Professional Documents
Culture Documents
CASE 2
Carpal Tunnel Syndrome
(Sesi Pertama)
Judul kasus: Ny. Maria
Ny. Maria, seorang ibu rumah tangga berusia 37 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan
utama nyeri pada tangannya.
RPS
Ny. Maria merasa nyeri pada tangannya sejak 1 minggu yang lalu. Nyerinya hanya terasa pada
tangan kanannya. Ia juga merasa kesemutan dan mati rasa sejak 2 bulan lalu. Nyerinya
bertambah jika melakukan aktivitas fisik dan terkadang merambat ke lengan bawah.
Ny. Maria merasa kesemutan dan nyeri pada tangannya berkurang ketika ia mengibaskan
pergelangan tangan kanannya. Rasa kesemutan dan mati rasa lebih terasa pada ibu jari, jari
telunjuk, jari tengah, dan sebagian jari manis dari tangan kanan pasien.
RPD
TIdak ada riwayat trauma, penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit thyroid, atau penyakit
lainnya.
RK
TIdak ada anggota keluarga pasien yang memiliki keluhan yang sama.
R. Obat
Tidak ada riwayat perawatan atau penggunaan obat.
R. Sosial
Ny. Maria adalah seorang ibu rumah tangga yang selalu melakukan pekerjaan rumahnya sendiri.
1. Apa masalah pasien?
❖ Ny. Maria, wanita berusia 37 tahun.
❖ Keluhan utama: nyeri pada tangan kanannya sejak 1 minggu yang lalu.
❖ Ia juga merasakan kesemutan dan mati rasa sejak 2 bulan yang lalu.
❖ Nyerinya bertambah jika beraktivitas fisik dan terkadang menjalar ke lengan bawah.
❖ Rasa kesemutan dan nyeri pada tangannya berkurang ketika ia mengibaskan
pergelangan tangan kanannya.
❖ Rasa kesemutan dan mati rasa lebih terasa pada ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, dan
separuh jari manis tangan kanan.
❖ Ny. Maria adalah seorang ibu rumah tangga yang selalu mengerjakan pekerjaan
rumahnya sendiri.
Antebrachii
Memasuki fossa cubiti medial dari A. brachialis; keluar dengan berjalan di antara caput dari
M. pronator teres; berjalan turun dalam bidang fascia di antara M. flexor digitorum
superficialis dan M. flexor digitorum profundus; berjalan profundus dari tendon M. palmaris
longus ketika saraf ini mendekati retinaculum flexorum untuk melewati carpal tunnel.
Cabang-cabang:
1. Interosseus anterior (origo: N. medianus di bagian distal dari fossa cubiti)
Berjalan turun pada bagian anterior dari membrana interossea bersama dengan arteri
dengan nama yang sama, di antara M. flexor digitorum profundus dan M. flexor palmaris
longus, untuk berjalan profundus dari M. pronator quadratus.
2. R. cutaneus palmaris nervi mediani (origo: N. medianus bagian tengah hingga distal
antebrachii, proksimal dari retinaculum flexorum). Berjalan superficial dari retinaculum
flexorum untuk mencapai kulit dari telapak tangan bagian tengah.
Manus
N. medianus, N. ulnaris, dan N. radialis menyuplai tangan. N. medianus memasuki tangan
melalui carpal tunnel, profundus dari retinaculum flexorum (bersama dengan tendon-tendon
dari M. flexor digitorum superficialis, M. flexor digitorum profundus, dan M. flexor palmaris
longus). Carpal tunnel merupakan terowongan profundus dari retinaculum flexorum di
antara tuberculum os scapoideum dan os trapezium pada sisi lateral dan os pisiforme dan
hamulus os hamatum pada sisi medial. Distal dari carpal tunnel, N. medianus menyuplai dua
dan setengah otot-otot thenar dan lumbricales I dan II.
N. medianus juga memberikan sabut sensoris ke kulit pada permukaan palmaris lateral, sisi-
sisi dari 3 jari/digitus pertama, sebagian lateral dari digitus IV, dan bagian dorsum dari
sebelah distal jari-jari ini. Tetapi perlu diperhatikan bahwa R. cutaneus palmaris nervi
mediani, yang menyuplai bagian tengah telapak tangan, berasal proksimal dari retinaculum
flexorum dan berjalan di superfisialnya (misalnya, ramus ini tidak berjalan melewati carpal
tunnel).
10. Bagaimana penjelasan dari hasil neurofisiologi pada Carpal Tunnel Syndrome?
Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)
a. Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan fibrilasi, gelombang positif yang polifasik, dan
berkurangnya jumlah motor unit dalam otot-otot thenar. Dalam beberapa kasus, tidak
ada kelainan dalam otot-otot yang tampak. EMG bisa normal dalam 31% kasus CTS.
b. Kecepatan penghantaran saraf dalam 15 – 20% kasus bisa normal. Di sisi lain, kecepatan
penghantaran saraf akan berkurang dan periode latency (waktu jeda) bisa
memanjang, menandakan adanya gangguan dalam konduksi saraf dalam pergelangan
tangan. Periode laten sensoris lebih sensitif daripada periode laten motoris.
(Sesi Ketiga)
Ny. Maria mendapat terapi Ibuprofen dari dokternya. Dalam 3 hari kemudian, ia melaporkan
berkurangnya rasa kesemutan dan nyeri. Ia dapat beraktivitas lagi.
Terapi bedah
Jika terapi non-bedah tidak meringankan gejala setelah periode waktu tertentu, dokter
dapat menyarankan tindakan bedah.
Keputusan untuk melakukan bedah atau tidak didasarkan pada derajat keparahan dari
gejala (seberapa nyeri dan mati rasa yang dirasakan di tangan). Dalam kasus yang sudah
lama dengan mati rasa yang konstan dan mengecilnya otot-otot ibu jari, tindakan bedah
dapat disarankan untuk mencegah kerusakan yang ireversibel.
Interaksi Obat
Ibuprofen dan Naproxen telah ditunjukkan dapat mengganggu efek anti-platelet Aspirin.
Efek Samping
Ibuprofen lebih ditoleransi daripada Aspirin dan Indomethacin, dan telah digunakan pada
pasien dengan riwayat intoleransi GI terhadap NSAID lainnya. Walaupun demikian, 5 – 15%
pasien mengalami efek samping GI. Efek samping Ibuprofen yang lebih jarang terjadi
termasuk ruam (3 – 9%), trombositopenia (< 1%), sakit kepala (1 – 3%), pusing (3 – 9%),
pandangan kabur (< 1%), dan dalam beberapa kasus, amblyopia toksik (< 1%), retensi cairan
(1 – 3%), dan edema (1 – 3%). Pasien yang mengalami gangguan okular sebaiknya
menghentikan penggunaan Ibuprofen dan melakukan evaluasi mata. Ibuprofen dapat
digunakan kadang-kadang oleh wanita hamil; tetapi, dikhawatirkan mengenai efeknya
pada trimester III, termasuk keterlambatan/tertundanya parturisi. Ekskresi ke dalam
ASI diduga minimal, jadi Ibuprofen juga dapat digunakan dengan waspada/hati-hati oleh
wanita yang sedang menyusui.