You are on page 1of 6

1.

Nilai Anisotropi (r)


1.1 Penulisan Langkah Kerja Sesuai ASTM E 517
a. Prosedur Manual
- Menentukan lebar awal sampel (𝑤0 ) dalam 0.0005 in atau 0.013 mm.
- Menghitung panjang awal gage (𝑙0 ) dalam 0.001 in atau 0.025 mm
pada 25mm atau 20 mm daereah gage, dan dalam 0.002 in atau 0.05
mm pada 50 mm daerah gage.
- Memberikan penanda pada gage dengan dua indentor.
- Menarik spesimen secara aksial hingga mengalami peregangan
melampaui yield point saat elongasi tetapi tidak melebihi regangan
maksimum yang sudah ditentukan
- Laju penarikan harus 0,5 per menit atau kurang
- Mengukur lebar akhir (𝑤𝑓 ) dan panjang gage akhir (𝑙𝑓 ) . Pengukuran
dilakukan tanpa adanya gaya tarik yang diberikan pada spesimen.
b. Prosedur otomatis
- Memasang ekstensometer untuk mengukur regangan dari longitudinal
dan transversal.
- Catat panjang gage pada ekstensometer. Dalam hal ini jika
ekstensometer menghitung regangan transversal pannjang gage maka
menjadi lebar dari specimen.
- Menarik specimen secara aksial.
- Memastikan laju peregangan haruslah 0.5 per menit atau lebih, atau
telah ditentukan sebelumnya
- Menghitung perubahan lebar dari data yang dihasilkan oleh
ekstensometer. Akurasi pengukuran dapat ditingkatkan sejalan dengan
peningkatan regangan selama dibawah limit.

1.2 Perhitungan Nilai ravg dan Δr untuk semua material (Aluminium,


Kuningan, dan Baja)

ln(𝑤𝑓 /𝑤0 )
𝑟=
ln( 𝑡𝑓 /𝑡0 )
(𝑟0 + 2𝑟45 + 𝑟90 )
𝑟=
4
(𝑟0 + 𝑟90 − 2𝑟45 )
∆𝑟 =
2

- Kuningan
𝑙𝑛(11,41⁄12,22)
0o → 𝑟 = = 0,0657
𝑙𝑛(0,53⁄0.73)

𝑙𝑛(11,4⁄12,22)
45o → 𝑟 = = 0,0485
𝑙𝑛(0.54⁄0,73)

𝑙𝑛(11,58⁄12,4)
90o → 𝑟 = = 0,0569
𝑙𝑛(0.53⁄0.73)
(0,0657+2(0,0485)+0,0569)
𝑟𝑎𝑣𝑔 = = 0,0549
4
(0,0657 + 0,0569 − 2(0,0485))
∆𝑟 = = 0,01278
2

- Al 1xxx
𝑙𝑛(12.45⁄12.6)
0o → 𝑟 = = 0,2142
𝑙𝑛(0.75⁄0.9)
𝑙𝑛(12.58⁄ )
45o → 𝑟 = 𝑙𝑛(0.74⁄12.7) = 0,2304
0.9
12.47⁄
𝑙𝑛( 12.6)
90o → 𝑟 = 0.75 = 0,2137
𝑙𝑛( ⁄0.9)
(0,2142+2(0,2304)+0,2137)
𝑟𝑎𝑣𝑔 = = 0,222
4
(0,2142 + 0,2137 − 2(0,2304)
∆𝑟 = = −0,01645
2

