You are on page 1of 7

DRAFT PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2018/2019

MODUL : PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA


ANAEROB
PEMBIMBING : Dianty Rosirda Dewi Kurnia, ST.,MT.

Praktikum : 2 November 2018


Penyerahan Laporan : -

Oleh

Kelompok :5
Mohammad Rizal Al Fikry 161411013
Muhammad Ainuddin 161411014
Muhammad Fikri Haikal 161411015
Muhammad Muhlis Rifa’i 161411016

KELAS : 3A - D3 Teknik Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Metode pengolahan air limbah secara anaerobik merupakan metode pengolahan untuk air
limbah yang mempunyai kandungan organik tinggi (≥ 2000 mg/L). Dengan tingginya kandungan
organik biasanya pengolahan secara aerobik tidak dapat berlangsung dengan efisien karena
waktu yang dibutuhkan untuk dekomposisi bahan- bahan organik terlalu lama dan ukuran reaktor
yang dibutuhkan terlalu besar. Pengolahan anaerobik juga ditujukan untuk menghasilkan biogas
yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energy

Pengolahan anaerobik membutuhkan bakteri anaerobik yang pertumbuhannya sangat lambat


dan penjagaan kondisi kedap oksigen bebas yang cukup ketat. Dengan demikian tahap persiapan
penumbuhan bakteri anaerobik (tahap start-up) merupakan salah satu kendala dalam
implementasi pengolahan air limbah secara anaerobik. Penjagaan kondisi kedap oksigen bebas
membutuhkan penanganan khusus dan biaya yang tidak murah. Maka dalam aplikasi di industri
pengolahan anaerobik biasanya dikombinasikan dengan pengolahan aerobik..

1.2 Tujuan Praktikum

Setelah melakukan praktikum, diharapkan mampu


1. Menentukan konsentrasi awal kandungan organik (COD) dan konsentrasi kandungan
organik (COD) aliran efluen setelah proses anaerob berlangsung selama satu setengah
jam.
2. Menentukan kandungan Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS) yang
mewakili kandungan mikroorganisme dalam reaktor;
3. Menghitung efisiensi pengolahan dengan cara menentukan persen kandungan bahan
organik yang didekomposisi selama satu jam oleh mikroorganisme dalam reaktor
terhadap kandungan bahan organik awal;
4. Menentukan nilai pH awal dan pH akhir setelah proses berjalan selama satu jam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengolahan Limbah Secara Anaerobik


Pengolahan air limbah secara anaerobik merupakan pengolahan air limbah dengan
mikroorganisme tanpa injeksi udara/oksigen ke dalam proses pengolahan. Pengolahan air limbah
secara anaerobik bertujuan untuk merombak bahan organik dalam air limbah menjadi bahan
yang lebih sederhana yang tidak berbahaya. Disamping itu pada proses pengolahan secara
anaerobik akan dihasilkan gas-gas seperti gas CH4 dan CO2. Proses ini dapat diaplikasikan
untuk air limbah organik dengan beban bahan organik (COD) yang tinggi.
Pada proses pengolahan air limbah secara anaerobik, terjadi empat tahapan proses yang
terlibat. Keempat proses tersebut terjadi secara berurutan, dengan gambaran seperti berikut:

2.2 Model Pengolahan Limbah Secara Biologis

Berdasarkan model pertumbuhan mikroorganisme, pengolahan limbah secara biologis


anaerob dibagi menjadi 2 (dua) model yaitu :
1. Model Pertumbuhan Mikroorganisme Tersuspensi

Model pertumbuhan mikroorganisme tersuspensi, yaitu suatu model pertumbuhan


mikroorganisme yang tersuspensi (tercampur merata) di dalam air limbah. Model pertumbuhan
mikroorganisme tersuspensi pada pengolahan limbah secara biologis anaerob

2. Metode Pertumbuhan Mikroorganisme Melekat

Model pertumbuhan mikroorganisme melekat, yaitu suatu model pertumbuhan mikroorganisme


yang melekat pada suatu media porous. Model pertumbuhan mikroorganisme melekat pada
pengolahan limbah secara biologis anaerob :
2.3 Chemical Oxygen Demand (COD)

COD menunjukkan jumlah oksigen yang diperlukan untuk dekomposisi kimiawi.


