You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.
Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum
maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Masalah kesehatan jiwa lansia
termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri
dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu yang
mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis,
sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain (Depkes.RI, 1992).
Lanjut usia mengalami berbagai permasalah biologis/fisik, psikologis,
sosial, spiritual dan kultural yang perlu diperhatikan oleh perawat, keluarga
maupun petugas kesehatan lainnya. Penanganan maslah secara dini akan
membantu lanjut usia dalam melakukan strategi pemecahan masalah tersebut dan
dalam beradaptasi untuk kegiatan sehari hari (Miller, 1995)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perubahan bio/fisik pada lansia ?
2. Bagaimana perubahan psikologis pada lansia ?
3. Bagaimana perubahan sosial pada lansia ?
4. Bagaimana perubahan pada kultural pada lansia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perubahan bio/fisik pada lansia.
2. Untuk mengetahui perubahan psikologis pada lansia.
3. Untuk mengetahui perubahan sosial pada lansia.
4. Untuk mengetahui perubahan pada kultual pada lansia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Proses Menua


Aging process atau proses menua merupakan suatu proses biologis
yang tidak dapat dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang. Menua
adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan (graduil)
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau menggantikan dan
mempertahankan struktur fungsi secara normal, ketahanan terhadap injury
termasuk adanya infeksi (Kozier, 2011). Proses menua sudah mulai
berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya dengan
terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf dan jaringan lain
sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Pada setiap orang, fungsi
fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak
maupun saat menurunnya. Namun umumnya fungsi fisiologis tubuh
mencapai puncaknya pada umur 20-30 tahun.

B. Perubahan Yang Lazim Pada Proses Menua


a. Perubahan Biologis (fisik)
Perubahan fisik pada lansia yang terjadi pada sel seseorang menjadi
lansia yaitu adanya perubahan genetika yang mengakibatkan
terganggunya metabolisme protein, gangguan metabolisme Nucleic
acid dan deoxyribonucleic (DNA), terjadi ikatan DNA dengan protein
stabil yang mengakibatkan gangguan genetika, gangguan kegiatan
enzim dan system pembuatan enzim, menurunnya proporsi protein
diotak, otot, ginjal darah dan hati, terjadinya pengurangan parenkim
serta adanya penambahan lipofisin. Perubahan yang terjadi di sel otak
dan saraf berupa jumlah sel menurun dan fungsi digantikan sel yang
tersisa, terganggunya mekanisme perbaikan sel, kontrol inti sel
terhadap sitopalsma menurun, terjadinya perubahan jumlah dan stuktur
mitokondria, degenerasi lisosom yang mengakibatkan hoidrolisa sel,
berkurangnya butir Nissil, penggumpalan kromatin, dan penambahan
lipofisin, terjadi vakuolisasi protoplasma. Prubahan yang terjadi di
otak lansia adalah terjadi trofi yang berkurang 5% sampai 10% yang
ukurannya kecil terutama dibagian prasagital, frontal, parietal, jumlah
neuron berkurang dan tidak dapat diganti dengan yang baru, terjadi
pengurangan neurotransmitter, terbentuknya struktur abnormal diotak
dan akumulasi pigmen organik mineral (lipofuscin, amyloid, plaque,
neurofibrillary tangle), adanya perubahan biologis lainnya yang
mempengaruhi otak seperti gangguan indra telinga, mata, gangguan
kardiovaskuler, gangguan kelenjar tiroid, dan kortikosteroid.
Perubahan jaringan yaitu terjadinya penurunan sitoplasma protein,
peningkatan metaplastik protein seperti kolagen dan elastin.
Menurut Nugroho (2008) Perubahan Fisik pada lansia adalah :
1. Sel
Perubahan fisik pada lansia Jumlah sel menjadi sedikit, ukuran sel
lebih besar dan cairan intra seluler berkurang, serta menurunnya
proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel otak
menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.
2. Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun
dalam proses perubahan fisik lansia, berat otak menurun 10-20%,
mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan
berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya
syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap suhu, kurang
sensitive terhadap sentuhan.
3. Sistem Penglihatan
Perubahan fisik lansia dalam sistem penglihatan ditandai dengan
menurunnya lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih
suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis,
daya membedakan warna menurun.

