You are on page 1of 7

https://dokumen.

tips/documents/perubahan-pada-sistem-sensori-persepsi-karena-proses-
penuaan.html
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERUBAHAN PADA SISTEM SENSORI PERSEPSI KARENA PROSES
PENUAAN
Banyak lansia mempunyai masalah sensoris yang berhubungan dengan
perubahan normal akibat penuaan. Perubahan ini tidak terjadi pada kecepatan yang
sama atau pada waktu yang sama untuk semua orang dan tidak selalu jelas atau
dramatis. Perubahan sensoris dan permasalahan yang dihasilkan mungkin
merupakan factor yang turut berperan paling kuat dalam perubahan gaya hidup
yang bergerak ke arah ketergantungan yang lebih besar dan persepsi negative
tentang kehidupan.
Persepsi sensoris mempengaruhi kemampuan seseorang untuk saling
berhubungan dengan orang lain dan untuk memelihara atau membentuk hubungan
yang baru, berespons terhadap bahaya, dan menginterpretasikan masukan sensoris
yang indah, diskusidan debat yang menarik, hiburan didalam dan diluar rumah,
makanan yang rasanya enak, berbagai keharuman yang sangat menyenangkan, dan
sentuhan seseorang yang dicintai. Persepsi sensori juga memberikan pertahanan
sebagai respons terhadap lingkungan serta bertindak sebagai system keamanan
seseorang terhadap sesuatu yang dapat mengakibatkan permasalahan.
Indra pengecap dan penciuman merupakan indra yang penting, tetapi
perubahan dalam indra-indra ini tidak mengakibatkan perbedaan yang jelas dalam
respons lansia terhadap lingkungan. Namun, persepsi sensoris dalam penciuman
dan pengecapan dapat memfasilitasi respons seseorang terhadap situasi
yang menyenangkan juga terhadap biaya. Sebagai contoh, seorang lansia mungkin tidak
mampu untuk mendeteksi makanan yang telah basi, sehingga dapat menyebabkan
lansia tersebut memakan zat yang mengandung toksin.
Semua indra manusia memainkan peranan dalam respons perceptual
seseorang terhadap lingkungan. Indra-indra tersebut juga dapat memungkinkan
seseorang untuk beradaptasi terhadap situasi yang kompleks dan berubah dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari.
PENGLIHATAN
PERUBAHAN DALAM PENUAAN
Defisit sensori ( misalnya, perubahan penglihatan ) dapat merupakan bagian
dari penyesuaian berkesinambungan yang datang dalam kehidupan usia lanjut.
Perubahan penglihatan mempengaruhi pemenuhan AKS. Perubahan penglihatan
dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses penuaan termasuk penurunan
kemampuan untuk melakukan akomodasi, konstriksi pipil akibat penuaan, dan
perubahan warna serta kekeruhan lensa mata ( katarak ).
Perubahan penglihatan pada awalnya dimulai dengan terjadinya awitan
presbiopi kehilangan kemampuan akomodatif. Perubahan kemampuan akomodatif
ini pada umumnya dimulai pada dekade keempat kehidupan, ketika seseorang
memiliki masalah dalam membaca huruf-huruf yang kecil. Kerusakan kemampuan
akomodasi terjadi karena otot-otot siliaris menjadi lebih lama dan lebih kendur, dan
lensa kristalin mengalami sklerosis, dengan kehilangan elastisitas dan kemampuan
untuk memusatkan pada ( penglihatan jarak dekat ) kondisi ini dapat dikoreksi
