You are on page 1of 28

TUGAS PENGORGANISASIAN DAN PENGEMBANGAN

MASYARAKAT

TUGAS TERSTRUKTUR
Mata Kuliah: Pengembangan Dan Pengorganisasian MasyarakatDosen:
Drs. Djonis, M. Pd
Melaksanakan Upaya Berbagai Strategi Pemberdayaan Kader Dan
Dukun Aras Mikro, Makro Dan Mezzo
Disusun Oleh:1. Walani2. Wisra Ayu3. Yudith Agustine Elwaren
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIAPOLTEKKES PONTIANAKJURUSAN KEBIDANAND
IV KEBIDANAN KLINIK2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus
yang berjudul Melaksanakan Upaya Berbagai Strategi Pemberdayaan
Kader Dan Dukun Aras Mikro, Mikro Dan Mezzo. Tugas ini diajukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengorganisasian Dan
Pengembangan Masyarakat. Dalam menyelesaikan penyusunan makalah
ini banyak mendapatkan bimbingan maupun saran dari berbagai pihak.
Maka pada kesempatan ini ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada Bapak Drs. Djonis selaku pengampu mata kuliah
Pengorganisasian Dan Pengembangan Masyarakat, dan tidaklupa pula
kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
membantu dalam penyelesaian tugas terstruktur ini yang tidak bisa kami
sebutkan satu persatu.Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari
bahwa masih terdapat kekurangan dalam isi dan pembahasan, semoga
makalah ini dapat berguna bagi yang membaca. Oleh karena itu kami
membuka diri untuk menerima berbagai masukan dan kritik dalam
perbaikan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Pontianak, Oktober 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I PENDAHULUAN1A.
Latar Belakang1B. Tujuan2BAB II TINJAUAN PUSTAKA3A.
Polip2B. Erosi Portio2C. Ulcus Portio5D. Trauma6E. Polips
Endometrium9BAB III PENUTUP13DAFTAR PUSTAKA
BAB IPENDAHULUAN
LATAR BELAKANG Kesehatan atau hidup sehat adalah hak setiap
orang. Oleh sebab itu, baik individu, kelompok, maupun masyarakat,
merupakan asset yang harus dijaga, dilindungi, bahkan harus ditingkat.
Semua orang baik secara individu, kelompok, maupun masyarakat
dimana saja dan kapan saja mempunyai hak untuk hidup sehat atau
memperoleh perlindungan kesehatan. Perencanaan adalah suatu proses
untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan
pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang ada. Dalam
pendekatan yang dipimpin masyarakat. Perencanaan adalah suatu proses
pengkajian oleh masyrakat tentang berbagai aspek kehidupan mereka
termasuk potensi dan aset mereka. Pemberdayaan adalah sebuah proses
dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan
untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam
masyarakat, terutama individu yang mengalami masalah kemiskinan.
Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk keadaan atau hasil yang
ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang
berdaya, memiliki kekuasaan, atau mempunyai pengetahuan dan
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat
kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial
seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi,
mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan
mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Kemandirian
masyarakat dibidang kesehatan sebagai hasil pemberdayaan dibidang
kesehatan sesungguhnya merupakan perwujudan dari tanggung jawab
mereka agar hak-hak kesehatan mereka terpenuhi. Hak-hak kesehatan
setiap anggota masyrakat ialah hak untuk dilindungi dan dipeliharanya
kesehatan mereka sendiri, tanpa tergantung pada pihak pemerintah
maupun organisasi masyarakat lain. Peran pemerintah atau pihak diluar
mereka (masyarakat) dalam memelihara dan melindungi kesehatan
masyarakat hanyalah sebagai fasilitator, motivator atau
stimulator.TUJUAN Agar mahasiswi mengerti dan mempunyai
gambaran tentang Perencanaan Dan Strategi Pemberdayaan Kader Dan
Dukun Dengan Aras Mikro, Mezzo.
BAB IIPEMBAHASAN
1. Melaksanakan Upaya Berbagai Strategi Pemberdayaan Kader Dan
Dukun Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan
masa depan yang tepat, melalui urtan pilihan dengan memperhitungkan
sumber daya yang ada. Dalam pendekatan yang dipimpin masyarakat,
perencanaan adalah suatu proses pengkajian oleh masyarakat tentang
berbagai aspek kehidupan merekatermasuk potensi dan asset mereka.
Aspek-aspek kehidupan masyarakat yang mereka kaji atau nilai,
tergantung kebutuhan masyarakat dan disepakati melalui proses
persiapan. Disis lain, masyarakat justru akan menjadi lebih berdaya dan
percaya diri hingga memelihara dan mengawal pembangunan mereka
untuk tujuan yang sudah ditetapkan masyarakat. Sedangkan dalam
prosesnya, masyarakat terutama yang miskin dan termarjinalkan,
perempuan serta kaum muda harus difasilitasi untuk mengambil peran
secara aktif, memberi suara dan ikut mengambil keputusan atas agenda
pembangunan desa tersebut.Strategi pemberdayaan kader dan dukun.
Dikaitkan dengan kontek pekerjaan social, bahwa pemberdayaan dapat
dilakukan melalui aras atau matra pemberdayaan (empowerment
setting):1. Aras Mikro Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara
individu melalui bimbingan, konseling, stres manajemen, krisis
intervensi. Tujuan utamanya adalah membeimbing atau melatih klien
dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut
sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas. Pada aras mikro peran
utama pekerja sosial adalah sebagai pialang yang menghubungkan klien
dengan sumber sumber yang tersedia pada lingkungan sekitar. Sebagai
pialang social utama yang dilakukan pekerja social adalah manajement
kasus (case manajement) yang mengkoordinasikan berbagai pelayanan
social yang disediakan oleh beragam penyedia.Beberapa kegiatan yang
dapat dilakukan meliputi:a. b. Melakukan assessment terhadap situasi
dan kebutuhan khusus klien.c. Memfasilitasi pilihan pilihan klien
dengan berbagai informasi dan sumber alternatif.d. Membangun kontak
antara klien dan lembaga lembaga pelayanan social.e. Menghimpun
informasi mengenai berbagai jenis dan lokasi pelayanan social,
parameter pelayanan, dan kriteria elijibilitas.f. Mempelajari kebijakan-
kebijakan , syarat syarat ,prosedur dan proses pemanfaatan sumber
kemasyarakatan .g. Menjalin relasi kerjasama dengan berbagai profesi
kunci.h. Memonitor dan mengevaluasi distribusi pelayanan.1. Aras
MezzoPemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok
klien.Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai
media intervensi. Pendidikan dan pelatihan ,dinamika kelompok ,
biasanya digunakan sebagai strategis dalam meningkatkan kesadaran,
pengetahuan, ketrampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki
kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.Kegiatan
yang dilakukan antara lain:1. Menelisik pandangan dan kepentingan-
kepentingan khusus dari masing-masing pihak2. Menggali kesamaan-
kesamaan yang dimiliki oleh pihak-pihak yang mengalami konflik.3.
Membantu pihak-pihak agar dapat bekerja sama.4. Mendefinisikan
menangani berbagai hambatan komunikasi dari sebuah kerjasama.5.
Mengidentifikasi berbagai manfaat yang ditimbulkan6.
Memfasilitasipertukaran informasi secara terbuka diantara berbagai
pihak.
1. Aras makro Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar
karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih
luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, dan aksi
sosial. Lobbying, pengorganisasian masyarakat, dan manajemen konflik
adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar
memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk
memahami situasi-situasi mereka sendiri dan untuk memilih serta
menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.
BAB IIIPENUTUP
Kader adalah seorang tenaga suka rela yang direkrut dari, oleh dan untuk
masyarakat yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan.
Dukun adalah seseorang yang membantu masayarakat dalam
penyembuhan penyakit melalui kekuatan supranatural, kebudayaan
dukun serta kebudayaan manusiayang terbagi dalam berbagai macam
aliran. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan menentukan
tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan
memperhitungkan sumber daya yang ada. Dalam pendekatan yang
dipimpin masyarakat, perencanaan adalah suatu proses pengkajian oleh
masyarakat tentang berbagai aspek kehidupan mereka termasuk potensi
dan asset mereka. Kemudian dari aspek dan keadaan tersebut
masyarakat menyusun agenda pembangunan yang disusun dalam bentuk
RPJM desa dengan memperhitungkan asset dan nilai serta potensi utama
masyarakat. Pemberdayaan yang kita berikan terhadap klien dapat secara
individu melalui bimbingan, konseling, management, krisis intervensi.
Selain itu kita juga dapat lakukan kepada sekelompok klien.
Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai
media intervensi pendidikan dan pelatihan. Dinamika kelompok
biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran dan
pengetahuan.

