODS
P :
1. Diagnosis
- Cek PT dan APTT
2. Terapi
- Rencana operasi (operasi ECCE atau Fakoemulsifikasi + IOL)
3. Monitor
Melihat klinis pasien dan menunggu persetujuan dari pasien untuk
melakukan tindakan operasi.
4. Edukasi
- Menjelaskan kepada pasien mengenai tindakan operasi
- Menjelaskan kepada pasien untuk rutin kontrol setelah operasi
- Setelah operasi, pasien tidak diperbolehkan untuk menggaruk,
menekan, dan terkena air pada mata yang dioperasi
- Menghindari mengangkat beban, mengejan dan bersin yang kuat
selama kurang lebih dua bulan
8
VIII. PROGNOSIS
OKULI DEKSTRA (OD)
Quo Ad Vitam : Ad bonam
Quo Ad Functionam : Dubia Ad bonam
Quo Ad Sanationam : Dubia Ad bonam
Quo Ad Cosmetican : Ad bonam
OKULI SINISTRA (OS)
Quo Ad Vitam : Ad bonam
Quo Ad Functionam : Dubia Ad bonam
Quo Ad Sanationam : Dubia Ad bonam
Quo Ad Cosmetican : Ad bonam
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lensa dibentuk oleh sel epitel yang membentuk serat lensa di dalam kapsul
lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan
memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa yang kemudian membentuk nukleus
lensa. Bagian sentral lensa adalah bagian yang dibentuk paling awal di dalam kapsul
lensa. Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel (sedikit lebih permeabel
daripada dinding kapiler) yang memungkinkan air dan elektrolit masuk dan mengelilingi
substansi lensa.
Di sebelah anterior lensa terdapat selapis epitel subkapsular. Di bagian luar
nucleus terdapat serat lensa yang lebih muda disebut sebagai korteks lensa. Korteks lensa
dibagi menjadi korteks anterior yang terletak di sebelah anterior nucleus lensa dan
10
korteks posterior yang terletak di sebelah posterior nucleus lensa. Nukleus lensa
konsistensinya lebih keras dibandingkan korteks lensa. Seiring dengan bertambahnya
usia, serat-serat lamellar subepitel terus diproduksi sehingga lensa perlahan-lahan
menjadi lebih besar dan kurang elastik.
11
Gambar 4. Sudut bilik mata depan dan struktur di sekitarnya
II. KATARAK
2.1 Definisi Katarak
Menurut WHO Katarak adalah pengaburan lensa di mata yang biasanya
memengaruhi penglihatan. Katarak, penyebab paling umum dari kebutaan dan gangguan
penglihatan, seringkali terkait dengan penuaan, Kadang anak-anak dilahirkan dengan
kondisi tersebut, atau katarak dapat berkembang setelah cedera mata, atau sebagai akibat
dari peradangan atau penyakit lain, seperti glaukoma, diabetes, dan perkembangan katarak
12
terkait dengan penggunaan steroid atau dapat berkembang setelah paparan beberapa jenis
radiasi.
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat keduanya. Katarak
dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau sistemik, misalnya
pada katarak senil, katarak juvenile dan herediter.
Menurut American Optometric Association (AOA), katarak adalah
kekeruhan pada lensa yang menyebabkan gangguan penglihatan. Katarak biasanya
terkait dengan usia, dan biasanya terjadi pada orang dengan usia diatas 55 tahun, tetapi
dapat pula terjadi pada infant maupun anak-anak. Biasanya katarak terjadi pada kedua
mata, tetapi salah satu mata akan lebih parah dibandingkan mata yang sebelahnya.
13
Katarak akibat penyakit sistemik, misalnya karena penyakit diabetes melitus,
hipokalsemia, distrofi miotonik, dermatitis atopic, galaktosemia, sindrom Down dan lain
sebagainya. Katarak jenis ini bersifat bilateral.
15
4) Derajat 4: Nukleus keras, dimana nukleus sudah berwarna kuning
kecoklatan dan visus biasanya antara 3/60 sampai 1/60, dimana refleks
fundus maupun keadaan fundus sudah sulit dinilai.
