You are on page 1of 59

TELAAH KOMPETENSI

A. Kompetensi Inti

KI-1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.


KI-2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung-jawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI-3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkrit dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta
bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah
keilmuan.

B. Materi Pembelajaran

Redoks dan Sel Elektrokimia


1. Penyetaraan Persamaan Reaksi Redoks
2. Sel Volta dan Potensial Sel
3. Korosi
4. Sel Elektrolisis dan Hukum Faraday

C. Kompetensi Dasar

3.3. Menyetarakan persamaan kimia reaksi redoks dan memperkirakan reaksi yang dapat
terjadi berdasarkan potensial elektrode
3.4. Menganalisis proses yang terjadi dan melakukan perhitungan zatatau listrik yang terlibat
pada suatu sel Volta serta penerapannya dalam kehidupan
3.5. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya korosi dan cara mengatasinya
3.6. Menerapkan stoikiometri reaksi redoks dan hukum Faraday untuk menghitung besaran-
besaran yang terkait sel elektrolisis
4.3. Menentukan urutan kekuatan pengoksidasi atau pereduksi berdasarkan hasil percobaan
4.4. Merancang sel Volta dengan mengunakan bahan di sekitar
4.5. Mengajukan gagasan untuk mencegah dan mengatasi terjadinya korosi
4.6. Merancang dan melakukan penyepuhan benda dari logam dengan ketebalan lapisan dan
luas tertentu

D. Tujuan dan Indikator Pembelajaran

1. Penyetaraan Persamaan dan Stoikiometri Redoks


Indikator:
1. Membaca/mengamati/mendengarkan dari berbagai sumber tentang persamaan redoks.
2. Mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang berhubungan dengan bahan
bacaan/observasi (misalnya: mengapa terjadi reaksi? Bagaimana reaksi terjadi?).
3. Menganalisis reaksi redoks.

a. Penyetaraan dengan Cara Langsung


Indikator:
Menggunakan aturan cara langsung untuk menyetarakan persamaan redoks.

b. Penyetaraan dengan Cara Setengah-Reaksi (Ion-Elektron)


Indikator:
1. Membaca/mengamati/mendengarkan dari berbagai sumber tentang penyetaraan
reaksi redoks.
2. Menggunakan aturan cara setengah reaksi untuk menyetarakan persamaan redoks.

c. Penyetaraan dengan Cara Bilangan Oksidasi


Indikator:
1. Membaca/mengamati/mendengarkan dari berbagai sumber tentang penyetaraan
reaksi redoks.
2. Menggunakan aturan cara bilangan oksidadi untuk menyelesaikan persamaan
redoks.

d. Reaksi Autoredoks/Disproporsionasi
Indikator:
1. Menganalisis reaksi autoredoks.

2
2. Menggunakan aturan cara setengah reaksi dan cara bilangan oksidasi untuk
menyelesaikan persamaan redoks.

e. Stoikiometri Reaksi Redoks


Indikator:
1. Menganalisis stoikiometri reaksi redoks.
2. Menggunakan aturan cara setengah reaksi dan cara bilangan oksidasi untuk
menyelesaikan persamaan redoks.

Tujuan:
Peserta didik dapat menyetarakan jumlah atom-atom sebelum dan sesudah redoks dan
mempelajari stoikiometrinya

2. Sel Elektrokimia

Indikator:
1. Membaca/mengamati/mendengarkan dari berbagai sumber tentang contoh sel
elektrokimia dalam kehidupan (video, artikel, buku dan lain-lain).
2. Mempelajari video/artikel/animasi terkkait proses sel elektrokimia dalam kehidupan.
3. Mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan bahan bacaan/observasi (misalnya:
Bagaimana merancang alatnya? Apa yang terjadi pada kedua elektrode? Dan lain-
lain).
4. Menyimpulkan bahwa dalam sel elektrokimia mmelibatkan reaksi redoks.
5. Menyimoulkan karakteristik sel elektrokimia.

Tujuan:
1. Peserta didik dapat mendefinisikan pengertian elektrokimia.
2. Peserta didik dapat mempelajari proses yang terjadi dalam sel elektrokimia.

3. Sel Volta/Galvani

a. Desain dan Cara Kerja Sel Volta


Indikator:
Mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang berhubungan dengan bahan
bacaan/obsevasi (misalnya: Bagaimana merancang alatnya? Apa yang terjadi pada
kedua elektrode?)

3
b. Notasi Sel Volta
Indikator:
1. Mengkaji literatur tentang penulisan notasi sel volta.
2. Menuliskan notasi sel elektrokimia.

c. Potensial Sel (Esel), Potensial Sel Standar (E⁰sel), Potensial Elektrode Standar (E⁰), dan
Penentuan E⁰ (Potensial Elektrode Standar)
Indikator:
1. Menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan bahan bacaan/observasi
(Bagaimana memprediksi reaksi terjadi atau tidak dalam sel volta? Apakah akan
dihasilkan potensial bila elektrode dipertukarkan?)
2. Menuliskan reaksi yang terjadi dalam sel volta.
3. Membuktikan reaksi yang terjadi/potensial yang dihasilkan bila elektrode dalam
set volta dipertukarkan (bisa menggunakan animasi).
4. Menggunakan data potensial sel untuk menentukan kespontanan reaksi.
5. Menggunakan hukum Nernst dan deret Nernst untuk memprediksi/menganalisis
potensial sel.
6. Menyimpulkan kespontanan reaksi berdasarkan hasil analisis terhadap data
pengamatan dari berbagai sumber.

d. Kekuatan Relatif Reduktor dan Oksidator serta Kereaktifan Relatif Logam


Indikator:
1. Menuliskan reaksi yang terjadi.
2. Membuktikan reaksi yang terjadi/potensial yang dihasilkan bila elektrode dalam
sel volta dipertukarkan (bisa menggunakan animasi).
3. Menggunakan data potensial set untuk menentukan kespontanan reaksi.
4. Menggunakan hukum Nernst dan deret Nernst untuk memprediksi/menganalisis
potensial sel.
5. Menyimpulkan kespontanan reaksi berdasarkan hasil analisis terhadap data
pengamatan dari berbagai sumber.
6. Berlatih menentukan kespontanan reaksi elektrokimia berdasarkan data potensial
reduksi oksidasi dan deret Nernst.
7. Menentukan kekuatan relatif reduktor dan oksidator serta kereaktifan relatif
logam.

Tujuan:
1. Peserta didik dapat mempelajari prinsip kerja dan notasi sel volta.
2. Peserta didik dapat mendefinisikan dan menghitung Esel, E⁰sel dan E⁰.

4
3. Peserta didik dapat menentukan kekuatan relatif oksidator dan reduktor.

4. Korosi: Proses Galvani Alami

Indikator:
1. Membaca dan mempelajari artikel dan berbagai sumber terkait proses korosi.
2. Mengajukan pertanyaan berdasarkan basil observasi (misalnya: Mengapa korosi
terjadi? Reaksi apa yang terjadi pada korosi? Bagaimana cara mencegah korosi? dan
lain-lain)
3. Mendiskusikan reaksi yang terjadi pada proses korosi.
4. Memprediksi/menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korosi
menggunakan berbagai sumber.
5. Mengajukan/memprediksi gagasan untuk mengatasi/mencegah terjadinya korosi
(electroplating, cat, perlindungan katodik, dan aliasi logam).
6. Menyimpulkan bahwa proses korosi melibatkan reaksi redoks.
7. Menyimpulkan bahwa kelembapan, elektrolit, dan udara (oksigen), memengaruhi
terjadinya korosi.
8. Menyimpulkan beberapa upaya untuk mengatasi/mencegah korosi.

Tujuan:
1. Peserta didik dapat mempelajari proses redoks yang terjadi pada korosi.
2. Peserta didik dapat menentukan cara untuk mencegah korosi.

5. Sel Elektrolisis

Indikator:
1. Membaca/mengamati/mendengar dari berbagai sumber tentang sel elektrolisis (video,
artikel, buku, dan lain-lain).
2. Mempelajari video/artikel/anirnasi terkait sel elektrolisis.
3. Menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan bahan bacaan/observasi (misalnya:
Apakah akan terjadi reaksi bila arus listrik dialirkan (elektrolisis)?).

Tujuan:
Peserta didik dapat mempelajari reaksi yang terjadi pada sel elektrolisis.

5
6. Hukum Faraday

Indikator:
1. Mencatat data hasil percobaan terkait yang terjadi di kedua elcktrode, kutub negatif
dan kutub positif pada kedua elektrode, dan membedakan hasil pengamatan sebelum
dan sesudah menghubungkan arus listrik (pada sel elektrolisis).
2. Menggunakan hukum Faraday untuk menganalisis hubungan antara arus listrik yang
digunakan dengan jurnlah hasil reaksi yang terjadi.
3. Berlatih mernecahkan masalah terkait perhitungan kimia dalam elektrolisis
menggunakan hukurn Faraday.
4. Merancang percobaan tentang penyepuhan, mendiskusikan hasil rancangannya,
kemudian melakukan percobaan dengan saksama dalam kelompok.
5. Mengomunikasikan hasil percobaan secara lisan/tertulis menggunakan tata bahasa
yang benar.
6. Mengomunikasikan hasil analisis dan kesimpulan berdasarkan percobaan tentang
penyepuhan atau penalaran yang telah dilakukan secara lisan/tertulis.

Tujuan:
Peserta didik dapat menerapkan hukum Faraday dalam perhitungan bsearan-besaran terkait
sel elektrolisis.

7. Aplikasi Sel Elektrokimia

Indikator:
Membaca/mengamati/mendengar dari berbagai sumber tentang contoh sel elektrokimia
dalam kehidupan.

Tujuan:
Peserta didik dapat m1empelajari aplikasi sel elektrokimia dalam kehidupan.

6
Redoks dan Elektrokimia

Pernahkah anda melihat proses penyepuhan emas? Apa yang sebenarnya terjadi pada
proses tersebut? Reaksi apa yang terjadi? Bahan dan alat apa saja yang diperlukan
daam proses penyepuhan emas tersebut?

7
Penyepuhan emas merupakan aplikasi konsep elektrokimia dalam kehidupan sehari-
hari. Dalam bab ini Anda akan mempelajari persamaan reaksi redoks, penyetaraan
redoks , sel volta, korosi, sel elektrolisis, dan hokum Faraday. Untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan diatas, anda dapat mempelajarinya dalam bab ini.

A. Pengantar Mengenai Redoks dan Elektrokimia


Reaksi redoks, baik yang alamiah maupun yang direkayasa oleh manusia banyak kita
jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Reaksi-reaksi ini ada yang bermanfaat, ada pula yang
merugikan. Salah satu contoh yang merugikan adalah korosi, sehingga proses korosi harus
dicegah. Adapun fenomena redoks yang bermanfaat harus dikembangkan demi kebaikan dan
kemajuan peradaban manusia.
Pernakah anda berpikir bahwa baterai, aki dan beberapa sumber energi yang lain merupakan
sumber energi yang bekerja berdasarkan prinsip elektrokimia? Apa yang dimaksud dengan
reaksi elektrokimia> bagaimana proses elektrokimia yang terjadi pada sumber-sumber energi
ini? Masih banyak contoh sumber energi yang bekerja berdasarkan proses eektrokimia.
Komponen apa saja yang mendukung terjadinya reaksi elektrokimia?
Proses elektrokimia terjadi dalam sel volt a maupun sel elektrolisis. Apa yang dimaksud
dengan sel volta? Apa yang dimaksud dengan sel elektrolisis? Bagaimana prinsip kerja kedua
jenis sel elektrokimia ini? Pertanyaan-pertanyaan ini akan anda temukan jawabannya setelah
anda memahami redoks dan elektrokimia. Anda juga akan menemukan beberapa fenomena
yang terjadi melalui proses-proses elektrokimia yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-
hari.
Sel volta dan sel elektrolisis merupakan proses elektrokimia yang berlangsung melalui
prinsip yang saling berlawanan. Sebagian dari penerapan proses elektrokimia akan dibahas
dalam bab ini, namun selebihnya anda dapat mengembangkan kreativitas anda sendiri untuk
mencari dan menemukannya, karena aplikasi elektrokimia berkembang pesat sehingga anda
dapat menemukan beberapa contoh aplikasi elektrokimia dengan mudah
(A. Haris Watoni, 2015)

Penguatan
Konsep

8
Manakah dari reaksi-reaksi berikut yang tergolong reaksi redoks?
a. N2 + 3H2 2NH3 c. 3H2SO4 + 2Al(OH)3 Al2(SO4)3
+ 6H2O
b. Al(OH)3 + OH- Al(OH)4- d. 2Na + 2H2O 2NaOH +
H2

B. Penyetaraan Persamaan dan Stoikiometri Reaksi Redoks


Salah satu manfaat dari konsep reaksi redoks adalah untuk menyetarakan persamaan reaksi
kimia yang rumit. Persamaan reaksi yang sederhana dapat disetarakan dengan cara coba-coba,
yaitu dengan mengisi koefisien pada setap rumus kimia. Namun, pada persamaan reaksi kimia
yang rumit dengan melibatkan lebih dari dua pereaksi, sangat sulit untuk disetarakan dengan
cara coba-coba.
Di dalam suatu persamaan reaksi terkandung hukum-hukum interaksi materi, antara lain
hukum kekekalan massa dan hukum kekekalan muatan. Oleh karena itu, persamaan reaksi
dianggap tidak tepat apabila belum memenuhi kedua hukum interaksi tersebut.
Suatu persamaan reaksi dianggap memenuhi hukum kekekalan massa apabila jumlah atom
sebelum reaksi sama dengan jumlah atom sesudah reaksi, serta memenuhi hukum kekekalan
muatan apabila muatan sebelum reaksi sama dengan muata sesudah reaksi.
Persamaan reaksi yang sudah memenuhi kedua persyaratan itu disebut dengan persamaan
reaksi setara, dan untuk membuat suatu reaksi yang belum setara menjadi setara disebut
dengan suatu reaksi yang belum setara menjadi setara disebut dengan penyetaraan persamaan
reaksi. Contoh persamaan reaksi setara:
3Cu(s) + 8HNO3(aq) 3Cu2+(aq) + 2NO(g) + 6NO3-(aq) + 4H2O(l)
Kadang-kadang dijumpai suatu persamaan reaksi yang berbeda, tetapi semuanya memenuhi
kedua persyaratan diatas sehingga semua persamaan reaksi tersebut benar. Sebagai contoh,
reaksi antara ion MnO4 – dan hidrogen peroksida berikut ini.
a. 2MnO4-(aq) + H2O(aq) + 6H+(aq) 2Mn2+(aq) + 3O2(g) + 4H2O(l)
b. 2MnO4-(aq) + 3H2O(aq) + 6H+(aq) 2Mn2+(aq) + 4O2(g) + 6H2O(l)
c. 2MnO4-(aq) + 5H2O(aq) + 6H+(aq) 2Mn2+(aq) + 5O2(g) + 8H2O(l)

