Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Preseptor:
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
Penyakit paru kerja adalah penyakit pada paru yang disebabkan akibat
debu, gas atau asap berbahaya yang terhirup oleh pekerja di tempat pekerjaan.
dsb.Manifestasi klinis penyakit paru kerja mirip dengan klinis paru lain yang tidak
cepat.3
(HSE), pada tahun 2014 terdapat 215 kasus baru pneumokoniosis pada pekerja
batu bara di Inggris ditambah dengan kasus sebelumnya pada tahun 2013
sebanyak 275 kasus. Pada tahun 2013, terjadi 147 kematian disebabkan
pneumokoniosis yang meningkat sekitar 130 kejadian per tahun selama 5 tahun
2
kasus baru setelah sebelumnya pada tahun 2013 diperoleh data 45 kasus silikosis
riwayat kerja dan lingkungan yang tercatat.Toksin pada pneumokoniosis ini baru
seumur hidup harus diperoleh.Hal ini terutama berlaku untuk pasien dengan
berilium, atau saat gejala klinis tidak spesifik. Tes fungsi paru berguna untuk
yang khas bersamaan dengan riwayat kerja sangat penting untuk membuat
pembaca.
3
1.3 Tujuan Penulisan
khusus.
umum
Referat ini dibuat dengan mengacu kepada berbagai tinjauan pustaka dan
literatur.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Toraks atau rongga dada adalah rongga tertutup di sekeliling paru yang
mewadahi jantung, paru, dan pembuluh darah besar. Toraks dibatasi oleh sternum
dan tulang rawan iga di depan, kedua belas ruas tulang punggung beserta diskus
di bawah, dan dasar leher di atas. Sebelah kanan dan kiri toraks terisi penuh oleh
paru-paru beserta pleuranya. Pleura ini membungkus setiap belah paru dan
atas dan muncul sedikit lebih tinggi dari klavikula.Hilus (akar) terdapat pada
bagian medial paru, berisi bronkus, arteri dan vena pulmonalis, arteri dan vena
fisura.Paru-paru kanan terbagi menjadi tiga lobus dan paru-paru kiri memiliki dua
lobus.Setiap lobus tersusun atas lobula. Bronkhial kecil masuk ke dalam setiap
lobula dan semakin bercabang, semakin menjadi tipis dan berakhir menjadi
5
Gambar 1. Anatomi Toraks5
klavikula, scapula, dan jaringan lunak dinding toraks. Toraks terbagi dua oleh
mediastinum ditengah. Dalam keadaan normal, trakea dan aorta berjalan di tengah
tanpa deviasi bermakna pada kedua sisi. Paru-paru terletak di kanan dan kiri
mediastinum, berupa daerah radiolusen karena berisi udara. Pada bagian medial
paru kanan dan kiri terlihat bayangan hilus paru, yang kiri terletak sedikit lebih
tinggi daripada yang kanan. Bayangan hilus dibentuk oleh arteri dan vena
pulmonalis, bronki besar, dan kelenjar limfe hilus. Akar tampak senantiasa
perifer. Apeks paru terletak di atas bayangan os clavicula. Lapangan atas paru
berada di atas iga 2 anterior, lapangan tengah antara iga 2-4 anterior, dan lapangan
bawah di bawah iga 4 anterior. Adapun diafragma terlihat sebagai kubah di bawah
6
jantung dan paru dengan tinggi minimal 1,5 cm. Jika kurang dari 1,5 cm,
diafragma dikatakan mendatar.8 Sudut yang dibuat antara diafragma dan dinding
dada disebut sudut kostofrenikus. Sudut ini menghilang bila terkumpul cairan
efusi pleura. Diameter terbesar jantung pada proyeksi PA normalnya kurang dari
Iga anterior terletak lebih tinggi di sebelah lateral daripada sebelah medial,