Pengukuran COD mempunyai arti penting atau khusus bila BOD5 tidak dapat ditentukan karena
adanya bahan beracun (Mahida, 1993), tetapi tidak memberikan informasi besarnya limbah yang
dapat dioksidasi oleh bakteri (Mara, 1976).

Untuk mengetahui jumlah bahan organik di dalam air dapat dilakukan uji yang lebih cepat
dari uji BOD5 yaitu berdasarkan reaksi kimia dari suatu bahan oksidan, uji tersebut disebut uji
COD, yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan,
misalnya Kalium dikromat, untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air
(Fardiaz, 1992). Tes COD hanya merupakan suatu analisa yang menggunakan suatu reaksi
oksidasi kimia yang menirukan oksidasi biologis, sehingga merupakan suatu pendekatan saja.
Oleh karena itu tes COD tidak dapat membedakan antara zat-zat yang teroksidasi secara biologis
(Alaerts dan Santika, 1987).

COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi dari uji BOD5 karena
bahan-bahan yang stabil terhadap rekasi biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi
dalam uji COD , seperti selulosa (Fardiaz, 1992).

2.4 Analisis COD

Prinsipnya pengukuran COD adalah penambahan sejumlah tertentu kalium bikromat


(K2Cr2O7) sebagai oksidator pada sampel (dengan volume diketahui) yang telah ditambahkan
asam pekat dan katalis perak sulfat, kemudian dipanaskan selama beberapa waktu. Selanjutnya,
kelebihan kalium bikromat ditera dengan cara titrasi. Dengan demikian kalium bikromat yang
terpakai untuk oksidasi bahan organik dalam sampel dapat dihitung dan nilai COD dapat
ditentukan
2.5 Metoda Analisa Chemical Oxygen Demand (COD)

Metoda standar penentuan kebutuhan oksigen kimiawi atau Chemical Oxygen Demand
(COD) yang digunakan saat ini adalah metoda yang melibatkan penggunaan oksidator kuat
kalium bikromat, asam sulfat pekat, dan perak sulfat sebagai katalis. Kepedulian akan aspek
kesehatan lingkungan mendorong perlunya peninjauan kritis metoda standar penentuan COD
tersebut, karena adanya keterlibatan bahan-bahan berbahaya dan beracun dalam proses
analisisnya. Berbagai usaha telah dilakukan untuk mencari metoda alternatif yang lebih baik dan
ramah lingkungan. Perkembangan metoda-metoda penentuan COD dapat diklasifikasikan
menjadi dua kategori. Pertama, metoda yang didasarkan pada prinsip oksidasi kimia secara
konvensional dan sederhana dalam proses analisisnya. Kedua, metoda yang berdasarkan pada
oksidasi elektrokatalitik pada bahan organik dan disertai pengukuran secara elektrokimia (Nurdin
dkk, 2009).

2.6 MLVSS (Mixed Liquor Volatile Suspended Solids)

MVLSS merupakan material organik yang terkandung dalam MLSS, tanpa mikroba hidup,
mikroba mati, serta hancuran sel. MVLSS diukur dengan memanaskan sampel filter yang
telah kering pada temperatur 600-650oC. Nilai dari MVLSS biasanya mendekati 65-75% dari
MLSS.
DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G dan Santika, SS. 1987. Metoda Penelitian Air. Usaha Nasional
Hermana, J. (2010). Perencanaan Pengelolahan Air Limbah Domestik. Institut Teknologi
Surabaya (ITS), Surabaya.

Mahida, U.N. 1993. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Edisi Keempat.Jakarta.:
PT. Rajawali Grafindo

Mara D. 1976. Sewage Treatment In Hot Climate. London : A Willey-Interscience Publication.


Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

You might also like