Asuhan Kebidanan Komunitas Pembinaan Kader dan Dukun Bayi


November 09, 2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya ke pada penulis, sehingga dengan
izin-Nya dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Komunitas Pembinaan Kader dan Dukun Bayi”.
Makalah ini disusun dengan acuan silabus untuk melengkapi mata kuliah
Asuhan Kebidanan Komunitas di program pendidikan D-3 Kebidanan
sesuai pelengkap acuan pembelajaran. Berisi materi mengenai
pengembangan sistem informasi kesehatan Nasional. Makalah ini
diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi kepada para
pembaca khususnya mahasiswa kebidanan tentang Pembinaan Kader
dan Dukun Bayi sehingga kedepannya akan menjadi lebih baik lagi.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kami mohon maaf atas segala kekurangan.
Akhir kata, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
akan selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa senantiasa meridhai segala urusan kita. Amin.

Medan, 10 Maret 2017

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
Bab 1 Pendahuluan
Latar Belakang 4
Rumusan Masalah 5
Tujuan 5
Manfaat 5
Bab 2 Tinjauan Teori
2.1 Pembinaan Kader 6
2.1.1 Definisi Kader 6
2.1.2 Peran Fungsi Kader 6
2.1.3 Pembentukan Kader 8
2.1.4 Strategi Menjaga Eksistensi Kader 8
2.2 Pembinaan Dukun Bayi 9
2.2.1 Definisi Pembinaan Dukun 9
2.2.2 Tujuan Pembinaan Dukun Bayi 10
2.2.3 Langkah-langkah Pembinaan Dukun 10
2.2.4 Upaya Pembinaan Dukun 10
2.2.5 Klasifikasi Materi Pembinaan Dukun 11
2.2.6 Hambatan dan Solusi dalam Pembinaan Dukun 12
Bab 3 Tinjauan Kasus Role Play Pembinaan Kader dan Dukun Bayi 15
Bab 4 Penutup
4.1 Kesimpulan 20
4.2 Saran 20
Daftar Pustaka 22

BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masyarakat terdiri atas bermacam-macam manusia dengan segala
macam perbedaan. Bidan memahami dan mengenal masyarakat akan
memudahkan kita membantu mereka untuk hidup sehat.
Pergerakan dan pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses
pengorganisasian masyarakat yang meliputi identifikasi masalah
masyarakat, pencarian sumber daya manusia baik masyarakat intern
maupun ektem.
Dapat juga dialihkan sebagai proses kegiatan masyarakat yang bersifat
setempat yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui pemberian pengalaman belajar secara bertahap dikembangkan
pendekatan yang bersifat partisipatif dalam bentuk penlegasian
wewenang dan pemberian peran yang semakin besar kepada masyarakat.
Penggerakan dan pemberdayaan juga merupakan proses pemberian
informasi secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti
perkembangan sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu
menjadi tahu atau tidak sadar (knowledge) dari tahu menjadi mau
(attitude) dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang
diperkenalkan (practice).
Sasaran utama dari pergerakan dan pemberdayaan adalah inividu dan
keluarga, serta kelompok masyarakat dalam mengupayakan agar
seseorang tahu dan sadar kuncinya terletak pada keberhasialan membuat
orang tersebut dalam memahami apa yang menjadi masalah baginya dan
bagi masyarakat tersebut belum mengetahui dan menyadari bahwa
sesuatu itu merupakan masalah maka mayarakat tersebut belum
mengetahui dan menyadari bahwa sesuatu itu merupakan masalah maka
masyarakat tersebut tidak akan bersedia menerima informasi apapun
lebih lanjut.
Apabila masyarakat telah menyadai masalah yang dihadapinya, maka
perlu diberikan informasi umum lebih lanjut tentang masalah yang
bersangkutan.
Perubahan dari tahu ke mau pada umumnya dicapai dengan menyajikan
fakta-fakta dan permasalahan yang terjadi, tetapi selain itu juga dengan
mengajukan harapan bahwa masalah tersebut bisa dicegah dan atau
dapat diatasi.

Rumusan Masalah
Definisi, Peran, Pembentukan, dan strategi untuk menjaga ekstensi
Kader
Definisi, Tujuan, serta upaya-upaya dalam melakukan pembinaan pada
dukun bayi di masyarakat.

