Professional Documents
Culture Documents
EPIDURAL HEMATOM
Oleh :
Denni Dililahari
1840312294
Preseptor :
dr. Muhammad Adam Pribadi, Sp.BS
sehingga Grand Case yang berjudul “Epidural Hematom” ini dapat diselesaikan pada waktu
yang ditentukan.
Makalah ini di buat untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Epidural
Hematom, serta menjadi salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik senior di
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, khususnya kepada dr. Muhammad Adam Pribadi Sp.BS sebagai
pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan saran, perbaikan dan
bimbingan. Terima kasih juga kepada semua pihak yang turut berpartisipasi.
Dengan demikian, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 4 DISKUSI…………………………………….……………………………..26
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................29
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Perdarahan epidural adalah 2% komplikasi dari seluruh trauma kepala dan 5-15%
trauma kepala berat dengan rata-rata 40.000 kasus per tahun di USA. Angka mortalitas
perdarahan epidural diestimasikan 5-50% yang dipengaruhi oleh tingkat kesadaran, jumlah
perdarahan dan lokasi. Pada pasien dengan kesadaran penuh angka mortalitas 0%, pada
penurunan kesadaran ringan-sedang 9% dan pasien koma 20%. 3
4
Penulisan case report ini bertujuan untuk memahami serta menambah pengetahuan
tentang epidural hematom.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Anatomi
Anatomi kepala terdiri dari SCALP ( skin, connective tissue, aponeurosis, loose
areolar tissue dan perikranium), tulang kranium, meningen, parenkim otak, pembuluh darah
otak, cairan serebrospinal (CSF), dan tentorium. Meningen adalah selaput yang menutupi
permukaan otak dan terdiri dari tiga lapisan yaitu duramater, arakhnoid dan piamater. 3
Otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit, dan tulang yang membungkusnya.
Tanpa perlindungan ini, otak akan mudah sekali terkena cedera dan mengalami kerusakan.
Selain itu, begitu rusak, neuron tidak dapat diperbaiki lagi. Tepat di atas tengkorak terletak
galea aponeurotika, yaitu jaringan fibrosa padat, dapat digerakkan dengan bebas, yang
membantu menyerap kekuatan trauma eksternal. Diantara kulit dan galea terdapat suatu
lapisan lemak dan lapisan membrane dalam yang mengandung pembuluh-pembuluh besar.
Bila robek, pembuluh-pembuluh ini sukar mengadakan vasokontriksi dan dapat
menyebabkan kehilangan darah bermakna pada pasien dengan laserasi kulit kepala.
6
Gambar 2.1 Lapisan Meningen Otak
2.1.3 Epidemiologi
EDH meyumbang sekitar 1 % dari keseluruhan kasus trauma. Insiden lebih banyak
pada laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 4:1 dengan rata-rata usia dibawah 2
tahun dan diatas 60 tahun karena pada usia tersebut duramater lebih menempel di tabula
interna. Perdarahan epidural 90% terjadi karena fraktur kranium di regio temporal dan
parietal.
2.1.4 Etiologi
Delapan puluh lima persen (85%) EDH disebabkan oleh putusnya arteri meningea
media diantara tulang tengkorak dan duramater.
Perdarahan lain dapat disebabkan oleh pecahnya vena meningeal media atau sinus
dural.
Penyebab lain adalah fraktur tulang yang menyebabkan perdarahan dari diploeica.
Predileksi EDH antara lain di hemisfer sisi lateral (70 %) dan regio frontal, oksipital
dan fossa posterior (5-10%). 3
2.1.5 Patofisiologi
7
Perdarahan epidural biasanya karena fraktur di daerah temporoparietal. Penyebab
utamanya adalah trauma kapitis atau fraktur kranium. Perdarahan bisa terjadi karena fraktur
linear namun gaya dekstruktifnya lebih kuat atau fraktur impresi yang kepingan tulangnya
menusuk ke dalam ataupun merobek duramater. Perdarahan epidural yang terjadi ketika arteri
meningea media yang ruptur kemudian darah mengalir ke dalam ruang epidural. 5
8
sindroma herniasi. Interval lucid bergantung pada luasnya cedera dan
merupakan kunci penting diagnosis perdarahan epidural intrakranial. 5
b. CT-Scan.
