You are on page 1of 10

BLOK NBS

CASE 2
Carpal Tunnel Syndrome
(Sesi Pertama)
Judul kasus: Ny. Maria
Ny. Maria, seorang ibu rumah tangga berusia 37 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan
utama nyeri pada tangannya.
RPS
Ny. Maria merasa nyeri pada tangannya sejak 1 minggu yang lalu. Nyerinya hanya terasa pada
tangan kanannya. Ia juga merasa kesemutan dan mati rasa sejak 2 bulan lalu. Nyerinya
bertambah jika melakukan aktivitas fisik dan terkadang merambat ke lengan bawah.
Ny. Maria merasa kesemutan dan nyeri pada tangannya berkurang ketika ia mengibaskan
pergelangan tangan kanannya. Rasa kesemutan dan mati rasa lebih terasa pada ibu jari, jari
telunjuk, jari tengah, dan sebagian jari manis dari tangan kanan pasien.
RPD
TIdak ada riwayat trauma, penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit thyroid, atau penyakit
lainnya.
RK
TIdak ada anggota keluarga pasien yang memiliki keluhan yang sama.
R. Obat
Tidak ada riwayat perawatan atau penggunaan obat.
R. Sosial
Ny. Maria adalah seorang ibu rumah tangga yang selalu melakukan pekerjaan rumahnya sendiri.
1. Apa masalah pasien?
❖ Ny. Maria, wanita berusia 37 tahun.
❖ Keluhan utama: nyeri pada tangan kanannya sejak 1 minggu yang lalu.
❖ Ia juga merasakan kesemutan dan mati rasa sejak 2 bulan yang lalu.
❖ Nyerinya bertambah jika beraktivitas fisik dan terkadang menjalar ke lengan bawah.
❖ Rasa kesemutan dan nyeri pada tangannya berkurang ketika ia mengibaskan
pergelangan tangan kanannya.
❖ Rasa kesemutan dan mati rasa lebih terasa pada ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, dan
separuh jari manis tangan kanan.
❖ Ny. Maria adalah seorang ibu rumah tangga yang selalu mengerjakan pekerjaan
rumahnya sendiri.

2. Apa hipotesis Anda?


❖ Neuropati perifer
❖ Radikulopati cervikal
❖ Trigger finger
❖ Tendonitis De Quervain
❖ Carpal tunnel syndrome