Tujuan
Tujuan Umum
Setelah mempelajari Asuhan Kebidanan Komunitas Pembinaan Kader
dan Dukun Bayi diharapkan penulis mampu menerapkan pembinaan
kader dan dukun bayi di masyarakat.
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui upaya pembinaan pada Kader dan Dukun bayi.
Untuk mengetahui upaya pembinaan peran serta masyarakat.
Untuk menurunkan angka kematian pada Ibu dan Bayi.

Manfaat
Agar mahasiswa mampu menerapkan pembinaan kader dan dukun bayi
di masyarakat
Agar mahasiswa dapat menerapka upaya-upaya pembinaan pada kader
dan dukun bayi.

BAB 2 TINJAUAN TEORI


2.1 Pembinaan Kader
2.1.1 Definisi Kader
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih
oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah
kesehatan perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam
hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian kesehatan.
Kader merupakan tenaga masyarakat yang paling dekat dengan
masyarakat, departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai
pelatihan untuk kader yang dimaksudkan untuk meningkatkan
pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab terhadap masayarakat
setempat serta pimpinan–pimpinan yang ditunjuk oleh pusat-pusat
pelayanan kesehatan, diharapkan mereka dapat melaksanakan petunjuk
yang diberikan oleh para pembimbing dari sebuah tim kesehatan.
Para kader kesehatan masyarakat bekerja secara full time atau part time
dalam bidang kesehatan dan mereka tidak dibayar dengan uang atau
bentuk lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh puskesmas.
2.1.2 Peran Fungsi Kader
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
Pengamatan terhadap masalah kesehatan di desa.
Upaya penyehatan lingkungan.
Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan anak balita.
Pemasyarakatan keluarga sadar gizi (Kadarzi).
Kader ditunjuk oleh masyarakat dan biasanya kader melaksanakan
tugas-tugas kader kesehatan masyarakat yang secara umum hampir sama
tugasnya di beberapa negara yaitu:
Pertolongan pertama pada kecelakaan dan penanganan penyakit yang
ringan.
Melakukan pengobatan sederhana.
Pemberian motivasi dan saran-saran pada ibu-ibu sebelum dan sesudah
melahirkan.
Menolong persalinan.
Pemberian motivasi dan saran-saran tentang perawatan anak.
Memberikan motivasi dan peragaan tentang gizi (program UPGK).
Program penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan.
Pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan.
Melakukan penyuntikan imunisasi ( Kolombia, Papua New Guinea, dan
Sudan).
Pemberian motivasi KB.
Membagikan alat-alat KB.
Pemberian motivasi tentang sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan
dan kebiasaan sehat secara umum.
Pemberian motivasi tentang penyakit menular, pencegahan dan
perujukan.
Pemberian motivasi tentang perlunya follow up pada penyakit menular
dan perlunya memastikan diagnosis.
Penanganan penyakit menular.
Membantu kegiatan di klinik.
Merujuk penderita ke puskesmas atau ke rumah sakit.
Membina kegiatan UKS secara teratur.
Mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh puskesmas, membantu
pencatatan dan pelaporan.

2.1.3 Pembentukan Kader


Kader yang akan dibentuk harus diberikan pelatihan kader terlebih
dahulu. Persiapan dari pelatihan kader ini adalah :
Calon kader yang akan dilatih.
Waktu pelatihan sesuai kesepakatan bersama.
Tempat pelatihan yang bersih terang, segar dan cukup luas.
Adanya perlengkapan yang memadai.
Pendanaan yang cukup.
Adanya tempat praktik (lahan praktik bagi kader).
Adapun pelatihnya adalah tenaga kesehatan, petugas KB (PLKB),
pertanian, agama,PKK dan sektor lain. Waktu pelatihan ini
membutuhkan 32 jam atau disesuaikan. Metode yang digunakan adalah
ceramah, diskusi, simulasi/demonstrasi, permainan peran, penugasan
dan praktik lapangan. Jenis materi yang disampaikan:
Pengantar tentang posyandu.
Persiapan posyandu.
Kesehatan Ibu dan anak.
Keluarga berencana.
Imunisasi.
Gizi.
Penanggulangan diare.
Pencatatan dan pelaporan.
2.1.4 Strategi menjaga eksistensi kader
Beberapa upaya yang dapat dilaksanakan adalah:
Refresing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai
dilaksanakan, oleh bidan desa maupun petugas lintas sektor yang
mengikuti kegiatan posyandu.
Adanya paguyuban kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan
pertemuan rutin tiap bulan secara bergilir di setiap posyandu.
Revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa maupun kecamatan. Di
mana semua kader diundang dan diberikan penyegaran materi serta
hiburan dan bisa juga diberikan rewards.
Pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis ke
puskesmas untuk kader dan keluarganya dan juga dalam bentuk materi
yang lain yang diberikan setiap tahun.

Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan kader adalah:


Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan (promosi
bidan siaga).
Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta
rujukannya.
Penyuluhan gizi dan keluarga berencana.
Pencatatan kelahiran dan kematian bayi/ibu.
Promosi TABULIN, donor darah berjalan, ambulans desa, suami
SIAGA, satgas gerakan sayang ibu.

2.2 Pembinaan Dukun Bayi


2.2.1 Definisi Pembinaan Dukun
Dukun bayi merupakan seseorang yang dianggap terampil dan dipercaya
oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan dipercaya oleh
masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Supervisi/pembinaan adalah bimbingan teknis yang terus menerus dan
berkesinambungan untuk mencapai suatu tujuan.
Pembinaan dukun adalah suatu pelatihan yang diberikan kepada dukun
bayi oleh tenaga kesehatan yang menitikberatkan pada peningkatan
pengetahuan dukun yang bersangkutan, terutama dalam hal higiene
sanitasi, yaitu mengenai kebersihan alat-alat persalinan dan perawatan
bayi baru lahir, serta pengetahuan tentang perawatan kehamilan, deteksi
dini terhadap risiko tinggi pada ibu dan bayi, KB, gizi serta pencatatan
kelahiran dan kematian. (Tri, Rita. 2009:132)
2.2.2 Tujuan Pembinaan Dukun Bayi
Menjaga, mempertahankan, meningkatkan keterampilan dukun bayi.
Menjaga, mempertahankan, dan meningkatkan cakupan hasil kegiatan
dukun dalam merawat ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas.
Menambah pengetahuan dan ide baru yang dapat disampaikan dan
diterima oleh anggota masyarakat.
Menurunkan angka kematian pada Ibu dan bayi. (Tri, Rita. 2009:132)