dengan lensa seperti kacamata jauh dekat. ( bifokal ).
Ukuran pupil menurun (miosis pupil) dengan penuaan karena sfinkter pupil
mengalami sklerosis. Miosis pupil ini dapat mempersempit lapang pandang
seseorang dan mempengaruhi penglihatan perifer pada tingkat tertentu, tetapi
tampaknya tidak benar-benar mengganggu kehidupan sehari-hari.
Perubahan warna (misalnya: menguning) dan meningkatnya kekeruhan
lensa kristal yang terjadi dari waktu ke waktu dapat menimbulkan katarak. Katarak
menimbulkan berbagai tanda dan gejala penuaan yang mengganggu penglihatan
dan aktivitas setiap hari. Penglihatan yang kabur dan seperti terdapat suatu selaput
di atas mata adalah suatu gejala umum, yang mengakibatkan kesukaran dalam
memfokuskan penglihatan dan membaca. Kesukaran ini dapat dikoreksi untuk
sementara dengan penggunaan lensa. Selain itu, lansia harus didororng untuk
menggunakan lampu yang terang dan tidak menyilaukan. Sensitivitas terhadap
cahaya sering terjadi, menyebabkan lansia sering mengedipkan mata mata terhadap
cahaya terang atau ketika berada di luar pada siang hari yang cerah. Sensitivitas
cahaya dapat mengakibatkan kecenderungan lansia untuk tetap tinggal di dalam
ruangan atau menggunakan kaca mata hitam. Sinar yang menyilaukan atau
lingkaran cahaya (“halo”), yang disebabkan oleh oleh penyebaran cahaya,
memengaruhi dalam mengemudi, terutama pada malam hari ketika menghadapi
sinar yang sangat terang dari lampu besar mobil. Kedaan ini dapat berbahaya dan
mungkin menyebabkan suatu kemunduran dalam aktivitas social pada sore hari jika
lansia tersebut terlalu segan untuk meminta bantuan dalam mengemudi.
Berkurangnya penglihatan pada malam hari dapat mengakibatkan kesukaran dalam
mengemudi dan ambulasi. Lansia memerlukan penggunaan cahaya pada malam
hari di dalam rumah dan waktu tambahan untuk melakukan penyesuaian
penglihatan terhadap perubahan kekuatan penerangan ketika meninggalkan suatu
lingkungan yang memiliki pencahayaan baik ke suatu lingkungan dengan
penerangan yang redup. Katarak juga mengakibatkan gangguan dalam persepsi
kedalaman atau stereopsis, yang menyebabkan masalah dalam menilai ketinggian.
Lansia harus diajarkan untuk menggunakan tangan mereka sebagai pemandu pada
pegangan tangga dan utnuk menggunakan cat berwarna terang pada bagian tepi
anak tangga. Perubahan dalam persepsi warna terjadi seiring dengan pembentukan
katarak dan mengakibatkan warna yang muncul tumpul dan tidak jelas, terutama
warna - warna terang seperti kuning, orange, merah direkomendasikan untuk
memudahkan dalam membedakan warna. Sakit mata atau rasa tidak nyaman pada
mata mungkin dialami oleh beberapa lansia karena pada lansia karena pada saat
katarak terbentuk akan dapat meningkatkan tekanan intraocular (TIO) untuk
sementara. Hal yang penting dilakukan adalah melakukan pemeriksaan penglihatan
dan tekanan pada mata secara teratur dan untuk melakukan operasi pengangkatan
katarak ketika telah siap.
Perubahan normal yang berhubungan Implikasi klinis
dengan penuaan