3. Dapatkah Anda menjelaskan definisi dari hipotesis Anda?


a. Neuropati perifer
Neuropati perifer memiliki banyak kemungkinan penyebab seperti diabetes, kekurangan
nutrisi, HIV, uremia, dan vaskular. Banyak kasus yang simetris/sejalan dengan gejala-
gejala yang umumnya memengaruhi bagian distal dari sabut saraf terpanjang, sehingga
menjelaskan kekhasan onset gejala kaki sebelum muncul gejala-gejala tangan.
b. Radikulopati cervikal
Radikulopati cervikal melibatkan 1 atau lebih radix saraf, menyebabkan nyeri, mati rasa,
dan kelemahan dalam suatu distribusi dermatom. Kompresi radix C6, terdapat pada
25% pasien, mengakibatkan mati rasa pada ibu jari dan jari telunjuk, sedangkan
keterlibatan radix C7 (60% dari pasien) menyebabkan mati rasa pada jari tengah. Pasien
dengan keterlibatan C6 paling mirip dengan carpal tunnel syndrome/CTS, tapi pasien
ini biasanya tidak menunjukkan atrofi M. abductor pollicis brevis khas seperti yang
diamati pada carpal tunnel tingkat lanjutan.
c. Trigger finger
Trigger finger atau trigger thumb adalah ketika jari-jari atau ibu jari menjadi tersangkut
dalam posisi menekuk. Gejalanya meliputi: nyeri dan kekakuan ketika menekuk jari-
jari atau ibu jari, terasa sensasi menyentak atau meletup ketika menggerakkan jari-
jari atau ibu jari, dan pembengkakan atau benjolan yang terasa nyeri dalam telapak
tangan.
d. Tendonitis De Quervain
Tendinosis De Quervain terjadi ketika tendon-tendon di sekitar pangkal ibu jari
mengalami iritasi atau konstriksi. Pembengkakan tendon, dan selubung tendon, dapat
menyebabkan nyeri dan nyeri saat dipalpasi di sepanjang pergelangan tangan sisi ibu
jari. Hal ini terutama jelas ketika mengepalkan tangan, menggenggam atau
mencengkeram sesuatu, atau ketika memutar pergelangan tangan.s
e. Carpal tunnel syndrome
Carpal tunnel syndrome merupakan suatu kondisi yang umum terjadi yang menyebabkan
nyeri, mati rasa, dan kesemutan pada tangan dan lengan. Kondisi ini terjadi ketika salah
satu saraf utama tangan, N. medianus terjepit atau terkompresi saat berjalan
melewati pergelangan tangan.
Informasi apa yang Anda perlukan untuk memastikan diagnosis?
Tanda vital, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis, dan pemeriksaan lab
Tanda Vital
BP = 120/80 mmHg
PR = 88 bpm, reguler
T = 36.8°C
RR = 22x/menit
Pemeriksaan Fisik
❖ Pemeriksaan mata: anemia (-), icterus (-), kemerahan conjunctiva (-), mata berair (-),
kongesti nasal (-)
❖ Cor:
o Inspeksi: IC tidak tampak
o Palpasi: IC teraba pada ICS V MCL sinistra
o Perkusi: batas kanan: garis parasternal kanan
batas kiri: MCL sinistra
o Auskultasi: S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-)
❖ Pulmo:
o Inspeksi: simetris
o Palpasi: VF (N/N)
o Perkusi: sonor/sonor
o Auskultasi: vesikuler (+/+), rhonchi (-/-), wheezing (-/-)
❖ Abdomen:
o Inspeksi: distensi (-), darm contour (-), darm steifung (-)
o Auskultasi: suara perut (+) normal
o Palpasi: hepar: tidak teraba; lien: tidak teraba, traube space: tympani
o Perkusi: tympani
❖ Ekstremitas: hangat (+/+), edema (-/-)

4. Apakah informasi ini mengubah hipotesis Anda?


Ya.

5. Apa hipotesis Anda sekarang?


Carpal tunnel syndrome

6. Apa anatomi dari N. Medianus?


N. medianus
Origo: radix lateralis nervi mediani adalah cabang terminal dari corda lateralis (sabut C6, C7);
radix medialis nervi mediani adalah cabang terminal dari corda medialis (sabut C8, T1).
Perjalanan: radix lateralis dan medialis bergabung untuk membentuk N. medianus lateral
dari A. axillaris; berjalan menuruni lengan bersebelahan dengan A. brachialis, dengan saraf
secara perlahan menyeberang di anterior dari A. brachialis lalu terdapat medial dari arteri
dalam fossa cubiti.
Struktur-struktur yang diinervasi: otot-otot kompartemen anterior antebrachii (kecuali M.
flexor carpi ulnaris dan M. flexor digitorum profundus bagian ulnar), 5 otot intrinsik dalam
telapak tangan bagian thenar dan kulit palmar.

Antebrachii
Memasuki fossa cubiti medial dari A. brachialis; keluar dengan berjalan di antara caput dari
M. pronator teres; berjalan turun dalam bidang fascia di antara M. flexor digitorum
superficialis dan M. flexor digitorum profundus; berjalan profundus dari tendon M. palmaris
longus ketika saraf ini mendekati retinaculum flexorum untuk melewati carpal tunnel.
Cabang-cabang:
1. Interosseus anterior (origo: N. medianus di bagian distal dari fossa cubiti)
Berjalan turun pada bagian anterior dari membrana interossea bersama dengan arteri
dengan nama yang sama, di antara M. flexor digitorum profundus dan M. flexor palmaris
longus, untuk berjalan profundus dari M. pronator quadratus.
2. R. cutaneus palmaris nervi mediani (origo: N. medianus bagian tengah hingga distal
antebrachii, proksimal dari retinaculum flexorum). Berjalan superficial dari retinaculum
flexorum untuk mencapai kulit dari telapak tangan bagian tengah.

