You are on page 1of 24

Case Report Session

EPIDURAL HEMATOM

Oleh :
Denni Dililahari
1840312294

Preseptor :
dr. Muhammad Adam Pribadi, Sp.BS

BAGIAN ILMU BEDAH


RSUD Dr. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

sehingga Grand Case yang berjudul “Epidural Hematom” ini dapat diselesaikan pada waktu

yang ditentukan.

Makalah ini di buat untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Epidural

Hematom, serta menjadi salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik senior di

bagian Bedah RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan makalah ini, khususnya kepada dr. Muhammad Adam Pribadi Sp.BS sebagai

pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan saran, perbaikan dan

bimbingan. Terima kasih juga kepada semua pihak yang turut berpartisipasi.

Dengan demikian, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca

terutama dalam meningkatkan pemahaman tentang epidural hematom.

Bukittinggi, 22 Februari 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang........................................................................................4


1.2 Batasan masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan penelitian....................................................................................4
1.4 Metode penelitian...................................................................................4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................6

BAB 3 ILUSTRASI KASUS..................................................................................14

BAB 4 DISKUSI…………………………………….……………………………..26

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................29

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Trauma kepala merupakan kasus yang sering terjadi, bahkan merupakan kasus yang
hampir selalu dijumpai dalam berbagai tingkat kegawatdaruratan, dari yang tidak bersifat
gawat – darurat, memiliki risiko keselamatan yang serius, bahkan sifatnya sangat fatal. 1 Di
Indonesia, menurut Depkes RI tahun 2007, cedera kepala menempati urutan ke-7 pada 10
penyakit utama penyebab kematian terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit dengan
CFR 2,94% dan pada tahun 2008 menempati urutan ke-6 dengan CFR 2,99%. Sedangkan di
Amerika, tiap tahunnya hampir 52.000 penduduk meninggal karena trauma kepala (20 orang
per 100.000 populasi). Insidensi pasien dengan cedera kepala berat (GCS kurang dari 8)
mencapai 100 per 100.000 populasi. Salah satu cedera kepala yang bisa terjadi adalah
perdarahan epidural.2
Epidural hematom adalah salah satu jenis perdarahan intrakranial yang paling sering
terjadi karena fraktur tulang tengkorak. Otak di tutupi oleh tulang tengkorak yang kaku dan
keras. Otak juga di kelilingi oleh sesuatu yang berguna sebagai pembungkus yang di sebut
dura. Fungsinya untuk melindungi otak, menutupi sinus-sinus vena, dan membentuk
periosteum tabula interna.. Ketika seorang mendapat benturan yang hebat di kepala
kemungkinan akan terbentuk suatu lubang, pergerakan dari otak mungkin akan
menyebabkan pengikisan atau robekan dari pembuluh darah yang mengelilingi otak dan
dura, ketika pembuluh darah mengalami robekan maka darah akan terakumulasi dalam ruang
antara dura dan tulang tengkorak, keadaan inilah yang di kenal dengan sebutan epidural
hematom.

Perdarahan epidural adalah 2% komplikasi dari seluruh trauma kepala dan 5-15%
trauma kepala berat dengan rata-rata 40.000 kasus per tahun di USA. Angka mortalitas
perdarahan epidural diestimasikan 5-50% yang dipengaruhi oleh tingkat kesadaran, jumlah
perdarahan dan lokasi. Pada pasien dengan kesadaran penuh angka mortalitas 0%, pada
penurunan kesadaran ringan-sedang 9% dan pasien koma 20%. 3

1.2 Tujuan Penulisan

4
Penulisan case report ini bertujuan untuk memahami serta menambah pengetahuan
tentang epidural hematom.

1.3 Batasan Penulisan


Case report ini membahas dan terbatas mengenai epidural hematom.

1.4 Metode Penulisan


Penulisan case report ini menggunakan berbagai literatur sebagai sumber kepustakaan.