5) Derajat 5: Nukleus sangat keras, nukleus sudah berwarna kecoklatan
bahkan ada yang berwarna agak kehitaman. Visus biasanya hanya 1/60
atau lebih jelek dan usia penderita sudah diatas 65 tahun. Katarak ini
sangat keras dan disebut juga brunescent cataract atau black cataract.
18
Gambar 5. Stadium katarak senil
3.3 Gejala Klinis
Pasien dengan katarak senilis memiliki riwayat penurunan tajam penglihatan yang
progresif dan bertahap dan terdapat gangguan penglihatan dalam gelap dan pada
objek yang dekat. Tanda dan gejala pada katarak senilis, yaitu:
- Penurunan tajam penglihatan
Ini merupakan keluhan utama yang biasanya dialami oleh pasien dengan
katarak senilis. Penurunan tajam penglihatan biasanya mengenai kedua mata
dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu
yang lama.
- Penglihatan seperti berkabut atau berasap
- Silau atau Glare
Pasien dapat mengalami gejala silau yang bervariasi, mulai dari penurunan
sensitivitas terhadap cahaya yang terlalu terang atau silau mengihilang saat
siang hari kemudian memburuk pada malam hari. Keluhan silau tergantung
dengan lokasi dan besar kekeruhannya, biasanya dijumpai pada tipe katarak
posterior subkapsular.
- Myopic shift
Membaiknya penglihatan dekat tanpa kacamata. Ini merupakan akibat
meningkatnya kekuatan fokus lensa bagian sentral, menyebabkan refraksi
bergeser ke miopia (penglihatan dekat). Seiring dengan perkembangan
katarak, dapat terjadi peningkatan kekuatan dipotri lensa, yang dapat
menyebabkan myopia ringan atau sedang. Umumnya, pematangan katarak
nuklear ditandai dengan kembalinya penglihatan dekat oleh karena
meningkatnya miopia akibat kekuatan refraktif lensa nuklear sklerotik yang
19
menguat, sehingga kacamata baca atau bifokal tidak diperlukan lagi.
Perubahan ini disebut dengan “second sight”. Akan tetapi, seiring dengan
penurunan kualitas optikal lensa, kemampuan tersebut akhirnya menghilang.
- Diplopia monokular
Seiring berkembangnya waktu, nukleus lensa mengalami perubahan, yaitu
lebih padat pada bagian dalam lensa dan mengakibatkan pembiasan multipel
di tengah lensa sehingga menyebabkan refraksi ireguler karena indeks bias
yang berbeda.
- Halo Sign
Hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya sinar putih
menjadi spektrum warna oleh karena meningkatnya kandungan air dalam
lensa.
- Melihat warna terganggu atau diskriminasi warna yang buruk.
3.4 Diagnosis
Diagnosis katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-
penyakit yang menyertai (contoh: diabetes melitus, hipertensi, cardiac anomalies).
Penyakit seperti diabetes melitus dapat menyebabkan perdarahan perioperatif sehingga
perlu dideteksi secara dini sehingga bisa dikontrol sebelum operasi.
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui
kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subkapsular posterior dapat
membaik dengan dilatasi pupil.
Pada pemeriksaan slit lamp biasanya dijumpai keadaan palpebra, konjungtiva,
dan kornea dalam keadaan normal. Iris, pupil, dan COA terlihat normal. Pada lensa
pasien katarak, didapatkan lensa keruh. Lalu, dilakukan pemeriksaan shadow test untuk
menentukan stadium pada penyakit katarak senil. Ada juga pemeriksaan-pemeriksaan
lainnya seperti biomikroskopi, stereoscopic fundus examination, pemeriksaan lapang
pandang dan pengukuran TIO.