4. Sistem Pendengaran
Dalam sistem pendengaran perubahan fisik pada lansia ditandai
dengan hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada
bunyi suara atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti
kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran
timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
5. Sistem kardiovaskuler
Perubahan fisik pada lansia disistem kardiovaskuler yaitu Katup
jantung menebal dan menjadi kaku. Kemampuan jantung menurun 1%
setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan
elastisitas pembuluh darah: kurang efektifitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi. tekanan darah meninggi akibat meningkatnya
resistensi dari pembuluh darah perifer.
6. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada perubahan fisik lansia Pada sistem pengaturan suhu
hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat yaitu
menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa factor
yang mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain: Temperatur
tubuh menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat
memproduksi panas yang banyak sehingga aktifitas otot menjadi
rendah.
7. Sistem Respirasi
Perubahan fisik pada lansia disistem respirasi yaitu paru-paru
kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih
berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas
turun. Kemampuan batuk menurun (menurunnya aktifitas silia), O2
arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak berganti.

8. Sistem Gastrointestinal
Banyaknya gigi yang tanggal merupakan salah satu perubahan fisik
lansia dalam sistem gastroitestinal, selain itu sensitifitas indra
pengecap menurun, pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam
lambung menurun, waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah,
dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun.
9. Sistem urinaria
Pada sistem urinari perubahan fisik yang terjadi pada Otot-otot
vesika urinaria yang melemah dan kapasitasnya menurun sampai 200
mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva,
selaput lendir mongering, elastisitas jaringan menurun dan disertai
penurunan frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks sekunder.
10. Sistem Endokrin
Perubahan fisik lansia pada sistem endokrin yaitu hampir semua
produksi hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan
sekresi hormone kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan
testoteron juga.
11. Sistem Kulit
Perubahan fisik yang sangat terlihat pada Kulit lansia yang menjadi
keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi dan
kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan
cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar
keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel
epidermis.
12. System Muskuloskeletal
Pada sistem muskuloskeletal perubahan fisik lansia yang terjadi
tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan
tulang, persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan
mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi
lamban, otot mudah kram dan tremor.
Selain dari perubahan sistem tubuh pada lansia perubahan fisik umum
yang lainnya iyalah sebagai berikut :
- Immobility (kurang bergerak)
Gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat
menyebabkan lansia kurang bergerak. Penyebab yang paling sering
adalah gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan saraf, dan
penyakit jantung dan pembuluh darah.
- Instability (berdiri dan berjalan tidak stabil dan mudah jatuh).
Akibat jatuh pada lansia pada umumnya adalah kerusakan
bahagian tertentu dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, seperti
patah tulang, cedera pada kepala. Penyebab instabilitas dapat
berupa faktor intrinsic, hal-hal yang berkaitan dengan keadaan fisik
tubuh penderita karena proses menua; dan faktor ekstrinsik yang
berasal dari luar tubuh seperti obat-obat tertentu dan faktor
lingkungan.
- Incontinence (beser buang air senil)
Keluarnya air seni tanpa disadari, semakin banyak dan sering,
mengakibatkan masalah kesehatan atau lingkungan, khususnya
lingkungan keluarga. Untuk menghindari ini, lansia sering
mengurangi minum. Upaya ini justru menyebabkan lansia
kekurangan cairan tubuh dan juga berkurangnya kemampuan
kandung kemih dalam menjalankan fungsinya.
- Intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia)
Gangguan intelektual merupakan kumpulan gejala klinik yang
meliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat.
- Infection (infeksi)
Kekurangan gizi, kekebalan tubuh: yang menurun adalah
penyebab utama lansia mudah mendapat penyakit infeksi. Selain
itu berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh, terdapatnya
beberapa penyakit sekaligus (komorbiditas) yang menyebabkan
daya tahan tubuh yang sangat berkurang, faktor lingkungan, jumlah
dan keganasan kuman akan mempermudah tubuh mengalami
infeksi.
- Impairment of vision and hearing, taste, smell, communication,
convalescence, skin integrity (gangguan panca indera, komunikasi,
daya pulih, dan kulit)
Akibat proses menua semua fungsi panca indera dan otak
berkurang. Demikian juga gangguan pada saraf dan otot-otot yang
digunakan untuk berbicara dapat menyebabkn terganggunya
komunikasi, daya pulih terhadap penyakitpun berkurang sedangkan
kulit menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak.
- Impaction (sulit buang air besar)
Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya ini adalah
kurangnya gerakan fisik, makanan yang kurang mengandung serat,
kurang minum, akibat obat-obat tertentu dan lain-lain. Akibatnya,
pengosongan isi usus menjadi sulit terjadi atau isi usus menjadi
tertahan. Pada konstipasi, kotoran di dalam usus menjadi keras dan
kering, dan pada keadaan yang berat dapat terjadi akibat yang lebih
berat berupa penyumbatan pada usus disertai rasa sakit pada daerah
perut.
b. Perubahan psikologis pada lansia
Perubahan Aspek psikologis yang terjadi pada lansia amat penting
peranan dalam kehidupan sosial lansia terutama dalam menghadapi
masalah-masalah yang berkaitan dengan pensiun; hilangnya jabatan
atau pekerjaan yang sebelumnya sangat menjadi kebanggaan sang
lansia tersebut. Berbicara tentang aspek psikologis lansia dalam
pendekatan eklektik holistik, sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara
aspek organ-biologis, psikologis, sosial, budaya dan spiritual dalam
kehidupan lansia. Berikut merupakan perubahan psikologis yang
sering terjadi pada lansia:

a. Ingatan Menurun
terjadi kemunduran dalam mengingat, bahkan sering lupa
pada hal-hal yang sederhana dalam proses perubahan
psikologis pada lansia.
b. Kecemasan
Perubahan psikologis perasaan cemas yang timbul sering
dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi
situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan.
Kecemasan pada lansia bersifat relatif, artinya ada orang yang
cemas dan dapat tenang kembali, setelah mendapatkan
semangat/dukungan dari orang di sekitarnya; namun ada juga
yang terus-menerus cemas, meskipun orang-orang disekitarnya
telah memberi dukungan
Gangguan kecemasan dianggap berasal dari suatu
mekanisme pertahanann diri yang dipilih secara alamiah oleh
makhluk hidup bila menghadapi sesuatu yang mengancam dan
berbahaya. Kecemasan yang dialami dalam situasi semacam itu
memberi isyarat kepada makhluk hidup agar melakukan
tindakan mempertahankan diri untuk menghindari atau
mengurangi bahaya atau ancaman.
Menjadi cemas pada tingkat tertentu dapat dianggap
sebagai bagian dari respon normal untuk mengatasi masalah
sehari-hari. Bagaimana juga, bila kecemasan ini berlebihan dan
tidak sebanding dengan suatu situasi, hal itu dianggap sebagai
hambatan dan dikenal sebagai masalah klinis.
c. Mudah Tersinggung
Pada perubahan psikologis lansia perasaan lebih sensitiv dan
lebih mudah tersinggung, gejalanya lebih mudah terlihat
dibandingkan kecemasan. Perasaannya menjadi sangat sensitif
terhadap sikap dan perilaku orang-orang di sekitarnya, terutama
jika sikap dan perilaku tersebut dipersepsikan sebagai
menyinggung proses penerimaan diri lansia yang sedang terjadi
dalam dirinya.
d. Stress
Tidak ada orang yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-
was dan cemas, termasuk para lansia dalam proses perubahan
psikologis. Ketegangan perasaan atau stress selalu beredar
dalam lingkungan pekerjaan, pergaulan sosial, kehidupan
rumah tangga dan bahkan menyelusup ke dalam tidur. Kalau
tidak ditanggulangi stress dapat menyita energi, mengurangi
produktivitas kerja dan menurunkan kekebalan terhadap
penyakit, artinya kalau dibiarkan dapat menggerogoti tubuh
secara diam-diam.
Namun demikian stress tidak hanya memberikan dampak
negatif, tapi bisa juga memberikan dampak positif. Apakah
kemudian dampak itu positif atau negatif, tergantung pada
bagaimana individu memandang dan mengendalikannya. Stress
adalah suatu keadaan atau tantangan yang kapasitasnya diluar
kemampuan seseorang oleh karena itu, stress sangat individual
sifatnya.
Respon lansai terhadap sumber stress sangat beragam, suatu
rentang waktu bisa tiba-tiba jadi pencetus stress yang temporer.
Stress dapat juga bersifat kronis misalnya konflik keluarga.
Reaksi kita terhadap pencetus stress dapat digolongkan dalam
dua kategori psikologis dan fisiologis.
Di tingkat psikologis, respon orang terhadap sumber stress
tidak bisa diramalkan, sebagaimana perbedaan suasana hati dan
emosi kita dapat menimbulkan beragam reaksi, mulai dari
hanya ekspresi marah sampai akhirnya ke hal-hal lain yang
lebih sulit untuk dikendalikan. Di tingkat psikologis, respon
orang terhadap sumber stress ini tergantung pada beberapa
faktor, termasuk keadaan emosi pada saat itu dan sikap orang
itu dalam menanggapi stress tersebut.
e. Depresi
Perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan
berkurangnya kemandirian sosial serta perubahan-perubahan
akibat proses menua menjadi salah satu pemicu munculnya
depresi pada lansia
gejala-gejala fisik maupun psikologis lain yang menyertai
perubahan psikologis pada lasia. Gejala-gejala tersebut sangat
perlu dipahami supaya tidak terjadi kesalah pahaman dalam
memperlakukan para lansia. Dengan memahami gejala
diharapkan lansia dapat mengerti apa yang sedang terjadi
dalam diri mereka. perubahan sosial pada lansia
c. Perubahan Sosila
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami
penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi
proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-
lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin
lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,
koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia
juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan
dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut
dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai
berikut:
1. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy),
biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan
mantap sampai sangat tua.
2. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe
ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi
jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat
memberikan otonomi pada dirinya.
3. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe
ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila
kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak
bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan
yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera
bangkit dari kedukaannya.
4. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe
ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan
kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak
diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi
ekonominya menjadi morat-marit.
5. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia
tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri
sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
d. Perubahan Spiritual
Pada lansia agama dan kepercayaan makin kuat dan semakin tertanam dalam
pemikiranya, lansia semakin mendekatkan diri pada tuhan yang Maha Esa
1. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya
(Maslow, 1970).
2. Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini
terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari
3. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler:
Universalizing perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah
berfikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai
dan keadilan
e. Perubahan Kultura pada lansia
sebagian besar hubungan lansia dengan anak jauh kurang
memuaskan yang disebabkan oleh berbagai macam hal. Penyebabnya
antara lain : kurangnya rasa memiliki kewajiban terhadap orang tua,
jauhnya jarak tempat tinggal antara anak dan orang tua. Lansia tidak
akan merasa terasing jika antara lansia dengan anak memiliki
hubungan yang memuaskan sampai lansia tersebut berusia 50 sampai
55 tahun (Darmojo, 2006).
Orang tua usia lanjut yang perkawinannya bahagia dan tertarik
pada dirinya sendiri maka secara emosional lansia tersebut kurang
tergantung pada anaknya dan sebaliknya. Umumnya ketergantungan
lansia pada anak dalam hal keuangan. Karena lansia sudah tidak
memiliki kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Anak-anaknya pun tidak semua dapat menerima permintaan atau
tanggung jawab yang harus mereka penuhi. Perubahan-perubahan
tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduruan kesehatan fisik
dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas
ekonomi dan sosial mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh
pada aktivitas kehidupan sehari-hari. Masalah-masalah yang di Hadapi
Pada Lansia