2.2.3 Langkah-langkah Pembinaan Dukun


Meminta bantuan pamong desa untuk memotivasi dukun bayi agar
bersedia mengikuti pelatihan-pelatihan dukun yang diselenggarakan.
Mengajak dukun bayi yang sudah dilatih untuk ikut serta memberikan
penyuluhan dan membantu melakukan deteksi dini ibu risiko tinggi di
posyandu maupun pada kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat. (Tri,
Rita. 2009:133)
2.2.4 Upaya Pembinaan Dukun
Melakukan pendekatan dengan para tokoh masyarakat setempat.
Melakukan pendekatan dengan para dukun.
Memberikan pengertian kepada para dukun tentang pentingnya
persalinan yang bersih dan aman.
Memberi pengetahuan kepada dukun tentang komplikasi-komplikasi
kehamilan dan bahaya proses persalinan.
Membina kemitraan dengan dukun dengan memegang asas saling
menguntungkan.
Menganjurkan dan mengajak dukun merujuk kasus-kasus risio tinggi
kehamilan kepada tenaga kesehatan.
2.2.5 Klasifikasi Materi Pembinaan Dukun
Promosi Bidan Siaga
Salah satu cara untuk melakukan promosi bidan siaga, yaitu dengan
melakukan pendekatan dengan dukun bayi yang ada di desa untuk
berkerja sama dalam pertolongan persalinan. Bidan dapat memberikan
imbalan jasa yang sesuai apabila dukun menyerahkan ibu hamil untuk
bersalin ke tempat bidan. Dukun bayi dapat dilibatkan dalam perawatan
bayi baru lahir. Apabila cara tersebut dapat dilakukan dengan baik, maka
dengan kesadaran, dukun akan memberitahukan ibu hamil untuk
melakukan persalinan di tenaga kesehatan (bidan). Ibu dan bayi selamat,
derajat kesehatan ibu dan bayi di wilayah tersebut semakin meningkat.

Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Rujukan


Pengenalan golongan risiko tinggi.
Pengenalan tanda-tanda bahaya pada kehamilan.
Pengenalan tanda-tanda bahaya pada persalinan.
Pengenalan tanda-tanda kelainan pada nifas.

Pengenalan Dini Tetanus Neonatorum, BBLR, dan Rujukan.


Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum adalah salah satu penyakit yang paling berisiko
terhadap kematian bayi baru lahir yang disebabkan oleh basil
Clostridium tetani. Tetanus nenonatorum menyerang bayi usia di bawah
satu bulan, penyakit ini sangat menular dan menyebabkan risiko
kematian.

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi lahir dengan berat badan
kurang dari 2,5 kg, disertai dengan tanda-tanda kulit keriput, pergerakan
lemah, dan sianosis. Kondisi ini merupakan salah satu faktor yang turut
kontribusi terhadap kematian bayi.

Penyuluhan gizi dan KB.


Melalui penyuluhan gizi dan KB yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
kepada dukun, diharapkan dukun dapat menindaklanjuti dengan
menyebarkannya kepada masyarakat.
Pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi
Pemberian materi pencatatan kelahiran dan kematian ditujukan untuk
mempermudah dalam pendataan jumlah kelahiran dan kematian di suatu
wilayah atau desa, serta bermanfaat dalam pelaksanaan proses audit
apabila ada kematian baik ibu maupun bayi.

2.2.6 Hambatan dan Solusi dalam Pembinaan Dukun


Sikap Dukun yang Kurang Kooperatif
Faktor yang menyebabkan sikap dukun tidak koorperatif adalah adanya
perasaan malu apabila dilatih oleh bidan, dukun merasa tersaingi oleh
bidan, dan dukun terlalu idealis sengan cara pertolongan persalinan yang
dilakukan.
Solusi : Bidan harus mengajak dukun untuk bekerja sama dengan cara
memberikan imbalan sebagai ucapan terima kasih. Libatkan dukun
dalam perawatan bayi baru lahir misalnya memandikan bayi.

Kultur yang Kuat


Dukun bayi biasanya adalah orang yang dikenal masyarakat setempat.
Kepercayaan masyarakat terhadap dukun diperoleh secara turun-
temurun.
Dukun bayi masih memiliki peranan penting bagi perempuan di
pedesaan.
Biaya pertolongan persalinan dukun jauh lebih murah daripada tenaga
kesehatan.
Pelayanan dukun dilakukan sampai ibu selesai masa nifas.
Masyarakat masih terbiasa dengan cara-cara tradisional.
Solusi : Lakukan berbagai metode pendekatan dengan tokoh-tokoh
masyarakat, misalnya pamong desa, para petua-petua desa, tokoh agama
yang sangat berpengaruh pada pola pikir masyarakat dengan
memberikan penjelasan pentingnya pembinaan dukun, sehingga tokoh-
tokoh masyarakat dapat melakukan advokasi kepada masyarakat, dan
dapat memperbaiki kebudayaan yang melekat pada diri masyarakat yang
dapat merugikan kesehatan terutama kesehatan ibu dan bayi.

Sosial Ekonomi
Masyarakat dengan sosial ekonomi rendah atau miskin dengan
pendidian yang rendah cenderung mencari pertolongan persalinan pada
dukun. Mereka beranggapan bahwa untuk melahirkan di tenaga
kesehatan harus mengeluarkan biaya yang sangat besar, sehingga
mereka merasa enggan untuk pergi ke tenaga kesehatan.
Solusi : Sosialisasikan atau apabila dibutuhkan musyawarahkan dengan
masyarakat tentang biaya persalinan di tenaga kesehatan (bidan). Bidan
harus dapat bekerja sama dengan masyarakat mengenai persalinan,
berdayakan masyarakat dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dan
bayi dengan pertolongan persalinan di tenaga kesehatan. Bidan dapat
bekerja sama dengan masyarakat untuk melakukan pemetaan ibu hamil,
membentuk tabungan ibu bersalin (Tabulin), donor darah berjalan, dan
ambulans desa.

Tingkat Pendidikan
Kebanyakan di masyarakat, dukun adalah orang tua yang harus
dihormati dan mempunyai latar belakang pendidikan rendah. Oleh
karena dukun memiliki latar belakang pendidikan rendah, sehingga tidak
jarang dukun sulit untuk menerima pemahaman dan pengetahuan baru.
Solusi : Lakukan pendekatan sesuai dengan tingkat pendidikan dukun,
sehingga mereka dapat memahami dan menerima pengetahuan serta
pemahaman baru khususnya mengenai kehamilan, persalinan, nifas, dan
bayi baru lahir.