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 EPIDURAL HEMATOM (EDH)


2.1.1 Definisi
Epidural hematom (EDH) adalah adanya darah di ruang epidural yaitu ruang
potensial antara tabula interna dan duramater. 3

2.1.2 Anatomi
Anatomi kepala terdiri dari SCALP ( skin, connective tissue, aponeurosis, loose
areolar tissue dan perikranium), tulang kranium, meningen, parenkim otak, pembuluh darah
otak, cairan serebrospinal (CSF), dan tentorium. Meningen adalah selaput yang menutupi
permukaan otak dan terdiri dari tiga lapisan yaitu duramater, arakhnoid dan piamater. 3
Otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit, dan tulang yang membungkusnya.
Tanpa perlindungan ini, otak akan mudah sekali terkena cedera dan mengalami kerusakan.
Selain itu, begitu rusak, neuron tidak dapat diperbaiki lagi. Tepat di atas tengkorak terletak
galea aponeurotika, yaitu jaringan fibrosa padat, dapat digerakkan dengan bebas, yang
membantu menyerap kekuatan trauma eksternal. Diantara kulit dan galea terdapat suatu
lapisan lemak dan lapisan membrane dalam yang mengandung pembuluh-pembuluh besar.
Bila robek, pembuluh-pembuluh ini sukar mengadakan vasokontriksi dan dapat
menyebabkan kehilangan darah bermakna pada pasien dengan laserasi kulit kepala.

6
Gambar 2.1 Lapisan Meningen Otak

2.1.3 Epidemiologi
EDH meyumbang sekitar 1 % dari keseluruhan kasus trauma. Insiden lebih banyak
pada laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 4:1 dengan rata-rata usia dibawah 2
tahun dan diatas 60 tahun karena pada usia tersebut duramater lebih menempel di tabula
interna. Perdarahan epidural 90% terjadi karena fraktur kranium di regio temporal dan
parietal.

2.1.4 Etiologi
 Delapan puluh lima persen (85%) EDH disebabkan oleh putusnya arteri meningea
media diantara tulang tengkorak dan duramater.
 Perdarahan lain dapat disebabkan oleh pecahnya vena meningeal media atau sinus
dural.
 Penyebab lain adalah fraktur tulang yang menyebabkan perdarahan dari diploeica.

Predileksi EDH antara lain di hemisfer sisi lateral (70 %) dan regio frontal, oksipital
dan fossa posterior (5-10%). 3

2.1.5 Patofisiologi

7
Perdarahan epidural biasanya karena fraktur di daerah temporoparietal. Penyebab
utamanya adalah trauma kapitis atau fraktur kranium. Perdarahan bisa terjadi karena fraktur
linear namun gaya dekstruktifnya lebih kuat atau fraktur impresi yang kepingan tulangnya
menusuk ke dalam ataupun merobek duramater. Perdarahan epidural yang terjadi ketika arteri
meningea media yang ruptur kemudian darah mengalir ke dalam ruang epidural. 5

Gambar 2.2 Perdarahan epidural dan subdural

2.1.6 Gejala dan tanda klinis5


Kebanyakan perdarahan epidural intrakranial disebabkan oleh trauma
yang sering m e l i b a t k a n b e n t u r a n t u m p u l p a d a k e p a l a . P a s i e n s e r i n g
didapatkan bukti eksternal cedera kepala seperti adanya laserasi kulit
kepala,cephalohematoma atau kontusio. Cedera sistemik juga dapat muncul.
Berdasarkan gaya benturan pasien biasanya tetap sadar, terjadi hilang kesadaran singkat atau
kehilangan kesadaran berkelanjutan.5
Interval lucid klasik dapat muncul pada 20-50% pasien perdarahan epidural. Hal ini
dapat terjadi karena pada awal kejadian, tekanan yang mudah lepas menyebabkan cedera
kepala berakibat pada perubahan kesadaran sesaat. Setelah kesadaran pulih perdarahan
epidural terus meluas sampai efek massa perdarahan epidural menyebabkan peningkatan
intrakranial sehinggal mulai terjadi penurunan tingkat kesadaran yang progresif dan

8
sindroma herniasi. Interval lucid bergantung pada luasnya cedera dan
merupakan kunci penting diagnosis perdarahan epidural intrakranial. 5

