You are on page 1of 7

DIAGNOSIS TUBERKULOSIS

Dalam prakteknya tidak mudah dalam menegakkan diagnosis TB paru. Menurut


American Thoracic Society dan WHO diagnosis pasti tuberculosis paru adalah dengan
menemukan kuman Mycobacterium tuberculosae dalam sputum atau jaringan paru secara
biakan.
Di Indonesia agak sulit menerapkan diagnosis di atas karena fasilitas laboratorium
yang dangat terbatas untuk pemeriksaan biakan. Diagnosis tuberkulosis paru masih banyak
ditegakkan berdasarkan keadaan klinis dan radiologis saja.
Tersangka Penderita TB
(Suspek TB)

Periksa dahak sewaktu, pagi, sewaktu (SPS)

Hasil BTA Hasil BTA Hasil BTA


+++, ++- +-- ---

Beri antibiotika
Periksa rontgen dada
spektrum luas

Hasil Hasil tidak Tidak ada Ada


mendukung mendukung perbaikan perbaikan
TB TB

Ulangi periksa dahak SPS


Penderita TB
BTA (+)
Hasil BTA Hasil BTA
+++, ++- ---

Periksa rontgen dada

Hasil Hasil
mendukung rontgen
TB negatif

TB BTA (-) Bukan TB,


Rontgen (+) penyakit lain

Bagan1. Alur Diagnosis Pasien TB Alternatif12,13


Gejala Klinis (+)
PF

- + -
+
Sputum BTA Rontgen Thorax

TB paru BTA TB paru Penyakit


Meragukan
(+) BTA (-) paru lain

Foto lama Foto lama Terapi


ada tidak ada Eksjuventies
untuk TB

Evaluasi
rontgen thorax
1-2 bulan

Menetap Perburukan Perburukan Perbaikan

Bekas TB TB paru (bila Bukan TB TB paru


penyakit paru
lain telah
tersingkirkan

Bagan 2. Alur Diagnosis Pasien TB Alternatif

PENGOBATAN TUBERKULOSIS
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan
fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari panduan obat utama
dan tambahan.
Tujuan dari pengobatan tuberkulosis adalah untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap OAT.
WHO dan IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)
merekomendasikan panduan OAT standar, yaitu :
 Kategori 1
2HRZE/4H3R3
2HRZE/4HR
2HRZE/6HE
 Kategori 2
2HRZES/HRZE/5H3R3E3
2HRZES/HRZE/5HRE
 Kategori 3
2HRZ/4H3R3
2HRZ/4HR
2HRZ/6HE

Panduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan


Tuberkulosis di Indonesia adalah :(13,18,19)
 Kategori 1 : 2HRZE/4(HR)3
Panduan OAT ini diberikan untuk pasien baru :
 Pasien baru tuberkulosis paru BTA positif
 Pasien tuberkulosis paru BTA negatif foto toraks positif
 Pasien tuberkulosis ekstra paru

 Kategori 2 : 2HRZES/(HRZE)/5(HR)3E3
Panduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya :
 Pasien kambuh
 Pasien gagal
 Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
Tabel 1. Paduan pengobatan TB

Kategor Kasus Paduan Obat yang Dianjurkan Keterangan


i
I TB paru 2RHZE / 4RH atau 2 RHZE / 6 HE atau
BTA +, 2RHZE / 4R3H3
BTA -, lesi
luas
TB di luar
paru kasus
berat
II Kambuh 3RHZE / 6 HE Bila
Gagal 1 RHZES lalu sesuai hasil uji resistensi atau streptomisis
pengobata  2RHZES/1RHZE/5R3H3E3 n alergi
n dapat diganti
kanamisin
II TB paru lalai Sesuai lama pengobatan sebelumnya, lama
berobat berhenti minum obat dan kedaan klinik,
bakteriologik & radiologik saat ini atau
 2RHZES/1RHZE/5R3H3E3
III TB paru 2RHZ / 4RH atau
BTA negatif 6RHE atau
lesi minimal  2RHZ / 4R3H3
TB di luar
paru kasus
ringan
IV Kronik Sesuai uji resistensi atau H seumur hidup
V MDR TB Sesuai uji resistensi + kuinolon atau H seumur
hidup
Catatan :
 Obat yang digunakan dalam Program TB Nasional
Evaluasi pengobatan
Evaluasi penderita meliputi evaluasi klinik, bakteriologik, radiologik, dan efek
samping obat, serta evaluasi keteraturan berobat.
Evaluasi klinik:
- Penderita dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama pengobatan
selanjutnya setiap 1 bulan
- Evaluasi: respons pengobatan dan ata tidaknya efek samping obat serta ada
tidaknya komplikasi penyakit
- Evaluasi klinik meliputi keluhan, berat badan, pemeriksaan fisik.
Evaluasi bakteriologik (0-2-6/9)
- Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi dahak
- Pemeriksaan dan evaluasi pemeriksaan mikroskopik
1. Sebelum pengobatan dimulai
2. Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase intensif)
3. Pada akhir pengobatan
- Bila ada fasilitas biakan: pemeriksaan biakan (0-2-6/9)
Evaluasi radiologik (0-2-6/9)
Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan pada:
- Sebelum pengobatan
- Setelah 2 bulan pengobatan
- Pada akhir pengobatan
Evaluasi efek samping secara klinik
- Bila mungkin sebaiknya dari awal diperiksa fungsi hari, fungsi ginjal dan darah
lengkap
- Fungsi hati: SGOT, SGPT, bilirubin, fungsi ginjal: ureum, kreatinin, dan gula
darah, asam urat untuk data dasar penyakit penyerta atau efek samping
pengobatan
- Asam urat diperiksa bila menggunakan pirazinamid
- Pemeriksaan visus dan uji buta warna bila menggunakan ethambutol
- Penderita yang mendapat streptomisin haru diperiksa uji keseimbangan dan
audiometri
- Pada anak dan dewasa muda umumnya tidak diperlukan pemeriksaan awal
tersebut. Yang paling penting adalah evaluasii klinik kemungkinan terjadi efek
samping obat. Bila pada evaluasi klinik dicurigai terdapat efek samping, maka
dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikannya dan penanganan efek
samping obat sesuai pedoman.
Evaluasi keteraturan berobat
- Yang tidak kalah pentingnya selain dari paduan obat yang digunakan adalah
keteraturan berobat. Diminum/tidaknya obat tersebut. Dalam hal ini maka sangat
penting penyuluhan atau pendidikan mengenai penyakit dan keteraturan berobat
yang diberikan kepada penderita, keluarga dan lingkungan.
- Ketidakteraturan berobat akan menyebabkan timbulnya masalah resistensi
Penderita yang telah sembuh
Penderita TB yang telah sembuh tetap dievaluasi minimal dalam 2 tahun pertama
setelah sembuh.Yang dievaluasi adalah mikroskopi BTA dahak dan foto
toraks.Mikroskopik BTA dahak 3,6,12 dan 24 bulan setelah dinyatakan sembuh.
Evaluasi foto toraks 6,12,24 bulan setelah dinyatakan sembuh.

You might also like