9
d. 2MnO4-(aq) + 7H2O(aq) + 6H+(aq) 2Mn2+(aq) + 6O2(g) + 10H2O(l)

Reaksi diatas semuanya benar secara teoretis. Untuk menunjukkan reaksi mana yang paling
benar, dapat dilihat dari fakta percobaan, yaitu jumlah mol gas oksigen yang dihasilakn untuk
setiap mol MnO4 – yang direaksikan. Jika setiap mol MnO4 – menghasilkan 5 mol gas oksigen,
berarti persamaan (c) yang paling benar karena sesuai dengan fakta percobaan.
Penyetaraan persamaan reaksi dapat dilakukan dengan menggunakan konsep redoks, yaitu
cara bilangan oksidasi dan cara ion elektron. Kedua cara tersebut mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing.
(Unggul Sudarmo, 2013)

1. Penyetaraan dengan Cara Setengah Reaksi (Ion-Elektron)


Apa yang dimaksud dengan istilah “setengah-reaksi”? dalam penyetaraan reaksi
redoks dengan cara setengah-reaksi, penentuan bilangan ooksidasi pereaksi dan produk
reaksi tidak penting. Yang lebih penting adalah mengetahui ion-ion atau molekul-
molekul yang terlibat dan media reaksinya.
(A. Haris Watoni, 2015)

Dalam penyetaraan reaksi redoks dengan cara setengah reaksi, yang utama adalah
mengetahui ion-ion atau molekul-molekul yang terlibat dan media reaksinya. Secara
garis besar, penyetaraan reaksi redoks dengan cara setengah-reaksi dapat dilakukan
melalui tahap-tahap sebagai berikut :
Tahap 1 :
Tulis reaksi oksidasi dan reduksi secara terpisah.
Tahap 2 :
Setarakan jumlah atom selain atom H dan atom O dengan menambahkan koefisien.
Tahap 3 :
Penyetaraan jumlah atom H dan O
Dalam media asam : 1) Tambahkan H2O pada sisi yang kekurangan O
2) Tambahkan H+ pada sisi yang kekurangan H

10
Dalam media basa : 1) Tambahkan H2O pada sisi yang kelebihan O
2) Tambahkan OH- pada sisi yang kekurangan H
Tahap 4 :
Setarakan jumlah muatan dikedua ruas pada masing-masing setengah reaksi dengan cara
penambahan elektron pada ruas yang muatannya lebih banyak.

Tahap 5 :
Jumlahkan kedua setengah reaksi tersebut dengan terlebih dahulu menyamakan jumlah
elektron pada setengah reaksi tersebut dengan mengalikan dengan faktor x.

a. Penyetaraan Reaksi Redoks dalam Media Asam


Penyetaraan reaksi redoks dalam suasana asam merupakan gabungan dari
penyetaraan reaksi reduksi dan reaksi oksidasi yang terjadi dalam suasana asam.
b. Penyetaraan Reaksi Redoks dalam Media Basa
Penyetaraan reaksi redoks dalam media basa merupakan gabungan dari penyetaraan
reaksi reduksi dan oksidasi yang terjadi dalam suasana basa.

Contoh soal 2.1

1. Setarakan reaksi redoks berikut (dalam suasana asam) :


Cr2O72- + HCOOH  Cr3+ + CO2
2. Setarakan reaksi redoks berikut (dalam suasana basa) :
MnO4- + SO32-  MnO2 + SO42-

Penyelesaian :
1. Cr2O72- + HCOOH  Cr3+ + CO2
a. Menuliskan reaksi reduksi dan reaksi oksidasi secara terpisah
Cr2O72-  Cr3+
HCOOH  CO2
b. Menyetarakan jumlah atom selain atom H dan O pada masing-masing setengah
reaksi.
Cr2O72-  2Cr3+
HCOOH  CO2
c. Menyetarakan jumlah atom O dengan menambahkan H2O pada ruas yang
kekurangan atom O.
Cr2O72-  2Cr3+ + 7H2O
HCOOH  CO2
d. Menyetarakan jumlah atom H dengan menambahkan H+ pada ruas yang
berlawanan.
Cr2O72- + 14H+  2Cr3+ + 7H2O
HCOOH  CO2 + 2H+ 11
e. Menyetarakan jumlah muatan untuk maing-masing setengah reaksi dengan
menambahkan elektron, sehingga jumlah muatan diruas kiri sama dengan di ruas
f. Menyetarakan jumlah elektron pada dua buah setengah reaksi tersebut dengan
mengalikan faktor x.
Cr2O72- + 14H+ + 6e  2Cr3+ + 7H2O …x1
HCOOH  CO2 + 2H+ + 2e …x3
g. Menjumlahkan kedua buah reaksi tersebut
Cr2O72- + 14H+ + 6e  2Cr3+ + 7H2O
3HCOOH  3CO2 + 6H+ + 6e +
Cr2O7 + 3HCOOH + 8H+ 2Cr3+ + 7H2O + 3CO2
2-

2. MnO4- + SO32-  MnO2 + SO42-


a. Menuliskan reaksi reduksi dan oksidasi secara terpisah.
MnO4-  MnO2
SO32-  SO42-
b. Jumlah atom selain atom H dan atom O pada masing-masing setengah reaksi sudah
setara.
c. Menyetarakan jumlah atom O dengan menambahkan H2O pada ruas yang
kekurangan atom O.
MnO4-  MnO2 + 2H2O
SO3 + H2O  SO42-
2-

d. Menyetarakan jumlah atom H dengan menambahkan H+ pada ruas yang


berlawanan.
MnO4- + 4H+  MnO2 + 2H2O
SO32- + H2O  SO42- + 2H+
e. Menyetarakan jumlah muatan untuk masing-masing setengah reaksi dengan
menambahkan elektron, sehingga jumlah muatan di ruas kiri sama dengan di ruas
kanan.
MnO4- + 4H+ + 3e  MnO2 + 2H2O
SO32- + H2O  SO42- + 2H+ + 2e
f. Menyetarakan jumlah elektron pada dua setengah reaksi, sehingga jumlah elektron
pada reaksi reduksi sama dengan jumlah elektron pada reaksi oksidasi.
MnO4- + 4H+ + 3e  MnO2 + 2H2O …x2
2-
SO3 + H2O  SO4 + 2H + 2e
2- +
…x3
g. Menjumlahkan kedua buah setengah reaksi tersebut.
2MnO4- + 8H+ + 6e  2MnO2 + 4H2O
2-
3SO3 + 3H2O  3SO42- + 6H+ + 6e +
2MnO4 + 2H + 3SO3  2MnO2 + H2O + 3SO42-
- + 2-

12
Uji Kompetensi
1 larutan kalium permanganat (KMnO4) dicampur dengan larutan
1. Jika
besi(II)Klorida (FeCl2) dalam larutan HCl, reaksi redoks akan terjadi menurut
persamaan reaksi berikut :
KMnO4 + FeCl2 + HCl MnCl2 + FeCl3 + KCl + H2O
Setarakan persamaan reaksi redoks tersebut menurut cara setengah-reaksi!
2. Setarakan persamaan reaksi redoks berikut :
KClO4 + Bi2O3 + KOH KCl + KBiO3 + H2O
3. Untuk reaksi redoks antara KMnO4 dengan KI dalam larutan basa, reaksi ionic
yang terjadi adalah sebagai berikut :
MnO4- (aq) + I-(aq) MnO42-(aq) + IO3-(aq) (dalam larutan
basa)
Setarakan persamaan reaksi tersebut dengan cara setengah-reaksi!

2. Penyetaraan dengan Cara Bilangan Oksidasi


Syarat untuk menyetarakan reaksi redoks dengan cara bilangan oksidasi (BO) adalah
mengetahui atom-atom yang mengalami perubahan bilangan oksidasi. Dalam
penyetaraan ini, kita tidak perlu mengetahui apakah reaksi berlangsung dalam media
asam atau basa. Penambahan ion H+ atau ion OH- diperlukan untuk menyetarakan

13
jumlah muatan. Penyetaraan dengan cara ini dapat dilakukan menurut persamaan reaksi
ion maupun persamaan reaksi molekul
(A. Haris Watoni, 2015)
a. Penyetaraan Menurut Reaksi Ion
Secara garis besar, penyetaraan reaksi redoks dengan cara bilangan oksidasi
menurut reaksi ion dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut :
Tahap I : Penulisan persamaan reaksi redoks ion-ion
Tahap II : Menentukan perubahan BO dan penyetaraan jumlah elektron yang
terlibat
Tahap III : Penyetaraan jumlah muatan kiri dan kanan
- Jika jumlah muatan pada bagian kiri lebih rendah :
Tambahkan H+ pada bagian kiri dan H2O pada bagian kanan
- Jika jumlah muatan pada bagian kiri lebih tinggi :
Tambahkan OH- pada bagian kiri dan H2O pada bagian kanan.
Tahap IV : Penyempurnaan

b. Penyetaraan Menurut Reaksi Molekul


Dalam penyetaraan menurut cara ini, molekul-molekul yang terlibat dalam
reaksi redoks tidak perlu diubah menjadi ion-ionnya. Secara garis besar,
penyetaraan ini dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut :
Tahap I : penentuan perubahan BO dan Jumlah elektron yang terlibat
Tahap II : penyetaraan jumlah elektron yang terlibat
Tahap III : penyetaraan jumlah atom-atom yang sesuai

Contoh soal 2.2


1. Setarakan persamaan reaksi redoks KClO4 + Bi2O3 + KOH KCl + KBiO3- +
H2O
+7 +6 -1 +10
Tahap I : ClO4- + Bi2O3 Cl- + 2BiO3-
Tahap II +8e4- + Bi2O3
: ClO Cl- + 2BiO3-
-4e- (x2)
-

Persamaan reaksi menjadi : ClO4- + 2Bi2O3 Cl- + 4BiO3-


Tahap III : penyetaraan jumlah muatan kiri dan kanan
14
Jumlah muatan bagian kiri : 1(-1) + 2(0) = -1 (tambah bagian kiri dengan 4 OH-)
Jumlah muatan dibagian kanan : 1(-1) + 4(-1)=-5 (tambah bagian kanan dengan
2. Setarakan persamaan reaksi redoks KMnO4 + FeCl2 + HCl MnCl2 + FeCl3 + KCl
+ H2O
Penyelesaian :
+7 4 ++2FeCl2 + HCl
Tahap I : KMnO +2 +3 2 + FeCl3 + KCl + H2O
MnCl

-1e- (X5)

Tahap II : agar jumlah elektron yang terlibat sama, maka kalikan alur reaksi
perubahan FeCl2 menjadi FeCl3 dengan angka 5. Persamaan reaksinya menjadi :
KMnO4 + 5FeCl2 + HCl MnCl2 + 5FeCl3 + KCl + H2O
Tahap III: setarakan jumlah atom-atom lain yang terlibat. Penyetaraan dapat dimulai dari
atom O dan selanjutnya atom H
1. Penyetaraan atom O : kalikan H2O dengan angka 4
2. Penyetaraan H : kalikan HCl dengan angka 8
Diperoleh : KMnO4 + 5FeCl + 8HCl MnCl2 + 5FeCl3 + KCl + 4H2O

Uji Kompetensi
2
1. Setarakan persamaan reaksi redoks dibawah ini dengan mengikuti cara BO
MnO4-(aq) + Cl-(aq) + H+(aq) Mn2+(aq) + Cl2(g) + H2O(l)

2. Setarakan persamaan reaksi redoks dibawah ini :


MnO4-(aq) + Fe2+(aq) Mn2+(aq) + Fe3+(aq)

3. Dalam percobaan titrasi ion oksalat (C2O42-) dengan ion permanganate (MnO4-)
dalam suasana asam. Pada proses ini terjadi reaksi sebagai berikut :
MnO4- + C2O42- Mn2+ + CO2
15
Setarakan persamaan reaksi redoks yang terjadi dengan cara setengah-reaksi dan
cara bilangan oksidasi.
3. Stoikiometri Reaksi Redoks
Secara kuantitatif, jumlah dan komposisi komponen-komponen yang terlibat dalam reaksi
redoks dapat dihitung seperti halnya persamaan reaksi yang lain. Dalam hal ini, hubungan
kuantitatif antarkomponen reaksi dapat dihitung melalui persamaan hukum-hukum dasar dan
konsep mol

Contoh soal 2.3

Semua besi dalam 2,000 gram bijih besi dilarutkan kedalam suatu larutan asam dan
diubah menjadi Fe2+. Selanjutnya, larutan Fe2+ ditittasi dengan larutan KMnO4 0,100
M. Dalam titrasi ini, Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+. Titrasi ini memerlukan 27,45 mL
larutan KMnO4 untuk mencapai titik akhir.
a. Berapa gram massa besi dalam sampel bijih?
b. Berapa persentase besi dalam sampel?
c. Jika besi dalam sampel terdapat sebagai senyawa FeO3, berapakah persentase
massa Fe2O3 dalam sampel?
Diketahui : Massa sampel bijih besi = 2,000 g
Volume KMnO4 0,1000 M yang bereaksi dengan Fe2+ = 27,45 ml
Ditanyakan : - massa dan % Fe dalam sampel
- % Fe2O3 dalam sampel
Penyelesaian :
Semua Fe dalam sampel diubah menjadi Fe2+
Persamaan reaksi (belum setara) : Fe2+(aq) + MnO4-(aq)  Fe3+(aq) + Mn2+(aq)
Penyetaraan reaksi menghasilkan persamaan reaksi sebagai berikut:
5Fe2+(aq) + MnO4-(aq) + 8H+(aq)  5Fe3+(aq) + Mn2+(aq) + 4H2O(l)
2+
Mol Fe : mol KMnO4 = 5:1
Jumlah mol KMnO4 = (27,45 mL) (0,1 mmol/mL) = 2,745 mmol
Mmol Fe2+ = 5(mmol KMnO4) = 5(2,745mmol) = 13,725 mmol
a. Massa Fe dalam sampel = (13,725mmol)(56 mg/mmol) = 768,6 mg = 0,7686 g
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐹𝑒 0,7686 𝑔
b. Persentase Fe dalam sampel = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100% = 2,000 𝑔 𝑥 100% = 38,43
%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐹𝑒2𝑂3 160
c. Massa Fe2O3 = 2 𝐴𝑟 𝐹𝑒 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐹𝑒 = 112 𝑥 0,7686 𝑔 = 1,098 𝑔
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐹𝑒2𝑂3 1,098 𝑔
Persentase Fe2O3 dalam sampel = 𝑥 100% = 𝑥 100% =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 2,000 𝑔
16
54,9%
Uji Kompetensi
3
Soal latihan
Air minum tidak boleh mengandung logam mangan dengan konsentrasi lebih dari
0,05 mg/mL. Jika konsentrasi mangan lebih dari 0,1 mg/Ml, logam ini akan
memberikan bau pencemaran serta memudarkan warna cucian dan permukaan
porselen. Ion mangan (II) teroksidasi menjadi ion permanganat oleh ion bismutat
(BiO3-) dalam larutan asam. Dalam reaksi ini, BiO3- tereduksi menjadi Bi3+
1. Tuliskan persamaan reaksi redoks sempurna yang terjadi.
2. Berapa miligram NaBiO3 yang diperlukan untuk mengoksidasi mangan dalam
18,5 mg mangan(II) sulfat?

