You are on page 1of 30

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL KRONIK (GGK)

DI SUSUN OLEH :

1. RISKI PRATIWI
2. ADHA QOWIYA
3. WINILASARI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNA


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
PALEMBANG
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas karunia, taufik dan

hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah Praktek Kerja Lapangan (PKL)

dengan tema “Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronik (GGK).

Kami mengetahui makalah kami ini jauh dari sempurna, karena di dunia ini

tidak ada yang sempurna, maka dari itu, kritik dan saran dari para dosen dan teman-

teman sangat kami harapkan, agar terciptanya makalah yang lebih baik.

Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat

dalam penyelesaian makalah ini. Harapan kami agar makalah ini dapat menambah

pengetahuan mahasiswa dan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, Oktober 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3 Tujuan .......................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Gagal ginjal kronik (GGK) .......................................................... 4
2.1.1 Definisi ............................................................................ 4
2.1.2 Etiologi ............................................................................ 5
2.1.3 Patofisiologi .................................................................... 5
2.1.4 Manifestasi klinis ............................................................. 7
2.1.5 Pemeriksaan diagnostik .................................................... 9
2.1.6 Penatalaksanaan medis ..................................................... 10
2.2 Asuhan keperawatan pada klien gagal ginjal kronis .................... 12
2.2.1 Pengumpulan data ............................................................ 12
2.2.2 Diagnosa keperawatan ..................................................... 16
2.2.3 Perencanaan keperawatan ............................................... 17
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan .................................................................................. 26
3.2 Saran ............................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting sangat
penting dalam mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal
mengatur keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit dan asam basa dengan
cara menyaring darah yang melalui ginjal, reabsorbsi selektif air, elektrolit
dan non-elektrolit, serta mengekskresi kelebihannya sebagai kemih.
Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi
cairan ekstra sel dalam batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan
ekstrasel ini dikontrol oleh filtrasi glomerulus, reabsorbsi dan sekresi tubulus.
Ginjal dilalui oleh sekitar 1.200 ml darah per menit, suatu volume yang sama
dengan 20 sampai 25 persen curah jantung (5.000 ml per menit). Lebih 90%
darah yang masuk ke ginjal berada pada korteks, sedangkan sisanya dialirkan
ke medulla.
Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-
communicable diseases) terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi,
diabetes melitus, dan penyakit ginjal kronik, sudah menggantikan penyakit
menular sebagai masalah kesehatan masyarakat utama.
Jumlah penderita CRF atau gagal ginjal kronik terus meningkat dan
diperkirakan pertumbuhannya sekitar 10% setiap tahun.Saat ini belum ada
penelitian epidemiologi tentang prevalensi penyakit ginjal kronik di
Indonesia. Dari data di beberapa pusat nefrologi di Indonesia diperkirakan
insidens dan prevalensi penyakit ginjal kronik masing-masing berkisar 100-
150/ 1 juta penduduk dan 200-250/ 1 juta penduduk.

1
Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem vaskuler
sehingga dapat membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum
pasien mengalami komplikasi yang lebih parah seperti stroke, penyakit
jantung koroner, gagal ginjal, dan penyakit pembuluh darah perifer.
Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal yang
memerlukan terapi pengganti yang membutuhkan biaya yang mahal. Penyakit
ginjal kronik biasanya desertai berbagai komplikasi seperti penyakit
kardiovaskuler, penyakit saluran napas, penyakit saluran cerna, kelainan di
tulang dan otot serta anemia.
Selama ini, pengelolaan penyakit ginjal kronik lebih mengutamakan
diagnosis dan pengobatan terhadap penyakit ginjal spesifik yang merupakan
penyebab penyakit ginjal kronik serta dialisis atau transplantasi ginjal jika
sudah terjadi gagal ginjal. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa komplikasi
penyakit ginjal kronik, tidak bergantung pada etiologi, dapat dicegah atau
dihambat jika dilakukan penanganan secara dini. Oleh karena itu, upaya yang
harus dilaksanakan adalah diagnosis dini dan pencegahan yang efektif
terhadap penyakit ginjal kronik, dan hal ini dimungkinkan karena berbagai
faktor risiko untuk penyakit ginjal kronik dapat dikendalikan.
Penatalaksanaan yang tidak baik pada klien dengan gagal ginjal kronik
akan mengarah pada komplikasi pada sistem tubuh lain yaitu gagal jantung,
hipertensi, anemia, ulserasi lambung, asidosis metabolik, gangguan
pernapasan sampai akhirnya menyebabkan kematian. Perawat sebagai tenaga
kesehatan profesional mempunyaikesempatan paling besar untuk memberikan
pelayanan kesehatan khususnya pelayanan/asuhan keperawatan yang
komprehensif meliputi bio-psiko-sosio-spiritual.
Dengan melihat permasalahan diatas,penulis tertarik untuk
mengangkat kasus tersebut sebagai judul makalah yaitu “Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Gagal Ginjal Kronik”.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Gagal Ginjal Kronis (GGK) ?