Manus
N. medianus, N. ulnaris, dan N. radialis menyuplai tangan. N. medianus memasuki tangan
melalui carpal tunnel, profundus dari retinaculum flexorum (bersama dengan tendon-tendon
dari M. flexor digitorum superficialis, M. flexor digitorum profundus, dan M. flexor palmaris
longus). Carpal tunnel merupakan terowongan profundus dari retinaculum flexorum di
antara tuberculum os scapoideum dan os trapezium pada sisi lateral dan os pisiforme dan
hamulus os hamatum pada sisi medial. Distal dari carpal tunnel, N. medianus menyuplai dua
dan setengah otot-otot thenar dan lumbricales I dan II.
N. medianus juga memberikan sabut sensoris ke kulit pada permukaan palmaris lateral, sisi-
sisi dari 3 jari/digitus pertama, sebagian lateral dari digitus IV, dan bagian dorsum dari
sebelah distal jari-jari ini. Tetapi perlu diperhatikan bahwa R. cutaneus palmaris nervi
mediani, yang menyuplai bagian tengah telapak tangan, berasal proksimal dari retinaculum
flexorum dan berjalan di superfisialnya (misalnya, ramus ini tidak berjalan melewati carpal
tunnel).

7. Bagaimana patogenesis dari nyeri?


Nociceptor merupakan ujung saraf sensoris khusus yang menghantarkan stimuli nyeri.
Sensasi nyeri dapat dimodulasikan dalam berbagai cara. Kulit, persendian, atau otot yang
rusak atau mengalami inflamasi sangat sensitif terhadap stimuli lebih lanjut. Kulit yang
rusak melepas berbagai macam zat kimiawi dari kulit itu sendiri, sel-sel darah, dan ujung
saraf. Zat-zat ini meliputi bradykinin, prostaglandin, serotonin, substansi P, K+, H+, dan
lainnya; zat-zat ini memicu sekelompok respon lokal yang kita kenal sebagai inflamasi.
Alhasil, vasa darah menjadi bocor dan menyebabkan pembengkakan jaringan (atau edema)
dan kemerahan. Sel mast yang berdekatan melepaskan zat kimia, histamin, yang secara
langsung mengeksitasi nociceptor.

8. Bagaimana patofisiologi dari nyeri?


❖ Reseptor Nyeri Merupakan Ujung Saraf Bebas. Nociceptor adalah reseptor nyeri;
nociceptor merespon terhadap kerusakan jaringan yang diakibatkan trauma (pukulan,
irisan), iskemia (aliran darah buruk/kurang baik), atau stimulasi berlebihan oleh agen-
agen seperti panas dan bahan kimia. Reseptor nyeri dalam kulit dan jaringan lain
semuanya merupakan ujung saraf bebas. Reseptor-reseptor nyeri ini tersebar luas dalam
lapisan-lapisan superfisial kulit dan juga dalam beberapa jaringan internal/dalam
tertentu, seperti periosteum, dinding arteri, permukaan sendi, dan falx dan tentorium
dalam calvaria (cranial vault). Sebagian besar jaringan dalam lainnya hanya sedikit
disuplai oleh ujung-ujung saraf nyeri; walaupun demikian, kerusakan jaringan apapun
yang meluas dapat menimbulkan nyeri jenis slow-chronic-aching (lambat, kronis, dan
tumpul/seperti diremas-remas/cenat-cenut) pada sebagian besar area ini.
❖ Nyeri nociceptif juga dapat dibagi menjadi nyeri "visceral", "deep somatic", dan "superficial
somatic".
o Nyeri visceral berasal dari viscera (organ) dan seringkali sulit dilokalisasi, dan
nocisepsi dari beberapa regio visceral menghasilkan nyeri "referred" (menjalar),
dimana sensasi/rasa terasa di suatu area yang jauh dari situs/lokasi jejas atau
patologis.
o Nyeri deep somatic dimulai oleh stimulasi nociceptor dalam ligamen, tendon,
tulang, vasa darah, fascia, dan otot-otot, dan merupakan nyeri tumpul, cenat-
cenut, dan tidak terlokalisir dengan baik. Contohnya: sprain/terkilir dan patah
tulang.
o Nyeri superfisial dimulai oleh aktivasi nociceptor dalam kulit atau jaringan
superfisial dan merupakan nyeri tajam, jelas, dan terlokalisir dengan baik. Contoh
jejas yang menghasilkan nyeri somatik superfisial meliputi: luka ringan dan luka
bakar ringan (first degree).
(Sesi Kedua)
Pemeriksaan neurologis:
GCS 4-5-6, dan tidak ada meningeal sign. Tidak ada kelumpuhan saraf kranial (cranial nerve
palsy) ataupun paresis pada ekstremitas. Refleks tendon dan sensoris dalam batas normal.
Tidak ada refleks patologis yang dapat dicetuskan. Tinel sign positif pada tangan kanan. M.
abductor pollicis brevis atrofi.
Pemeriksaan lab:
❖ Hb = 12 mg/dL, PCV = 38%, WBC = 8500/µL, Trombosit = 360.000/µL
❖ SGOT, SGPT, dan bilirubin: dalam batas normal
❖ Tes fungsi ginjal: dalam batas normal
❖ GDA: 105 mg/dL
Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik):
Studi konduksi saraf: perpanjangan waktu jeda (latency) dari saraf motoris dan sensoris distal.