Bab 3 Tinjauan Kasus Role Play Pembinaan Kader dan Dukun Bayi
Di desa Siantar, terdapat seorang dukun yang sering menolong
persalinan di desanya. Tetapi, dukun tersebut dalam menolong
persalinan tidak didukung dengan alat-alat yang steril. Petugas kesehatan
pun mulai mendata jumlah dukun bayi yang ada di desa untuk dilakukan
pembinaan mengenai kebersihan dalam menolong persalinan tersebut
dan sebagainya. Ada seorang warga yang ingin melahirkan di tengah
malam,...
Istri : aduh.. sakit sekali perutku ini,,, bang, bangun....bang,,, bangun..
Suami : kenapa dek,,? Kok bangun tengah malam gini?
Istri : sepertinya aku mau melahirkan ni bang,? Panggillah mak siti
bang,, cepat bang...!!!
Suami : ya dek, tunggu bentar bisa kan,, abang ke rumah mak siti
dulu...
Istri : ya bang, cepatlah pergi.... kenapa masih banyak ngomong juga..
Suami : ya dek.
Suami pun berangkat ke rumah mak siti, sesampai rumah mak siti...
Suami : assalamualaikum mak... mak..
Mak siti : ada apa pi?
Suami : mak tolong ikut saya kerumah, karena istri saya si Yolla mau
lahiran, cepat mak..
Mak siti : ya pi, mak ambil alatnya dulu.
Suami : Ayo mak.
Suami dan mak siti pun berangkat ke rumah dengan alat bersih yang ala
kadarnya. Sesampai di rumah...
Mak siti : mana si yolla nya pi?
Suami : Di kamar mak.
Mak siti : wah ini sudah bisa dilahirkan..
Mak siti pun menolong dengan alat-alat yang hanya bersih dan tanpa
menggunakan APD. Proses kelahiran pun lancar dan si bayi pun
selamat.
Mak siti : dwi, ni anak mu udah lahir,
Istri : alhamdulilah mak.
Setelah mak siti selesai menolong dan bersih-bersih, mak siti pun pulang
ke rumahnya. Keesokan harinya, tenaga kesehatan pun mendata dukun-
dukun bayi yang ada di desa tersebut untuk dilakukan pembinaan dukun
dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dukun tentang septic, anti
septic, kehamilan, persalinan dan lain sebagiannya. Tenaga kesehatan
tersebut mulai mendata dukun bayi dengan bantuan kader.
Sesampai di rumah kader corry..
Bidan Evi : selamat siang kak puspa
Kader : selamat siang ooo bu bidan, ada pa bu?
Bidan Evi : gini kak, maksud kedatangan saya kesini, untuk meminta
tolong pada kak dalam membantu kami dalam mengumpulkan dukun-
dukun yang ada di desa kita ini kak.
Kader : ada keperluan apa bu bidan mau mengumpulkan dukun-dukun
yang ada di desa kita ini?
Bidan Evi : gini kak maksudnya, tujuan saya mengumpulkan dukun-
dukun yang ada di desa kita untuk dilakukan pembinaan dimana
tujuannya itu meningkatkan pengetahuan dukun kita dalam hal
kebersihan alat-alat saat menolong persalinan dan masih banyak
pengetahuan yang akan diterima dukun kita dalam pembinaan nanti.
Kader : oo, bagus bener to buk. Ya saya tolong buk.
Kemudian Bidan dan kader pun menuju ke rumah dukun untuk
mengajak dukun tersebut dalam kegiatan pembinaan. Sesampai di rumah
dukun siti..
Kader : Assalamualaikum mak.
Mak Siti : ya da apa puspa, masuklah dulu..
Kader : ya mak,, ayo buk bidan kita masuk..
Mak Siti : ada apa ya corry dan ibu bidan ini ke gubuk mak ni?
Bidan : gini mak, kami di sini ditugaskan untuk mendata dukun-dukun
bayi di desa kita ini, dimana diadakan program pembinaan dukun bayi
dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dukun-
dukun terutama dalam menolong persalinan mak.
Mak Siti : dimana pembinaanya buk bidan? Gratis nggak bu bidan?
Jam berapa? Kalau mak nggak sibuk, mak usahain datang.
Bidan : alhamdulillah mak, kalau mak bersedia, pelaksanaannya di
puskesmas sana, sekitar jam 2 mak,
Mak Siti : oo, ya buk bidan, mak usahain.
Kader : mak, kami pamit pulang dulu ya mak, masih ada beberapa
dukun yang akan kami kunjungi mak,
Mak dit : oo, ya puspa, buk bidan,, hati-hati ya buk
Kader : mak di usahain datang ya, soalnya akan diberi bingkisan dari
puskesmas mak,
Mak Siti : ya buk bidan,
Kader : kami pamit pulang dulu ya mak.
Mak Siti : hati-hati Puspa dan buk bidan
Setelah mengunjungi mak dit, kader dan nakes mengunjungi ke rumah
dukun yang lainnnya untuk mengajak dalam kegiatan pembiaan dukun
bayi. Tibalah hari pelaksanaan kegiatan pembinaan dukun bayi yang di
adakan di puskesmas oleh Bidan dan di bantu oleh kader, dukun-dukun
bayi pun banyak di luar ruangan. Acara pun akan dimulai dimana dukun
bayi di kumpulkan di satu ruangan dipuskesmas pada hari yang telah
ditentukan... acara pun di mulai dengan dibuka oleh bidan solehah.....
Kader Puspa : selamat pagi ibu-ibu. Terimakasih sudah datang dan
menyempatkan waktu untuk menghadiri acara ini. saya Kader Puspa
sebagai pembawa acara pada hari ini. saya juga sangat semangat melihat
emak-emaak kita yang cantik-cantik ini datang untuk mengikuti
pelatihan dukun bayi yang diadakkan oleh puskesmas kita ini. eh ada
mak siti datang juga, terimakasih ya mak sudah datang dan terimakasih
juga untuk emak-emak ku yang lain sudah menyempatkan waktunya
untuk datang. Dan semoga acara kita ini nantinya akan mendatangkan
manfaat dan berguna untuk kita semua. Amin. Baik lah emak-emak ku
tercinta. Langsung saja saya mulai acara kita ini yang bertemakan
“menolong persalinan yang bersih dan aman”. Yang akan di bawakan
dan disampaikan oleh bidan Evi. Kepada bidan Evi saya persilahkan.
Bidan Evi : Terimasih kepada Kader Evi, sebelumnya saya akan
memperkenalkan diri dulu. Yah walaupun mungkin sudah ada juga yang
tau ya ibuk-ibuk. Kenalkan nama saya bidan Evi, saya tinggal didesa
kita ini yang tercinta tepatnya saya ini adalah tetangga nya mak Siti.
Haloo mak Siti, saya ucapkan terimasih telah sempatkan diri datang.
Mak Siti : iya nak mak lagi gak ada kerjaan.
Bidan Evi : iya alhamdulilah, kepada emak-emak yang telah datang
juga saya juga ucapkan terimakasih. Baiklah langsung saja saya mulai
materi kita ini yang berjudul “menolong persalinan yang bersih dan
aman”. Yah tentunya emak-emak ku ini sudah sangat senior dan mahir
dalam menolong orang melahirkan. Dan sudah pengalaman dalam
bidang ini. jadi tidak panjang lebar akan dibahas tentang ini.
dipertemuan kita ini akan membahas tentang cara menolong persalinan
yang bersih dan aman.
Kemudian Bidan Evi pun menjeleskan materi tentang menolong
persalinan yang bersih dan aman kepada para dukun bayi tanpa
menyinggung dan meremehkan para dukun bayi ini. setelah bidan Evi
menjelaskan sekilas tetang materi, bidan Evi beserta kader akan
mempraktekkan cara bagaimana mempraktekkan cara persalinan yang
bersih dan alat-alat yag steril dan juga tentang APD (alat pelindung diri).
Bidan Evi : baiklah mak itulah sekilas materi yang saya sampaikan,
mengenai persalinan bersih yang emak-emak lakukan terutama melayani
kerumah-rumah. Disini saya akan mempraktekkan yang pertama cara
mensterilkan alat-alat yag digunakan untuk menolong persalinan. Cara
yang pertama yaitu dengan cara mencuci alat, dicuci dengan sabun
terlebih dahulu kemudian direndam dengan larutan byclean dengan
perbandingan 1 tutup botol byclean dan ditambahakan 9 gayung air
biasa. Alat ini direndam kurang lebih 10 menit. Tidak boleh lebih nanti
akan berkarat alat kita. Setelah dicuci dan direndam kemudian tahap
kedua alat-alatnya bisa dengan direbus atau dikukus tunggu sampai
beberapa menit dan setelah alat-alat tersebut di rebus, alat-alat siap
digunkan untuk menolong persalinan mak (sambil mempraktekkan).
Dukun Bayi : (melihat tutorial yang dilakukan oleh bidan Evi dan mulai
mempraktekkannya dan di bantu oleh kader). Bu bidan, kami bisa
mencobanya bu bidan?
Bidan Evi : ya mak, kami akan memberikan kesempatan bagi mak-mak
sekalian untuk mencoba melakukannya.
Para dukun bayi pun mencoba menerapkan ilmu yang pertama yang
diberikan oleh para petugas kesehatan dan kadernya. Para petugas
kesehatan pun menjelaskan hal-hal yang seperti cara menolong
persalinan yang benar, mengetahui resiko serta kelainan selama
kehamilan, sekilas mengenai program KB dan pendidikan kesehatan
diberbagai aspek kesehatan reproduksi dan kesehatan anak. Pembinaan
dukun bayi pun selesai, para dukun bayi diberikan sebuah bingkisan
yang didalamnya beriisikan alat untuk menolong persalinan.
Kesimpulannya dalam melakukan pembinaan dukun bayi ini, dapat
meningkatkan pengetahuan dukun bayi terutama dalam profeinya yang
sering menolong persalinan di desanya, dan dapat dijadikan mitra bagi
bidan desa untuk menurunkan aki dan akb di desanya tersebut.