Gejala yang sangat menonjol pada perdarahan epidural adalah penurunan


tingkat kesadaran yang progresif. Gejala lain yang dapat timbul
hemiparese kontralateral lesi, dilatasi pupil ipsilateral, gejala
penyerta lain seperti, sakit kepala, muntah, kejang, hemi-
hiperrefleks.4
2.1.7 Pemeriksaan penunjang6
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah:
a.Foto polos kepala (skull x ray).
Dari foto polos kepala dapat ditemukan fraktur, dan umumnya fraktur ditemukan
pada usia <30 tahun. Dengan proyeksi AP, lateral pada sisi yang mengalami trauma dapat
ditemukan fraktur tulang yang memotong sulcus arteri meningea media.

Gambar 2.3 Fraktur Temporoparietal

b. CT-Scan.
Gambaran klasik EDH pada CT scan adalah gambaran hiperdensitas bikonveks
(84%). Namun dapat juga ditemukan gambaran hiperinten yang berbentuk garis atau bulan
sabit. EDH biasanya memiliki intensitas yang homogen, berbatas tegas dan menyatu dengan
tabula interna. Lebih dari 95% terdapat unilateral dan 90-95% terdapat di supratentorial.
Morfologi EDH adalah gambaran bikonveks.

9
Gambar 2.4 Perdarahan Epidural Intakranial

c. MRI.
Gambaran MRI yang didapat bervariasi tergantung onset trauma dan letak
perdarahan.

Gambar 2.5 MRI Potongan Kepalaa koronal dan Sagital


d. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang penting dikerjakan :

10
1. Darah Lengkap : Untuk menilai kadar trombosit dan hematokrit terkait perdarahan
non traumatik juga menilai adanya infeksi
2. Faal Hemostatis: Untuk menilai ada tidaknya gangguan koagulapati
3. Serum elektroli, tes fungsi ginjal , tes fungsi hepar untuk menemukan adanya
komplikasi metabolik
4. Toksikologi : Menilai penyebab trauma kepala

2.1.8 Tatalaksana EDH7


Tatalaksana EDH dibagi menjadi 2 yaitu tatalaksana medikamentosa dan operatif.
A. Tatalaksana medikamentosa
1. Memperbaiki/mempertahankan fungsi vital
Mempertahankan kontrol jalan nafas,pernafasan dan sirkulasi yang telah
ditangani saat resusitasi awal. Jalan nafas harus selalu bebas dengan
memastikan tidak ada lendir dan darah yang dapat menghalangi aliran
udara penafasan. Bila perlu dipasang pipa naso orofaringeal dan pemberian
oksigen. Infus dipasang terutama untuk membuka jalur intravena , gunakan cairan
NACL 0,9% atau Dextrose saline.
2. Mengurangi tekanan intrakranial
- Hiperventilasi
Bertujuan menurunkan paCO2 darah sehingga mencegah vasodilatasi pembuluh
darah, selain itu juga menekan metabolisme anaerob. PaO2 dipertahankan >100
mmHg dan paCO2 diantara 25-30 mmHg.
- Cairan hiperosmolar
Cairan Hiperosmolar diberikan untuk menarik air secara osmotik dari jaringan
otak (intrasel dan intersitial) ke ruang intravaskular lalu melalui diuresis. Cairan
yang digunakan adalah manitol 10-15% 0,25-1 g/kgbb per infus selama 10-15
menit.

- Kortikosteroid

11
Penggunaaan kortikosteroid diasumsikan menstabilkan sawar darah otak. Obat-
obatan yang pernah dicoba yaitu dexametason dan metilprednisolon.
B. Tatalaksana Bedah
Indikasi tindakan bedah pada epidural hematom menurut Bullock dkk tahun 2006 :
- Volume hematom>30 ml
- Keadaan pasien memburuk
- Pendorongan garis tengah >5mm
- Fraktur tengkorak terbuka dan fraktur tengkorak depresi dengan kedalaman > 1
cm
- Ketebalan hematom >5 mm dan pergeseran garis tengah dengan GCS <8
- Terdapat tanda-tanda neurologis lokal

2.1 9 Komplikasi dan Prognosis


Komplikasi yang sering terjadi pada perdarahan epidural intrakranial adalah defisit
neurologis bahkan kematian. Kejang post trauma karena kerusakan kortikas.
Prognosis pasien dengan perdarahan epidural tergantung pada usia, kesadaran awal
masuk (GCS), perberatan klinis, dan intervensi bedah.