PENGLIHATAN
Penurunan kemampuan akomodasi Kesukaran dalam membaca huruf – huruf
konstriksi pupil senilis peningkatan yang kecil,penyempitan lapang
kekeruhan lensa dengan perubahan warna pandang,
menjadi menguning penglihatan yang kabur, sensitivitas
terhadap cahaya penurunan
penglihatan
pada malam hari, kesukaran dengan
persepsi
kedalaman

PENDENGARAN
Penurunan fungsi sensorineural secara Kehilanagan pendengaran secara bertahap
lambat

PENDENGARAN
PERUBAHAN PADA PENUAAN
Palumbo menyatakan bahwa “pendengaran adalah suatu kecacatan dan sering
diabaikan yang dapat secara dramatis mempengaruhi kualitas hidup seseorang
(hlm 36). penurunan pendengaran adalah masalah kesehatan kedua yang paling umum yang
mempengaruhi lansia. Beberapa orang menyatakan bahwa hal tersebut memiliki efek yang
bergerak seperti gelombang yang dapat memengaruhi area dasar tertentu dari penampilan
manusia, menurunkan kenikmatan hidup dan menurunkan interaksi dengan orang lain dan
rekreasi di luar rumah.
Pada orang yang berusia lebih dari 65 tahun, antara 28 dan 55% mengalami gangguan
pendengaran dalam derajat yang berbeda. Diantaara mereka yang berusia lebih dari 80
tahun, 66% mengalami gangguan pendengaran. Diperkirakan 90% orang yang berada
dalam institusi mengalami masalah pendengaran.
Kehilangan pendengaran pada lansia disebut presbikusis. Mhoon, menggambarkan
fenomena tersebut sebagai “suatu penyakit bilateral pada pendengaranyang berkembang
secaraprogresif lambat terutama memengaruhi nada tinggi dan dihubungkan dengan
penuaan” penyebabnya tidak diketahui, tetapi berbagai faktor yang telah diteliti: nutrisi,
faktor genetik, suara gaduh atau ribut, hipertensi, stres emosional, dan arteriosklerosis.
Penurunan pendengaran terutama berupa sensorineural, tetapi juga dapat berupa komponen
konduksi yang berkaitan dengan presbikusis penurunan pendengaran sensorineural terjadi
saat telinga bagian dalam dan komponen saraf tidak berfungsi dengan baik
(saraf pendengaran, batang otak, atau jalur kortikal pendengaran). Penyebab dari
perubahan konduksi tidak diketahui, tetapi masih mungkin berkaitandengan perubahan pada
tulang di telinga bagian tengah, dalam bagian koklear, atau di dalam tulang mastoid
Dalam presbikusis, suara konsonan dengan nada tinggi merupakan yang pertama kali
terpengaruh, dan perubahan dapat terjadi secara bertahap. Karena perubahan-perubahan
terjadi secara lambat, klien mungkin tidak langsung meminta bantuan yang dalam hal ini
sangat penting sebab semakin cepat kehilangan pendengaran dapat di detifikasi dan alat
bantu diberikan, semakin besar untuk kemungkinan berhasil. Karena kehilangan
pendengaran pada umumnya berlangsung secara bertahap, seseorang mungkin tidak
menyadari perubahannya sampai diberitahu oleh seseorang yang mengatakan bahwa ia
menjadi “susah mendengar”.
Dua masalah fungsional pendengaran pada populasi lanjut usia adalah ketidak
mampuan untuk mendeteksi volume suara dan ketidakmampuan untuk mendeteksi suara
dengan nada frekuensi yang tinggi seperti beberapa konsonan (misalnya f, s, sk, sh, dan l).
Perubahan- perubahan ini dapat terjadi pada salah satu atau kedua telinga. Berbagai alat yang
tersedia saat ini digunakan untuk memeriksa adanya gangguan pendengaran seperti otoskop
dengan pemeriksaan histologi, mikrobiologi, dan biokimia, secara pemeriksaan
radiologi. Pemeriksaan otologis dan audiologis yang seksama sangat penting dilakukan.

B. TEORI PENUAAN
1. Teori Biologis
Teori biologi merupakan teori yang menjelaskan mengenai proses fisik penuaan
yang meliputi perubahan fungsi dan struktur organ, pengembangan, panjang usia
dan kematian (Christofalo dalam Stanley).Perubahan yang terjadi di dalam tubuh
dalam upaya berfungsi secara adekuat untuk dan melawan penyakit dilakukan
mulai dari tingkat molekuler dan seluler dalam sistem organ utama. Teori biologis
mencoba menerangkan menganai proses atau tingkatan perubahan yang terjadi
pada manusia mengenai perbedaan cara dalam proses menua dari waktu ke waktu
serta meliputi faktor yang mempengaruhi usia panjang, perlawanan terhadap
organisme dan kematian atau perubahan seluler.
a. Teori Genetika
Teori genetika merupakan teori yang menjelaskan bahwa penuaan merupakan
suatu proses yang alami di mana hal ini telah diwariskan secara turun-temurun
(genetik) dan tanpa disadari untuk mengubah sel dan struktur jaringan.
Teori genetika terdiri dari teori DNA, teori ketepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan
teori glikogen. DNA merupakan asam nukleat yang berisi pengkodean mengenai
infornasi aktivitas sel, DNA berada pada tingkat molekuler dan bereplikasi sebelum
pembelahan sel dimulai, sehingga apabila terjadi kesalahan dalam pengkodean DNA
maka akan berdampak pada kesalahan tingkat seluler dan mengakibatkan malfungsi
organ.
Pada manusia, berlaku program genetik jam biologi di mana program
maksimal yang diturunkan adalah selama 110 tahun. Sel manusia normal akan membelah 50
kali dalam beberapa tahun. Sel secara genetik diprogram untuk berhenti membelah setelah
mencapai 50 divisi sel, pada saat itu sel akan mulai kehilangan fungsinya. Teori genetika
dengan kata lain mengartikan bahwa proses menua merupakan hal yang tidak dapat dihindari
dan akan semakin terlihat bila usia semakin bertambah. Teori ini juga bergantung dari
dampak lingkungan pada tubuh yang dapat mempengaruhi susunan molekula

You might also like