C. Sel Elektrokimia
Elekterokimia mempelajari kaitan antara respon listrik dengan reaksi redoks. Reaksi
redoks terjadi dalam dua jenis sel yang berbeda, yaitu sel volta atau sel galvani dan sel
elektrolisis. Proses elektrokimia pada kedua sel ini terjadi melalui mekanisme yang
berlawanan.
1. Sel Volta atau sel Galvani menggunakan reaksi redoks spontan untuk menghasilkan energy
listrik. Dengan kata lain, energi kimia (disingkat sebagai “Eki”) diubah menjadi energi
listrik (disingkat sebagai “Elis”).
2. Sel Elektrolisis menggunakan energi listrik untuk membangkitkan reaksi redoks yang tidak
spontan.
(Unggul Sudarmo, 2013)
D. Sel Volta/Galvani

17
Jika logam tembaga (Cu) dimasukkan ke dalam larutan perak nitrat (AgNO3), pada
permukaan logam tembaga akan segera terbentuk lapisan perak, sedangkan larutannya akan
berubah warna menjadi biru karena terbentuk ion Cu+2. Reaksi yang terjadi adalah :
Ag+(aq) + Cu(s)  Ag(s) + Cu2+(aq)
(tak berwarna) (biru)
Reaksi di atas sebenarnya terdiri atas dua reaksi, yaitu sebagai berikut.
 Setengah reaksi oksidasi yang merupakan reaksi oksidasi logam tembaga.
Cu(s)  Cu2+(aq) + 2e
 Setengah reaksi reduksi yang merupakan reaksi reduksi ion perak.
Ag+(aq) + e  Ag(s)
Kedua reaski tersebut menunjukkan bahwa reaksi redoks merupakan reaksi yang
melibatkan perpindahan (transfer) elektron dari reduktor (logam Cu) kepada oksidator
(larutan ion Ag+). Reduktor dan oksidator dapat berada dalam suatu wadah, serta dapat juga
berada dalam wadah yang terpisah sehingga elektron mengalir melalui suatu penghantar,
misalnya kawat penghantar. Elektron yang bergerak melalui penghantar ini dapat
menimbulkan arus listrik searah (DC). Jadi, dengan meletakkan oksidator dan reduktor pada
tempat yang terpisah suatu reaksi redoks dapat digunakan sebagai sumber arus listrik
searah. Contohnya terjadi pada batrai dan aki.
Pemanfaatan reaksi redoks sebagai sumber arus searah dipelopori oleh Luigi
Galvani (1780) dan Alessandro Volta (1800) melalui percobaannya. Perangkat yang
diciptakan dikenal dengan sebutan sel Volta atau sel Galvani. Sel Volta terdiri atas
elektroda Zn yang dicelupkan ke dalam larutan ZnSO4 dan elektroda Cu yang dicelupkan
kedalam larutan CuSO4. Kedua larutan tersebut dipisahkan oleh dinding berpori. Pada
perkembangannya, Volta mengganti dinding berpori dengan jembatan garam, yaitu pipa
berisi agar-agar yang mengandung garam. Garam tersebut merupakan senyawa yang terdiri
atas kation basa dan anion asam, misalnya NaNO3, KNO3, KCl, atau NaCl.

18
(a) (b)
Gambar 1. (a) Awalnya sel Volta terdiri atas dua elektrode dalam satu wadah yang dipisahkan dengan dinding
berpori. (b) Setelah disempurnakan, sel Volta terdiri atas dua elektrode yang ditempatkan dalam wadah
terpisah dan jembatan garam yang menghubungkan kedua wadah tersebut.
Elektron dapat mengalir dari elektrode Zn ke elektrode Cu karena logam seng (Zn)
melepaskan elektron (mengalami oksidasi) dan berubah menjadi ion seng (Zn2+) yang larut.
Reaksi yang terjadi adalah :
Zn(s)  Zn2+ (aq) + 2e
Elektron yang dilepaskan oleh logam seng pada reaksi tersebut akan ditangkap oleh
ion tembaga (Cu2+) yang terdapat pada larutan CuSO4 dan selanjutnya terjadi reduksi ion
Cu2+ menjadi logam tembaga (Cu) yang mengendap. Reaksi yang terjadi adalah :
Cu2+ (aq) + 2e  Cu(s)
Elektron yang dilepas oleh Zn dan ditangkap oleh ion Cu2+ tersebut bergerak melalui
penghantar sehingga menimbulkan arus listrik yang dapat dimanfaatkan untuk menyalakan
LED yang dipasang diantara logam Zn dan Cu tersebut. Elektrode tempat terjadinya reaksi
oksidasi disebut anode, sedangkan elektrode tempat terjadinya reaksi reduksi disebut
katode. Pada sel Volta, elektrode seng bertindak sebagai anode dan elektroda tembaga
sebagai katoda.
Elektron merupakan partikel bermuatan negatif yang bergerak menuju kutub yang
bermuatan positif. Pada sel Volta, terlihat bahwa elektron bergerak dari anode menuju
katode. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada sel Volta, anode merupakan
kutub negatif dan katode merupakan kutub positif.
Jembatan garam yang menghubungakan kedua wadah berfungsi untuk menetralkan
kelebihan muatan listrik. Pada saat Zn melepaskan elektron menjadi ion Zn2+, larutan yang
terdapat pada wadah anode akan menjadi sangat positif sehingga ion negatif (SO42-) yang
terdapat pada jembatan garam akan keluar ke wadah anode tersebut untuk menentralkan
muatannya. Disisi lain, ion Cu2+ yang terdapat dalam larutan yang terdapat pada wadah
katode mengalami reduksi menjadi logam Cu. Akibatnya, larutan pada wadah katode

19
tersebut menjadi sangat negatif (karena ion SO42- kehilangan pasangannya). Selanjutnya,
ion positif dari garam (ion Na+) yang terdapat pada jembatan garam akan ditarik masuk ke
dalam ruang katode.
Apabila konsentrasi larutan Cu2+ dan Zn2+ masing-masing 1,0 M; beda potensial
yang terjadi pada sel Volta tersebut adalah 1,10 V. Reaksi yang terjadi pada sel Volta diatas
adalah :
Anoda : Zn(s)  Zn2+(aq) + 2e
Katoda : Cu2+(aq) + 2e  Cu(s) +

Reaksi sel : Zn(s) + Cu 2+


(aq)  Zn 2+
(aq) + Cu(s)
Sel Volta di atas dapat ditulis dengan notasi sel :
Zn | Zn2+ (1,0 M) || Cu2+ (1,0 M) | Cu Eo sel = +1,10 V
(Anode) (Katode)
Aturan penulisan notasi sel adalah sebagai berikut .
1. Anode (reaksi oksidasi) diletakkan disisi kiri dua garis tegak, sedangkan katode (reaksi
reduksi) diletakkan disisi kanannya. Dua garis tegak melambangkan jembatan garam.
2. Konsentrasi larutan dinyatakan dalam satuan molar (M).
Beda potensial dituliskan dengan lambang (Eo sel) dan dinyatakan dengan satuan volt.

Contoh soal 2.4

1. Suatu sel volta yang terdiri dari elektroda Cr dalam larutan Cr(NO3)3, elektroda
Ag dalam larutan AgNO3, dan jembatan garam KNO3. Hasil pengukuran
menunjukkan bahwa Cr adalah elektroda negatif dan Ag adalah elektroda positif.
Tuliskan persamaan reaksi redoks dan notasi sel volta, serta gambarkan
diagram sel volta.
Cr  elektroda negatif  anoda  oksidasi
Setengah-sel reaksi oksidasi: Cr (s)  Cr3+(aq) + 3e–
Ag  elektroda positif  katoda  reduksi
Setengah-sel reaksi reduksi: Ag+ (aq) + e–  Ag(s)
Reaksi redoks: Cr(s) + Ag+ (aq) + e–  Cr3+(aq) + Ag(s)
Diagram sel volta
 Setengah-sel oksidasi di kiri, reduksi di kanan.
 Elektron mengalir dari kiri ke kanan.
 Elektron yang dilepaskan Cr mengalir melewati kawat penghantar menuju
elekroda Ag.
 Ketika ion-ion Cr3+ masuk ke dalam larutan elektrolit dalam setengah-sel anoda,
ion-ion NO3 dari jembatan garam juga masuk ke dalam larutan ini untuk
mempertahankan netralitas larutan.
 Sebaliknya, ketika ion-ion Ag+ dalam setengah-sel katoda bergerak
meninggalkan larutan dan terduksi di permukaan katoda, ion-ion K+ dari
jembatan garam masuk ke dalam larutan dalam setengah-sel katoda untuk 20
mempertahankan netralitas larutan.
Notasi sel volta
2. Tulis notasi sel volta untuk reaksi:
a. Fe2+(aq) + Mg(s) → Fe(s) + Mg2+(aq)
b. Cu2+(aq) + H2(g) → Cu(s) + 2H+(aq)
Jawab:
a. Mg(s) │ Mg2+(aq) ││ Fe2+(aq) │Fe(s)
b. H2(g) │ H+(aq) ││ Cu2+(aq) │ Cu(s)

Uji Kompetensi
4
1. Suatu sel volta dinyatakan dengan notasi berikut:
Fe(s) | Fe2+ (1 M) || Ag+ (1 M) | Ag(s)
a. Tuliskan reaksi oksidasi yang terjadi
b. Tuliskan reaksi reduksi yang terjadi
c. Tuliskan persamaan reaksi redoks yang terjadi
d. Setengah sel apa yang sebelah kiri dan setengah sel apa yang sebelah kanan?

2. Suatu sel volta terdiri dari logam Pb dalam larutan PbCl2 1M dan logam Cu dalam
larutan CuSO4 1M.
a. Gambarkan sel volta dengan jembatan garam.
b. Apa maksud anode dan katode pada sel.
c. Tulis kedua setengah reaksinya.
d. Tulis arah aliran elektron pada rangkaian luar dan dalam larutan elektrolit/ air.
e. Apa fungsi jembatan garam dalam sel volta.

3. Suatu sel volta terdiri dari elektroda Co2+/Co dan Au3+/Au. Buatlah diagram sel
yang menggambarkan secara lengkap hasil percobaan berikut:
Logam emas menempel pada salah satu eleltroda dan konsentrasi ion Au3+ dalam
larutan disekitar elektroda berkurang.

21
E. Potensial Elektrode Standar

Adanya arus listrik yang mengalir dari katode dan anode diakibatkan oleh beda potensial
antara anode dan katode. Setiap elektrode mempunyai potensial elektrode yang terjadi akibat
tegangan antarmuka dari logam dengan elektrolit. Nilai potensial antarmuka pada elektrode
tunggal tidak dapat diukur, sebab untuk mengukur besarnya potensial suatu elektroda harus
terjadi arus listrik yang dapat dibaca dengan alat ukur. Oleh karena itu, potensial elektrode
diukur dengan cara memasagkan elektroda tersebut dengan suatu elektrode pembanding
(elektroda standar) menjadi suatu sel elektrokimia. Elektroda standar merupakan elektroda
acauan yang dianggap mempunyai nilai potensial tertentu.

1. Elektroda Hidrogen sebagai Elektroda Standar

Elektroda standar yang digunakan untuk mengukur potensial elektroda adalah elektroda
hidrogen-platina, yaitu batang platina yang dimasukkan kedalam larutan asam yang
mengandung ion H+(aq) 1 M pada suhu 25o C, dan dialiri gas hidrogen pada tekanan 1 atm. Gas
hidrogen diabsorbsi oleh batang platina sehingga yang dianggap berinteraksi dengan larutan
asam (H+) adalah gas hidrogen (H2).

Gambar 2. Elektrode standar hidrogen.

Menurut kesepakatan, pada kondisi standar (25o C; 1 atm; 1,0 M) besarnya beda potensial
elektroda tersebut adalah 0,00 volt; dan reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut.