Pemeriksaan Rutin
1. Pemeriksaan visus dengan kartu Snellen atau chart projector dengan koreksi terbaik serta
menggunakan pinhole
2. Pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat segmen anterior
3. Tekanan intraocular (TIO) diukur dengan tonometer non contact, aplanasi atau Schiotz
20
4. Jika TIO dalam batas normal (10-20 mmHg) dilakukan dilatasi pupil dengan tetes mata
Tropicanamide 0.5%. Setelah pupil cukup lebar dilakukan pemeriksaan dengan slit lamp
untuk melihat derajat kekeruhan lensa apakah sesuai dengan visus pasien
5. Pemeriksaan funduskopi jika masih memungkinkan
Pemeriksaan Tambahan
1. Biometri untuk mengukur power IOL jika pasien akan dioperasi katarak
2. Retinometri untuk mengetahui prognosis tajam penglihatan setelah operasi
3. Shadow Test untuk menentukan derajat kekeruhan katarak
3.5 Tatalaksana
Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat progresivitas atau
mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih tetap dengan pembedahan. Tidak perlu
menunggu katarak menjadi “matang”. Dilakukan tes untuk menentukan apakah katarak
menyebabkan gejala visual sehingga menurunkan kualitas hidup. Pasien mungkin
mengalami kesulitan dalam mengenali wajah, membaca, atau mengemudi. Beberapa pasien
sangat terganggu oleh rasa silau. Pasien diberikan informasi mengenai prognosis visual
mereka dan harus diberitahu pula mengenai semua penyakit mata yang terjadi bersamaan
yang bias mempengaruhi hasil pembedahan katarak.
Penataksanaan Non-Bedah
2. Memperlambat Progresivitas
Beberapa preparat yang mengandung kalsium dan kalium digunakan pada katarak
stadium dini untuk memperlambat progresivitasnya, namun sampai sekarang mekanisme
kerjanya belum jelas. Selain itu juga disebutkan peran vitamin E dan aspirin dalam
memperlambat proses kataraktogenesis.
21
3. Penilaian terhadap Perkembangan Visus pada Katarak insipien dan imatur
a) Refraksi; dapat berubah sangat cepat, sehingga harus sering dikoreksi.
b) Pengaturan pencahayaan; pasien dengan kekeruhan di bagian perifer lensa (area
pupil masih jernih) dapat diinstruksikan menggunakan pencahayaan yang terang.
Berbeda dengan kekeruhan pada bagian sentral lensa, cahaya redup yang
ditempatkan di samping dan sedikit di belakang kepala pasien akan memberikan
hasil terbaik.
c) Penggunaan kacamata gelap; pada pasien dengan kekeruhan lensa di bagian sentral,
hal ini akan memberikan hasil yang baik dan nyaman apanila beraktivitas di luar
ruangan.
d) Midriatil; dilatasi pupil akan memberikan efek positif pada lateral aksial dengan
kekeruhan yang sedikit. Midriatil seperti fenilefrin 5% atau tropikamid 1% dapat
memberikan penglihatan yang jelas.
Pembedahan Katarak
Pembedahan katarak adalah pengangkatan lensa natural mata (lensa kristalin) yang
telah mengalami kekeruhan, yang disebut sebagai katarak.
Indikasi
Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup indikasi visus,medis, dan
kosmetik.
1. Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda pada tiap individu,
tergantung dari gangguan yang ditimbulkan oleh katarak terhadap aktivitas sehari-hari.
2. Indikasi medis; pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan kekeruhan pada lensa
matanya, namun beberapa indikasi medis dilakukan operasi katarak seperti glaukoma imbas
lensa (lens-induced glaucoma), endoftalmitis fakoanafilaktik, dan kelainan pada retina
misalnya retinopati diabetikum atau ablasio retina.
22
Jenis-jenis operasi katarak :
1. Phacoemulsification (Phaco)
Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang dimasukkan melalui insisi
yang lebih kecil di kornea atau sklera anterior (2-5 mm) dengan menggunakan gelombang
ultrasonik. Biasanya tidak dibutuhkan penjahitan. Teknik ini bermanfaat pada katarak
kongenital, traumatik dan katarak senil. Teknik ini kurang efektif pada katarak senil yang
padat, dan keuntungan insisi limbus yang kecil agak berkurang apabila akan dimasukkan
lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intraokuler fleksibel yang
dapat dimasukkan melalui insisi kecil.