lebih tinggi di sebelah medial daripada di sebelah lateral sehingga iga kiri-kanan
yang sama nomornya membentuk huruf A. Bagian-bagian iga yang terletak paling
anterior dan berhubungan dengan sternum pada orang muda masih merupakan
tulang rawan (kartilago) sehingga tidak terlihat pada foto roentgen. Tetapi dengan
meningkatnya umur dan juga pada beberapa keadaan lain, sebagian kartilago ini
7
berbintik-bintik secara tidak teratur. Pada interpretasi tulang harus diperiksa
Pada foto polos toraks harus dibedakan jaringan lunak dinding toraks
sesuai komposisi jaringan dan dinyatakan dengan Hounsfield units (HUs). Air
dan udara memiliki 0 dan -1000 HU.Densitas jaringan lunak berkisar 10-50 HU,
sedangkan tulang paling sedikit memiliki 1000 HU. Pemeriksaan CT Scan toraks
hilar, diduga tumor paru atau empiema, menentukan sumber hemoptisis, aspirasi
dan resonansi getaran terhadap inti atom hidrogen. Pencitraan MRI toraks
indikasi untuk evaluasi mediastinum dan parenkim paru. Indikasi tersebut yaitu
evaluasi massa mediastinum, diduga tumor Pancoast, sindrom vena kava superior,
stadium kanker paru dimana terdapat dugaan invasi jantung, pembuluh darah
8
besar, dinding thoraks, dan diafragma pada CT-scan, serta evaluasi emboli paru
sentral.11
2.2 Pneumokoniosis
2.2.1 Definisi
opasitas akibat retensi debu namun tidak terjadi fibrosis. Pada uncomplicated
9
karena pajanan debu berilium. Talkosis diakibatkan inhalasi talk yaitu magnesium
silikat hidrat yang digunakan di pabrik kulit, karet, tekstil, dan tegel keramik.
penyebabnya10,13.
kelainan fungsi
Asbestosis (asbestos)
2.2.2 Epidemiologi
terdapat 1,1 juta kematian oleh penyakit akibat kerja di seluruh dunia, 5% dari
10
Pneumokoniosis terbanyak adalah silikosis, asbestosis, dan pneumokoniosis
1000 kasus pneumokoniosis terdiri atas 56% asbestosis, 38% silikosis, dan 6%
terdeteksi pada 10% pekerja penambang asbestos yang bekerja selama 10-19
tahun dan pada 90% pekerja yang telah bekerja selama lebih dari 40 tahun.
Kematian akibat asbestosis merupakan 28% dari semua kasus kematian akibat
penelitian pada 495 pekerja tambang batu bara dengan CWP di China
2.2.3 Etiopatogenesis
Debu yang berukuran 0.1 – 10 mikron mudah terhirup pada saat kita
bernapas. Debu yang berukuran lebih dari 5 mikron akan mengendap disaluran
napas bagian atas. Debu berukuran 3-5 mikron akan menempel di saluran napas
bronkiolus, sedangkan yang berukuran 1-3 mikron akan sampai ke alveoli. Debu-
Serat debu akan menyebabkan cedera sel epitel dan sel makrofag alveolar
yang berusaha memfagosit serat. Beberapa serat akan masuk ke dalam jaringan
intersisium melalui penetrasi yang dibawa oleh makrofag atau epitel. Makrofag
yang telah rusak akan mengeluarkan reactive oxygen species (ROS) yang dapat
11
merusak jaringan dan beberapa sitokin, termasuk tumor necrosis factor (TNF),
interleukin-1, dan metabolit asam arakidonat yang akan memulai inflamasi alveoli
inflamasi terjadi. Namun bila serat terinhalasi dalam kadar lebih tinggi, alveolitis
akan terjadi lebih intens, menyebabkan reaksi jaringan yang lebih hebat. Reaksi
factor, dan insulin-like growth factor yang akan menyebabkan sintesis kolagen.