1.3 Analisis Perbedaan Nilai ravg pada material uji yang berbeda
Berdasarkan data koefisien anisotropi plastis normal rata-rata yang
didapatkan pada kedua logam aluminium sebesar 0.222 dan logam kuningan
sebesar 0,0549 dapat disimpulkan bahwa logam aluminium cenderung untuk
mengalami penipisan pada proses deep drawing dibanding kuningan.
Nilai r>1 membuat material lebih tahan terhadap penipisan dan
sebaliknya. Untuk itu nilai ravg sangat berpengaruh terhadap tingkat
drawibility. Perbedaan nilai ravg dari aluminium dan kuningan karena pada
kuningan terdapat Zn pada matriks yang memperbaiki ukuran butir padauan
saat mengalami penguatan sehingga butir besar dan mengalami deformasi
grain boundary sliding pada laju peregangan yang rendah sehingga
pemampatan dislokasi lebih cepat dan memberikan ukuran butir lebih kecil
dan nilai r yang lebih kecil dibanding Al.
1.4 Prediksi Pengaruh Nilai ravg dan Δr yang didapat terhadap Drawability
Material
Berdaasarkan hasil percobaan, di dapatkan bawah nilai ravg pada material
CuZn memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan Al 1xxx. Besaran
nilai ravg yang dimiliki oleh aluminium lebih besar ketimbang yang dimiliki
oleh kuningan. Hal tersebut dapat menjadi indikasi bahwa kemampuan
drawability yang dimiliki oleh aluminium lebih baik apabila dibandingkan
dengan yang dimiliki kuningan, sehingga kemampuan untuk meregang secara
planarnya lebih baik dari kuningan tetapi resistansi terhadap punch
pressurenya lebih besar dibandingkan dengan kuningan sehingga pada saat
pengaplikasiaan deep drawing, hasilnya tidak akan selebar dan sedalam
kuningan.
Sementara unuk nilai Δr pada data sebelumnya, dapat dilihat bahwa nilai
Δr sampel Al 1XXX lebih kecil dibandingkan sampel kuningan. Sampel Al
1XXX memiliki nilai Δr yang lebih rendah sehingga cacat kemungkinan kecil
karena Al memiliki resistansi yang kecil.

2. Koefisien Pengerasan Regangan (n)


2.1 Penulisan Langkah Kerja Sesuai ASTM E 646
- Mengukur dan mencatat ketebalan awal dari specimen yang telah
direduksi dan lakukan hal yang sama terhadap lebar specimen pada
daerah yang tereduksi
- Spesimen di jepit dengan grip dai testing machine secara uniaksial dan
memasang ekstensometer
- Mengatur laju peregangan secepat 0,05 sampai 0,50 in./in per menit.
Kecepatan tidak boleh diubah.
- Mencatat beban dan regangan minimal 5 titik regangan di daerah yang
kenaikan bebannya paling besar
- Menghitung nilai n untuk semua material dengan
o True Stress 𝜎 = 𝐹(1 + 𝑒)
o True strain 𝜀 = ln(1 + 𝑒)
- 5 titik di plot dalam rumus regresi linear untuk mendapat nilai n
- Geometri specimen uji Tarik untuk memprediksi nilai n

2.2 Perhitungan nilai n untuk semua material


Dilakukan perhitungan untuk kedua sampel aluminium dan kuningan
sebagai berikut :
 Kuningan
𝑁∑𝑥𝑦 − ∑𝑥∑𝑦
𝑛=
𝑁∑𝑥 2 − (∑𝑥)2

5𝑥(−10.1276) − (−3.8851)x(13.0947) 0.2326


𝑛= 2
= = 0.00752
5𝑥(3.1641) − (−3.8851) 30.914
 Aluminium
𝑁∑𝑥𝑦 − ∑𝑥∑𝑦
𝑛=
𝑁∑𝑥 2 − (∑𝑥)2

5𝑥(−18.1683) − (−8.3401)x(10.8956) 0.0289


𝑛= 2
= = 0.000729
5𝑥(13.9720) − (−8.3401) 139.4173

2.3 Analisis Perbedaan Nilai n untuk setiap material yang berbeda


Nilai n berfungsi sebagai parameter yang mempengaruhi sifat formability
dan stretchability. Menurut literatur, material dengan nilai n yang besar
memiliki sifat mampu bentuk yang baik dalam proses stretching. Hal ini
disebabkan oleh tegangan alir dari suatu lembaran yang akan dibentuk
meningkat seiring dengan meningkatnya regangan. Peningkatan nilai n selain
meningkatkan nilai regangan maksimum, juga didefinisikan sebagai
peningkatan kemmapuan lembaran untuk mendistribusikan regangan secara
uniform, sehingga mencegah terjadinya pemusatan regangan pada daerah
tertentu
Material yang berbedaa tentunya akan menghasilkan nilai n yang berbeda
pula. Jika dilihat dari data di atas, nilai n CuZn jauh lebih besar. material Al
1xxx yang memiliki nilai n yang sangat kecil dibandingkan CuZn terjadi
karena komposisi material tersebut yang 99% mengandung aluminium dengan
sangat sedikit paduan. Berbeda dengan materialCuZn yang merupakan
material paduan dimana ditambahkanya unsur Zn pada tembaga. Penamabhan
unrus ini tentunya akan merubah mechanical properties dari material. material
ini menjadi lebih kuat akibat unsur Zn yang mengalami peritiswa strain
hardening yaitu menghambat pergerakan dislokasi dengan dislokasi tersebut.