2. Apa penyebab Gagal Ginjal Kronis (GGK) ?

3. Bagaimana tanda dan gejala Gagal Ginjal Kronis (GGK) ?

4. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada penderita Gagal Ginjal Kronis

(GGK) ?

5. Bagaimana penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis (GGK) ?

6. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien gagal ginjal kronis ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Gagal Ginjal Kronis (GGK)

2. Untuk mengetahui penyebab Gagal Ginjal Kronis (GGK)

3. Untuk mengetahui tanda dan gejala Gagal Ginjal Kronis (GGK)

4. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada penderita Gagal Ginjal

Kronis (GGK)

5. Untuk mengetahui penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis (GGK)

6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien gagal ginjal kronis

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gagal Ginjal Kronik (GGK)


2.1.1 Definisi
Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal
lanjut secara bertahap (Doenges, 1999; 626)
Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu
mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan
pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan individu transisi dari sehat
ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan menunggu
beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996; 368)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448)
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang
progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812)
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat
destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa
metabolit ( toksik uremik ) di dalam darah. (Arif Muttaqin,2011; 166)
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang
disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung
progresif, dan cukup lanjut. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerulus
kurang dari 50 ml/menit. (Arjatmo Tjokonegoro,2001;427)

4
2.1.2 Etiologi
Begitu banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya gagal
ginjal kronis. Akan tetapi apapun sebabnya, respon yang terjadi adalah
penurunan fungsi ginjal secara progresif. Kondisi klinis yang memungkinkan
dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan dari luar
ginjal.
1. Penyakit dari ginjal
a. penyakit pada saringan (glomerulus) : glomerulonefritis
b. infeksi kuman : pyelonefritis, ureteritis
c. batu ginjal : nefrolitiasis
d. kista di ginjal : polcystis kidney
e. trauma langsung pada ginjal
f. keganasan pada ginjal
g. sumbatan : tumor, batu, penyempitan/striktur
2. Penyakit umum di luar ginjal
a. penyakit sistemik : diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol tinggi
b. dyslipidemia
c. infeksi di badan : tbc paru, sifilis, malaria, hepatitis
d. preeklamsi
e. obat-obatan
f. kehilangan banyak cairan yang mendadak ( luka bakar )
2.1.3 Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume
filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan
penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk
berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut

5
menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis
osmotik disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak
oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-
gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada
tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai
15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia
membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga
stadium yaitu:
1. Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)
Di tandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum
Nitrogen (BUN) normal dan penderita asimtomatik.
2. Stadium 2 (insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo
filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum
Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai
meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan
poliuri.
3. Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia).
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo
filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau
kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen
meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri. (Price, 1992: 813-814)