22
2H+(aq) + 2e  H2(aq) Eo = 0,00 V
atau

H+(aq) (1M) | H2 (g) (25o C, 1 atm) Eo = 0,00 V

2. Pengukuran Potensial Elektroda Standar (Eo )

Pengukuran nilai potensial suatu elektrode dilakukan dengan menyusun elektrode tersebut
dengan elektrode standar menjadi suatu sel elektrokimia. Besarnya potensial kemudian dapat
terbaca pada voltmeter yang dipasang pada rangkaian luar. Potensial elektrode yang diukur
dengan mengunakan elektrode standar disebut dengan potensial elektrode standar (Eo).
Besarnya beda potensial yang terbaca pada voltmeter adalah 0,76 volt. Fakta pengukuran
menunjukkan bahwa potensial hidrogen (0) lebih tinggi (karena arus listrik mengalir dari
elektrode hidrogen ke elektrode seng) sehingga besarnya potensial elektrode seng ditetapkan
sebagai -0,76 volt.
Penulisan persamaan reaksinya adalah :
Zn2+(aq) + 2e  Zn(s) Eo = -0,76
atau notasi setengah sel electrode seng adalah:
Zn2+ | Zn Eo = -0,76

Nilai potensial elektrode standar (Eo) dari beberapa elektrode dapat dilihat pada table berikut.

Setengah Reaksi Reduksi E˚red, Volt

Li+ + e- → Li -3,04
K+ + e- → K -2,92
Ca2++ 2e- → Ca -2,87
Na+ + e- → Na -2,71
Mg2+ + 2e- → Mg -2,37

23
Al3+ + 3e- → Al -1,66
Zn2+ + 2e- → Zn -0,76
Fe2+ + 2e- → Fe -0,44
PbSO4 + 2e- → Pb + SO42- -0,36
Co2+ + 2e- → Co -0,28
Ni2+ + 2e- → Ni -0,25
Sn2+ + 2e- → Sn -0,14
Pb2+ + 2e- → Pb -0,13
2H+ + 2e- → H2 0,000
Sn4+ + 2e- → Sn2+ +0,15
Cu2+ + 2e- → Cu +0,34
I2 + 2e- → 2I- +0,54
O2 + 2H+ + 2e- → H2O2 +0,68
Fe3+ + e- → Fe2+ +0,77
Hg22+ + 2e- → 2Hg +0,79
Ag+ + e- → Ag +0,80
2NO3- + 4H+ + 2e- → N2O4 + 2H2O +0,80
NO3- + 4H+ + 3e- → NO + 2H2O +0,96
Br2 + 2e- → 2Br- +1,07
O2 + 4H+ + 4e- → 2H2O +1,23
Cr2O72- + 14H+ + 6e- → 2Cr3+ + 7H2O +1,33
Cl2 + 2e- → 2Cl- +1,36
PbO2 + 4H+ + 2e- → Pb2+ + H2O +1,46
Au3++ 3e- → Au +1,50
MnO4- + 8H+ + 5e- → Mn2+ + 4H2O +1,51
PbO2 + SO42- + 4H+ + 2e- → PbSO4 + 2H2O +1,68
H2O2 + 2H+ + 2e- → 2H2O +1,78
F2 + 2e- → 2F- +2,87

24
3. Potensial Elektroda Standar dan Potensial Sel

Potensial sel (Eosel) merupakan selisih antara nilai potensial anode dan katode suatu sel
elektrokimia. Arus listrik yang bergerak dari katode ke anode menunjukkan bahwa katode
mempunyai potensial lebih tinggi daripada anode (listrik mengalir dari kutub dengan potensial
tinggi ke rendah). Oleh karena itu, nilai potensial sel merupakan selisih nilai potensial katode
dikurangi anode, yang dapat dirumuskan sebagai berikut.
Eosel = Eokatode - Eoanode
atau
Eosel = Eoreduksi - Eooksidasi
4. Potensial Elektroda Standar dan Reaksi Spontan

Nilai potensial elektrode dapat digunakan untuk meramalkan apakah suatu reaksi kimia
berlangsung spontan atau tidak. Spontan berarti tanpa dorongan apapun, reaksi akan
berlangsung dengan sendirinya. Sementara itu, reaksi tidak spontan dapat berlangsung jika ada
dorongan atau tambahan energi dari luar.
Spontan atau tidaknya suatu reaksi redoks dapat diperkirakan dari nilai potensial reaksinya
(Eoreaksi ).
1) Reaksi dapat berlangsung spontan jika nilai potensial reaksinya positif (Eoreaksi > 0)
2) Reaksi tidak dapat berlangsung spontan jika nilai potensial reaksinya negatif (Eoreaksi < 0)

5. Potensial Elekroda Standar serta Daya Oksidasi dan Daya Reduksi

Nilai potensial elektrode dapat digunakan untuk mengetahui daya oksidasi dan daya reduksi
suatu zat. Semakin positif nilai potensial reduksi suatu zat, berarti zat tersebut semakin mudah
mengalami reduksi, dan itu berarti zat tersebut akan menjadi oksidator kuat. Sebaliknya,
semakin negatif nilai potensial reduksi suatu zat, berarti zat tersebut semakin mudah mengalami
oksidasi, dan itu berarti zat tersebut akan menjadi reduktor kuat. Jadi, semakin positif nilai
potensial reduksi standar suatu zat, semakin kuat daya oksidasinya (oksidator kuat) dan
sebaliknya, semakin negatif nilai potensial reduksi standar suatu zat, semakin kuat daya
reduksinya (reduktor kuat).

25
Contoh Soal 2.5

1. Potensial sel tunggal


Suatu sel volta tersusun dari elektrode Mg dalam larutan Mg2+ (1 M) dan elektroda
Zn dalam larutan Zn2+ (1 M).
Jika diketahui:
Mg2+ + 2e-  Mg(s) E0 = -2,37 V
Zn + 2e-  Zn (s)
2+
E0 = -0,76 V
a. Tentukan elektrode yang bertindak sebagai anode dan yang bertindak sebagai
katode
b. Tentukan potensial sel yang dihasilakan dari pasangan elektrode tersebut
Jawab :
a. Katode : Zn (mempunyai E0 lebih tinggi sehingga bertindak sebagai kutub
positif)
Anode : Mg (mempunyai E0 lebih rendah sehingga bertindak sebagai kutub
negatif)
b. E0sel = E0katode – E0anode
= E0Zn – E0Mg
= -0,76 – (-2,37) V
= + 1,61 V
2. Ramalkan apakah reaksi redoks berikut berlangsung spontan atau tidak.
Fe + 2H+ + ½ O2 → Fe2+ + H2O
Diketahui, Fe2+ + 2e → Fe E° = -0,44 V
2H+ + ½ O2 + 2e → 2H2O E° = +1,23 V
Jawab:
Fe → Fe2+ + 2e E° = +0,44 V
2H+ + ½ O2 + 2e → 2H2O E° = +1,23 V
Fe + 2H+ + ½ O2 → Fe2+ + H2O E° = 1,67 V
Reaksi berlangsung spontan, karena memiliki nilai E°sel nya positif.

26
Uji Kompetensi
5 dimaksud dengan potensial sel, potensial sel standar, dan
1. Apa yang potensial
elektrode?
2. Bandingkan daya reduksi dan daya oksidasi dari Fe dan Zn jika diketahui:
Fe3+ + e → Fe2+ E° = 0,77 V
Zn2+ + 2e → Zn E° = -0,76 V
3. Ag(s) | Ag+ (aq) || Ni2+(aq) | Ni(s)
Ni2+(aq) | Ni(s) || Ag(s) | Ag+ (aq)
Jika diketahui E0 Ag+ | Ag = +0,80V dan E0 Ni2+ | Ni = -0,25 V, tentukan reaksi mana
yang berlangsung spontan dan mana yang tidak spontan.

F. Baterai Penyimpanan Listrik


Salah satu contoh penggunaan sel elektrokimia dalam kehidupan sehari-hari adalah baterai,
(sumber harus searah). Sumber harus searah dapat dibedakan menjadi sel primer dan sel
sekunder). Sel primer merupakan sel yang reaksinya tidak dapat balik (irreversibel) sehingga
jika sudah habis, tidak dapat diisi ulang. Contohnya adalah sel kering, sel alkaline, dan sel
peroksida. Sel sekunder merupakan sel yang reaksinya dapat balik sehingga dapat diisi kembali
(reversibel), misalnya aki, baterai Ni – Cd, dan baterai litium.

1. Sel Kering
Sel kering atau sel leclanche dikenal sebagai baterai. Sel ini terdiri atas katode yang terbuat
dari grafit dan anode dari logam seng. Elektrolit yang digunakan berupa pasta yang merupakan
campuran MnO2 (pirosulit), serbuk karbon, dan NH4Cl. MnO2 bertindak sebagai oksidator,
sedangkan NH4Cl sebagai media yang memberi suasana asam. Reaksi yang terjadi:
Katode : 2MnO2(s) + 2H+(aq ) + 2e- → Mn2O3(aq) + H2O(l)
Anode : Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e- +
Reaksi sel : 2MnO2(s) + Zn(s) + 2H+(aq) → Mn2O3(aq) + Zn2+(aq) + H2O(l)

27
Ion H+ pada katode berasal dari hidrolisis NH4+ :
NH4+(aq) + H2O(l ) → NH3(aq) + H2O(l) + H+(aq)
Amonia (NH3) yang dihasilkan kemudian akan bereaksi dengan Zn2+ dengan reaksi:
Zn2+(aq) + NH3(aq) → Zn (NH3)42+(aq)

Gambar 3. Sel kering dan bagian-bagiannya

2. Sel Alkaline
Sel alkaline merupakan penyempurnaan dari sel leclanche, yaitu dengan mengganti NH4Cl
dengan pasta KOH. Melalui penggantian ini, beda potensial yang dihasilkan akan relatif tetap
dan baterai lebih awet. Anode sel alkaline terbuat dari logam Zn dan katodenya terbuat dari
MnO2 yang dicampur dengan KOH. Reaksi yang terjadi adalah:
Anode : Zn(s) + 2OH-(aq) → Zn (OH)2(s) + 2e-
E0 = + 1,2 v
Katode : 2MnO2(s) + 2H2O(l) + 2e- → 2Mn2O3(OH)(s) + 2OH- (aq)
E0 = + 0,3 v +
Reaksi sel : Zn(s) + 2 MnO2(s) + 2H2O(l) → Zn(OH)2(s) + 2MnO3(s)

E0sel = 1,5 v
3. Sel Perak Oksida

28
Sel perak oksida banyak digunakan untuk arloji, kalkulator, dan alat- alat elektronik kecil
lainnya. Anode sel perak oksida terbuat dari logam Zn, katodenya terbuat dari oksida perak
(Ag2O), dan elektrolitnya berupa pasta yang mengandung KOH. Reaksi yang terjadi adalah:
Anode : Zn(s) + 2OH-(aq) → Zn(OH)2(s) + 2e-
Katode : Ag2O(s) + H2O(l) + 2e- → 2Ag(s) + 2OH-(aq) +

Reaksi sel : Zn(s) + Ag2O(s) + H2O(l) → Zn(OH)2(s) + 2Ag(s)


Nilai potensial sel yang dihasilkan adalah 1,34 v

Gambar 4. Baterai perak oksida dan bagian-bagiannya

4. Sel Aki
Sel aki disebut juga sebagai sel penyimpan karena dapat berfungsi sebagai penyimpan
listrik yang setiap saat dapat dikeluarkan (dimanfaatkan). Sel aki termasuk sel sekunder karena
dapat diisi ulang. Anodenya terbuat dari logam timbal (Pb) dan katodenya terbuat logam timbal
yang dilapisi PbO2 inilah yang berperan dalam reaksi redoks. Sebagai elektrolit, digunakan
asam sulfat (H2SO4) yang kadarnya sekitar 37% atau yang sering disebut accu – zuur.
Reaksinya dapat balik sehingga dapat diisi ulang. Reaksi yang terjadi pada saat digunakan
(dikosongkan) adalah sebagai berikut:
Anode : Pb(s) + SO42- (aq) → PbSO4(s) + 2e-
Katode : PbO2(s) + SO42-(aq) + 4H+(aq) + 2e- → 2PbSO4(s) + 2H2O(l) +
Reaksi sel : Pb(s) + PbO2(s) + 2SO42-(aq) + 4H+(aq) → 2PbSO4(s) + 2H2O(l)
Pada saat aki diisi ulang, reaksi terjadi sebaliknya, yaitu:
2PbSO4(s) + 2H2O(l) → Pb(s) + PbO2(s) + 2SO42-(aq) + 4H+(aq)

29
Kadar asam sulfat akan semakin encer pada saat aki digunakan (dikosongkan), sedangkan
pada waktu diisi kadar asam sulfat akan semakin meningkat.

Gambar 5. Sel aki dan bagian-bagiannya

5. Sel Nikel – Kadmium (Ni – Cd)


Sel ( Ni – Cd ) atau baterai nikad merupakan sel kering yang dapat diisi kembali. Anodenya
terbuat dari Cd dan katodenya adalah pasta Ni2O3. Beda potensial yang dihasilkan adalah 1,29
V. Namun, pengguna baterai ini sudah semakin berkurang karena kadmium merupakan logam
berat yang dapat mencemari lingkungan. Reaksi yang terjadi saat baterai nikad digunakan
adalah sebagai berikut:
Anode : Cd(s) + 2OH-(aq) → Cd(OH)2(s) + 2e-
Katode : NiO2(s) + 2H2O(l) + 2e- → Ni(OH)2(s) + 2OH-(aq) +
Reaksi sel : Cd(s) + NiO2(s) + 2H2O(l) → Cd(OH)2(s) + Ni(OH)2(s)

6. Baterai litium
Baterai litium atau biasa disebut Li-ion merupakan baterai yang banyak digunakan pada
telepon seluler, komputer jinjing (laptop), tablet, dan perangkat elektronik lainnya. Baterai
litium merupakan hasil nanoteknologi, ketika atom- atom Li ditaburkan pada lembaran grafit
berukuran mikro yang berbentuk molekul LixC6 dan katodenya merupakan oksida logam litium
yang terbentuk dalam senyawa LiMn2O4 atau LiCoO2 dengan elektrolit yang terbuat dari LiPF6
yang dilarutkan dalam pelarut organik dengan konsentrasi 1 M. Ion Li+ bergerak dari anode ke
katode atau sebaliknya. Reaksi yang terjadi:
Anode : LixC6 → xLi+ + xe- + C6(s)

30
Katode : Li1-xMn2O4 + xLi + xe- → LiMn2O4(s) +
Reaksi sel : LixC6 + Li1-xMn2O4 → LiMn2O4(s) + C6(s) E0sel = 3,7 V

Apabila diisi ulang reaksi akan berlangsung sebaliknya.