Pada asbestosis, jika makrofag tidak dapat mengeliminasi serat debu, maka
body. Pada CWP, lesi pada radiografi dada disebut macula batu bara dan terdiri
debu dimana debu yang mengandung silika dapat memperberat terjadinya CWP,
usia pekerja saat paparan debu pertama kali, lama berada di tempat kerja,
merokok, ukuran debu, jenis pekerjaan dimana pekerja yang bertugas sebagai
pekerja lainnya.12
2.2.4 DIAGNOSIS
riwayat kerja dan lingkungan yang tercatat.Toksin ini baru berpengaruh setelah
bertahun-tahun terpapar, oleh karena itu riwayat paparan seumur hidup harus
diperoleh.Hal ini terutama berlaku untuk pasien dengan penyakit interstisial atau
12
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Perubahan X-ray yang khas bersamaan
atau saat gejala klinis tidak spesifik. Tes fungsi paru berguna untuk menentukan
berdasarkan ada atau tidaknya fibrosis pada paru. Pneumokoniasis fibrotik seperti
Pada individu yang memiliki riwayat terpapar debu silika atau batu bara, dapat
ditemukan nodul atau retikulonodular pada foto polos thorax atau nodul nodul
kecil dengan distribusi perilimfatik pada potongan tipis CT, dengan atau tanpa egg
shell calcification, dapat kita curigai sebagai silikosis atau pneumokoniasis pada
pekerja batu bara. MRI berguna untuk membedakan fibrosis masif progresif
2.2.4.1 Anamnesis
silika, batubara, atau berilium. Untuk silika atau batubara, paparan biasanya
terjadi selama 20 tahun atau lebih sebelum muncul gejala klinis. Silikosis akut
13
jarang terjadi, namun bisa terjadi dalam beberapa minggu sampai bulan bila
pekerjaan sebelumnya dan saat ini. Riwayat pemaparan biasanya akan dikenali
karena jenis pekerjaan yang telah dilakukan pasien. Berikut ini adalah contoh
risiko untuk penyakit berilium kronis setelah terpapar adalah adanya polimorfisme
genetik dimana asam amino glutamat berada pada posisi 69 dari rantai beta HLA-
rendah.5
Pasien yang simptomatik akan memiliki gejala sesak napas, batuk, dan /
14
Individu yang bekerja dengan berilium mungkin asimtomatik, dan dapat
rheumatoid arthritis (komplikasi yang tidak biasa dari paparan silika atau
beriliosis dapat terjadi sebagai pneumonitis, dengan mengi akut, sesak dada, dan
sesak napas.5
Temuan fisik akan normal di awal penyakit ini. Tidak ada pemeriksaan
didengar pada pasien ini.Pada pemeriksaan auskultasi paru dapat didengar rhonki
pada penyakit berilium kronis.Apabila terdapat fibrosis yang masif dan progresif,
pada perkusi dada dapat ditemukan area yang redup.Seperti penyakit pernafasan
barrel chest, dan mengalami penurunan berat badan.Clubbing finger bisa terjadi
seperti hipertensi, edema, perubahan kulit, pembengkakan sendi, nyeri tekan, atau
deformitas dapat terjadi akibat komplikasi paparan silika atau batu bara yang
- Perubahan radiografi
15
- Paparan silika, batu bara, atau berilium yang signifikan
abnormal. Kelainan pada paru yang bersifat restriktif ditunjukkan pada spirometri
dengan: Berkurangnya kapasitas vital paksa (FVC), dengan rasio volume ekspirasi
obstruktif meningkat pada pasien yang memiliki riwayat paparan debu mineral
dan perokok.Saturasi oksigen dan arterial blood gas (ABG) dapat menentukan
ditujukan pada individu dengan perubahan pada pemeriksaan fungsi dan / atau
radiografi paru.5
harus dibatasi, hanya dilakukanbila terdapat kecurigaan terhadap kanker, atau bila
tidak diketahui ada riwayat terpapar debu inorganik yang dicurigai.Bila biopsi
dilakukan pada orang dengan silikosis, dapat ditemukan nodul silisotik. Biopsi
16
pada pneumokoniosis penambang batubara mencakup perubahan fokal dan diskrit
2.2.4.3 Radiologi
Rontgen foto thorax adalah tes skrining awal pada seseorang yang diduga
terpapar silika, batu bara, atau berilium. Ini juga merupakan tes awal saat pasien
sama. Terdapat multilpel nodul berukuran 3-10mm pada bagian atas dan
densitas nodul yang berbeda, contohnya stannosis memiliki densitas yang tinggi.5
Gambaran opak yang bulat pada lobus atas, adalah tanda khas pada orang
tipis di sekitar kelenjar getah bening di daerah hilar (‘egg shell calcification')
17
interstisial linier, pada awalnya di lobus atas, merupakan temuan foto polos thorax
opak kecil, penebalan septum interlobar, fibrous parenchymal bands dan ground
glass pattern.CT scan dengan resolusi tinggi (HRCT) lebih sensitif daripada foto
batubara ke fibrosis yang masif dan progresif.HRCT harus dilakukan jika pasien
mengalami sesak napas dan tidak dapat dijelaskan oleh hasil foto polos thorax
atau tes fungsi paru.HRCT juga dapat digunakan untuk menggambarkan lebih
dilakukan pada individu tanpa gejala jika foto polos thorax dan tes fungsi paru
normal.5
coal, yang hampir bebas dari silika, dan memiliki basis histologis yang sangat
18
Dengan demikian, distribusi makula terutama centrilobular. Terlepas dari
19
lengkung aorta menunjukkan massa yang ireguler di lobus atas paru
kanan dan nodul subpleural dan fisura pada kedua lapangan paru16.