6
2.1.4 Manifestasi Klinis
Karena pada gagal ginjal kronis setiap sisem tubuh dipengaruhi oleh
kondisi uremia, maka pasien akan memperhatikan sejumlah tanda dan gejala.
Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan
ginjal, kondisi lain yang mendasari, dan usia pasien.
Manifestasi kardiovaskuler, pada gagal ginjsl kronis mencakup
hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi system rennin-
angiotenin-aldosteron), gagal jantung kongestif, dan edema pulmoner (akibat
cairan berlebihan), dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan pericardial oleh
toksin uremik).
Gejala dermatologi yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah
(pruritis). Butiran uremik, suatu penumpukan kristal urea di kulit, saat ini
jarang terjadi akibat penanganan dini dan agresif terhadap penyakit ginjal
tahap akhir. Gejala gastrointestinal juga sering terjadi dan mencakup
anoreksia, mual, muantah dan cegukan. Perubahan neuromuskuler mencakup
perubahan tingkat kesadaran, ketidak mampuan berkonsentrasi, kedutan otot
dan kejang.
Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang, mudah tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal
atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai
lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain :
hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin -
angiotensin – aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat
cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial
oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot,
kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).

7
Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a. Sistem kardiovaskuler
 Hipertensi
 Pitting edema
 Edema periorbital
 Pembesaran vena leher
 Friction sub pericardial
b. Sistem Pulmoner
 Krekel
 Nafas dangkal
 Kusmaull
 Sputum kental dan liat
c. Sistem gastrointestinal
 Anoreksia, mual dan muntah
 Perdarahan saluran GI
 Ulserasi dan pardarahan mulut
 Nafas berbau ammonia
d. Sistem musculoskeletal
 Kram otot
 Kehilangan kekuatan otot
 Fraktur tulang
e. Sistem Integumen
 Warna kulit abu-abu mengkilat
 Pruritis
 Kulit kering bersisik
 Ekimosis
 Kuku tipis dan rapuh
 Rambut tipis dan kasar

8
f. Sistem Reproduksi
 Amenore
 Atrofi testis
Mekanisme yang pasti untuk setiap manifestasi tersebut belum dapat
diidentifikasi. Namun demikian produk sampah uremik sangat dimungkinkan
sebagai penyebabnya.

2.1.5 Pemeriksaan Diagnostic


1. Laboratorium :
a. Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia,
dan hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah
retikulosit yang rendah.
b. Ureum dan kreatini : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum
dan kreatinin kurang lebih 20 : 1. Perbandingat meninggi akibat
pendarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan
steroid, dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini
berkurang ketika ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah
protein, dan tes Klirens Kreatinin yang menurun.
c. Hiponatremi : Umumnya karena kelebihan cairan. Hiperkalemia :
biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunya
dieresis
d. Hipokalemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya sintesis
vitamin D3 pada GGK.
e. Phosphate alkaline : meninggi akibat gangguan metabolisme tulang,
terutama isoenzim fosfatase lindi tulang.
f. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia : umunya disebabkan
gangguan metabolisme dan diet rendah protein.

9
g. Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolism karbohidrat pada
gagal ginjal (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan
perifer).
h. Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan
peninggian hormone insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.
i. Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukan Ph yang
menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang
menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam organic pada gagal
ginjal.
2. Radiology
Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya batu
atau adanya suatu obstruksi). Dehidrasi karena proses diagnostic akan
memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita diharapkan tidak
puasa.
3. IIntra Vena Pielografi (IVP)
Untuk menilai system pelviokalisisdan ureter.
4. USG
Untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung
kemih dan prostat.
5. EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia)
2.1.6 Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan pada gagal ginjal kronik adalah untuk
mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis selama mungkin. Semua
factor yang berperan dalam terjadinya gagal ginjal kronik dicari dan diatasi.
Adapun penatalaksanaannya yaitu : Penatalaksanaan konservatif,
Meliputi pengaturan diet, cairan dan garam, memperbaiki ketidakseimbangan