7. Sel Bahan Bakar
Sel bahan bakar merupakan sel Galvani yang pereaksi-pereaksinya (oksigen dan hidrogen)
dialirkan secara kontinu kedalam elektrode berpori. Pada sel bahan bakar, nikel digunakan sebagai
anode, nikel oksida sebagai katode, dan KOH sebagai elektrolit.
Reaksi yang terjadi adalah:
Anode : 2H2(g) + 4OH-(aq) → 4H2O(l) + 4e-
Katode : O2(g) + 2H2O(l) + 4e- → 4OH-(aq) +
Reaksi sel : 2H2(g) + O2(g) → 2H2O(g)

G. Korosi
1. Pengertian Korosi
Korosi adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang
menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi
disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami
reduksi. Karat logam umumnya berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah
Fe2O3-. xH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.

(a) (b)

31
Gambar 6. korosi besi: (a) rongsokan mobil yang tampak telah berkarat (b) paku yang tampak
telah berkarat
(Unggul Sudarmo, 2013)
Secara umum, korosi logam melibatkan reaksi oksidasi logam pada anode dan suatu reaksi
reduksi pada katode.
 Reaksi aksidasi logam pada anode :
M → Mn+ + ne-
 Reaksi reduksi pada katode yang mungkin terjadi adalah :
 Reduksi O2 menjadi ion OH- (kondisi netral atau basa)
 Reduksi O2 menjadi H2O (kondisi asam)
 Evolusi / pembentukan H2
 Reduksi ion logam
 Deposisi logam
(J.M.C Johari, dkk, 2008)

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Korosi


Faktor-faktor yang mempengaruhi korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang berasal
dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi kemurnian bahan,
struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur lain yang ada dalam bahan, dan cara pembuatan
bahan. Adapun faktor dari lingkungan meliputi udara (gas oksigen), suhu, kelembaban (air),
dan keasaman zat-zat kimia. Bahan-bahan korosif terdiri atas asam, basa, dan garam, baik
dalam bentuk senyawa anorganik maupun organik.
Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif ke udara dapat mempercepat proses korosi.
Udara dalam ruangan yang terlalu asam atau basa dapat mempercepat proses korosi peralatan
logam di ruangan tersebut.
(Sandri Justiana dan Muchtaridi,2009)
3. Cara Mencegah Korosi
Korosi dapat dicegah dengan membatasi sentuhan langsung antara besi dengan faktor-faktor
lingkungan yang berpengaruh. Cara pencegahan yang sederhana adalah melalui pengecatan
permukaan besi untuk mencegah kontak besi dengan oksigen dan udara yang lembab. Cara

32
lain adalah melalui pelapisan besi dengan logam lain yang lebih aktif (electroplating).
Pemilihan cara pencegahan tergantung pada jenis bahan dan peralatan besi yang hendak
dilindungi.
Dalam proses perkaratan, besi berperan sebagai anode maupun katode, tetapi hanya
kehilangan besi pada anode. Oleh karena itu, segala sesuatu yang menyebabkan besi berlaku
sebagai anode akan meningkatkan korosi. Contohnya jika besi dilapis dengan tembaga maka
besi akan lebih mudah terkorosi karena tembaga memiliki potensial reduksi yang lebih besar
daripada besi. Sebaliknya, jika besi dilapis dengan seng, maka korosi besi dapat dicegah. Dalam
hal ini, seng menutup kontak permukaan besi dengan O2 dan H2O. Seng teroksidasi menjadi
seng oksida (ZnO) yang kuat dan tahan terhadap korosi.

Gambar 7. Jembatan dilapisi dengan cat untuk mencegah korosi

(A. Haris Watoni, dkk 2016)

Contoh Soal 2.6


Apakah besi dapat mengalami korosi dalam air murni ?
Penyelesaian :
Dalam air murni tidak ada oksigen, sehingga reaksi redoks hanya melibatkan besi dan
air.
Fe2+(aq) + 2e- → Fe(s) Eo = -0,44 V
2H2O(l) + 2e → H2(g) + 2OH(aq) Eo = -0,83 V
-

Karena Eo besi lebih positif daripada air, maka besi dalam air murni tidak teroksidasi
sehingga tidak terkorosi.

Uji Kompetensi
6 yang di maksud dengan korosi ? mengapa besi dapat mengalami korosi ?
1. Apa
2. Bagaimana cara melindungi besi dari korosi ?
3. Korosi disebut juga sebagai sel elektrokimia di alam. Berdasarkan pertanyaan
tersebut, maka pada logam yang terkorosi ada anode dan katode. Jelaskan bagian
anode dan katode pada sepotong besi yang terkorosi!
33
H. Elektrolisis

Elektrolisis adalah suatu proses dimana reaksi kimia terjadi pada elektroda yang tercelup
dalam elektrolit, ketika tegangan diterapkan terhadap elektroda itu. Elektroda yang bermuatan
positif disebut anoda, dan elektroda yang bermuatan negatif disebut katoda.
(Dogra, 1990)

Sel elektrolisis adalah sel elektrokimia dimana energi listrik digunakan untuk menghasilkan
reaksi redoks tidak spontan. Prinsip kerja sel elektrolisis adalah dengan menghubungkan kutub
negatif dari sumber listrik ke katoda, dan kutub positif ke anoda. Kutub negatif dari sumber
listrik akan mendorong elektron mengalir ke katoda sehingga katoda bermuatan negatif (-).
Sementara kutub positif dari sumber listrik akan menarik elektron dari anoda sehingga anoda
bermuatan positif (+). Katoda yang bermuatan negatif akan menarik ion-ion positif dalam
elektrolit, sehingga diperoleh setengah reaksi reduksi. Sedangkan anoda yang bermuatan positif
akan menarik ion-ion negatif dalam elektrolit sehingga diperoleh setengah reaksi oksidasi.
(J.M.C Johari, dkk, 2008)

Proses ini berlawanan dengan elektrokimia (sel volta) yang memanfaatkan reaksi redoks
spontan untuk menghasilkan energi listrik. Jadi, dapat didefinisikan elektrolisis merupakan
suatu proses memanfaatkan energi listrik untuk menjalankan reaksi redoks yang tidak spontan.
(Unggul Sudarmo, 2013)

Sel elektolisis terdiri atas zat yang dapat mengalami ionisasi (larutan atau lelehan),
elektroda dan sumber listrik (baterai). Elektroda, seperti platina yang hanya mentransfer
elektron ked an dari larutan tersebut disebut elektron inert. Elektroda reaktif adalah elektroda
yang secara kimia memasuki reaksi elektroda. Selama elektrolisis, terjadi reduksi pada katoda
dan oksidasi pada anoda.

34
Ada banyak tipe reaksi elektroda, tetapi gambaran umumnya diringkas sebagai berikut :
- Arus listrik yang membawa ion akan dibebaskan pada elektroda.
- Ion negatif yang sulit untuk dibebaskan pada anoda menyebabkan penguraian H2O dan
pembentukan O2, H+ dan elektron.
- Ion positif yang sulit untuk dibebaskan pada katoda menyebabkan penguraian H2O dan
pembentukan O2, OH- dan absorpsi elektron.
(Unggul Sudarmo, 2013)

1. Rangkaian Sel Elektrolisis


Zat yang dielektrolisis merupakan elektrolit yang berupa larutan atau cairan
(lelehan) zat murni. Jika suatu cairan atau larutan elektolit dialiri arus listrik searah melalui
batang elektroda, ion-ion yang berada dalam cairan atau larutan tersebut akan bergerak
menuju elektroda yang muatannya berlawanan (akan dijelaskan lebih rinci dibawah ini).
Simak rangkaian sel elektrolisis untuk CuCl2 berikut.
Dua elektroda inert dicelupkan kedalam lelehan CuCl2, kemudian dihubungkan ke baterai
yang akan memasok arus listrik pada sel.

Gambar.8

Proses elektrolisis dimulai dengan dialirkannya arus listrik dari baterai. Elektron dari kutub
negatif baterai akan mengalir menuju katoda. Akibatnya, ion positif Cu2+ dalam lelehan

35
akan tertarik ke katoda. Cu2+ akan tertarik ke katoda dan menyerap elektron untuk tereduksi
menjadi Cu yang netral.

Katoda : Cu2+(l) + 2e → Cu(s)

Sementara itu, ion negatif Cl- dalam lelehan akan tertarik ke anoda. Ion Cl- akan teroksidasi
menjadi Cl yang netral dengan melepas elektron. Elektron inilah yang akan diambil oleh
anoda untuk diteruskan kembali kekutub positif baterai.

Anoda : 2Cl-(l) → Cl2(g) + 2e

Jadi, reaksi redoks yang terjadi pada sel elektrolisis diatas dapat ditulis sebagai berikut :

Katoda : Cu2+(l) + 2e → Cu(s)


Anoda : 2Cl-(l) → Cl2(g) + 2e
+
Sel : Cu2+(l) + 2Cl-(l) → Cu(s) + Cl2(g)
atau : CuCl2(l) → Cu(s) + Cl2(g)

Berdasarkan contoh diatas, dapat disimpulkan bahwa pada elektrolisis:


1. Kutub positif merupakan anode dan pada kutub positif terjadi reaksi oksidasi.
2. Kutub negatif merupakan katode dan pada kutub negatif terjadi reaksi reduksi.
Jadi, pada elektrolisis larutan CuCl2 tersebut, di anoda dihasilkan gas Cl2 serta di
katode dihasilkan padatan Cu.
Berdasarkan pemaparan materi sebelumnya, secara umum sel elektrolisis terdiri dari :
- Sumber listrik yang menyuplai arus listrik searah (dc).
Contohnya ; baterai
- Katoda, yakni elektroda dimana reaksi reduksi terjadi. Karena elektron didorong oleh kutub
negatif dari sumber listrik maka katoda menjadi bermuatan negatif (-).
- Anoda, yakni elektroda dimana reaksi oksidasi terjadi. Karena elektron dari anoda ditarik
oleh kutub positif dari sumber listrik maka anoda bermuatan positif (+).

36
- Elektrolit, yakni zat yang dapat menghantar listrik yang akan diurai dalam sel elektrolisis.
- (J.M.C Johari, dkk, 2008)

Uji Kompetensi
7
1. Apa itu sel elektrolisis ?
2. Jelaskan definisi anoda dan katoda dalam sel elektrolisis.
3. Mengapa muatan anoda dan katoda pada sel volta berlawanan dengan sel elektrolisis?

2. Reaksi-reaksi yang Terjadi pada Sel Elektrolisis


1. Ion-Ion di Sekitar Elektroda
Pada anoda, ion-ion disekitar anoda yang memliki E⁰ lebih negatif yang akan
mengalami oksidasi. Pada katoda, ion-ion di sekitar katoda yang memiliki E⁰ lebih
positif yang akan mengalami reduksi.
Jika di sekitar elektroda tidak aktif (inert) hanya terhadap satu jenis zat atau ion,
maka zat atau ion tersebut yang akan mengalami oksidasi atau reduksi.
2. Bahan Elektroda
a. Jika bahan elektroda terbuat dari grafit (C) atau logam inert (misalnya Pt atau Au),
elektroda tidak mengalami oksidasi atau reduksi. Jadi, yang mengalami oksidasi
atau reduksi adalah spesi-spesi yang ada disekitar elektroda.
b. Jika elektroda (terutama anoda) berasal dari logam aktif, anoda tersebut yang akan
mengalami oksidasi.

37
Reaksi di Anode:

Reaksi di Katode (untuk larutan):

1. Cara menuliskan reaksi kimia dalam sel elektrolisis dengan elektrolit lelehan.
Lelehan/leburan elektrolit diperoleh dengan cara memanaskan padatan elektrolit tanpa
melibatkan air. Kation di katoda akan direduksi sedangkan anion di anoda akan dioksidasi.
Elektroda yang digunakan merupakan elektroda inert yang tidak akan bereaksi, misalnya
platina atau grafit.
2. Cara menuliskan reaksi kimia dalam sel elektrolisis dengan elektrolit larutan.
Larutan elektrolit diperoleh dengan cara melarutkan padatan elektrolit ke dalam air. Zat
yang dapat mengalami reaksi redoks bukan hanya kation atau anionnya, tetapi juga
pelarutnya (H2O). Dengan demikian, terjadi kompetisi antara ion-ion dan molekul H2O.
Pemenang kompetisi bergantung pada harga potensial standar sel (E0), jenis elektroda dan
jenis ion. Semakin besar nilai E0, reaksi reduksi semakin mudah terjadi.