1. Apa masalah pasien hari ini?


❖ Tinel sign positif pada tangan kanan.
❖ M. abductor pollicis brevis atrofi.
❖ Studi konduksi saraf: perpanjangan waktu jeda (latency) dari saraf motoris dan sensoris
distal.

2. Apa saja kemungkinan diagnosis pasien?


Carpal tunnel syndrome.

3. Apa definisi dari Carpal Tunnel Syndrome?


Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan suatu kondisi medis yang disebabkan oleh
kompresi N. medianus ketika saraf tersebut berjalan melewati pergelangan tangan dalam
carpal tunnel.

4. Apa epidemiologi dari Carpal Tunnel Syndrome?


Carpal tunnel syndrome (CTS) diperkirakan memengaruhi 1 dari 10 orang selama masa
hidupnya dan merupakan sindroma kompresi/penekanan saraf yang paling umum. 90%
dari semua sindroma kompresi saraf adalah CTS. Di Amerika Serikat, 5% orang mengalami
dampak dari CTS. Orang Kaukasia memiliki risiko CTS tertinggi dibandingkan ras lainnya
seperti orang Afrika Selatan yang bukan kulit putih. Wanita lebih sering mengalami CTS
daripada pria dengan rasio 3:1 untuk usia 45 – 60 tahun. Hanya 10% dari kasus CTS yang
dilaporkan terjadi pada usia di bawah 30 tahun. Peningkatan usia merupakan suatu faktor
risiko. CTS juga umum terjadi pada kehamilan.

5. Apa etiologi dari Carpal Tunnel Syndrome?


❖ Carpal tunnel, juga dikenal sebagai canalis carpi, merupakan suatu jalur sempit dan
kaku yang terbentuk dari tulang dan ligamentum di dasar tangan. N. medianus dan
tendon juga berada dalam carpal tunnel.
❖ Carpal tunnel terkadang dapat menyempit karena tendon-tendonnya teriritasi dan
inflamasi, atau karena ada pembengkakan lainnya yang menekan N. medianus.
❖ Sensasi telapak tangan, ibu jari, dan tiga jari lainnya dikendalikan oleh N. medianus. N.
medianus juga mengendalikan otot yang membawa ibu jari menyeberangi telapak tangan
untuk menyentuh jari kelingking (gerak oposisi). Saraf ini tidak mengendalikan jari
kelingking.
❖ Tekanan pada saraf ini dapat mengakibatkan nyeri, mati rasa, dan kelemahan pada
tangan dan pergelangan tangan, dan hal ini dapat menyebabkan nyeri menjalar ke lengan
dan bahkan ke bahu.
❖ Dalam banyak kasus, tidak ada penyebab tunggal. Mungkin terdapat kombinasi
faktor risiko yang berkontribusi terhadap terjadinya kondisi ini.