10
elektrolit dan asam basa, mengendalikan hiperensi, penanggulangan asidosis,
pengobatan neuropati, deteksi dan mengatasi komplikasi. Dan
penatalaksanaan pengganti diantaranya dialysis (hemodialisis, peritoneal
dialysis) transplantasi ginjal.
Selain itu tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan
cairan dan elektrolit dan mencegah komplikasi yaitu sebagai berikut :
1. Dialisis
Dialysis dapat dlakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang
serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialysis
memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein, dan
natrium dapat dikonsumsi sevara bebas, menghilangkan kecenderungan
pendarahan, dan membantu menyembuhkan luka.
2. Koreksi hiperkalemi
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi dapat
menimbulkan kematian mendadak. Hal yang pertama harus diingat
adalah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan
darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila
terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangi
intake kalium, pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa.
3. Koreksi anemia
Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan
Hb. Transfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat,
missal pada adanya insufisiensi koroner.
4. Koreksi asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari.
Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral.
Hemodialisis dan dialysis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis

11
5. Pengendalian hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator dilakukan.
Mengurangi intake garam dalam mengendalikan hipertensi harus hati-
hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi natrium.
6. Transplantasi ginjal
Dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien GGK, maka seluruh
faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.

2.2 Asuhan Keperawatan Pada Klien Gagal Ginjal Kronis (GGK)


2.2.1 Pengumpulan data
A. Anamnesa
Anamnesa adalah mengetahui kondisi pasien dengan cara
wawancara atau interview. Mengetahui kondisi pasien untuk saat ini dan
masa yang lalu.
Anamnesa mencakup identitas pasien, keluhan utama, riwayat
kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan
keluarga, riwayat imunisasi, riwayat kesehatan lingkungan dan tempat
tinggal.
1. Identitas
Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir,
jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian,
No. RM, diagnose medis, dan alamat.
Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat.
2. Keluhan utama
Kapan keluhan mulai berkembang, bagaimana terjadinya, apakah
secara tiba-tiba atau berangsur-angsur, apa tindakan yang dilakukan
untuk mengurangi keluhan, obat apa yang digunakan.

12
Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai dari urine
output sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan
kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa
kering, rasa lelah, napas berbau ( ureum ), dan gatal pada kulit.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang ( PQRST )
Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di
anamnesa meliputi palliative, provocative, quality, quantity, region,
radiaton, severity scala dan time.
Untuk kasus gagal ginjal kronis, kaji onet penurunan urine output,
penurunan kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya
perubahan kulit, adanya nafas berbau ammonia, dan perubahan
pemenuhan nutrisi. Kaji pula sudah kemana saja klien meminta
pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan mendapat pengobatn
apa.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah
jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign prostatic
hyperplasia, dan prostektomi. Kaji adanya riwayat penyakit batu
saluran kemih, infeksi system prkemihan yang berulang, penyakit
diabetes mellitus, dan penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang
menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat
pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap
jenis obat kemudian dokumentasikan.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit
yang sama. Bagaimana pola hidup yang biasa di terapkan dalam
keluarga, ada atau tidaknya riwayat infeksi system perkemihan yang
berulang dan riwayat alergi, penyakit hereditas dan penyakit menular
pada keluarga.

13
6. Riwayat Psikososial
Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan dialysis
akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran
diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan pasien mengalami kecemasan, gangguan konsep diri (
gambaran diri ) dan gangguan peran pada keluarga.
7. Lingkungan dan tempat tinggal
Mengkaji lingkungan tempat tinggal klien, mengenai kebersihan
lingkungan tempat tinggal, area lingkungan rumah, dll.

B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum dan TTV
a. Keadaan umum : Klien lemah dan terlihat sakit berat
b. Tingkat Kesadaran : Menurun sesuai dengan tingkat uremia
dimana dapat mempengaruhi system saraf pusat
c. TTV : Sering didapatkan adanya perubahan RR meningkat,
tekanan darah terjadi perubahan dari hipertensi ringan sampai
berat
2. Sistem Pernafasan
Klien bernafas dengan bau urine (fetor uremik), respon uremia
didapatkan adanya pernafasan kussmaul. Pola nafas cepat dan dalam
merupakan upaya untuk melakukan pembuangan karbon dioksida yang
menumpuk di sirkulasi
3. Sistem Hematologi
Pada kondisi uremia berat tindakan auskultasi akan menemukan
adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi pericardial.
Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung kongestif, TD meningkat,
akral dingin, CRT > 3 detik, palpitasi, nyeri dada dan sesak nafas,
gangguan irama jantung, edema penurunan perfusiperifer sekunder

