You are on page 1of 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
TUBERCULOSIS PARU PADA ANAK
Di Ruang Nakula 4 RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Kota Semarang

Disusun Oleh :

Nama : Meisyah Dwi Putriana


NIM : P1337420117077
Kelas : II/A2 DIII Keperawatan Semarang

PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
A. Definisi
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tubeculosis. Mayoritas kuman TB akan menyerang paru,
akan tetapi kuman tersebut juga bisa menyerang organ tubuh lainnya.
(Depkes;2007)

B. Etiologi
Penyebab TBC pada anak antara lain :
1. Merokok Pasif
Merokok pasif bisa berdampak pada sistem kekebalan anak, sehingga
meningkatkan risiko tertular. Pajanan pada asap rokok mengubah fungsi sel,
misalnya dengan menurunkan tingkat kejernihan zat yang dihirup dan
kerusakan kemampuan penyerapan sel dan pembuluh darah.
2. Faktor Risiko TBC anak
a. Resiko infeksi TBC
Anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TBC aktif,
daerah endemis, penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan serta
lingkungan yang tidak sehat. Resiko timbulnya transmisi kuman dari
orang dewasa ke anak akan lebih tinggi jika pasien dewasa tersebut
mempunyai BTA sputum yang positif, terdapat infiltrat luas pada
lobus atas atau kavitas produksi sputum banyak dan encer, batuk
produktif dan kuat serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat,
terutama sirkulasi udara yang tidak baik. Pasien TBC anak jarang
menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa disekitarnya,
karena TBC pada anak jarang infeksius, hal ini disebabkan karena
kuman TBC sangat jarang ditemukan pada sekret endotracheal, dan
jarang terdapat batuk. Walaupun terdapat batuk tetapi jarang
menghasilkan sputum. Bahkan jika ada sputum pun, kuman TBC
jarang, sebab hanya terdapat dalam konsentrasi yang rendah pada
sekret endobrokial anak.
b. Resiko Penyakit TBC
Anak ≤ 5 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi
infeksi menjadi sakit TBC, hal ini dikarenakan imunitas selulernya
belum berkembang sempurna (imatur). Namun, resiko sakit TBC ini
akan berkurang secara bertahap seiring pertambahan usia. Pada bayi
< 1 tahun yang terinfeksi TBC, 43% nya akan menjadi sakit TBC,
sedangkan pada anak usia 1-5 tahun, yang menjadi sakit hanya 24%,
pada usia remaja 15% dan pada dewasa 5-10%. Anak < 5 tahun
memiliki resiko lebih tinggi mengalami TBC diseminata dengan
angka kesakitan dan kematian yang tinggi, malnutrisi, keadaan
imunokompromis, diabetes melitus, gagal ginjal kronik dan silikosis.
Status sosial ekonomi yang rendah, penghasilan yang kurang,
kepadatan hunian, pengangguran, dan pendidikan yang rendah.