6. Apa faktor risiko dari Carpal Tunnel Syndrome?


Faktor-faktor risiko dari CTS meliputi:
❖ Hereditas. Faktor ini kemungkinan merupakan yang penting. Carpal tunnel bisa lebih
kecil pada beberapa orang atau mungkin terdapat perbedaan anatomis yang mengubah
jumlah ruangan untuk saraf, dan sifat ini dapat diwariskan dalam keluarga.
❖ Pemakaian tangan yang berulang. Mengulangi gerakan atau aktivitas tangan dan
pergelangan tangan yang sama dalam periode waktu lama dapat memperburuk tendon-
tendon dalam pergelangan tangan, menyebabkan pembengkakan yang menekan saraf.
❖ Posisi tangan dan pergelangan tangan. Melakukan aktivitas yang melibatkan fleksi atau
ekstensi tangan dan pergelangan tangan yang ekstrim untuk waktu berkepanjangan dapat
meningkatkan tekanan pada saraf.
❖ Kehamilan. Perubahan hormonal selama kehamilan dapat menyebabkan pembengkakan.
❖ Kondisi kesehatan. Diabetes, rheumatoid arthritis, dan ketidakseimbangan kelenjar
thyroid merupakan kondisi-kondisi yang berkaitan dengan CTS.

7. Apa patofisiologi dari Carpal Tunnel Syndrome?


Neuropati karena penjepitan/penjebakan menggabungkan peristiwa kompresi dan
traksi/penarikan. Kompresi dan traksi saraf dapat menyebabkan gangguan mikrosirkulasi
intraneural, lesi pada selubung myelin dan axon, serta perubahan pada jaringan ikat
penyangga. Penjepitan saraf perifer terjadi sebagai akibat perjalanannya melewati suatu
kompartemen anatomis yang telah menjadi terlalu sempit, mengakibatkan perubahan fungsi
saraf dan disfungsi/kerusakan saraf dari situs/tempat kompresi dan seterusnya. Penjepitan
N. medianus dalam carpal tunnel di pergelangan tangan merupakan contoh paling umum dari
peristiwa ini. Literatur yang tersedia telah mengindikasikan suatu kombinasi dari beberapa
mekanisme patofisiologis CTS. Mekanisme-mekanisme ini berinteraksi dan meliputi
peningkatan tekanan dalam tunnel, kerusakan mikrosirkulasi N. medianus, kompresi
jaringan ikat N. medianus, dan hipertrofi jaringan synovial.

8. Apa tanda dan gejala dari Carpal Tunnel Syndrome?


Gejala CTS dapat meliputi:
❖ Mati rasa, kesemutan, rasa terbakar, dan nyeri terutama pada ibu jari dan jari
telunjuk, jari tengah, dan jari manis.
❖ Sensasi seperti tersetrum kadang-kadang terjadi yang menjalar ke ibu jari dan jari
telunjuk, jari tengah, dan jari manis.
❖ Nyeri atau kesemutan yang dapat menjalar ke lengan bawah menuju bahu.
❖ Kelemahan atau kecerobohan pada tangan (dapat mempersulit melakukan gerakan kecil
yang rumit/teliti seperti mengancing baju).
❖ Menjatuhkan barang-barang karena kelemahan, mati rasa, atau kehilangan
propriosepsi (kesadaran akan dimana tangan berada dalam suatu ruang/tempat).
❖ Gejala malam hari sangat umum terjadi. Karena banyak orang tidur dengan
pergelangan tangan menekuk, gejala dapat membangungkan seseorang dari tidurnya.
Selama siang hari, gejala seringkali terjadi ketika memegang sesuatu untuk waktu yang
lama dengan posisi pergelangan tangan menekuk ke depan atau ke belakang, seperti
ketika menggunakan HP, menyetir, atau membaca buku.
❖ Kelemahan dan atrofi otot-otot ibu jari dapat terjadi jika kondisi tidak diterapi, karena
otot-otot tidak memperoleh stimulasi saraf yang cukup.