14
dari penurunan curah jantungakibat hiperkalemi, dan gangguan kondisi
elektrikal otot ventikel.
Pada system hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia
sebagai akibat dari penurunan produksi eritropoetin, lesi
gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah merah, dan
kehilangan darah, biasanya dari saluran GI, kecenderungan mengalami
perdarahan sekunder dari trombositopenia.
4. System Neuromuskular
Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral, seperti
perubahan proses berfikir dan disorientasi. Klien sering didapatkan
adanya kejang, adanya neuropati perifer, burning feet syndrome,
restless leg syndrome, kram otot, dan nyeri otot.
5. Sistem Kardiovaskuler
Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan
aktivitas system rennin- angiostensin- aldosteron. Nyeri dada dan
sesak nafas akibat perikarditis, efusi pericardial, penyakit jantung
koroner akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung
akibat penimbunan cairan dan hipertensi.
6. Sistem Endokrin
Gangguan seksual : libido, fertilisasi dan ereksi menurun pada laki-laki
akibat produksi testosterone dan spermatogenesis yang menurun.
Sebab lain juga dihubungkan dengan metabolic tertentu. Pada wanita
timbul gangguan menstruasi, gangguan ovulasi sampaiamenorea.
Angguan metabolism glukosa, resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Pada gagal ginjal yang lanjut (klirens kreatinin < 15
ml/menit) terjadi penuruna klirens metabolic insulin menyebabkan
waktu paruh hormon aktif memanjang. Keadaan ini dapat
menyebabkan kebutuhan obat penurunan glukosa darah akan

15
berkurang. Gangguan metabolic lemak, dan gangguan metabolism
vitamin D.
7. Sistem Perkemihan
Penurunan urine output < 400 ml/ hari sampai anuri, terjadi penurunan
libido berat
8. Sistem pencernaan
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia, dan diare sekunder
dari bau mulut ammonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran
cerna sehingga sering di dapatkan penurunan intake nutrisi dari
kebutuhan.
9. Sistem Muskuloskeletal
Di dapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki
(memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi,
pruritus, demam ( sepsis, dehidrasi ), petekie, area ekimosis pada kulit,
fraktur tulang, deposit fosfat kalsium pada kulit jaringan lunak dan
sendi, keterbatasan gerak sendi. Didapatkan adanya kelemahan fisik
secara umum sekunder dari anemia dan penurunan perfusi perifer dari
hipertensi.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran urine,
diet berlebih dan retensi cairan dan natrium
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan membrane
mukosa mulut.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolic,
sirkulasi,sensasi, penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas, akumulasi
ureum dalam kulit.

16
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi
produk sampah dan prosedur
5. Gangguan konsep diri ( gambaran diri ) berhubungan dengan penurunan
fungsi tubuh, tindakan dialysis, koping maladaptif
6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi , prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

2.2.3 Perencanaan Keperawatan


1. Diagnosa Keperawatan : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
penurunan keluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan dan natrium
Tujuan : Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan
cairan
Kriteria Hasil : Klien tidak sesak nafas, edema ekstermitas berkurang,
piting edema (-), produksi urine > 600ml/hr

Intervensi Rasional
1. Kaji status cairan : - Pengkajian merupakan dasar dan
a. Timbang berat badan harian data dasar berkelanjutan untuk
b. Keseimbangan masukan dan memantau perubahan dan
pengeluaran mengevaluasi intervensi
c. Turgor kulit dan adanya
edema
d. Distensi vena leher
e. Tekanan darah, denyut dan
irama nadi
2. Batasi masukan cairan - Pembatasan cairan akan
menentukan berat tubuh ideal,