BAB 4 PENUTUP
Kesimpulan
Kader merupakan tenaga masyarakat yang paling dekat dengan
masyarakat, departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai
pelatihan untuk kader yang dimaksudkan untuk meningkatkan
pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Dukun bayi merupakan seseorang yang dianggap terampil dan dipercaya
oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan dipercaya oleh
masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Salah satu tugas bidan yaitu menggerakan dan meningkatkan peran serta
masyarakat dalam program KIA khususnya pembinaan dukun bayi dan
kader diantaranya:
Pertolongan persalinan 3 bersih serta kewajibannya untuk lapor pada
petugas kesehatan.
Pengenalan kehamilan dan persalinan beresiko.
Perawatan bayi baru lahir, khususnya perawatan tali pusat dan
pemberian ASI ekslusive.
Pengenalan neonatus beresiko, khususnya BBLR dan tetanus
neonaturum serta pertolongan pertamanya sebelum ditangani oleh
petugas kesehatan
Pelaporan persalinan dan kematian ibu serta bayi.
Penyuluhan bagi ibu hamil ( gizi, perawatan payudara, tanda bahaya)
dan penyuluhan KB.
Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, bidan perlu menjalin hubungan
yang baik dengan masyarakat setempat, khususnya pamong setempat,
tokoh masyarakat dan sasaran.

Saran
Kita sebagai tenaga kesehatan atau bidan harus meningkatkan
pembinaan terhadap dukun bayi, agar angka kematian dan kesakitan
terhadap ibu hamil dan bersalin yang diakibatkan oleh kesalahan dan
ketidaktahuan dukun bayi yang tidak terlatih dapat ditekan. Kita juga
harus mendekatkan diri dengan para dukun dan kader untuk
mensukseskan program KIA dengan metode yang disesuaikan dengan
adat dan kebiasaan masyarakat setempat yang berbeda-beda.