9. Bagaimana diagnosis dari Carpal Tunnel Syndrome?


Diagnosis CTS oleh dokter berdasarkan riwayat, gejala-gejala, tes provokatif, dan tes
elektrofisiologis.
❖ Tes provokatif: tidak ada persetujuan mengenai tes provokatif mana yang sebaiknya
digunakan untuk menunjang diagnosis CTS. Beberapa penulis menyarankan
mengombinasikan 2 atau lebih tes provokatif untuk meningkatkan spesifisitas diagnosis.
a. Tes elevasi tangan: tangan diangkat di atas kepala pasien selama sekitar 2 menit. Tes
dianggap positif jika gejala-gejala CTS (paresthesia dan mati rasa) muncul. Tes ini
mudah dilakukan dalam situasi klinis dan memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang
lebih tinggi daripada semua tes lainnya.
b. Tes kompresi carpi atau tes Durkan: dengan menekankan jari langsung di atas ujung
proksimal dari carpal tunnel, dokter dapat memicu paresthesia dalam distribusi N.
medianus.
c. Tes Phalen: pergelangan tangan secara aktif atau pasif ditahan dalam posisi fleksi
maksimal. Jika tampak terjadi paresthesia atau paresthesia memburuk pada jari-jari
yang diinervasi oleh N. medianus dalam waktu 1 menit, maka hasil tes adalah positif.
Temuan ini dianggap sangat spesifik (sekitar 85%) untuk diagnosis CTS.
d. Tanda Tinel: perkusi atau pengetukan dengan ujung-ujung jari di atas carpal tunnel
menyebabkan nyeri mendadak dan/atau paresthesia pada jari-jari yang diinervasi oleh
N. medianus.
❖ Tes elektrofisiologis
a. Studi konduksi saraf: perpanjangan latency/waktu jeda saraf motoris dan sensoris
distal.
b. Electromyogram/EMG
Pola kelainan neurogenik: aktivitas spontan yang abnormal
Aktivitas menurun, terdapat potensial dengan amplitudo besar.
❖ Tes darah: tes darah dapat mendeteksi kondisi dasar yang dapat berkaitan dengan CTS,
seperti hipotiroidisme, RA/rheumatoid arthritis, atau diabetes.
❖ Imaging scans: suatu x-ray dapat menunjukkan apakah ada fraktur atau gangguan
lainnya, seperti RA/rheumatoid arthritis. Ultrasound scan dapat memeriksa struktur dari
N. medianus.

10. Bagaimana penjelasan dari hasil neurofisiologi pada Carpal Tunnel Syndrome?
Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)
a. Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan fibrilasi, gelombang positif yang polifasik, dan
berkurangnya jumlah motor unit dalam otot-otot thenar. Dalam beberapa kasus, tidak
ada kelainan dalam otot-otot yang tampak. EMG bisa normal dalam 31% kasus CTS.
b. Kecepatan penghantaran saraf dalam 15 – 20% kasus bisa normal. Di sisi lain, kecepatan
penghantaran saraf akan berkurang dan periode latency (waktu jeda) bisa
memanjang, menandakan adanya gangguan dalam konduksi saraf dalam pergelangan
tangan. Periode laten sensoris lebih sensitif daripada periode laten motoris.
(Sesi Ketiga)
Ny. Maria mendapat terapi Ibuprofen dari dokternya. Dalam 3 hari kemudian, ia melaporkan
berkurangnya rasa kesemutan dan nyeri. Ia dapat beraktivitas lagi.