38
 Reaksi di Anoda
Untuk dianoda terjadi oksidasi, jika anoda inert (C, Pt, Au) yang menuju anoda ion
negatif dari ;
1) Ion OH- akan teroksidasi
4OH-(aq) →2H2O(g) + O2(g) + 4e
2) Jika dalam bentuk ion Cl-, I-, Br- akan teroksidasi
2X-(g) → X2(g) + 2e
3) Ion sisa asam oksi (SO42-, NO3-) tidak teroksidasi, yang teroksidasi hanya air.
2H2O(l) → 4H+(aq) + O2(g) + 4e
Jika anoda non-inert (misal Cu) maka dia sendiri yang akan teroksidasi.
 Reaksi di Katoda
Untuk dikatoda terjadi reaksi reduksi, jika yang menuju katoda adalah ion positif
dari ;
1) Na+ K+ Mg2+ Ca2+ Al3+ Mn3+ ion-ion ini tidak tereduksi, yang mengalami
reduksi adalah air.
2H2O(l) + 2e → 2OH-(g) + H2(aq)
2) Ion H+ dapat tereduksi dari 2H+(aq) + 2e → H2(g)
3) Selain ion pada nomor (1) dan (2), logam tersebutlah yang akan mengalami
reduksi.
(Unggul Sudarmo,2013)

Contoh Soal 2.7

1. Tuliskan reaksi kima pada sel elektrolisis untuk :


a. Lelehan PbBr2
b. Lelehan Na2SO4
Jawab :
a. PbBr2 → Pb2+ + 2Br-
Katoda : Pb2+ + 2e → Pb x1
Anoda : 2Br- → Br2 + 2e x1
+
PbBr2 → Pb + Br2
b. Na2SO4 → 2Na+ + SO42-
Katoda : Na+ + 2e → Na x1
Anoda : SO42- → SO4 + 2e x1
+
Na2SO4 → 2Na + SO4

39
2. Tuliskan reaksi kimia pada sel elektrolisis untuk larutan-larutan berikut.
a. Larutan NaCl
b. Larutan HCl
Jawab
a. NaCl → Na+ + Cl-
Na merupakan logam alkali sehingga yang direduksi adalah H2O. Ion Cl- merupakan ion
halida sehingga akan dioksidasi menjadi gas Cl2.
Katoda : 2H2O + 2e → 2OH- + H2
Anoda : 2Cl- → Cl2 + 2e
+
2H2O + 2Cl- → 2OH- + H2 + Cl2
b. HCl merupakan asam sehingga yang direduksi adalah H+. ion Cl- merupakan ion halida
sehingga akan dioksidasi menjadi gas Cl2.
Katoda : 2H+ + 2e → H2
Anoda : 2Cl- → Cl2 + 2e
+
2HCl → H2 + Cl2

Uji Kompetensi
1. Natrium,8aluminium, dan klorin diperoleh dengan cara elektrolisis. Untuk tiap-tiap unsur
tersebut :
a. Manakah logam yang paling mudah direduksi ?
b. Manakah logam yang dapat bereaksi dengan basa ?
c. Manakah logam yang paling mudah berkarat ?
2. Tuliskan reaksi kimia pada sel elektrolisis untuk larutan-larutan berikut !
a. Larutan KNO3
b. Larutan H2SO4
c. Larutan ZnCl2
3. Tuliskan reaksi kimia pada sel elektrolisis lelehan KI !

40
3. Aspek Kuantitatif Elektrolisis

1. Hukum Faraday I
Jumlah zat yang dihasilkan di elektrode pada peristiwa elektrolisis sebanding dengan
jumlah muatan listrik yang dialirkan selama elektrolisis berlangsung.
Sebagai contoh, pada sel elektrolisis, di katode terjadi reaksi reduksi terhadap ion
logam Ln+ seperti pada persamaan reaksi berikut.

Ln+(aq) + e- → L(s)

Jumlah muatan listrik dapat dihitung dengan mengalikan muatan setiap satu buah
elektron dan jumlah elektron yang terdapat dalam 1 mol elektron.
Muatan 1 mol elektron = (muatan 1 buah elektron) x (jumlah 1 mol elektron)
= (1,67 x 10-19 coulomb) x (6,02 x 1023 elektron)
= 96.368 C
= 96.500 C (dibulatkan)
Jadi, setiap muatan listrik 96.500 coulomb akan menghasilkan elektron sebanyak 1 mol.
Untuk menghormati Michael Faraday, maka muatan 1 mol elektron diberi sattuan baru,
yaitu 1 Faraday.

1 Faraday = 96.500 C = 1 mol elektron

Jumlah zat yang dihasilkan pada proses elektrolisis dipengaruhi oleh waktu (lamanya)
elektrolisis dan kuat arus yang digunakan pada elektrolisis tersebut. Hubungan ketiganya
dapat ditentukan berdasarkan konsep-konsep berikut.
 Arus listrik paada suatu penghantar didefinisikan sebagai jumlah muatan (q) yang
melewati suatu penghantar selama selang waktu tertentu, atau:
𝑞
I=𝑡

41
Sehingga, jika dalam elektrolisis dialirkan arus listrik searah sebesar I ampere selama t
detik akan dihasilkan muatan sebesar:
q=Ixt
 Jumlah elektron yang diperoleh dari muatan listrik yang dialirkan selama elektrolisis
adalah:
( 𝐼 𝑥 𝑡)
Jumlah elektron = 96.500 mol

 Jumlah logam L yang dihasilkan dapat dihitung dari persamaan reaksinya:


Ln+(aq) + e- → L(s)
( 𝐼 𝑥 𝑡) 1 ( 𝐼 𝑥 𝑡)
mol ≈ 𝑛 x 96.500 mol
96.500

 Massa logam L yang dihasilkan adalah:


1 ( 𝐼 𝑥 𝑡)
Massa L = 𝑛 x Ar L x 96.500

Jadi, secara umum untuk menghitung massa zat yang dihasilkan pada proses elektrolisis
digunakan rumus:
𝐴𝑟 ( 𝐼 𝑥 𝑡)
m= 𝑛 96.500

dengan:
m = massa zat yang dihasilkan (gram)
I = kuat arus (ampere)
Ar = massa atom relatif
n = jumlah elektron yang terlibat dalam reaksi (muatan ion)
t = waktu (detik)

2. Hukum Faraday II
Jika ke dalam beberapa larutan yang berisis ion logam dialirkan muatan listrik yang
sama jumlahnya, massa logam yang mengendap berbanding lurus dengan massa
ekuivalennya. Massa ekuivalen suatu ion logam merupakan perbandingan massa atom
𝐴𝑟
relatif dengan muatan ionnya ( 𝑛 ). Jadi, jika ke dalam larutan Ag+, Cu2+ dan Cr3+

dialirkan muatan listrik dengan umlah yang sama, massa yang diendapkan adalah sebagai
berikut.
𝐴𝑟 𝐴𝑔 𝐴𝑟 𝐶𝑢 𝐴𝑟 𝐶𝑟
m Ag : m Cu : m Cr = : :
1 2 3

42
(Unggul Sudarmo ,2013)

Contoh Soal 2.8


1. Elektrolisis dilakukan terhadap larutan krom (III) klorida selama 1,5 jam dengan kuat
arus 10 A. Hitunglah massa logam krom yang dapat diendapkan di katode.
Jawab:
q = 10 A x (1,5 x 60 x 60) detik
= 54.000 A detik
= 54.000 C
54.000
Jumlah elektron = 96.500 mol
= 0,5596 mol e-
Reaksi di katode :
Cr3+(aq) + 3e- → Cr(s)
0,5596 mol 1
x 0,5596 mol
3

1
Massa Cr = (3 𝑥 0,5596) x Ar Cr
1
= ( 𝑥 0,5596) x 52
3
= 9,6997 gram
Dengan menggunkan cara lain:
Waktu elektrolisis (t) = 1,5 jam = 1,5 x 60 x 60 = 5.400 detik
Kuat arus (I) = 10 ampere
3+
Muatan Cr = 3
𝐴𝑟 ( 𝐼 𝑥 𝑡)
m = 𝑛 x 96.500 gram
52 ( 10 𝑥 5.400)
m = 3 x 96.500 gram
m = 9,6995 gram

2. Arus listrik yang sama dialirkan melalui larutan CuCl2 dan larutan CrCl3 (Ar Cu = 64, Cr =
52).
Jika diperoleh 0,64 gram tembaga, berapakah logam krom yang mengendap ?
Jawab :
Menurut Hukum Faraday II, jika arus listrik yang sama dilewatkan pada beberapa sel
elektrolisis,
berat zat yang dihasilkan masing-masing sel berbanding lurus dengan berat ekivalen zat itu
dan tanpa bergantung pada jenis zat yang terlibat dalam reaksi elektrolisis.
Cu2+ + 2e → Cu

43
Cr3+ + 3e → Cr
𝑊 𝐶𝑢 𝑊 𝐶𝑟
=
𝑒 𝐶𝑢 𝑒 𝐶𝑟

W Cu = 0,64 gram
64
e Cu = 2 = 32
52
e Cr = 2 = 14
W Cr = 0,35 gram

Uji Kompetensi
9
1. Dalam suatu proses elektrolisis larutan asam sulfat encer terbentuk 2,24 dm3 gas
hidrogen pada keadaan standar. Jika jumlah muatan listrik yang sama dialirkan kedalam
larutan perak nitrat, berapakah banyaknya logam perak yang mengendap (Ar Ag = 108
g/mol) dikatoda ?
2. Pada elektrolisis larutan CdSO4 dengan menggunakan elektroda karbon terbentuk
endapan logam kadmium sebanyak 2 gram (Ar Cd = 112 g/mol). Berapakah volume
oksigen yang dihasilkan pada anoda pada keadaan standar ?
3. Suatu nampan logam yang berukuran 24 cm x 12 cm dilapisi dengan perak setebal 0,02
mm. (Ar Ag = 108)
a. Hitunglah massa perak yang diperlukan jika densitas Ag = 10,54 g/cm3. (Abaikan
pinggiran mampan)
b. Dimisalkan proses elektrolisis menggunakan arus listrik sebesar 7,56 A. Berapa menit
waktu yang diperlukan untuk proses tersebut ?

4. Penggunaan Sel Elektrolisis dalam Industri

Sel elektrolisis banyak dimanfaatlan dalam industri, antara lain pada industri metalurgi
(pengolahan logam), industri bahan kimia, dan industri kerajinan. Pada industri metalurgi,
elektrolisis digunakan untuk memisahkan logam dari bijihnya.

1. Metalurgi
Proses pemisahan (pemurnian) logam dan bijih logam yang menggunakan proses
elektrolisis, antara lain:

44
a. Proses Hall-Heroult
Aluminium didapatkan dan bijih bauksit dengan cara elektrolisis lelehan A12O3
yang diperoleh dari bijih bauksit. Pada proses ini, lelehan Al3 yang dicampur dengan
kriolit (Na3AIF6) dielektrolisis dengan menggunakan elektrode dan grafit.
b. Pemurnian Tembaga
Proses pengambilan ternbaga dan bijih tembaga mula-mula dilakukan dengan
reduksi. Akan tetapi, tembaga yang dihasilkan belum murni. Pemurnian tembaga
tersebut dilakukan dengan elektrolisis larutan CuSO4, dimana logam tembaga yang
tidak murni dijadikan anode dan katodenya dari tembaga murni. Pada elektrolisis ini ,
tembaga tidak murni yang ada di anode akan mengalami oksidasi dan melarut sebagai
ion Cu2+. Selanjutnya, ion Cu2+ tersebut akan bergerak menuju katode dan mengendap
di katode sebagai logam tembaga murni.

2. Industri Bahan Kimia


Pembuatan bahan-bahan kimia tertentu misalnya gas klorin dan NaOH, dilakukan
dengan cara elektrolisis. Cara ini dinilai lebih ekonomis dibandingkan menggunakan
proses reaksi kimia biasa. Pembuatan gas klorin dan NaOH dilakukan dengan elektrolisis
larutan NaCI pekat yang diperoleh dari pemekatan air laut. Dengan metode ini, bahan baku
dapat diperoleh dengan mudah dan murah. Proses pembuatan gas klorin dan NaOH dengan
elekrolisis ini menggunakan sel elektrolisis yang diberi diafragrna yang berfungsi untuk
mencegah bereaksinya gas klorin dan NaOH yang dihasilkan. Oleh karena itu, sel
elektrolisis ini lebih dikenal sebagai sel diafragma.
Reaksi yang terjadi:
NaCl(aq) → Na+(aq) + Cl-(aq)
Anode : 2Cl-(aq) → Cl2(g) + 2e-
Katode : 2H2O(l) + 2e- → H2(g) + 2OH-(aq) +
Reaksi Sel : 2Cl (aq) + 2H2O(l) → Cl2(g) + H2(g) + 2OH (aq)
- -

Ion OH- yang terjadi bereaksi dengan ion Na sehingga menghasilkan NaOH yang
selanjutnya dapat dikristalkan. Jadi, pada proses ini dihasilkan gas klorin di anode, gas H2
di katode, serta NaOH.

45
3. Industri Kerajinan
Industri kerajinan dan logam, misalnya perhiasan dan alat-alat rumah tangga banyak
memanfaatkan proses elektrolisis, yaitu dengan penyepuhan, vernikel, dan verkrom.
Sebagai contoh, kursi lipat yang terbuat dari logam besi disepuh dengan logam krom
melalui elektrolisis Cr2(SO4)3 dengan anode dari logam krom dan katode dari logam yang
akan dilapisi krom. Cara ini dikenal dengan verkrom.

Pembuacan perhiasan yang berlapis emas menggunakan cara elekrrolisis untuk proses
pelapisannya. Perhiasan yang akan dilapisi (disepuh) diletakkan pada katode dan logam
emas yang digunakan untuk menyepuh diletakkan di anode. Pada proses ini, elektrolitnya
merupakan larutan yang mengandung ion Au3+. Larutan Au3+ harus dibuat dengan
konsentrasi yang sekecil-kecilnya dan menggunakan arus listrik yang sekecil-kecilnya agar
proses penempelannya sempurna. Jika penempelannya terlalu cepat, proses kristalisasinya
tidak sempurna sehingga akan menjadi hitam (tidak mengilap). Agar konsentrasi Au3+
yang ada dalam larutan sekecil-kecilnya, maka garam Au3+ ditambah apotas
(K2CO3.KCN) yang akan membentuk ion kompleks [Au(CN)6]3-.

(Unggul Sudarmo, 2013)

46
Uji Kompetensi
1. Proses 10
klor-alkali menggunakan prinsip elektrolisis.
a. Apa bahan yang digunakan dalam proses ini ?
b. Sebutkan 3 produk yang dihasilkan dalam proses ini.
c. Apakah yang terbentuk pada anodanya ?
d. Perhatikan persamaan reaksinya :
2NaCl(aq) + 2H2O → H2(g) + Cl2(g) + 2NaOH
Apa yang dimaksud dengan lambang (aq) ?
2. Apa yang dimaksud dengan penyepuhan ? dan Jelaskan penyepuhan logam dengan Cu,
menggunakan gambar rangkaian sel elektrolisisnya.
3. Logam Cu dengan kadar 99% masih belum dapat digunakan sebagai kawat listrik dan
perlu dimurnikan lebih lanjut menggunakan sel elektrolisis. Jelaskan proses elektrolisis
yang terjadi.