17
keluaran urine, dan respon
terhadap terapi
3. Identifikasi sumber potensial - Sumber kelebihan cairan yang
cairan : tidak diketahui dapat diidentifikasi
a. Medikasi dan cairan yang
digunakan untuk pengobatan
: oral dan intravena
b. Makanan
4. Jelaskan pada pasien dan - Pemahaman meningkatkan
keluarga rasional pembatasan kerjasama pasien dan keluarga
cairan dalam pembatasan cairan
5. Bantu pasien dalam menghadapi - Kenyamanan pasien meningkatkan
ketidak nyamanan dalam kepatuhan terhadap pembatasan
pembatasan cairan diet.
6. Tingkatkan dan dorong hygiene - Higiene oral mengurangi
oral dengan sering kekeringan membrane mukosa
mulut
Kolaborasi :
1. Berikan diuretic, contoh : - Diuretic bertujuan untuk
furosemide, spironolakton, menurunkan volume plasma dan
hidronolakton menurunkan retensi cairan di
jaringan sehingga menurunkan
resikoterjadinya edema paru
2. Adenokortikosteroid, golongan - Adenokortikosteroid, golongan
prednisone predison digunakan untuk
menurunkan proteinuri
3. Lakukan dialisis - Dialysis akan menurunkan volume
cairan yang berlebih.

18
2. Diagnosa Keperawatan : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan
membrane mukosa mulut.
Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
Kriteria Hasil : Mempertahankan / meningkatkan berat badan seperti yang
diindikasikan oleh situasi individu, bebas edema.

Intervensi Rasional
1. Kaji status nutrisi : - Menyediakan data dasar untuk
a. Perubahan berat badan memantau perubahan dan
b. Pengukuran antopometrik mengevaluasi intervensi
c. Nilai laboratorium (elektrolit
seru, BUN, kreatinin,
protein,transferin, dan kadar
besi)
2. Kaji pola diet nutrisi pasien : - Pola diet dahulu dan sekarang
a. Riwayat diet dapat dipertimbangkan dalam
b. Makanan kesukaan menyusun menu
c. Hitung kalori
3. Kaji faktor yang berperan dalam - Menyediakan informasi mengenai
merubah masukan nutrisi : faktor lain yang dapat diubah atau
a. Anoreksia, mual, atau muntah dihilangkan untuk meningkatkan
b. Diet yang tidak masukan diet
menyenangkan bagi pasien
c. Depresi
d. Kuran memahami pembatasan
diet
e. Stomatitis

19
4. Menyediakan makanan - Mendorong peningkatan masukan
kesukaan pasien dalam batas- diet
batas diet
5. Tingkatkan masukan protein - Protein lengkap diberikan untuk
yang mengandung nilai biologis mencapai keseimbangan nitrogen
tinggi seperti : telur, produk yang diperlukan untuk
susu, dan daging pertumbuhan dan penyembuhan
6. Anjurkan camilan tinggi kalori, - Mengurangi makanan dan protein
rendah protein, rendah natrium, yang dibatasi dan menyediakan
diantara waktu makan kalori untuk energy, membagi
protein untuk pertumbuhan dan
pertumbuhan jaringan
7. Ciptakan lingkungan yang - Faktor yang tidak menyenangkan
menyenangkan selama waktu yang berperan menimbulkan
makan anoreksia dihilangkan.
8. Timbang berat badan harian - Untuk memantau status cairan
dan nutris
9. Kaji bukti adanya masukan - Masukan protein yang tidak
protein yang tidak adekuat adekuat dapat menyebabkan
a. Pembentukan edema penurunan albumin dan protein
b. Penyembuhan yang lambat lain, pembentukan edema, dan
c. Penurunan kadar albumin perlambatan penyembuhan
serum

20
3. Diagnosa Keperawatan :. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
gangguan status metabolic, sirkulasi,sensasi, penurunan turgor kulit, penurunan
aktivitas, akumulasi ureum dalam kulit.
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Kriteria Hasil : Kulit tidak kering, hiperpigmentasi berkurang, memar pada
kulit berkurang