C. Patofisiologi
Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, TBC pada anak tidak menular.
Pada TBC anak, kuman berkembang biak di kelenjar paru-paru. Jadi, kuman ada
di dalam kelenjar, tidak terbuka. Sementara pada TBC dewasa, kuman berada di
paru-paru dan membuat lubang untuk keluar melalui jalan napas. Pada saat
batuk, percikan ludah yang mengandung kuman ini biasanya terisap oleh anak-
anak, lalu masuk ke paru-paru
Patogenesis penyakit tuberkulosis pada anak terdiri atas :
1. Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman
TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati
sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di
alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil
berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan
peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke
kelenjar limfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer
predileksinya disemua lobus, 70% terletak di subpelura. Fokus primer dapat
mengalami penyembuhan sempurna, kalsifikasi atau penyebaran lebih lanjut.
Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah
sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya
perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif.
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang
masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada
umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan
perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan
menetap sebagai kuman persisten atau dormant (tidur). Kadang kadang daya
tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya
dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC. Masa
inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit,
diperkirakan sekitar 6 bulan.
2. TBC Pasca Primer (Post Primary TBC)
TBC pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah
infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi
HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari TBC pasca primer adalah
kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
Menurut Wirjodiardjo (2008) gejala TBC pada anak tidak serta-merta
muncul. Pada saat-saat awal, 4-8 minggu setelah infeksi, biasanya anak hanya
demam sedikit. Beberapa bulan kemudian, gejalanya mulai muncul di paru-paru.
Anak batuk-batuk sedikit. Tahap berikutnya (3-9 bulan setelah infeksi), anak
tidak nafsu makan, kurang gairah, dan berat badan turun tanpa sebab. Juga ada
pembesaran kelenjar di leher, sementara di paru-paru muncul gambaran vlek.
Pada saat itu, kemungkinannya ada dua, apakah akan muncul gejala TBC yang
benar-benar atau sama sekali tidak muncul. Hal ini tergantung pada kekebalan
tubuh anak, jika anak kebal (daya tahan tubuhnya bagus), TBC-nya tidak muncul
tapi bukan berarti sembuh setelah bertahun-tahun bisa saja muncul, bukan di
paru-paru lagi melainkan di tulang, ginjal, otak, dan sebagainya. Hal ini yang
berbahaya dan membutuhkan waktu lama untuk penyembuhannya.
Gejala-gejala lain untuk diagnosa antara lain (Wirjodiardjo, 2008):
1. Apakah anak sudah mendapat imunisasi BCG semasa kecil atau reaksi BCG
sangat cepat. Misalnya, bengkak hanya seminggu setelah diimunisasi BCG.
Ini juga harus dicurigai TBC, meskipun jarang.
2. Berat badan anak turun tanpa sebab yang jelas, atau kenaikan berat badan
setiap bulan berkurang.
3. Demam lama atau berulang tanpa sebab (bukan tifus, malaria, atau infeksi
saluran napas akut), dapat disertai keringat malam.
4. Batuk lama, lebih dari 3 minggu. Ini terkadang tersamar dengan alergi. Jika
tidak ada alergi dan tidak ada penyebab lain, dapat dicurigai kemungkinan
anak terkena TBC.
5. Pembesaran kelenjar di kulit, terutama di bagian leher, juga bisa ditengarai
sebagai kemungkinan gejala TBC. Pembesaran yang sekarang sudah jarang
adalah adanya pembesaran kelenjar di seluruh tubuh, misalnya di
selangkangan, ketiak, dan sebagainya.
6. Mata merah bukan karena sakit mata, tetapi di sudut mata ada kemerahan
yang khas.
7. Pemeriksaan lain juga dibutuhkan diantaranya pemeriksaan tuberkulin
(Mantoux Test, MT) dan foto thoraks. Pada anak normal Mantoux Test
positif jika hasilnya lebih dari 10 mm. Tetapi pada anak yang gizinya kurang
meskipun ada TBC hasilnya biasanya negatif, karena tidak memberikan
reaksi terhadap MT.