DAFTAR PUSTAKA
Niken, Nanik, Dwiana, Sumarah. 2009. Kebidanan Komunitas.
Yogyakarta: Fitramaya
Tri, Rita. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba
Medika
A. STRATEGI PEMBERDAYAAN KADER DAN DUKUN 1. Aras
Mikro •Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu
melalui bimbingan, konseling, stres manajemen, krisis intervensi.
•Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam
menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut
sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas. 2. Aras Mezzo •
Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. •
Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai
media intervensi. Pendidikan dan pelatihan ,dinamika kelompok ,
biasanya digunakan sebagai strategis dalam meningkatkan
kesadaran, pengetahuan, ketrampilan dan sikap-sikap klien agar
memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang
dihadapinya. 3. Aras makro • Pendekatan ini disebut juga sebagai
strategi sistem besar karena sasaran perubahan diarahkan pada
sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan,
perencanaan sosial, kampanye, dan aksi sosial. • Strategi sistem
besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi
untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri dan untuk memilih
serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak. B. MATERI
PEMBINAAN KADER DAN DUKUN 1. Survei Kebutuhan
Kader Dan Dukun Jumlah kebutuhan kader dan dukun setiap
wilayah berbeda pada setiap wilayah. Hal itu terjadi karena
kebutuhan dan atau keberadaan kader serta dukun bayi tiap
wilayah berbeda disesuaikan dengan kondisi keadaan di
masyarakatnya. 2. Penyusunan Kompetensi Kader dan Dukun a.
Kompetensi yang harus dimiliki oleh Kader: • Menggerakan
masyarakat untuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) • Bekerjasama dengan masyarakat dalam pengamatan
masalah kesehatan di desa • Mengupayakan penyehatan
lingkungan • Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) •
Mensosialisasikan mengenai Keluarga sadar gizi (Kadarzi) •
Mampu melakukan pembinaan masyarakat di bidang kesehatan
melalui kegiatan di Posyandu • Merencanakan kegiatan survei
mawas diri dan penanggulangan masalah kesehatan • Membantu
tenaga kesahatan memberikan pelayanan kesehatan seperti
membagikan obat, pemantauan penyakit serta pertolongan pertama
pada kecelakaan b.Kompetensi yang harus dimiliki oleh dukun
bayi 1) Kehamilan • Mengusahakan para ibu hamil di wilayahnya
untuk memeriksakan diri ke tenaga kesehatan di faskes terdekat
dengan memotivasi ibu hamil saat kunjungan rumah •
Mengobservasi ibu hamil dan mengetahui secara dini kehamilan
dengan resiko tinggi untuk dirujuk segera • Membantu tenaga
kesehatan untuk menanggulangi masalah pada ibu hamil sepeti
anemia pada ibu hamil dengan membagi Tablet Fe 2) Persalinan •
Merujuk ibu yang akan melahirkan ke tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan agar pertolongan persalinan dilakukan secara
bersih dan aman 3) Nifas dan BBL • Melakukan perawatan tali
pusat dengan baik dan benar serta mengajarkannya pada keluarga
bayi • Membersihkan tubuh bayi dan menjaga agar tubuhnya tetap
hangat • Memotivasi ibu untuk menyusui secara eksklusif •
Membantu ibu melakukan perawatan payudara dan cara menyusui
• Mengenali tanda bahaya nifas • Memotivasi ibu tentang gizi ibu
hail, bayi dan anak, pemberian ASI eksklusif, KB, imunisasi dan
kebersihan diri 4) Lain-lain • Membantu tenaga kesehatan
melakukan pendataan dan melaporkan setia persalinan dan
kematian ibu dan bayi yang ditemukan • Membantu tenaga
kesehatan untuk melakukan penyuluhan kesehatan di masyarakat •
Memberikan motivasi KB di masyarakat 3. Penyusunan Materi
Pelatihan Pemberdayaan Kader dan Dukun a. Materi pelatihan
pemberdayaan Kader meliputi: – Pengantar tentang Posyandu –
Persiapan Posyndu – Kesehatan Ibu dan Anak – Keluarga
Berencana – Imunisasi – Gizi – Penanggulangan diare –
Pencatatan dan pelaporan b. Materi pelatihan pemberdayaan
Dukun Bayi meliputi: – Struktur dan fisiologis sistem reproduksi
secara umum – Pemeliharaan kesehatan ibu hamil – Pertolongan
persalinan yang aman – Asuhan ibu nifas – Asuhan pada bayi baru
lahir – Bekerja secara aseptik – Penyuluhan kesehatan secara
umum – Penyakit yang pada umumnya menggangu kesehatan ibu
dan bayi – Cara merujuk pasien C. PENDAMPINGAN SOSIAL •
Pendampingan sosial berpijak pada paradigma generalis (Johnson,
1989; DuBois dan Miley, 1992) yang memfokuskan pada
konsultasi pemecahan masalah, manajemen sumber dan
pendidikan. 1. Konsultasi Pemecahan Masalah • Merupakan proses
yang ditujukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik
mengenai pilihan-pilihan dan mengidentifikasi prosedur-prosedur
bagi tindakan-tindakan yang diperlukan. • Konsultasi dilakukan
sebagai bagian dari kerjasama yang saling melengkapi antara
sistem klien dan pekerja sosial dalam proses pemecahan masalah. •
Dalam proses pemecahan masalah , pendampingan sosial dapat
dilakukan melalui serangkaian tahapan yang biasa dilakukan dalam
praktek pekerjaan sosial pada umumnya, yaitu: pemahaman
kebutuhan, perencanaan dan penyeleksian program, penerapan
program, evaluasi dan pengakhiran. 2. Manajemen Sumber •
Sumber adalah segala sesuatu yang dapat digunakan klien dan
pekerja sosial dalam proses pemecahan masalah. • Pengertian
manajemen di sini mencakup pengkoordinasian,
pensistematisasian, dan pengintegrasian, bukan pengawasan
(controlling) dan penunjukkan (directing). • Dengan demikian,
tugas utama pekerja sosial dalam manajemen sumber adalah
menghubungkan klien dengan sumber-sumber sedemikian rupa
sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri klien maupun
kapasitas pemecahan masalahnya. 3. Pendidikan Semua pertukaran
informasi pada dasarnya merupakan bentuk pendidikan. Sebagai
fungsi dalam pendampingan sosial, pendidikan lebih menunjuk
pada sebuah proses kegiatan, ketimbang sebagai sebuah hasil dari
suatu kegiatan. Pendidikan sangat terkait dengan pencegahan
berbagai kondisi yang dapat menghambat kepercayaan diri
individu serta kapasitas individu dan masyarakat. D. BIDANG
TUGAS PENDAMPINGAN Suharto (2005,h.95) mengatakan
proses pendampingan berpusat pada empat bidang tugas atau
fungsi, yaitu : 1.Pemungkinan (enabling) atau Fasilitasi Merupakan
fungsi yang berkaitan dengan pemberian motivasi dan kesempatan
bagi masyarakat. Beberapa tugas pekerja sosial yang berkaitan
dengan fungsi ini antara lain menjadi model, melakukan mediasi
dan negosiasi, membangun konsensus bersama, serta melakukan
manajemen sumber. 2.Penguatan (empowering) Berkaitan dengan
pendidikan dan pelatihan guna memperkuat kapasitas masyarakat