terdiri dari gambaran opak berupa nodular bulat kecil dan kadang-kadang
pekerja batubara memiliki diameter 1-5 mm, tepi yang tidak jelas dan
Pada rontgen thorax, gambaran opak besar (fibrosis masif progresif) dapat
20
massa fibrotik terdiri dari kolagen dengan banyak makrofag mengandung
pigmen16.
21
Gambar 5.Silicotuberculosis pada pria 52 tahun yang bekerja
selama 30 tahun sebagai tukang batu. Scan CT sisi tipis aksial (bagian
1,0 mm) yang diperoleh pada tingkat pembuluh darah besar
menunjukkan lesi kavitas berdinding tebal yang tidak beraturan
(panah) di lobus atas paru kiri, temuan yang menunjukkan
adanyaparu Tuberkulosis, serta lesi nodular subpleural di kedua
paru-paru.17
22
2. Silikosis
menjadi bentuk noduler tersebar pada kedua lapangan paru. Kelenjar hilus
dapat membesar dengan kalsifikasi tipis yang dikenal sebagai gambaran kulit
23
Gambar 8. Silikosis dengan fibrosis massif dan progresif pada pria
berusia 58 tahun yang bekerja 30 tahun sebagai pekerja batu. Gambar
foto polos toraks (a.) menunjukkan nodul multiple berukuran kecil dan
massa di kedua lapangan paru, terutama di bagian atas dan tengah,
dengan egg shell calsifications di hilus dan mediastinum. Gambar CT-
Scan axial (b.) menunjukkan opasitas bilateral dengan tepi ireguler,
menggambarkan fibrosis massif dan progresif.21
3. Asbestosis
fibrosis paru, biasanya terjadi di lapangan paru bawah, terutama paru kiri
24
Gambar 9.Asbestosis pada pria berusia 58 tahun yang telah bekerja
selama 25 tahun di kontruksi bangunan.Foto polos toraks
menunjukkan opasitas retikular kecil pada basal kedua paru.21
4. Talkosis
25
Gambar 10.A. awal pemeriksaan rfoto polos dada, ditemukan noduler
dengan opasitas halus yang difus di kedua paru. B. rontgen dada
diperoleh pada pemeriksaan follow-up 15 tahun, yang menunjukan
nodul halus dan opasitas besar di bagian atas paru kanan dan bagian
tengah paru kiri. C. pada CT scan tipis axial menunjukan nodul opak
(panah besar) terutama didistribusikan di bagian sentrilobular.