Gambaran klasik EDH pada CT scan adalah gambaran hiperdensitas bikonveks
(84%). Namun dapat juga ditemukan gambaran hiperinten yang berbentuk garis atau bulan
sabit. EDH biasanya memiliki intensitas yang homogen, berbatas tegas dan menyatu dengan
tabula interna. Lebih dari 95% terdapat unilateral dan 90-95% terdapat di supratentorial.
Morfologi EDH adalah gambaran bikonveks.
9
Gambar 2.4 Perdarahan Epidural Intakranial
c. MRI.
Gambaran MRI yang didapat bervariasi tergantung onset trauma dan letak
perdarahan.
10
1. Darah Lengkap : Untuk menilai kadar trombosit dan hematokrit terkait perdarahan
non traumatik juga menilai adanya infeksi
2. Faal Hemostatis: Untuk menilai ada tidaknya gangguan koagulapati
3. Serum elektroli, tes fungsi ginjal , tes fungsi hepar untuk menemukan adanya
komplikasi metabolik
4. Toksikologi : Menilai penyebab trauma kepala
- Kortikosteroid
11
Penggunaaan kortikosteroid diasumsikan menstabilkan sawar darah otak. Obat-
obatan yang pernah dicoba yaitu dexametason dan metilprednisolon.
B. Tatalaksana Bedah
Indikasi tindakan bedah pada epidural hematom menurut Bullock dkk tahun 2006 :
- Volume hematom>30 ml
- Keadaan pasien memburuk
- Pendorongan garis tengah >5mm
- Fraktur tengkorak terbuka dan fraktur tengkorak depresi dengan kedalaman > 1
cm
- Ketebalan hematom >5 mm dan pergeseran garis tengah dengan GCS <8
- Terdapat tanda-tanda neurologis lokal
BAB 3
12
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. D
Umur : 18 Tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Status perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Koto gadang, Agam
Agama : Islam
No MR : 459691
ANAMNESIS
Seorang pasien laki-laki usia 18 tahun datang ke IGD RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi pada tanggal 21 Februari 2019 dengan:
Keluhan Utama:
Nyeri pada kepala dan muntah sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit
13
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat trauma sebelumnya tidak ada
Riwayat operasi sebelumnya tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
Vital Sign
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : E4M6V5 = GCS 15
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Frekuensi Nadi : 68 x/menit
Frekuensi Nafas :18 x/menit
Suhu : 36,6 C
Status Generalis
Mata
Konjungtiva : Anemis (-)
Sklera : Ikterik (-)
Pupil : Unisokor diameter 5mm/3mm
Ptosis (+) (D)
Kelemahan pergerakan bola mata kanan kearah superior, inferior dan inferomedial
Telinga
Tidak tampak tampak keluar cairan maupun darah
Battle sign (-)
Hidung
Tidak tampak tampak keluar cairan maupun darah
Mulut
Tidak tampak keluar cairan maupun darah dari mulut
Leher
Deviasi trakea (-)
Jejas (-)
Tidak teraba pembesaran KGB
14
Paru
Inspeksi : Tidak ada jejas, normochest, pergerakan dinding dada
simetris.
Palpasi : Krepitasi tidak ada, fremitus sama kiri dan kanan.
Perkusi : Sonor kiri dan kanan.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada.
Jantung
Inspeksi : Iktus tidak terlihat.
Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial linea midclavicula sinistra RIC V.
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal.
Auskultasi : S1S2 reguler, murmur tidak ada, gallop tidak ada.
Abdomen
Inspeksi : Jejas tidak ada, distensi tidak ada
Palpasi : Soepel, nyeri tekan tidak ada, nyeri lepas tidak ada
Perkusi : Timpani.