Intervensi Rasional
1. Kaji terhadap kekeringan - Perubahan mungkin disebabkan
kulit, pruritis, ekskoriasi, oleh penurunan aktivitas kelenjar
dan infeksi keringat atau pengumpulan
kalsium dan posfat pada lapisan
kutaneus.
2. Kaji terhadap adanya - Perdarahan yang abnormal sering
petekie dan purpura dihubungkan dengan penurunan
jumlah dan fungsi platelet akibat
uremia
3. Monitor lipatan kulit dan - Area-area ini sangat mudah
area yang edema terjadinya injuri
4. Gunting kuku dan - Penurunan curah jantung
pertahankan kuku terpotong mengakibatkan gangguan perfusi
pendek dan bersih ginjal, retensi natrium / air, dan
Kolaborasi : penurunan urine output.
1. Berikan pengobatan - Mengurangi stimulus gatal pada
antipruritis sesuai pesanan. kulit

21
4. Diagnosa Keperawatan : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan,
anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialysis.
Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi
Kriteria Hasil : Meningkatkan rasa sejahtera, dan dapat berpartisipasi dalam
aktivitas perawatan mandiri yang dipilih

Intervensi Rasional
1. Kaji faktor yang menimbulkan - Menyediakan informasi tentang
keletihan : indikasi tingkat keletihan
a. Anemia
b. Ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit
c. Retensi produk sampah
d. Depresi
2. Tingkatkan kemandirian dalam - Meningkatkan aktivitas
aktivitas perawatan diri yang dapat ringan/sedang dan memperbaiki
ditoleransi, bantu jika keletihan harga diri
terjadi
3. Anjurkan aktivitas alternative - Mendorong latihan dan aktivitas
sambil istirahat dalam batas-batas yang dapat
ditoleransi dan istirahat yang
adekuat
4. Anjurkan untuk beristirahat setelah - Istirahat yang adekuat
dialisis dianjurkan setelah dialysis yang
bagi banyak pasien sangat
melelahkan.

22
5. Diagnosa Keperawatan :. Gangguan konsep diri ( gambaran diri ) berhubungan
dengan penurunan fungsi tubuh, tindakan dialysis, koping maladaptif
Tujuan : Pasien mampu mengembangkan koping yang positif
Kriteria Hasil :
 Pasien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan,
 Mampu menyatakan atau mengomunikaasikan dengan orang terdekat tentang
situasi dan perubahan yang sedang terjadi
 Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap komunikasi
 Mengakui dan menggabungkan perubahan kedalam konsep diri dengan cara
yang akurat tanpa harga diri yang negatif

Intervensi Rasional
1. Kaji perubahan dari gangguan - Menentukan bantuan individual
persepsi dan hubungan dengan dalam menyusun rencana
derajat ketidak mampuan perawatan atau pemilihan
intervensi
2. Identifikasi arti dari kehilangan - Mekanisme koping pada beberapa
atau disfungsi pada pasi pasien dapat menerima dan
mengatur perubahan fungsi secara
efektif dengan sedikit penyesuaian
diri, sedangkan yang lain
mengalami koping maladaptive
dan mempunyai kesulitan dalam
membandingkan, mengenal, dan
mengatur, kekurangan yang
terdapat pada dirinya
3. Anjurkan klien untuk - Menunjukan penerimaan, dan
mengekspresikan perasaan membantu pasien untuk mengenal

23
dan mulai menyesuaikan dengan
perasaan tersebut
4. Bantu dan anjurkan perawatan - Membantu meningkatkan perasaan
yang baik dan memperbaiki harga diri dan mengontrol lebih
kebiasaan dari satu area kehidupan
5. Anjurkan orang yang terdekat - Menghidupkan kembali perasaan
untuk mengijinkan pasien kemandirian dan membantu
melakukan sebanyak-banyaknya erkembangan harga diri, serta
hal-hal untuk dirinya memengaruhi proses rehabilitasi
6. Dukung perilaku atau usaha - Pasien dapat beradaptasi terhadap
seperti peningkatan minat atau perubahan dan pengertian tentang
partisipasi dalam aktivitas peran individu masa mendatang
rehabilitasi

6. Diagnosa Keperawatan : Kurangnya pengetahuan tentang kondisi , prognosis,


dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan
Kriteria Hasil : Meningkatkan pengetahuan pasien mengenai penyakit yang
dideritanya.