Insisi dilakukan pada sklera dengan ukuran insisi bervariasi dari 5-8 mm. Namun
tetap dikatakan SICS apabila tanpa jahitan, Penutupan luka insisi terjadi dengan sendirinya
(self-sealing). Teknik operasi ini dapat dilakukan pada stadium katarak imatur, matur, dan
hipermatur. Teknik ini juga telah dilakukan pada kasus glaukoma fakolitik dan dapat
dikombinasikan dengan operasi trabekulektomi.
Insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior (biasanya 10-12 mm), bias any
bagian anterior kapsul dipotong dan diangkat, nukleus diekstraksi, dan korteks lensa dibuang
dari mata dengan irigasi dengan atau tanpa aspirasi, sehingga menyisakan kapsul posterior.
Insisi harus dijahit. Metode ini diindikasikan pada pasien dengan katarak yang sangat keras
atau pada keadaan dimana ada masalah dengan fakoemulsifikasi. Penyulit yang dapat timbul
seperti terdapat korteks lensa yang dapat menyebabkan katarak sekunder.
Prosedur ini memiliki tingkat komplikasi yang sangat tinggi sebab membutuhkan
insisi yang luas dan tekanan pada vitreus. Tindakan ini sudah jarang digunakan terutama
pada negara-negara yang telah memiliki peralatan operasi mikroskop dan alat dengan
teknologi tinggi lainnya.
23
Lensa Intraokular
24
antibiotika dan steroid harus diberikan kepada pasien untuk digunakan setiap hari
selama minimal 4 minggu pasca operasi.
A. Komplikasi preoperatif
2) Nausea dan gastritis; akibat efek obat preoperasi seperti asetazolamid dan/atau
gliserol. Kasus ini dapat ditangani dengan pemberian antasida oral untuk mengurangi
gejala.
3) Konjungtivitis iritatif atau alergi; disebabkan oleh tetes antibiotik topikal preoperatif,
dapat ditangani dengan penundaan operasi selama 2 hari.
4) Abrasi kornea; akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata dengan
menggunakan tonometer Schiotz. Penanganannya berupa pemberian salep antibiotik
selama satu hari dan diperlukan penundaan operasi selama 2 hari.
B. Komplikasi intraoperatif
1) Laserasi m. rectus superior; dapat terjadi selama proses penjahitan.
2) Perdarahan hebat; dapat terjadi selama persiapan conjunctival flap atau selama insisi
ke bilik mata depan.
3) Cedera pada kornea (robekan membrane Descemet), iris, dan lensa; dapat terjadi
akibat instrumen operasi yang tajam seperti keratom.
5) Lepas/ hilangnya vitreous; merupakan komplikasi serius yang dapat terjadi akibat
ruptur kapsul posterior (accidental rupture) selama teknik ECCE.
25
C. Komplikasi postoperatif awal
Komplikasi yang dapat terjadi segera setelah operasi termasuk hifema, prolaps iris,
keratopati striata, uveitis anterior postoperatif, dan endoftalmitis bakterial.
Etiologi PCO
Katarak sekunder merupakan fibrin sesudah suatu operasi EKEK atau sesudah
trauma yang memecah lensa. PCO paling cepat dapat terlihat setelah 2 hari prosedur
Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK). PCO terjadi akibat proliferasi,
pertumbuhan, migrasi dan trandiferensiasi dari sisa lensa yang terdapat pada kapsul
posterior. Bentuk lain yang merupakan proliferasi epitel lensa pada katarak sekunder
berupa mutiara Elsching dan cincin Soemmering.
Cincin Soemmering mungkin akan bertambah besar oleh karena daya regenerasi
epitel yang terdapat di dalamnya. Cincin Soemmering terjadi akibat kapsul anterior
26
yang pecah dan traksi kearah pinggir-pinggir melekat pada kapsula posterior
meninggalkan daerah yang jernih di tengah, membentuk gambaran cincin. Pada cincin
ini tertimbun serabut lensa epitel yang berproliferasi.