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Alat kelamin
Dalam batas normal
Ekstremitas
Akral hangat, CRT < 2 detik
Status Lokalis
Inspeksi :Tampak edema di regio temporal
Palpasi : krepitasi sulit dinilai.
DIAGNOSIS KERJA
Cedera Kepala GCS 15 (E4M6V5)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin:
Hb : 15,4 gr/dl
Leukosit : 15.170/mm3
Trombosit : 209.000 /mm3
Ht : 43,6%
Kesan : leukositosis ,
15
Rontgen foto thorak dan brain CT Scan
De
viasi trakea (-)
Kedua hilus paru tampak baik
Corakan vaskular kedua paru baik
Tidak terdapat gambaran infiltrat di kedua lapangan paru
sudut costofrenikus lancip
Tulang dan jaringan lunak sekitar paru terlihat baik
Kesan : Rontgen thoraks dalam batas normal
16
Tampak
hematom
di
regiotemporal dextra
Tampak fraktur linear di temporal dextra
17
Tampak
gambaran
hiperdens
18
DIAGNOSIS
Cedera kepala GCS 15 (E4M6V5) + epidural Hematom et temporal + kontusio serebri
et temporal + fraktur linear et temporal (D)
PENATALAKSANAAN
Head up 30°
O2 2-4 L/menit via nassal canul
IVFD NaCl 0,9% 30 TPM
Ranitidin 1 amp
Ondansentron 1 amp
Ketorolac 1 amp
Ceftriaxone 1 gram
Rencana craniotomy
19
Follow up
22/2/19 S/
sadar (+), pusing (+), nyeri kepala (+)
Kejang (-), mual (-), muntah (-)
BAK (+), BAB (-)
O/
Keadaan Umum : sakit Sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Heart Rate : 84x/menit
Breathing : 20
Pupil : pupil bulat, isokor 3mm/3mm , RC +/+
Status lokalis : luka operasi verban kering, oedem (+)
Drain : 50 cc/10 jam
A/
EDH et temporal (D) + contusio serebri + post craniotomy
evakuasi H+2
P/
Head up 30°
O2 2-4 L/menit nassal caul
IVFD NaCL 0,9% 1500 cc/24 jam
Drain Vacum
Inj. Ceftriakson 2x500 mg (IV) (20-50mg/hari)
Tramadol drip 2x1 amp
Inj. Ranitidin 2 x 1 amp (IV) (2-4 mg/kg/hari )
Vit K 3 x 1 amp
Asam traneksamat 3x1 amp
S/
23/2/19
sadar (+), Nyeri kepala (+) menurun
Kejang (-), mual (-), Muntah (-)
BAK (+), BAB (-)
O/
Keadaan Umum : sakit sedang
Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5)
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Heart Rate : 70x/menit
Breathing : 17x/menit
Pupil : pupil bulat, isokor 3mm/3mm , RC +/+
A/
EDH et temporal (D) + contusio serebri + post craniotomy
evakuasi H+2
20
P/
Head up 30°
O2 2-4 L/menit nassal caul
IVFD NaCL 0,9% 1500 cc/24 jam
Inj. Ceftriakson 2x500 mg (IV) (20-50mg/hari)
Tramadol drip 2x1 amp
Inj. Ranitidin 2 x ½ amp (IV) (2-4 mg/kg/hari )
24/2/19 S/
Pasien sadar penuh (+)
Nyeri kepala (-)
Mual(-), Muntah (-)
O/
Keadaan Umum : sakit sedang
Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5)
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Heart Rate : 84x/menit
Breathing : 20x/menit
Pupil : pupil bulat, isokor 3mm/3mm , RC +/+
Motorik : parese -/-
Lokalis : verban luka operasi kering
A/
EDH et temporal (D) + contusio serebri + post craniotomy
evakuasi
P/
Rencana pulang
Terapi lanjut
21
BAB IV
DISKUSI
Seorang pasien laki-laki, 18 tahun datang ke IGD RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi pada tanggal 21 Januari 2019 dengan keluhan utama sakit kepala dan muntah
sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Sebelumnya pasien sedang mengendarai sepeda
motor pada jalan menanjak. Kemudian ada orang mengendarai sepeda motor dari arah yang
berlawanan dengan kecepatan tinggi dan kedua motor bertabrakan Pasien tidak memakai
helm. Kepala pasien terbentur ke aspal. Kejadian ini terjadi sekitar pukul 22.00 WIB. Pasca
kejadian pasien pulang ke rumah teman. Pagi harinya sekitar pukul 08.00 WIB pasien muntah
dan sakit kepala sehingga kemudian dibawa ke IGD RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.