1. Bagaimana manajemen dari Carpal Tunnel Syndrome?


Walaupun merupakan suatu proses yang bertahap, akan tetapi jika tidak diterapi, carpal
tunnel syndrome akan memburuk seiring waktu. Pada tahap-tahap awal, mungkin untuk
memperlambat atau menghentikan perkembangan penyakit.
Terapi non-bedah
Jika didiagnosis dan diterapi secara dini, gejala carpal tunnel syndrome seringkali dapat
diringankan tanpa tindakan bedah.
Terapi non-bedah meliputi:
❖ Bracing atau splinting. Memakai brace (alat penunjang) atau splint pada malam hari
akan mencegah pasien menekuk pergelangan tangannya selama tidur. Menjaga agar
pergelangan tangan dalam posisi lurus atau netral mengurangi tekanan pada saraf dalam
carpal tunnel. Memakai suatu splint selama siang hari juga dapat membantu ketika
melakukan aktivitas yang memperburuk gejala.
❖ Non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs). Obat-obatan seperti Ibuprofen dan
Naproxen dapat membantu meredakan nyeri dan inflamasi.
❖ Perubahan aktivitas. Gejala seringkali terjadi ketika tangan dan pergelangan tangan
berada dalam posisi yang sama untuk waktu yang terlalu lama, terutama ketika
pergelangan tangan dalam posisi fleksi atau ekstensi. Jika pekerjaan atau aktivitas
rekreasi pasien memperburuk gejalanya, mengubah atau memodifikasi aktivitas-aktivitas
ini dapat membantu memperlambat atau menghentikan perkembangan penyakit. Dalam
beberapa kasus, hal ini dapat melibatkan mengubah tempat kerja atau workstation/area
kerja pasien.
❖ Injeksi steroid. Corticosteroid, atau Cortisone merupakan suatu agen anti-inflamas yang
kuat yang dapat diinjeksikan ke dalam carpal tunnel. Suatu injeksi steroid ke dalam
carpal tunnel dapat meringankan gejala selama kurun waktu tertentu.
❖ Olahraga saraf/nerve gliding exercises. Beberapa pasien dapat diuntungkan oleh
olahraga yang membantu N. medianus bergerak lebih bebas dalam batasan/kurungan
carpal tunnel. Olahraga spesifik dapat direkomendasikan oleh dokter atau ahli terapi.

Terapi bedah
Jika terapi non-bedah tidak meringankan gejala setelah periode waktu tertentu, dokter
dapat menyarankan tindakan bedah.
Keputusan untuk melakukan bedah atau tidak didasarkan pada derajat keparahan dari
gejala (seberapa nyeri dan mati rasa yang dirasakan di tangan). Dalam kasus yang sudah
lama dengan mati rasa yang konstan dan mengecilnya otot-otot ibu jari, tindakan bedah
dapat disarankan untuk mencegah kerusakan yang ireversibel.

2. Apa sifat farmakologi dari Ibuprofen?


IBUPROFEN
Turunan asam propionat: Ibuprofen, Naproxen, Flurbiprofen, Fenoprofen, Ketoprofen, dan
Oxaprozin tersedia di Amerika Serikat. Ibuprofen merupakan NSAID yang paling sering
digunakan di Amerika Serikat dan tersedia dengan atau tanpa resep dokter. Naproxen, juga
tersedia dengan atau tanpa resep dokter, memiliki t1/2 yang lebih lama tapi lebih bervariasi.
Farmakodinamik
Turunan asam propionat merupakan inhibitor COX yang non-selektif dengan efek dan efek
samping yang umumnya terdapat pada NSAID lain. Beberapa turunan asam propionat,
terutama Naproxen, memiliki efek inhibitor pada fungsi leukosit, dan beberapa bukti
menyarankan bahwa Naproxen mungkin memiliki efikasi/kemanjuran yang sedikit lebih baik
sebagai analgesia dan pereda kekakuan pagi hari. Dugaan manfaat ini sesuai dengan t1/2
Naproxen yang lebih lama dibandingkan turunan asam propionat lainnya.
Farmakokinetik
Ibuprofen diabsorpsi dengan cepat, berikatan dengan kuat pada protein, dan melalui
metabolisme hepatik (90% dimetabolisme menjadi turunan hidroksilat atau karboksilat) dan
ekskresi metabolit oleh ginjal. T1/2-nya sekitar 2 jam. Ekuilibrasi dengan ruang synovial
yang lambat berarti efek anti-arthritisnya dapat bertahan setelah kadar plasma menurun.
Pada hewan coba, Ibuprofen dan metabolitnya dengan segera/mudah menyeberangi
plasenta.
Ibuprofen disuplai sebagai tablet, tablet kunyah, kapsul, kaplet, dan kaspul gel yang
mengandung 50 – 600 mg; sebagai tetesan oral; dan sebagai suspensio oral. Formulasi
injeksi Ibuprofen diperbolehkan untuk menutup PDA/patent ductus arteriosus pada bayi
prematur. Bentuk preparat oral padat yang mengandung 200 mg atau kurang tersedia
tanpa resep dokter. Ibuprofen memiliki lisensi untuk dipasarkan sendiri dan dalam
kombinasi dosis tetap (fixed-dose combinations) dengan antihistamin, dekongestan,
Famotidine, Oxycodone, dan Hydrocodone. Obat ini durasi aksinya singkat, dengan t 1/2
sekitar 2 jam. Biasanya dosis untuk nyeri ringan hingga sedang adalah 400 mg tiap 4 - 6
jam seperlunya.