BAB 3

12
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. D
Umur : 18 Tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Status perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Koto gadang, Agam
Agama : Islam
No MR : 459691

ANAMNESIS
Seorang pasien laki-laki usia 18 tahun datang ke IGD RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi pada tanggal 21 Februari 2019 dengan:

Keluhan Utama:
Nyeri pada kepala dan muntah sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang:


 Nyeri pada kepala dan muntah sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit .
 Pasien mengalami kecelakan lalu lintas sekitar 12 jam sebelum masuk rumah sakit.
Sebelumnya pasien sedang mengendarai sepeda motor pada jalan menanjak kemudian dari
arah yang berlawanan ada pengendara sepeda motor dengan kecepatan tinggi menyalip
truk dan kemudian terjadi tabrakan. Pasien berboncengan dengan temannya. Pasien tidak
memakai helm. Kepala pasien terbentur ke aspal. Kejadian ini terjadi sekitar pukul 22.00
WIB.
 Pasca kecelakaan pasien sadar dan mengingat kejadian kemudian dibawa pulang kerumah
temannya.
 Tidak ada penuruan kesadaran
 Kejang paska kejadian tidak ada
 Keluar cairan ataupun darah dari hidung, telinga serta mulut tidak ada
 Demam tidak ada
 Kelemahan anggota gerak tidak ada
 Sesak napas tidak ada
 Nyeri pada perut tidak ada
 BAK berdarah dan BAB berdarah tidak ada

13
Riwayat Penyakit Dahulu:
 Riwayat trauma sebelumnya tidak ada
 Riwayat operasi sebelumnya tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga:


 Riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, stroke dan penyakit jantung dalam keluarga
tidak ada

PEMERIKSAAN FISIK
Vital Sign
 Keadaan Umum : Sedang
 Kesadaran : E4M6V5 = GCS 15
 Tekanan Darah : 120/70 mmHg
 Frekuensi Nadi : 68 x/menit
 Frekuensi Nafas :18 x/menit
 Suhu : 36,6 C

Status Generalis
Mata
 Konjungtiva : Anemis (-)
 Sklera : Ikterik (-)
 Pupil : Unisokor diameter 5mm/3mm
 Ptosis (+) (D)
 Kelemahan pergerakan bola mata kanan kearah superior, inferior dan inferomedial

Telinga
 Tidak tampak tampak keluar cairan maupun darah
 Battle sign (-)

Hidung
 Tidak tampak tampak keluar cairan maupun darah

Mulut
 Tidak tampak keluar cairan maupun darah dari mulut

Leher
 Deviasi trakea (-)
 Jejas (-)
 Tidak teraba pembesaran KGB

14
Paru
 Inspeksi : Tidak ada jejas, normochest, pergerakan dinding dada
simetris.
 Palpasi : Krepitasi tidak ada, fremitus sama kiri dan kanan.
 Perkusi : Sonor kiri dan kanan.
 Auskultasi : Suara nafas vesikuler, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada.

Jantung
 Inspeksi : Iktus tidak terlihat.
 Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial linea midclavicula sinistra RIC V.
 Perkusi : Batas jantung dalam batas normal.
 Auskultasi : S1S2 reguler, murmur tidak ada, gallop tidak ada.

Abdomen
 Inspeksi : Jejas tidak ada, distensi tidak ada
 Palpasi : Soepel, nyeri tekan tidak ada, nyeri lepas tidak ada
 Perkusi : Timpani.
 Auskultasi : Bising usus (+) normal.

Alat kelamin
 Dalam batas normal

Ekstremitas
Akral hangat, CRT < 2 detik

Status Lokalis
Inspeksi :Tampak edema di regio temporal
Palpasi : krepitasi sulit dinilai.