5. Beryllosis
bayangan suram paru dan sering dengan pembesaran kelenjar hilus.Keadaan ini
kronik, gambaran berubah menjadi granuler atau noduler fibrotik yang dapat
mencapai ukuran 1 cm, stadium lanjut berupa garis fibrotik atau atelektasis
26
Gambar 11.Beriliosis pada pria berusia 49 tahun yang bekerja selama
6. Siderosis
Endapan debu besi yang terhisap di paru berupa bayangan noduler dengan
densitas yang lebih tinggi daripada jaringan fibrotik dan mempunyai batas yang
tegas.Tidak pernah terjadi pembesaran kelenjar hilus dan umumnya tidak ada
keluhan.7
ini ditegakkan atas adanya gejala progresif (sesak dan batuk), gambaran
27
radiologi yang dapat ditemukan yaitulower lobe linear fibrosis, subpleural
Fibrosis21
2. Sarkoidosis
28
Gambar 13(a).stadium 1 Gambar 13( b). stadium 2
4. Metastasis Milier
berupa nodul milier yaitu nodul berukuran 1-4 mm dengan jumlah yang sangat
29
menyebabkan nodul milier pada radiografi melalui penyebaran
Pasien yang telah diketahui dengan keganasan, foto polos dada umumnya
foto polos dada, CT Scan dapat mendeteksi lebih banyak nodul dan nodul yang
lebih kecil dari 5 mm. Selain itu, dapat mendeteksi temuan lainnya seperti
pada paru dengan gambaran radiografi yang tidak khas, evaluasi nodul soliter
30
5. Tuberkulosis
sarang sebesar kepala jarum, tersebar secara merata di kedua belah paru.
Distribusi nodul milier secara acak dapat ditemukan pada tuberkulosis dan
posterior, cukup padat dengan batas yang khas.Nodul cenderung menyatu dan
Gambar 15. Foto polos dada dan CT Scan pada pasien TB Milier26.
31
2.2.6 TATALAKSANA
silikosis, tidak ada pengobatan selain mengoptimalkan kesehatan pasien saat ini
dan mencegah paparan lebih lanjut. Prognosis bervariasi tergantung pada tingkat
hingga kematian15.
progesivitas pneumokoniosis20.
harus diskrining untuk laten atau aktif tuberkulosis dan dievaluasi untuk faktor
risiko tuberkulosis lainnya, seperti infeksi HIV. Seperti halnya penyakit paru-
paru, berhenti merokok adalah suatu keharusan.Dalam uji coba pengobatan sejauh
ini, tidak ada obat yang ditemukan untuk menghentikan perkembangan penyakit15.
adalah menjauhi pajanan. Untuk penatalaksanaan dari kasus ini hanya diberikan
kemungkinan komplikasi yang akan muncul27. Hal ini dikarenakan CWP bersifat
progresif yang tidak akan bisa sembuh hanya dengan menjauhi pajanan.
32
Selebihnya para pekerja wajib dilakukan pemeriksaan berkala serta pengontrolan
33
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
tersebut yang merupakan salah satu Penyakit Paru Akibat Kerja (PPAK).
sesak napas, batuk, dan / atau mengi. Pasien yang asimptomatik tidak
4. Modalitas utama yang paling sering digunakan adalah foto rontgen thoraks
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Direktur Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. Penyakit Paru Akibat Kerja: seri
pedoman tatalaksana penyakit akibat kerja bagi petugas kesehatan. Dep Kes RI
2007.p. 1-15
3. Health and Safety Executive (HSE). Portland Cement Dust. Hazard Assessment
211-25.
6. Health Life Media Team. Understanding the human (chest) thorax anatomy.
35
10. Chen MYM, Pope TL, Ott DJ (editors). Basic radiology. New York:The
13. Karkhanis VS, Joshi JM. Pneumoconiosis. Vinaya S. Karkhanis and J.M.
dari: https://www.thoracic.org/patients/patient-resources/breathing-in-america/
16. Chong S, Soo Lee K, Jin Chung M, Han J, Kwon O, Sung Kim T. 2006.
26: 59-77.
17. Cochrane AL, Moore F, Moncrieff CB. Are coalminers, with low “risk
36
19. Andrzej R Jedynak, MD, MS; Chief Editor: Kavita Garg, MD. Imaging in
dari: https://radiopaedia.org/articles/pulmonary-sarcoidosis-staging-on-chest-
27. Miyazaki MaU H. Risk of lung cancer among Japanese coal miners on hazard
risk and interaction between smoking and coal mining. J Occup Health 2001:
43:6.
37
28. Cowie RL, Murray JF, Becklake MR. Pneumoconiosis. In: Mason RJ,
Broaddus VC, Murray JF, Nadel JA, editors. Textbook of Respiratory Medicine.
29. Demedts M, Nemey B, Elnes P. Pneumoconioses. In: Gibson GJ, Gedder DM,
Costales U, Sterk PJ, Cervin B, editor. Respiratory Medicine. 3rd ed. London:
38