Intervensi Rasional
1. Kaji pemahaman mengenai penyebab  Merupakan instruksi dasar untuk
gagal ginjal, konsekuensinya dan penjelasan dan penyuluhan lebih
penanganannya : lanjut
a. Penyebab gagal ginjal pasien
b. Pengertian gagal ginjal
c. Pemahaman mengenai fungsi

24
renal
d. Hubungan antara cairan,
pembatasan diet dengan gagal
ginjal
e. Rasional penanganan
(hemodialisis, dialysis peritoneal,
transplantasi)
2. Jelaskan fungsi renal dan  Pasien dapat belajar tentang gagal
konsekuensi gagal ginjal sesuai ginjal dan penanganan setelah
dengan tingkat pemahaman dan mereka siap untuk memahami dan
kesiapan pasien untuk belajar menerima diagnosis dan
konsekuensinya
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi  Pasien dapat melihat bahwa
cara-cara untuk memahami berbagai kehidupannya tidak harus berubah
perubahan akibat penyakit dan akibat penyakit
penanganan yang mempengaruhi
hidupnya
4. Sediakan informasi baik tertulis  Pasien memiliki informasi yang
maupun secara oral dengan tepat dapat digunakan untuk klarifikasi
tentang : selanjutnya di rumah
a. Fungsi dan kegagalan renal
b. Pembatasan cairan dan diet
c. Medikasi
d. Melaporkan masalah, tanda dan
gejala
e. Jadwal tindak lanjut
f. Sumber di komunitas
g. Pilihan terapi

25
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni Gagal Ginjal
Akut (acute renal failure = ARF) dan Gagal Ginjal Kronik (chronic renal
failure = CRF). Penyakit gagal ginjal akut adalah suatu penyakit dimana ginjal
tidak dapat lagi menjalankan fungsinya sebagai organ pembuangan, ginjal
secara relatif mendadak tidak dapat lagi memproduksi cairan urine yang
merupakan cairan yang mengandung zat-zat yang sudah tidak diperlukan oleh
tubuh dan harus dikeluarkan dari tubuh.Gagal ginjal kronik adalah
kemunduran fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel dimana terjadi
kegagalan kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseibangan
metabolik,caira dan elektrolit yang mengakibatkan uremia atau azotemia.
Penyebab gagal ginjal akut dapat dibedakan menjadi tiga kelompok besar,
yaitu : Kondisi Pre Renal (Hipoperfusi ginjal), Kondisi Intra Renal (kerusakan
actual jaringan ginjal), Kondisi Post Renal (Obstruksi Aliran Urine)
Sedangkan penyebab gagal ginjal kronik antara lain : Diabetes Melitus,
Glumeruloneritis kronis, Pielonefritis, Hipertensi tak terkontrol, Obstruksi
saluran kemih, Penyakit ginjal polikistik, Gangguan vaskuler, Lesi herediter,
Agen toksik (timah,kadmium dan merkuri).

3.2 Saran
1. Untuk klien dan keluarga baiknya memeriksakan kesehatan secara rutin,
agar kesehatannya dapat terkontrol dan dapat terdeteksi sejak dini jika ada
tanda atau gejala yang menunjukkan resiko terjadinya gagal ginjal.
2. Untuk institusi pendidikan dapat menyediakan buku-buku sumber yang
lebih lengkap lagi sebagai pedoman untuk melakukan asuhan
keperawatan yang lebih baik.

26
DAFTAR PUSTAKA

Bararah, Taqiyyah dan Jauhar Mohammad. 2013. Asuhan Keperawatan Edisi Ke-
1. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Bararah, Taqiyyah dan Jauhar Mohammad. 2013. Asuhan Keperawatan Edisi Ke-2.
Jakarta: Prestasi Pustaka.

Brunner & Suddarth. 2000. Keperawatan Medikal Medah Edisi Ke-8. Jakarta:
EGC

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :
EGC

Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-
proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Supartondo. ( 2001 ). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : Balai Penerbit FKUI

27

You might also like