DIAGNOSIS KERJA
Cedera Kepala GCS 15 (E4M6V5)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin:

Hb : 15,4 gr/dl

Leukosit : 15.170/mm3

Trombosit : 209.000 /mm3

Ht : 43,6%
Kesan : leukositosis ,

15
Rontgen foto thorak dan brain CT Scan

 De
viasi trakea (-)
 Kedua hilus paru tampak baik
 Corakan vaskular kedua paru baik
 Tidak terdapat gambaran infiltrat di kedua lapangan paru
 sudut costofrenikus lancip
 Tulang dan jaringan lunak sekitar paru terlihat baik
Kesan : Rontgen thoraks dalam batas normal

16
 Tampak
hematom
di

regiotemporal dextra
 Tampak fraktur linear di temporal dextra

17
 Tampak
gambaran
hiperdens

bikonveks pada temporal dextra


 Midline Shift
 Sulcus (+), gyrus (+)
 Ventrikel lateral dextra kolaps
 Sisterna ambliens (-)
 Fraktur linier os temporal
 Volume perdarahan 20cc
Kesan : Epidural hematom et temporal dextra + fraktur os temporal + kontusio serebri pada
temporal dextra

18
DIAGNOSIS
Cedera kepala GCS 15 (E4M6V5) + epidural Hematom et temporal + kontusio serebri
et temporal + fraktur linear et temporal (D)

PENATALAKSANAAN
Head up 30°
O2 2-4 L/menit via nassal canul
IVFD NaCl 0,9% 30 TPM
Ranitidin 1 amp
Ondansentron 1 amp
Ketorolac 1 amp
Ceftriaxone 1 gram
Rencana craniotomy

19
Follow up
22/2/19 S/
sadar (+), pusing (+), nyeri kepala (+)
Kejang (-), mual (-), muntah (-)
BAK (+), BAB (-)

O/
Keadaan Umum : sakit Sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Heart Rate : 84x/menit
Breathing : 20
Pupil : pupil bulat, isokor 3mm/3mm , RC +/+
Status lokalis : luka operasi verban kering, oedem (+)
Drain : 50 cc/10 jam
A/
EDH et temporal (D) + contusio serebri + post craniotomy
evakuasi H+2
P/
Head up 30°
O2 2-4 L/menit nassal caul
IVFD NaCL 0,9% 1500 cc/24 jam
Drain  Vacum
Inj. Ceftriakson 2x500 mg (IV) (20-50mg/hari)
Tramadol drip 2x1 amp
Inj. Ranitidin 2 x 1 amp (IV) (2-4 mg/kg/hari )
Vit K 3 x 1 amp
Asam traneksamat 3x1 amp

S/
23/2/19
sadar (+), Nyeri kepala (+) menurun
Kejang (-), mual (-), Muntah (-)
BAK (+), BAB (-)

O/
Keadaan Umum : sakit sedang
Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5)
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Heart Rate : 70x/menit
Breathing : 17x/menit
Pupil : pupil bulat, isokor 3mm/3mm , RC +/+

A/
EDH et temporal (D) + contusio serebri + post craniotomy
evakuasi H+2

20
P/
Head up 30°
O2 2-4 L/menit nassal caul
IVFD NaCL 0,9% 1500 cc/24 jam
Inj. Ceftriakson 2x500 mg (IV) (20-50mg/hari)
Tramadol drip 2x1 amp
Inj. Ranitidin 2 x ½ amp (IV) (2-4 mg/kg/hari )

24/2/19 S/
Pasien sadar penuh (+)
Nyeri kepala (-)
Mual(-), Muntah (-)

O/
Keadaan Umum : sakit sedang
Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5)
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Heart Rate : 84x/menit
Breathing : 20x/menit
Pupil : pupil bulat, isokor 3mm/3mm , RC +/+
Motorik : parese -/-
Lokalis : verban luka operasi kering