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Usia lanjut adalah mereka yang telah berusia 60 tahun atau lebih. Belum
ada kesepakatan tentang batasan umur lanjut usia disebabkan terlalu banyak
pendapat tentang batasan umur lanjut usia. Aging process atau proses menua
merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat dihindarkan, yang akan
dialami oleh setiap orang. Proses menua sudah mulai berlangsung sejak
seseorang mencapai dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan
pada otot, susunan syaraf dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi
sedikit. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik
dalam hal pencapaian puncak maupun saat menurunnya. Konsep perubahan
yang terjadi pada lansia dari aspek biologis/fisik, psikologis, sosial, spiritual
dan kultural dalam proses penerimaan diri lansia sangat penting dipahami oleh
keluarga dan perawat untuk membantu lansia mencapai kualitas hidup. Serta
Pentingnya perawat memahami konsep perubahan tersebut pada lansia bila
perawat mengelola/ memberi askep pada lansia.

DAFTAR PUSTAKA
Darmojo dan Martono. 2006. Geriatri. Jakarta : Yudistira

Kozier, Erb, Berman. Synder. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :


Konsep, Proses & Praktik. Volume : 1, Edisi : 7. Jakarta : EGC

Nugroho, W. 2008. Keperawatam Gerontik dan Geriatri. Edisi 3. Jakarta : EGC

Abraham H. Maslow.1970. Motivation and Personality.New York: Harper & Row


Publisher

You might also like