Mutiara Elschnig adalah epitel subkapsular yang berproliferasi dan membesar
sehingga tampak sebagai busa sabun atau telur kodok, Elsching pearl ini mungkin
akan menghilang dalam beberapa tahun oleh karena pecah dindingnya. 6 Katarak
sekunder merupakan fibrin sesudah suatu operasi Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular
(EKEK) atau sesudah trauma yang memecah lensa. PCO paling cepat dapat terlihat
setelah 2 hari prosedur EKEK. PCO terjadi akibat proliferasi, pertumbuhan, migrasi
dan trandiferensiasi dari sisa lensa yang terdapat pada kapsul posterior. Bentuk lain
yang merupakan proliferasi epitel lensa pada katarak sekunder berupa mutiara
Elsching dan cincin Soemmering
Diagnosis PCO
Diagnosis dapat ditegakkan pada pasien setelah menjalani operasi EKEK
ataupun setelah suatu trauma pada mata, yang mengakibatkan penglihatan menjadi
semakin kabur, juga rasa silau bila melihat cahaya. Dan jika dilakukan pemeriksaan,
melalui pupil yang didilatasikan dengan menggunakan oftalmoskop, kaca pembesar,
atau slit lamp, akan tampak gelembung-gelembung kecil pada daerah belakang lensa,
atau dapat ditemukan gambaran mutiara Elsching maupun cincin Soemmering pada
kapsul posterior lensa. Pada tes tajam penglihatan didapatkan visus yang menurun.
Dari anamnesis di dapatkan gejala sebagai berikut :
a. Penglihatan kabur (seperti berkabut atau berasap), mungkin dapat lebih buruk
daripada sebelum di operasi.
b. Fotofobia, yaitu rasa silau bila melihat cahaya.
c. Tajam penglihatan menurun
Sedangkan dari pemeriksaan klinis di dapatkan sebagai berikut :
a. Pada awal gejala akan tampak gelembung-gelembung kecil dan debris pada
kapsul posterior.
b. Pada tahap selanjutnya akan ditemukan gambaran Mutiara Elsching pada kapsul
posterior lensa. Mutiara Elsching ini mungkin akan menghilang dalam beberapa
tahun oleh kerena dindingnya pecah.
c. Dapat juga ditemukan cincin Soemmering pada daerah tepi kapsul posterior
lensa.
27
Terapi PCO
PCO disebabkan oleh terbentuknya formasi mutiara atau fibrosis yang biasanya
muncul setelah operasi katarak. Manajemen PCO mengalami pergeseran paradigma
dalam strategi dan teknik pengobatan. Macam-macam terapi PCO pada dewasa antara
lain:
28
Kebutuhan untuk dilakukannya kapsulotomi tergantung dari gangguan fungsi
penglihatan yang diderita pasien, rasa tidak nyaman, ketergantungan dan
munculnya faktor resiko yang berhubungan dengan penyakit seperti myopia,
riwayat detachment retina, resiko tinggi udem cystoid macular dan hanya sebelah
mata yang berfungsi untuk melihat. Bhargava dan kawan-kawan memperkirakan
tingkat kebutuhah energi rata-rata untuk subtype PCO dan menemukan bahwa
rata-rata energi yang dibutuhkan untuk membentuk kapsulotomi pada jaringan
fibrosa dan mutiara untuk membentuk PCO sangat signifikan. Berbeda PCO
fibrosa lebih tipis dan membutuhkan lebih banyak energi jika dibandingkan
dengan PCO membranosa yang lebih tipis.
Stager dan kawan-kawan meneliti keefektifan laser kapsulotomi Nd: YAG untuk
terapi PCO pada anak dengan IOL akrilik. Dari total 51 mata (70%) yang di
evaluasi setelah menjalani prosedur Nd: YAG tunggal didapatkan penglihatan
yang jernih, 10 mata (84% kumulatif) setelah dilakukan 2 prosedur, dan 3 mata
lainnya (88% kumulatif) setelah 3 prosedur (rentang periode followup: 3–92
bulan; median: 25 bulan). Mereka menyimpulkan laser kapsulotomi Nd: YAG
adalah salah satu pilihan yang dapat diterima untuk menatalaksana PCO setelah
pemasangan IOL akrilik pada anak. Pada penelitian prospektif pada 474 pasien
dengan PCO yang menjalani laser kapsulotomi,Bhargava dan kawan-kawan
menemukan hubungan yang signifikan antara rata-rata energi laser total dan
komplikasi lain seperti lubang IOL, naiknya IOL, CME dan detachment retina.