2.4 Prediksi pengaruh nilai n terhadap stretchability


Nilai n akan mempengaruhi sifat mampu bentuk serta mampung rentang
dari suau material. semakin tinggi nilai r maka semkain baik pula sifat
formability serta strectabilitynya. Berdasarkan data material CuZn memiliki
strectchability yang lebih baik dibandingkanalumnium 1xxx. Ini artinya
material akan mengalami proses peregangan terlebih dahulu baru mengalami
proses necking

3. Kesimpulan
 Nilai ravg yang lebih kecil menandakan material CuZn memiliki resitansi
terhadap tekanan dari punch yang kecil pula serta peregangan secara
planar yang terjadi ketika adanya gaya deformasi yang terjadi lebih kecil
pula
 Material CuZn lebih rentan untuk mengalami cacat earring
 Kuningan memiliki nilai n yang lebih besar dari Al 1XXX yang
menandakan kuningan memiliki sifat formability dan stretchability yang
lebih baik dibanding Al 1XXX
4. Saran
Sebaiknya untuk lebih memahami proses pembentukan ditambahkan
variabel materialnya
5. Referensi
- Modul Praktikum Teknik Pengubahan Bentuk 2019.
- ASTM E517 Standar Test Method for Plastic Strain Ratio for Sheet
Metal.
- ASTM E646 Tensile Strain Hardening Exponents (n-Values) of
Metallic Sheet Metal.
- https://www.researchgate.net/publication/225162205_Finite_element
_simulation_of_earing_defect_in_deep_drawing
6. Lampiran

COURSE II – SPECIAL TENSILE TESTING

v = 0.05-0.50 ASTM E 8 ASTM E COEFFICIENT OF DATE: 20-04-


SHIMADZU 2 TONF ID: Kelompok 19
M/M 517 ANISOTROPY 2019

NO MATERIAL DIRECTION t0 (mm) w0 (mm) tf (mm) wf (mm) R rave ∆r

1 0 0.73 12.22 0.53 0.53 0.0657

2 CuZn 45 0.73 12.22 0.54 0.54 0.0485 0.0549 0.01278

3 90 0.73 12.4 0.53 0.53 0.0569

4 0 0.9 12.6 0.75 0.75 0.2142


-
5 Al 1xxx 45 0.9 12.7 0.74 0.74 0.2304 0.222
0.01645
6 90 0.9 12.6 0.75 0.75 0.2137

STRAIN
v = 0.05-0.50 ASTM E 8 ASTM E
SHIMADZU 2 TONF HARDENING DATE: ID:
M/M 646
EXPONENT

NO MATERIAL F (MPa) e σ (MPa) ɛ log ɛ (x) log σ (y) xy x2 n*

-
1 2.59
320 0.1 352 0.0953 -1.0209 2.5465 97 1.0422
Kuningan
-
2 2.34
330 0.13 372.9 0.1222 -0.9129 2.5716 75 0.8333
-
3 1.93
350 0.2 420 0.1823 -0.7392 2.6232 90 0.5464

-
4 1.76
360 0.24 446.4 0.2151 -0.6673 2.6497 83 0.4453

-
5 1.47
380 0.33 505.4 0.2852 -0.5449 2.7036 32 0.2969

-
Ʃ 10.1
-3.8851 13.0947 276 3.1641

-
6 3.99
140 0.014 141.96 0.0139 -1.8569 2.1522 63 3.4481

-
7 3.73
152 0.02 155.04 0.0198 -1.7033 2.1904 09 2.9012

-
Alumuniu
8 3.58
m
149 0.023 152.427 0.0227 -1.6432 2.1831 72 2.7002

-
9 3.51
150 0.025 153.75 0.0247 -1.6074 2.1868 52 2.5838

-
10 3.33
148 0.03 152.44 0.0296 -1.5293 2.1831 86 2.3388

-
Ʃ 18.1
-8.3401 10.8956 683 13.9720

You might also like