A/
EDH et temporal (D) + contusio serebri + post craniotomy
evakuasi

P/
Rencana pulang
Terapi lanjut

21
BAB IV
DISKUSI

Seorang pasien laki-laki, 18 tahun datang ke IGD RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi pada tanggal 21 Januari 2019 dengan keluhan utama sakit kepala dan muntah
sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Sebelumnya pasien sedang mengendarai sepeda
motor pada jalan menanjak. Kemudian ada orang mengendarai sepeda motor dari arah yang
berlawanan dengan kecepatan tinggi dan kedua motor bertabrakan Pasien tidak memakai
helm. Kepala pasien terbentur ke aspal. Kejadian ini terjadi sekitar pukul 22.00 WIB. Pasca
kejadian pasien pulang ke rumah teman. Pagi harinya sekitar pukul 08.00 WIB pasien muntah
dan sakit kepala sehingga kemudian dibawa ke IGD RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.
Pasca kecelakaan pasien sadar. Dari anamnesis didapatkan adanya tanda peningkatan
tekanan intrakranial tetapi tidak didapatkan adanya lucide interval. Interval lucid dapat
muncul pada 20-50% pasien perdarahan epidural. 4 Peningkatan tekanan intrakranial terjadi
karena terbekntunya hematom yang ditandai dengan sakit kepala dan muntah proyektil.
Dari pemeriksaan fisik, ditemukan kesadaran pasien baik dengan GCS 15 (E4M6V5)
dan tanda – tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan regio kepala ditemukan
hematom pada daerah temporal kanan. Pada pemeriksaan mata ditemukan ptosis pada
kelopak mata kanan, pupil unisokor 5 mm/3 mm dengan refleks cahaya kedua pupil positif.
Pergerakan bola mata superior, inferior dan inferomedial pada mata kanan terganggu. Hal ini
menandakan adanya kelainan pada nervus cranialis III dan IV. Tidak ditemukan kelemahan
keempat anggota gerak.
Selain itu, dilakukan pula pemeriksaan darah rutin dan didapatkan kesan leukositosis.
Lalu, pada pasien dilakukan pemeriksaan foto rontgen thorax dan didapatkan hasil dalam
batas normal. Kemudian, dilakukan juga pemeriksaan CT scan brain window dan bone
window serta didapatkan gambaran tampak diskontinuitas pada os totemporal dextra serta
gambaran hiperdens bikonveks pada regio temporal dextra.
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang didapatkan diagnosis
Cedera kepala GCS 15 (E4M6V5) + epidural Hematom et temporal + kontusio serebri et
temporal + fraktur linear et temporal (D).
Pada pasien diberikan terapi non medikamentos dan medikamentosa. Untuk terapi non
medikamentosa, kepala pasien dielevasikan 30 0, pemasangan O2 2 L/menit via Nasal kanu.
Terapi medikamentosa diberikan IVFD NaCl 0,9% (8 jam/kolf), Inj. Ceftriakson 2x1 g (IV)
untuk antibiotik profilaksis, Ondansentron 1 amp, Ketorolac 1 amp sebagai analgesia, Inj.

22
Ranitidin 2 x 50 mg (IV) untuk terapi profilaksis terhadap stress ulcer yang ditimbulkan oleh
trauma.

DAFTAR PUSTAKA

23
1. Wahjoepramono, Eka, 2005, Cedera Kepala, Fakultas Kedokteran Universitas Pelita
Harapan, Jakarta
2. Sastrodiningrat, A. G. 2006. Memahami Fakta-Fakta pada Perdarahan Subdural Akut.
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39, No.3 Halaman 297- 306. FK USU: Medan
3. Liebeskind David, Lutsep Helmi, Epidural Haematom in Emergency Medicine www.
Emedicine medscape.com/article/824029-overview.2016.
4. Meagher, R. dkk. Subdural Hematoma, Medscape Reference, 2011.
5. Ganz, Jeremy. The lucid interval associated with epidural bleeding: evolving
understanding, page 739-745, United Kingdom: 2013.
6. Abelsen Nadine, Mitchell, Neurotrauma:Managing Patient with Head Injuries, A john
Wiley & Sons, Ltd., Publication, Wichester USA:2013
7. Lee Kewon, Neuro ICU book Neurocritical Care Disease Section : Neurotrauma, The
McGraw-Hill Companies, Inc, USA: 2012

24

You might also like