Peneliti menyimpulkan bahwa subtype PCO dan fiksasi IOL secara signifikan
mempengaruhi kebutuhan energy laser yang dibutuhkan untuk kaspulotomi,
sedangkan biometri IOL tidak. Komplikasi seperti terbentuknya lubang, uveitis
peningkatan TIO, RD dan CME secara signifikan lebih banyak ketika diberikan
energi laser total untuk tatalaksana.
29
dicurigai adanya udem macular cystoid, inflamasi intraokuler aktif, risiko tinggi
terjadi lepasnya retina.
1. Edukasi kepada pasien bahwa tindakan ini menyebabkan rasa nyeri yang
minimal, prosedur siap dalam beberapa menit. Saat tindakan mungkin akan
terdengar suara klik, hal tersebut berguna untuk mempertahankan posisi
pasien yang tepat.
2. Visualisasi menggunakan oftalmoskop direk dari struktur fundus
3. Retinoskopi evaluasi reflek merah menggunakan slit lamp dan oftalmoskop
direk atau indirek
4. Evaluasi menggunakan laser interferometer.
5. Evaluasi tajam penglihatan potensial
6. Angiografi fluorescein
7. Evaluasi fundus menggunakan Hruby lens
Prosedur laser capsulotomy Nd YAG :
30
melakukan PCCC dengan vitrektomi anterior pada anak-anak yang berusia
dibawah 6-7 tahun. PCCC sendiri dapat menghambat onset PCO tetapi tidak
menghilangkannya.
Terapi PCO yang dapat diberikan pada anak-anak adalah membranektomi pars
plana. Menurut Mitra dan kawan-kawan yang mengusulkan kapsulovitrektomi pars
plana pada PCO dimana laser Nd: YAG tidak terlalu efektif untuk menjernihkan axis
penglihatan dan mereka menemukan keberhasilan dalam penetrasi pada membrane
yang tipis. Penelitian Lee dan kawan-kawan pada tahun 2004 melaporkan kasus
sebuah kasus mengenai kepadatan PCO dan opaksitas hialoid anterior setelah ekstraksi
katarak kongenital yang berhasil dan dengan mudah dihilangkan menggunakan sistem
TSC dan melakukan perawatan rutin terhadap axis penglihatan yang sudah bersih.
31
Penelitian Xie dan kawan-kawan yang mengevaluasi hasil kapsulotomi pars
plana dan vitrektomi dengan infuse melewati limbus untuk menghilangkan PCO pada
51 anak (57 mata pseudofakia) dimana hal ini mungkin dilakukan menggunakan
prosedur kapsulotomi Nd:YAG. Inti kapsul posterior yang opak dan vitreous anterior
berhasil dihilangkan pada semua pasien tanpa disertai komplikasi. Sebuah lubang bulat
dengan diameter 3–4 mm diletakkan pada bagian tengah dari kapsul posterior dengan
tajam penglihatan ≥0.3 pada 51.9% mata dibulan ke 3 dan axis visual yang jernih
didapatkan selama periode follow up selama 30 bulan. Pada penelitian lainnya Xie dan
kawan-kawan juga menemukan bahwa kapsulektomi pars plana dan vitrektomi adalah
tindakan yang aman dan efektif untuk PCO pada anak-anak dengan pseudofaki dimana
penglihatan setelah penyembuhan menjadi lebih baik, TIO postoperasi normal dan
rata-rata kehilangan sel endothelial secara keseluruhan adalah sebesar 3.4%.
Pencegahan PCO
Dr. Apple telah mengidentifikasi enam faktor penting dalam pencegahan PCO:
1. Tiga faktor bedah :
a. Pembersihan kortikal dengan peningkatan hydrodissection
b. Diameter curvilinear capsulorhexis lebih kecil dibandingkan dengan
optic IOL
c. Fiksasi posterior chamber IOL
2. Tiga faktor terkait IOL :
a. Geometri IOL: bentuk persegi, tepi terpotong
b. Biokampatibilitasa dari biomaterial IOL (stimulasi dari proliferasi IOL)
c. Kontak maksimal antara IOL dengan kapsul posterior
Dr. Apple menemukan bahwa pembersihan kortikal dengan peningkatan
hydrodissection faktor terpenting. Pada pembersihan sel yang baik tanpa adanya
bagian yang tertinggal pada kantung kapsular akan mencegah terjadinya pembentukan
katarak sekunder.