I. Aplikasi Sel Elektrokimia

1. Aplikasi Sel Volta/Galvani


Anda tentu sudah mengenal bahwa baterai merupakan sumber energi yang banyak
digunakan dalam peralatan yang memerlukan energi listrik. Bagaimana prinsip kerja
elektrokimia baterai?
Baterai adalah sel volta yang tersusun dari elektrode dan elektrolit yang sederhana sehingga
mudah dibawa (portable). Ada tiga jenis baterai yang saat ini telah dikembangkan dan banyak
dimanfaatkan sebagai sumber energi, yaitu baterai primer, sekunder, dan sel bahan bakar (fuel
cell). Selain itu, sel volta juga banyak dikembangkan dalam analisis ion-ion dalam suatu sampel
secara potensiometri menggunakan elektrode selektif ion (ESI).
a. Baterai Primer
Baterai primer adalah baterai yang tidak dapat diisi ulang, sehingga jika kerja elektrokimia
sel ini telah habis (mati), baterai ini tidak dapat digunakan lagi. Contoh baterai jenis ini adalah
sel kering, baterai alkalin, merkuri, dan perak.
1) Sel kering atau sel George Leclanche

47
Baterai ini ditemukan sejak tahun 1800 dan hingga saat ini masih banyak digunakan,
misalnya sebagai sumber listrik untuk lampu sorot. Baterai ini berupa kaleng seng yang
berisi pasta campuran MnO2, NH4Cl, ZnCl2, H2O, dan serbuk grafit untuk meningkatkan
konduktivitas. Kaleng seng sekaligus berfungsi sebagai anode. Adapun batang grafit
berfungsi sebagai katode.
Selama baterai ini berfungsi, di dalam sel terjadi reaksi sebagai berikut:
a) Di anode (oksidasi): Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e-
b) Di katode (reduksi MnO2) terjadi melalui beberapa tahap yang melibatkan Mn2+ dan
reaksi asam-basa antara NH4+ dengan OH-. Reaksi reduksi di katode sebenarnya
berlangsung sangat kompleks:
2MnO2(s) + 2NH4+(aq) + 2e- → Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O(l)
Ammonia (NH3), yang sebagian berupa gas, membentuk kompleks dengan ion Zn2+
yang mengkristal ketika bertemu dengan ion Cl-:
Zn2+(aq) + 2NH3(aq) + 2Cl-(aq) → Zn(NH3)2 Cl2(s)
Reaksi sel keseluruhan:
2MnO2(s) + 2NH4Cl(aq) + Zn(s) → Zn(NH3)2 Cl2(s) + Mn2O3(s) + H2O(l)
E°sel = 1,5 V
Kegunaan: Sumber listrik untuk radio jinjing, mainan anak-anak, lampu sorot, dan lain-
lain.
Kelebihan: Murah, aman, dan tersedia dalam berbagai ukuran.
Kelemahan: Pada arus yang tinggi, produksi NH3 dapat menurunkan tegangan, dan masa
pakai tidak lama karena anode seng bereaksi dengan NH4+.

2) Baterai alkalin
Baterai alkalin 1,5 V terdiri atas wadah tertutup rapat berbahan seng yang di
dalamnya berisi campuran MnO2, pasta KOH alkalin, dan air. Wadah seng ini sekaligus
berfungsi sebagai anode. Adapun batang grafit yang berada di tengah-tengahnya berfungsi
sebagai katode. Reaksi yang terjadi dalam sistem baterai ini adalah sebagai berikut:
Anode (oksidasi): Zn(s) + 2OH-(aq) → ZnO(s) + H2O(l) + 2e-
Katode (reduksi): MnO2(s) + 2H2O(l) + 2e- → Mn(OH)2(s) + 2OH-(aq)

48
Reaksi sel: Zn(s) + MnO2(s) + H2O(l) → ZnO(s) + Mn(OH)2(s) E°sel = 1,5 V

Kegunaan: Sama dengan sel kering.


Kelebihan: Tidak terjadi penurunan tegangan dan masa pakai yang lebih lama daripada sel
kering karena adanya elektrolit alkalin, serta tersedia dengan berbagai ukuran.
Kelemahan: Lebih mahal daripada baterai sel kering.

3) Baterai Merkuri dan Perak


Baterai merkuri dan perak dikemas dalam bentuk yang sederhana. Kedua baterai ini
menggunakan wadah seng yang sekaligus berfungsi sebagai anode. Sebagai katode, baterai
merkuri menggunakan MgO dan baterai perak menggunakan Ag2O. Kedua baterai ini
menggunakan pelapis baja yang mengelilingi katode. Pereaksi padat dikemas dengan KOH
dan dipisahkan dengan kertas basah. Reaksi-reaksi yang terjadi dalam kedua sistem baterai
adalah sebagai berikut:

Anode (oksidasi): Zn(s) + 2OH-(aq) → ZnO(s) + H2O(l) + 2e-


Katode (reduksi): Baterai merkuri:
HgO(s) + H2O(l) + 2e- → Hg(l) + 2OH-(aq)
Baterai perak:
Ag2O(s) + H2O(l) + 2e- - → 2Ag(s) + 2OH-(aq)
Reaksi sel baterai merkuri:
Zn(s) + HgO(s) → ZnO(s) + Hg(l) Esel = 1,3 V
Reaksi sel baterai perak:
Zn(s) + Ag2O(s) → ZnO(s) + 2Ag(s) Esel = 1,6 V
Kedua baterai ini dikonstruksi dengan ukuran kecil. Baterai merkuri sering
digunakan dalam kalkulator . Adapun baterai perak banyak digunakan dalam jam dan alat
bantu dengar.
Kelebihan: Ukuran kecil, potensial besar, dan perak tidak beracun.

49
Kekurangan: Merkuri beracun, dan perak mahal.

b. Baterai Sekunder (Dapat Diisi Ulang)


Baterai sekunder (dapat diisi ulang/rechargeable) adalah baterai yang dapat diisi ulang
bila energi yang tersimpan sudah habis terpakai. Pengisian baterai ini dapat dilakukan dengan
mengisi energi listrik melalui pembalikan reaksi dan pembentukan ulang pereaksi. Dengan
kata lain, sel volta secara periodik dibalik menjadi sel elektrolisis. Itulah sebabnya baterai jenis
ini disebut sebagai baterai sekunder. Baterai sekunder yang paling banyak dipakai adalah
sebagai baterai mobil. Dua jenis baterai sekunder yang relatif baru adalah baterai hidrida
logam-nikel dan baterai ion-litium.
1) Baterai Asam-Timbal (Aki)
Aki memiliki enam sel yang terhubung secara seri dengan kapasitas total 12 V. Setiap sel
memiliki kapasitas 2,0 V. Setiap sel mengandung dua kisi (grid) timbal yang berfungsi
sebagai elektrode, yang satu adalah Pb sebagai anode dan yang satunya lagi PbO2 sebagai
katode. Kedua elektrode ini direndam dalam larutan elektrolit H2SO4 4,5 M. Di antara kedua
elektrode dipasang lembaran serat kaca (fiberglass) untuk mencegah kerusakan .
Ketika sel beroperasi, sel ini bekerja sebagai sel volta menghasilkan energi listrik
yang berasal dari reaksi-reaksi berikut:
Anode (oksidasi): Pb(s) + HSO4-(aq) → PbSO4(s) + H+(aq) + 2e-
Katode (reduksi): PbO2(s) + 3H+(aq) + HSO4-(aq) + 2e-
→ PbSO4(s) + 2H2O(l)

Reaksi sel: Pb(s) + PbO2(s) + 2HSO4-(aq) + 2H+(aq) → 2PbSO4(s) + 2H2O(l)


Ketika aki diisi ulang, sel ini bekerja sebagai sel elektrolisis. Energi listrik dari sumber
listrik digunakan untuk membangkitkan reaksi redoks. Oleh karena itu, reaksi setengah-sel
dan reaksi redoks berlangsung dengan arah yang sebaliknya. Fungsi katode berubah menjadi
anode dan sebaliknya anode berubah menjadi katode. Reaksi keseluruhan ketika dilakukan
pengisian ulang:

50
2PbSO4(s) + 2H2O(l) → Pb(s) + PbO2(s) + 2H2SO4(aq)

2) Baterai hidrida logam-nikel (nickel-metal Hidryde Battery, Baterai Ni-MH)


Salah satu alasan yang mendasari pembuatan baterai jenis ini adalah bahaya toksik dari
baterai nikel-kadmium (nikad). Dalam baterai Ni-MH, setengah-reaksi di anode
mengoksidasi hidrogen yang terabsorpsi dalam paduan logam (dilambangkan sebagai M,
misalnya LaNi5) dalam elektrolit basa (KOH), sedangkan nikel(III) dalam bentuk NiO(OH)
direduksi di katode.
Anode (oksidasi): MH(s) + OH-(aq) → M(s) + H2O(l) + e-
Katode (reduksi): NiO(OH) (s) + H2O(l) + e- → Ni(OH)2(s) + OH-(aq)

Reaksi sel: MH(s) + NiO(OH) (s) → M(s) + Ni(OH)2(s) E°sel = 1,4 V


Selama pengisian ulang baterai hidrida logam nikel, reaksi sel berlangsung dengan arah
yang terbalik. Baterai Ni-MH banyak digunakan dalam unit kamera, pisau cukur tanpa
kabel, dan alat pengebor. Baterai jenis ini memiliki tenaga yang kuat, ringan, dan nontoksik.
Baterai ini harus dimatikan selama penyimpanan dalam jangka waktu yang relatif lama.

3) Baterai ion-Litium
Baterai ini terdiri atas anode litium (Li) yang terletak di antara lembaran-lembaran grafit
(dilambangkan sebagai LixC6), katode litium logam oksida, misalnya LiMn2O4 atau LiCoO2,
dan elektrolit LiPF6 1 M dalam pelarut organik. Elektron mengalir melewati sircuit,
sedangkan ion-ion Li+ yang tersolvasi mengalir dari anode ke katode di dalam sel . Reaksi
sel yang terjadi adalah sebagai berikut:
Anode (oksidasi): LixC6 → xLi+ + xe- + C6(s)
Katode (reduksi): Li1-xMn2O4(s) + xLi+ + xe- → LiMn2O4(s)

Reaksi sel: Li1-xMn2O4(s) + LixC6 → LiMn2O4(s) + C6(s) E°sel = 3,7 V

51
Reaksi sel berlangsung dengan arah terbalik selama pengisian ulang. Baterai jenis
ini banyak digunakan dalam komputer laptop tanpa kabel, handphone, dan lain-lain.

Contoh Soal 2.9

Sel kering 1,6 V adalah salah satu jenis baterai primer yang dapat digunakan
sebagai sumber energi listrik untuk menyalakan lampu. Tuliskan reaksi-reaksi
yang terjadi dan gambarkan arah aliran elektron ketika lampu yang terhubung
dengan sel kering menyala.
Penyelesaian:
Ketika lampu menyala, dalam baterai terjadi reaksi-reaksi sebagai berikut:
Anode seng, yang sekaligus berfungsi sebagai wadah kaleng, mengalami reaksi
oksidasi sebagai berikut:
Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e-
Di katode karbon, ion ammonium mengalami reduksi sebagai berikut:
2NH4+(aq) + 2e- → 2NH3(g) + H2(g)
Reaksi redoks:
Zn(s) + 2NH4+(aq) → Zn2+(aq) + 2NH3(g) + H2(g) E° = 1,6 V
Gas H2 yang terbentuk selanjutnya dioksidasi oleh MnO2 dalam sel untuk
mencegah pengumpulan H2 di katode yang dapat menghentikan reaksi redoks:
H2(g) + MnO2(s) → 2MnO(OH)(s)
Gas NH3 yang terbentuk bergabung dengan Zn2+ membentuk senyawa kompleks
[Zn(NH3)4]2+:
Zn2+(aq) + 4NH3(g) → [Zn(NH3)4]2+
Elektron mengalir dari anode menuju katode melewati lampu sehingga lampu
dapat menyala.

c. Elektrode Selektif Ion (ESI)


Elektrode ini banyak digunakan untuk pengukuran ion-ion dalam sampel dengan batas
deteksi yang rendah hingga 10-12 M, selektivitas yang tinggi, dan rentang daerah pengukuran
yang lebar. Karena selektivitasnya yang tinggi, maka pengukuran ion-ion tidak perlu melalui
proses pemisahan. Pengukuran dapat langsung diterapkan dalam larutan sampel. Sebagai

52
contoh, pH meter mampu mengukur ion H+ langsung dalam larutan sampel secara akurat tanpa
ada gangguan yang berarti oleh adanya ion-ion lain dalam rentang konsentrasi 10-12 – 0,1 M
atau pH 1,00 – 12,00.
Pengukuran ion-ion dengan ESI didasarkan pada persamaan Nernst yang menunjukkan
hubungan langsung antara potensial sel dengan konsentrasi ion analit. Potensial sel terukur
berada dalam skala milivolt, sehingga pengukuran ion-ion dengan menggunakan ESI tidak
memerlukan sampel yang banyak. Pengukuran cukup dilakukan dengan 2–10 mL larutan
sampel saja, sehingga biaya analisis sangat murah tetapi akurat.
Selain di bidang kimia analitik, ESI banyak diterapkan dalam bidang medis dan
kedokteran, misalnya untuk penentuan kadar gula darah dan beberapa aplikasi lain yang
sederhana, praktis, tetapi akurat.

d. Sel Bahan Bakar


Sel bahan bakar menggunakan pembakaran untuk menghasilkan energi listrik. Bahan
bakar tidak terbakar, karena tempat reaksi reduksi terpisah dengan tempat reaksi oksidasi dan
elektron ditransfer melalui rangkaian luar.
Sel bahan bakar yang umum digunakan untuk mobil adalah sel membran penukar proton
(MPP). Sel ini menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar dan bekerja pada suhu 80°C .
Reaksi sel yang terjadi adalah:
Anode (oksidasi): 2H2(g) → 4H+(aq) + 4e-
Katode (reduksi): O2(g) + 4H+(aq) + 4e- → 2H2O(g)

Reaksi keseluruhan (sel): 2H2(g) + O2(g) → 2H2O(g) E°sel = 1,2 V


Reaksi dalam sel bahan bakar berlangsung sangat lambat sehingga memerlukan katalis.
Elektrode sel MPP adalah komposit partikel berukuran nano (nanoparticles) dari katalis
Pt yang dilapiskan pada grafit. Komposit ini dicelupkan ke dalam membran elektrolit polimer
perfluoroetilena dengan gugus asam sulfonat (RSO3-) yang berperan mengalirkan proton dari
anode ke katode.
Sel bahan bakar telah digunakan sebagai sumber energi listrik dan memproduksi air
selama penerbangan di ruang angkasa. Sel ini tidak menghasilkan polutan dan dapat mengubah

53
75% energi ikatan bahan bakar menjadi energi yang berguna. Hingga saat ini, penelitian
tentang sel bahan bakar masih dititikberatkan pada penurunan biaya melalui peningkatan
konduktivitas membran dan elektolisis yang lebih efisien.