(capacity building). Pendamping berperan aktif sebagai agen yang
memberikan masukan positif dan direktif berdasarkan pengetahuan
dan pengalamannya serta bertukar gagasan dengan pengetahuan
dan pengalaman masyarakat yang didampinginya, membangkitkan
kesadaran masyarakat, menyampaikan informasi, melakukan
konfrontasi, menyelenggarakan pelatihan bagi masyarakat adalah
beberapa tugas yang berkaitan fungsi penguatan. 3.Perlindungan
(Protecting) Fungsi ini berkaitan dengan interaksi antara
pendamping dengan lembagalembaga eksternal atas nama dan
demi kepentingan masyarakat dampingannya. Dalam kaitan
dengan fungsi ini seorang pendamping bertugas mencari sumber-
sumber melakukan pembelaan, menggunakan media,
meningkatkan hubungan masyarakat dan membangun jaringan
kerja, sebagaikonsultasi. 4. Pendukungan (supporting) Mengacu
pada aplikasi keterampilan yang bersifat praktis yang dapat
mendukung terjadinya perubahan positif pada masyarakat. Dalam
hal ini pendamping dituntut tidak hanya mampu menjadi manajer
perubahan yang mengorganisasi kelompok, melainkan pula
mampu melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan berbagai
keterampilan dasar, seperti melakukan analisis sosial, mengelola
dinamika kelompok, menjalin relasi, bernegosiasi, berkomunikasi
dan mencari serta mengatur sumber dana. E. PERAN SEBAGAI
PENDAMPING 1. Fasilitator • Barker (1987) memberi definisi
fasilitator sebagai tanggungjawab untuk membantu klien menjadi
mampu menangani tekanan situasional atau transisional. • Strategi-
strategi khusus untuk mencapai tujuan tersebut meliputi:
pemberian harapan, pengurangan penolakan dan ambivalensi,
pengakuan dan pengaturan perasaan-perasaan, pengidentifikasian
dan pendorongan kekuatan-kekuatan personal dan assetasset sosial,
pemilahan masalah menjadi beberapa bagian sehingga lebih mudah
dipecahkan, dan pemeliharaan sebuah fokus pada tujuan dan cara-
cara pencapaiannya (Barker, 1987:49) 2. Bioker • Pemahaman
pekerja sosial yang menjadi broker mengenai kualitas pelayanan
sosial di sekitar lingkungannya menjadi sangat penting dalam
memenuhi keinginan kliennya memperoleh “keuntungan”
maksimal. • Dalam proses pendampingan sosial, ada tiga prinsip
utama dalam melakukan peranan sebagai bioker: Mampu
mengidentifikasi dan melokalisir sumber-sumber kemasyarakatan
yang tepat. Mampu menghubungkan konsumen atau klien dengan
sumber secara konsisten. Mampu mengevaluasi efektifitas sumber
dalam kaitannya dengan kebutuhan-kebutuhan klien. 3. Mediator
• Peran mediator diperlukan terutama pada saat terdapat perbedaan
yang mencolok dan mengarah pada konflik antara berbagai pihak.
• Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam melakukan peran
mediator meliputi kontrak perilaku, negosiasi, pendamai pihak
ketiga, serta berbagai macam resolusi konflik. Dalam mediasi,
upaya-upaya yang dilakukan pada hakekatnya diarahkan untuk
mencapai “solusi menang-menang” (win-win solution). 4. Pembela
Peran pembelaan dapat dibagi dua: a. Advokasi kasus (case
advocacy) Apabila pekerja sosial melakukan pembelaan atas nama
seorang klien secara individual, maka ia berperan sebagai pembela
kasus. b. Advokasi kausal (cause advocacy) Pembelaan kausal
terjadi manakala klien yang dibela pekerja sosial bukanlah individu
melainkan sekelompok anggota masyarakat. 5. Pelindung •
Tanggungjawab pekerja sosial terhadap masyarakat didukung oleh
hukum. Hukum tersebut memberikan legitimasi kepada pekerja
sosial untuk menjadi pelindung (protector) terhadap orang-orang
yang lemah dan rentan. • Prinsip-prinsip peran pelindung meliputi:
Menentukan siapa klien pekerja sosial yang paling utama.
Menjamin bahwa tindakan dilakukan sesuai dengan proses
perlindungan. Berkomunikasi dengan sem mua pihak yang
terpengaruh oleh tindakan sesuai dengan tanggungjawab etis, legal
dan rasional praktek pekerjaan social
A. STRATEGI PEMBERDAYAAN KADER DAN DUKUN
1. Strategi pemberdayaan kader
Peranan dukun bayi di masyarakat dalam menolong seorang ibu
selama masa kehamilan, persalinan dan sesudah persalinan berkaitan
sangat erat dengan budaya dan kebiasaan setempat. Dukun bayi
kebanyakan merupakan orang yang cukup dikenal di desa, dihormati,
dianggap sebagai orang tua yang dapat dipercaya, dan sudah
berpengalaman. Selain melakukan perawatan kehamilan, menolong
persalinan, serta merawat ibu dan bayinya sesudah persalinan, dukun
bayi umumnya dipercaya dapat memberikan kekuatan spiritual melalui
doa-doa, mantra, dan ritual-ritual adat yang dilakukannya, sehingga
memberikan rasa nyaman dan aman pada ibu yang akan melahirkan.
Setiap persalinan ibu harus ditolong oleh tenaga kesehatan (Kebijakan
Kementerian Kesehatan RI di lapangan, jumlah dukun bayi jauh
lebih banyak dari jumlah bidan. Hal ini berbanding terbalik dengan
keberadaan bidan yang relatif terbatas, khususnya di desa-desa dan
daerah terpencil. Meskipun secara teknis bidan memiliki keahlian yang
diakui dalam membantu persalinan, pengalaman dan usia yang
umumnya masih muda (terutama bagi yang ditempatkan di daerah
terpencil) seringkali menjadi hambatan dalam meraih kepercayaan
masyarakat. Berdasarkan fakta tersebut serta kebijakan pemerintah
bahwa setiap persalinan ibu harus ditangani oleh tenaga kesehatan,
maka upaya membangun kemitraan bidan dan dukun bayi menjadi
sangat perlu dilakukan. Dukun bayi bersedia mengalihkan peranannya
sebagai penolong persalinan kepada bidan, tetapi tetap berperan dalam
merawat ibu selama masa kehamilan, mendampingi saat persalinan
(dengan melakukan ritual adat atau keagamaan untuk membuat ibu
merasa tenang dan aman), dan merawat ibu dan bayi setelah persalinan
(masa nifas).
Setelah kader posyandu terbentuk, maka perlu ada nya strategi agar
mereka dapat selalu eksis membantu masyarakat dibidang kesehatan.
 Refresing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai
dilaksanakan oleh bidan desa maupun petugas lintas sector
yang mengikuti kegiatan posyandu
 Adanya perubahan kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan
pertemuan rutin tiap bulan secara bergilir disetiap posyandu
 Revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa maupun
kecamatan. Dimana semua kader di undang dan diberikan
penyegaran materi serta hiburan dan bisa juga diberikan
rewards.
 Pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis
kepuskes untuk kader dan keluarganya dan juga dalam bentuk
materi yang lain yang diberikan setiap tahun
Para kader kesehatan yang bekerja dipedesaan membutuhkan
pembinaan atau pelatihan dalam rangka menghadapi tugas-tugas
mereka, masalah yang dihadapinya. Pembinaan atau pelatihan tersebut

You might also like