32
Komplikasi PCO
Terkadang ada bagian dari katarak yang jatuh ke dalam vitreus sehingga harus
dilakukan operasi ulang untuk mengambilnya. Perdaraha di dalam vireus sat operasi
dapat menyebabkan hilangnya penglihatan permanen. Infeksi dapat terjadi beberapa
hari sampai beberapa minggu setelah operasi. Berikan antibiotik untuk mencegahnya.
Udem kornea sering terjadi akibat operasi katarak.
Prognosis PCO
Operasi katarak umumnya aman. Tetapi bagimanapun hasil dan komplikasi
operasi tidak dapat dipastikan. Penglihatan setelah operasi tergantung dengan kondisi
kesehatan mata. Umumnya pasien merasa puas karena penglihatan membaik, tetapi
sebagian kecil pasien merasa terganggu dengan adanya efek samping pada lensa
intraokular yang ditanam karena adanya halo, merasa ada banda asing yang
berterbangan, atau bayangan.
3.7 Prognosis
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat maka
tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada saat yang tepat
maka prognosis umumnya baik.
3.8 Pencegahan
Katarak senil tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya adalah faktor usia,
namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-hal yang memperberat seperti mengontrol
penyakit metabolik, mencegah paparan langsung terhatap sinar ultraviolet dengan
menggunakan kaca mata gelap dan sebagainya. Pemberian intake antioksidan (seperti asam
vitamin A, C dan E) juga bermanfaat untuk menghambat progresivitas katarak.
33
ANALISA KASUS
Berdasarkan teori Berdasarkan kasus
Definisi Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa Pasien perempuan usia 73 tahun
yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di
atas 50 tahun.
Gejala 1. Penurunan tajam penglihatan yang 1. Penglihatan pada mata kiri
terjadi secara progresif atau perlahan buram sejak 4 bulan yang lalu
2. Penglihatan seperti berkabut atau 2. Pasien merasa penglihatan
berasap semakin kabur pada kedua
3. Mata merasa silau mata
4. Melihat halo sekitar sinar 3. Pasien mendeskripsikan
5. Melihat warna terganggu penglihatan yang buram
6. Melihat ganda seperti tertutup kabut
7. Membaiknya penglihatan dekat 4. Sebelumnya pasien tidak
tanpa kacamata menggunakan kacamata
dalam kesehariannya.
Pemeriksaan 1. Pemeriksaan TIO dengan Tonometri Pada OD: TIO = 13,1 mmHg
Penunjang Schiotz: jika TIO dalam batas Pada OS TIO = 13,1 mmHg
normal (10-20 mmHg) dilakukan
dilatasi pupil dengan tetes mata
Tropicanamide 0.5%. Setelah pupil
cukup lebar dilakukan pemeriksaan
dengan slit lamp untuk melihat
derajat kekeruhan lensa apakah
sesuai dengan visus pasien
2. Pemeriksaan funduskopi jika masih
memungkinkan
34
melakukan aktivitas yang berkaitan 2. Terapi bedah: pasien
dengan pekerjaan pasien atau ada disarankan untuk dilakukan
indikasi medis lain untuk operasi, operasi ECCE atau
pasien dapat dilakukan operasi Fakoemulsifikasi + IOL pada
katarak OS apabila katarak
3. Tatalaksana pasien katarak dengan mengganggu penglihatan
visus terbaik kurang dari 6/12 adalah dan aktivitas sehari-hari
operasi katarak berupa EKEK + IOL 3. Terapi edukasi :
atau fakoemulsifikasi + IOL dengan mengedukasi mengenai
mempertimbangkan ketersediaan operasi, rutin kontrol setelah
alat, derajat kekeruhan katarak dan operasi, dan perawatan pasca
tingkat kemampuan ahli bedah operasi.
35
DAFTAR PUSTAKA
36