Interaksi Obat
Ibuprofen dan Naproxen telah ditunjukkan dapat mengganggu efek anti-platelet Aspirin.

Efek Samping
Ibuprofen lebih ditoleransi daripada Aspirin dan Indomethacin, dan telah digunakan pada
pasien dengan riwayat intoleransi GI terhadap NSAID lainnya. Walaupun demikian, 5 – 15%
pasien mengalami efek samping GI. Efek samping Ibuprofen yang lebih jarang terjadi
termasuk ruam (3 – 9%), trombositopenia (< 1%), sakit kepala (1 – 3%), pusing (3 – 9%),
pandangan kabur (< 1%), dan dalam beberapa kasus, amblyopia toksik (< 1%), retensi cairan
(1 – 3%), dan edema (1 – 3%). Pasien yang mengalami gangguan okular sebaiknya
menghentikan penggunaan Ibuprofen dan melakukan evaluasi mata. Ibuprofen dapat
digunakan kadang-kadang oleh wanita hamil; tetapi, dikhawatirkan mengenai efeknya
pada trimester III, termasuk keterlambatan/tertundanya parturisi. Ekskresi ke dalam
ASI diduga minimal, jadi Ibuprofen juga dapat digunakan dengan waspada/hati-hati oleh
wanita yang sedang menyusui.

3. Apa komplikasi dari Carpal Tunnel Syndrome?


Jika dibiarkan tidak diterapi, carpal tunnel syndrome dapat menyebabkan kelemahan
dan kurangnya koordinasi pada jari-jari dan ibu jari. Terapi dapat meredakan tekanan pada
saraf dan, untuk sebagian besar orang, menghilangkan gejala-gejalanya.

4. Apa prevensi dari Carpal Tunnel Syndrome?


Kebiasaan baik yang disarankan seperti menghindari stres berulang/repetitif,
modifikasi kerja melalui pemakaian peralatan ergonomis (mouse pad, istirahat
secukupnya, dan menggunakan alternatif untuk keyboard) telah diusulkan sebagai metode
untuk membantu mencegah carpal tunnel syndrome.

5. Apa prognosis dari Carpal Tunnel Syndrome?


Sebagian besar orang yang gejala carpal tunnel-nya telah diringankan dengan manajemen
konservatif atau non-bedah memiliki residu minimal atau "kerusakan saraf". Carpal tunnel
syndrome yang kronis dan berjangka waktu lama (khasnya terdapat pada lansia) dapat
berujung pada "kerusakan saraf" permanen, misalnya mati rasa yang ireversibel,
penyusutan otot, dan kelemahan. Orang-orang yang menjalani carpal tunnel release (bedah)
hampir 2x lipat lebih mungkin (sama seperti orang-orang yang tidak dioperasi) untuk
mengalami trigger thumb beberapa bulan setelah prosedur.

You might also like