Pasca kecelakaan pasien sadar. Dari anamnesis didapatkan adanya tanda peningkatan
tekanan intrakranial tetapi tidak didapatkan adanya lucide interval. Interval lucid dapat
muncul pada 20-50% pasien perdarahan epidural. 4 Peningkatan tekanan intrakranial terjadi
karena terbekntunya hematom yang ditandai dengan sakit kepala dan muntah proyektil.
Dari pemeriksaan fisik, ditemukan kesadaran pasien baik dengan GCS 15 (E4M6V5)
dan tanda – tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan regio kepala ditemukan
hematom pada daerah temporal kanan. Pada pemeriksaan mata ditemukan ptosis pada
kelopak mata kanan, pupil unisokor 5 mm/3 mm dengan refleks cahaya kedua pupil positif.
Pergerakan bola mata superior, inferior dan inferomedial pada mata kanan terganggu. Hal ini
menandakan adanya kelainan pada nervus cranialis III dan IV. Tidak ditemukan kelemahan
keempat anggota gerak.
Selain itu, dilakukan pula pemeriksaan darah rutin dan didapatkan kesan leukositosis.
Lalu, pada pasien dilakukan pemeriksaan foto rontgen thorax dan didapatkan hasil dalam
batas normal. Kemudian, dilakukan juga pemeriksaan CT scan brain window dan bone
window serta didapatkan gambaran tampak diskontinuitas pada os totemporal dextra serta
gambaran hiperdens bikonveks pada regio temporal dextra.
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang didapatkan diagnosis
Cedera kepala GCS 15 (E4M6V5) + epidural Hematom et temporal + kontusio serebri et
temporal + fraktur linear et temporal (D).
Pada pasien diberikan terapi non medikamentos dan medikamentosa. Untuk terapi non
medikamentosa, kepala pasien dielevasikan 30 0, pemasangan O2 2 L/menit via Nasal kanu.
Terapi medikamentosa diberikan IVFD NaCl 0,9% (8 jam/kolf), Inj. Ceftriakson 2x1 g (IV)
untuk antibiotik profilaksis, Ondansentron 1 amp, Ketorolac 1 amp sebagai analgesia, Inj.
22
Ranitidin 2 x 50 mg (IV) untuk terapi profilaksis terhadap stress ulcer yang ditimbulkan oleh
trauma.
DAFTAR PUSTAKA
23
1. Wahjoepramono, Eka, 2005, Cedera Kepala, Fakultas Kedokteran Universitas Pelita
Harapan, Jakarta
2. Sastrodiningrat, A. G. 2006. Memahami Fakta-Fakta pada Perdarahan Subdural Akut.
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39, No.3 Halaman 297- 306. FK USU: Medan
3. Liebeskind David, Lutsep Helmi, Epidural Haematom in Emergency Medicine www.
Emedicine medscape.com/article/824029-overview.2016.
4. Meagher, R. dkk. Subdural Hematoma, Medscape Reference, 2011.
5. Ganz, Jeremy. The lucid interval associated with epidural bleeding: evolving
understanding, page 739-745, United Kingdom: 2013.
6. Abelsen Nadine, Mitchell, Neurotrauma:Managing Patient with Head Injuries, A john
Wiley & Sons, Ltd., Publication, Wichester USA:2013
7. Lee Kewon, Neuro ICU book Neurocritical Care Disease Section : Neurotrauma, The
McGraw-Hill Companies, Inc, USA: 2012
24