Contoh Soal 2.10


Fuel cell merupakan sistem elektrokimia yang mengubah energi kimia dari suatu
bahan bakar secara langsung menjadi energi listrik. Untuk fuel cell dengan bahan
bakar gas H2 digunakan potensial elektrode dari reaksi-reaksi berikut:
2H+ + 2e- → H2 E° = 0,0 V
4H+ + O2 + 4e- → 2H2O E° = 1,229 V
a. Tuliskan reaksi sel dan tentukan potensial selnya.
b. Bila sel tersebut bekerja dengan menggunakan arus listrik 0,5 A selama 30
detik, volume H2 yang digunakan adalah 1,75 mL (STP). 1 A = 1 C/detik.
Berapa coulomb muatan listrik yang mengalir?
c. Berapa jumlah elektron yang mengalir apabila 1 elektron membawa muatan
listrik sebanyak 1,6 x 10-19C?
d. Dengan asumsi efisiensi sel 100%, hitunglah jumlah molekul gas H2 yang
telah bereaksi.
e. Hitunglah efisiensi fuel cell tersebut.
Penyelesaian:
a. Anode: 2H2 → 4H+ + 4e- E° = 0,0 V
Katode: 4H+ + O2 + 4e- → 2H2O E° = 1,229 V

Reaksi sel: 2H2 + O2 → 2H2O E° = 1,229 V


Potensial sel = 1,229 V
b. Q = i.t = (0,5 C/detik) (30 detik) = 15 C
c. Muatan i elektron = 1,6 x 10-19 C
15 C
Jumlah elektron = = 9,38 x 1019 elektron
1,6 x 10-19 C/elektron
1
d. Jumlah molekul H2 yang bereaksi = 2 (9,38 x 1019) = 4,69 x 1019 molekul
e. Mol H2 yang digunakan = 1,75 x 10-3 L = 7,813 x 10-5 mol
22,4 L/mol
Mol H2 yang bereaksi = 4,6 x 1019 = 7,64 x 10-5 mol
6,022 x 1023
54
Efisiensi = mol H2 yang bereaksi x 100% = 7,64 x 10-5 mol x 100%
mol H2 yang digunakan 7,813 x 10-5 mol
= 97,78%

2. Aplikasi Sel Elektrolisis


Proses elektrolisis banyak digunakan dalam industri logam untuk pemurnian dan pemisahan
logam dari berbagai sumber. Pada umumnya, logam-logam diperoleh dari sampel bijih logam
yang banyak mengandung pengotor ikutan.
a. Pemurnian Tembaga
Tembaga banyak dijumpai dalam bijih kalkopirit (CuFeS2), suatu campuran senyawa
sulfida dari FeS dan CuS. Kebanyakan deposit bijih ini mengandung kurang dari 0,5% massa
Cu. Pemisahan tembaga yang jumlahnya sedikit ini memerlukan beberapa tahap hingga
diperoleh tembaga dengan kemurnian yang layak untuk kawat, karena penggunaan tembaga
yang paling penting adalah sebagai kawat.
Setelah pemisahan besi(II) sulfida dan mereduksi tembaga(II) sulfida, tembaga yang
diperoleh harus dimurnikan untuk menghilangkan pengotor-pengotor yang tidak diinginkan
seperti Fe, Ni, Ag, Au, dan Pt. Pengotor-pengotor ini dipisahkan dan diolah untuk keperluan
penting yang lain. Pemurnian ini melibatkan proses penyulingan secara elektrokimia
(electrorefining) untuk mengoksidasi Cu menjadi ion Cu2+ dalam larutan, diikuti dengan
reduksi ion-ion ini menjadi logam Cu yang terlapis di katode. Untuk melakukan proses ini,
tembaga tak murni ditempa menjadi pelat dan ditempatkan sebagai anode. Tembaga lain yang
masih murni ditempatkan sebagai katode. Kedua elektrode ini direndam ke dalam larutan

55
CuSO4 asam dan diberi potensial terkontrol untuk proses elektrolisis. Dalam elektrolisis ini
terjadi dua proses sekaligus, yaitu:
1) Oksidasi Cu dan pengotor-pengotor yang lebih aktif (Fe dan Ni). Adapun pengotor-
pengotor yang kurang aktif (Ag, Au, dan Pt) tidak teroksidasi. Ketika lempeng anode
bereaksi, logam-logam yang tidak teroksidasi rontok sebagai “lempung anode” dan
dimurnikan secara tersendiri.
2) Karena Cu kurang aktif dibandingkan dengan Fe dan Ni (pengotor), maka ion-ion Cu2+
direduksi di katode, tetapi ion-ion Fe2+ dan Ni2+ tetap tinggal dalam larutan. Logam
tembaga yang diperoleh melalui electrorefining ini memiliki kemurnian 99,9%.

b. Pemisahan Aluminium
Aluminium merupakan logam dengan jumlah yang paling melimpah di bumi dan
ditemukan dalam banyak mineral aluminosilikat. Beberapa mineral ini berubah menjadi
bauksit. Pada umumnya, pemisahan aluminium dilakukan melalui proses dua tahap yang
menggabungkan beberapa tahap pemisahan secara fisik dan kimia. Pertama, pemisahan
mineral aluminium oksida (Al2O3) dari bauksit. Kedua, pengubahan oksida menjadi logam
aluminium. Namun demikian, karena titik leleh Al2O3 sangat tinggi (2.030 °C), oksida ini
terlebih dahulu harus dilarutkan dalam kriolit (Na3AlF6) agar diperoleh campuran yang dapat
dielektrolisis pada suhu ~ 1.000 °C. Tahap elektrolisis ini, disebut sebagai proses Hall-
Heroult, dilakukan dalam tungku berlapis-dalam grafit. Lapisan grafit ini sekaligus berfungsi
sebagai katode. Anode grafit direndam ke dalam campuran lelehan Al2O3-Na3AlF6 . Sel
elektrolisis beroperasi dengan tegangan sedang sebesar 4,5 V, tetapi dengan aliran arus listrik
yang besar antara 1,0 x 105 – 2,5 x 105 A.
Beberapa kemungkinan reaksi terjadi melalui rangkaian reaksi berikut:
2Al2O3(s) + 2AlF63-(l) → 3Al2O2F42-(l)
Al terbentuk di katode melalui reaksi reduksi berikut:
AlF63-(l) + 3e- → Al(l) + 6F-(l)
Anode grafit teroksidasi membentuk gas CO2 melalui reaksi berikut:
Al2O2F42-(l) + 8F-(l) + C(grafit) → 2AlF63-(l) + CO2(g) + 4e-

56
Karena anode turut bereaksi, maka anode grafit harus sering diganti. Gabungan dari
ketiga reaksi tersebut menghasilkan persamaan redoks sebagai berikut:
2Al2O3(dalam Na3AlF6) + 3C(grafit) → 4Al(s) + 3CO2(g)

c. Pelapisan Logam (Electroplating)


Pelapisan logam antara lain bertujuan untuk memperoleh logam yang lebih aman,
memiliki nilai estetika yang tinggi, lebih kuat, dan awet. Sebagai contoh, sendok dari bahan
besi dapat dilapis dengan perak melalui cara elektrolisis. Sendok yang akan dilapis
ditempatkan sebagai katode dan logam perak sebagai anode. Kedua elektrode dicelupkan ke
dalam sel elektrolisis yang berisi larutan NaCN.
Ketika elektrolisis dilakukan, anode Ag teroksidasi dan larut menjadi Ag+. Selanjutnya,
ion-ion Ag+ tereduksi di katode menjadi logam Ag yang terlapis di katode besi.
Reaksi oksidasi di anode: Ag(s) → Ag+(aq) + e-
Reaksi reduksi di katode: Ag+(aq) + e- → Ag(s) (melapis katode Fe)

Reaksi redoks : Ag(s) + Ag+(aq) → Ag+(aq) + Ag(s)


Reaksi oksidasi Ag dipercepat oleh pembentukan senyawa kompleks Ag(CN)2-
melalui reaksi:
Ag+(aq) + 2CN- → Ag(CN)2-(aq)
( A. Haris Watoni dkk.2016)

d. Elektrolisis Air
Gas hidrogen dan oksigen dapat diperoleh melalui proses elektrolisis asam kuat encer,
seperti H2SO4 encer menggunakan elektroda inert, misalnya platina. Di anoda, ion SO4-
tidak teroksidasi, tetapi molekul air yang teroksidasi. Adapun di katoda, ion H+ tereduksi
menjadi gas H2. Proses ini berlangsung melalui reaksi-reaksi berikut:
Reaksi oksidasi di anoda: 2H2O(l) → 4H+(aq) + O2(g) + 4e-
Reaksi reduksi di katoda: 2H+(aq) + 2e- → H2(g) (x 2)

Reaksi redoks : 2H2O(l) - → 2H2(g) + O2(g)

57
Dengan potensial listrik luar, elektrolisis H2SO4 encer akan menghasilkan gas H2 di
katoda dan gas O2 di anoda. Jadi, elektrolisis yang terjadi sama dengan elektrolisis air
murni.

J. Menyadari Pentingnya Inovasi Teknologi


Kebutuhan akan energi listrik makin hari makin mendesak, sehingga dibutuhkan
komitmen yang kuat untuk memacu rekayasa energi melalui pengembangan sumber energi
listrik alternatif yang lebih hemat dan mudah digunakan. Teknologi baterai rechargeable harus
terus dikembangkan seiring dengan penemuan beberapa sumber energi alternatif pengganti
bahan bakar minyak yang makin beragam. Kreativitas pengembangan teknologi sumber listrik
berbasis elektrokimia akan mengangkat kemandirian kita dan mengurangi ketergantungan pada
teknologi-teknologi sejenis dari negara lain.
Negara kita diberi anugerah oleh Tuhan dengan kandungan mineral yang melimpah dan
potensial sebagai sumber devisa negara. Jika mineral-mineral ini dapat diolah secara benar,
negara kita akan menjadi negara yang makmur sebagai produsen logam-logam mulia maupun
logam-logam lain yang bernilai ekonomi tinggi. Teknologi elektrokimia dapat dikembangkan
untuk proses pemisahan dan pemurnian logam-logam potensial dari bijih logam yang melimpah
di Indonesia, sehingga meningkatkan nilai tambah dan nilai ekonomi logam-logam tersebut.
Industri elektronik berbasis semikonduktor memerlukan suplai logam-logam metaloid sebagai
bahan baku. Sebagai wujud syukur kita kepada Tuhan, kita harus terus meningkatkan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi elektrokimia untuk memberdayakan anugerah-Nya
agar lebih bermanfaat bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia. Selain itu, kita juga harus
mengelolanya secara bijaksana dan tidak berlebihan agar tidak merusak lingkungan. Teknologi
elektrokimia juga lebih efisien diterapkan dalam pengolahan logam-logam mulia yang bernilai
tinggi. Dengan penguasaan teknologi berbasis elektrokimia, kita dapat mengekstrak, mengolah,
dan memberdayakan semua logam potensial yang melimpah di negara kita.
Teknologi elektrokimia juga dapat dikembangkan untuk proses produksi gs-gas murni
seperti gas oksigen dan hidrogen. Gas oksigen murni banyak dibutuhkan untuk penanganan
kesehatan di dunia medis dan kedokteran serta untuk memenuhi kebutuhan beberapa industri.

58
Gas nitrogen dan unsur-unsur halogen juga dapat diproduksi secara elektrokimia melalui proses
elektrolisis.
Teknologi penyepuhan logam (electroplating) merupakan teknologi penting lain yang
dikembangkan berdasarkan proses elektrolisis. Melalui penyepuhan, logam-logam yang kurang
menarik dan mudah rusak dapat dilapis dengan logam lain yang lebih kuat dan bernilai estetika
yang tinggi sehingga lebih aman, nyaman, tahan lama, dan menarik untuk dipakai sesuai
keperluan industri alternatif dan rumah tangga banyak menerapkan teknologi electroplating
untuk memproduksi peralatan-peralatan logam yang lebih baik dan lebih berkualitas
dibandingkan dengan logam asalnya.
Pentingnya pengembangan teknologi elektrokimia dalam dunia industri memacu kita
untuk meningkatkan dan memberdayakan potensi sumber daya manusia yang memiliki keahlian
dalam bidang elektrokimia. Pemberdayaan ini menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam
pengolahan sumber daya mineral yang melimpah di negara kita maupun produksi sumber energi
listrik alternatif yang lebih efisien.
(A. Haris Watoni dkk.2016)

Uji
(B. Kompetensi 11

1. Pelat tembaga yang luasnya 100 cm2 akan disepuh dengan perak setebal
0,01 cm. Diketahui rapatan perak = 10,5 g/cm3. Berapa mol elektron
diperlukan pada penyepuhan itu?
2. Apa yang harus dilakukan untuk melapisi logam Zn dengan Cu ?
3. Tiga buah sel dihubungkan secara seri. Masing-masing sel berturut-turut
berisi larutan AgNO3, KCl, dan Fe2(SO4)3. Selama proses elektrolisis telah
terjadi 54 gram perak dalam sel pertama.
a. Berapa volume gas H2 (2 atm, 27°C) yang dihasilkan dalam sel kedua?
b. Berapa gram massa besi yang dihasilkan dalam sel ketiga?
c.

(Tine Maria Kuswati dkk.2007)

59

You might also like