F. Komplikasi
1. Penyakit paru primer pogresif
Komplikasi infeksi tuberkulosis serius dimana fokus primer membesar dan
terjadi pusat perkejuan yang besar. Tetapi hal ini jarang terjadi pada anak.
2. Efusi pleura
Efusi pleura tuberkulosis dapat terjadi secara lokal dan menyeluruh. Kondisi
ini eluarnya cairan dari pembuluh darah atau pembuluh limfe ke dalam
jaringan selaput paru yang disebabkan oleh masuknya suatu material yang
mengandung bakteri ke rongga pleura.
3. Perikarditis
Perikarditis biasanya berasal dari infasi langsung atau aliran limfe dari
limponodi subkranial.
4. Meningitis
Meningitis tuberkulosa terjadi sekitar 0,3% dari infeksi TB primer yang
tidak diobati pada anak. Kadang-kadang meningitis tuberkulosa dapat
terjadi beberapa tahun setelah infeksi primer.
5. Tuberkulosis Tulang
Infeksi tulang dan sendi yang merupakan komplikasi tuberkulosis dan
cenderung menyerang vetebra. Tuberkulosis skeletona adalah komplikasi
tuberkulosis lambat dan jarang terjadi semenjak adanya terapi
antituberkulosis.
6. Empiema
Penumpukan cairan yang terinfeksi atau pus (nanah) pada cavitas pleura,
rongga pleura yang di sebabkan oleh terinfeksinya pleura oleh bakteri
mycobacterium tuberculosis (pleuritis tuberculosis).
7. Laryngitis
Infeksi mycobacterium pada laring yang kemudian menyebabkan laryngitis
tuberculosis.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Mendiagnosa tuberculosis pada anak, terlebih pada anak-anak yang masih
sangat kecil, sangat sulit. Diagnosa tepat TBC tak lain dan tak bukan adalah
dengan menemukan adanya Mycobacterium tuberculosis yang hidup dan aktif
dalam tubuh suspect TB atau orang yang diduga TBC. Cara yang paling mudah
adalah dengan melakukan tes dahak. Pada orang dewasa, hal ini tak sulit
dilakukan. Tetapi hal ini cukup sulit untuk anak-anak apalagi yang masih usia
balita karena mereka belum mampu mengeluarkan dahak. Oleh karena itu
diperlukan alternatif lain untuk mendiagnosa TB pada anak.
Kesulitan lainnya, tanda-tanda dan gejala TB pada anak seringkali tidak
spesifik (khas). Cukup banyak anak yang overdiagnosed sebagai pengidap TB,
padahal sebenarnya tidak. Atau underdiagnosed, maksudnya terinfeksi atau
malah sakit TB tetapi tidak terdeteksi sehingga tidak memperoleh penanganan
yang tepat. Diagnosa TBC pada anak tidak dapat ditegakkan hanya dengan 1
atau 2 tes saja melainkan harus komprehensif.
Pemeriksaan diagnostik tersebut Antara lain :
1. Uji Tuberkulin Mantoux
Tes Mantoux ini hanya menunjukkan apakah seseorang
terinfeksi Mycobacterium tuberculosis atau tidak, dan sama sekali bukan
untuk menegakkan diagnosa atas penyakit TB. Sebab, tidak semua orang
yang terinfeksi kuman TB lalu menjadi sakit TB.
Sistem imun tubuh mulai menyerang bakteri TB kira-kira 2-8
minggu setelah terinfeksi. Pada kurun waktu inilah tes Mantoux mulai
bereaksi. Ketika pada saat terinfeksi daya tahan tubuh orang tersebut
sangat baik, bakteri akan mati dan tidak ada lagi infeksi dalam
tubuh. Namun pada orang lain, yang terjadi adalah bakteri tidak aktif
tetapi bertahan lama di dalam tubuh dan sama sekali tidak menimbulkan
gejala. Atau pada orang lainnya lagi, bakteri tetap aktif dan orang
tersebut menjadi sakit TB.
Uji ini dilakukan dengan cara menyuntikkan sejumlah kecil (0,1 ml)
kuman TBC yang telah dimatikan dan dimurnikan ke dalam lapisan atas
(lapisan dermis) kulit pada lengan bawah. Lalu, 48 sampai 72 jam
kemudian tenaga medis harus melihat hasilnya untuk diukur. Yang
diukur adalah indurasi (tonjolan keras tapi tidak sakit) yang terbentuk,
bukan warna kemerahannya (erythema). Ukuran dinyatakan dalam
milimeter bukan centimeter. Bahkan bila ternyata tidak ada indurasi,
hasil tetap harus ditulis sebagai 0 mm.
Secara umum, hasil tes Mantoux ini dinyatakan positif bila diameter
indurasi berukuran sama dengan atau lebih dari 10 mm. Namun untuk
bayi dan anak sampai usia 2 tahun yang tanpa faktor resiko TB dikatakan
positif bila indurasinya berdiameter 15 mm atau lebih. Hal ini
dikarenakan pengaruh vaksin BCG yang diperolehnya ketika baru lahir
masih kuat. Pengecualian lainnya adalah, untuk anak dengan gizi buruk
atau anak dengan HIV, sudah dianggap positif bila diameter indurasinya
5 mm atau lebih.
Namun tes Mantoux ini dapat memberikan hasil negatif palsu
(anergi), artinya hasil negatif padahal sesungguhnya terinfeksi kuman
TB. Anergi dapat terjadi apabila anak mengalami malnutrisi berat atau
gizi buruk (gizi kurang tidak menyebabkan anergi), sistem imun
tubuhnya sedang sangat menurun akibat mengkonsumsi obat-obat
tertentu, baru saja divaksinasi dengan virus hidup, sedang terkena infeksi
virus, baru saja terinfeksi bakteri TB, tata laksana tes Mantoux yang
kurang benar. Apabila dicurigai terjadi anergi, maka tes harus diulang.

Gambar 2. Tes Tuberkulin


2. Pemeriksaan Radiologis
Pada anak dengan uji tuberkulin positif dilakukan pemeriksaan
radiologis. Secara rutin dilakukan fotorontgen paru dan atas indikasi juga
dibuat fotorontgen alat tubuh lain, misalnya foto tulang punggung pada
spondilitis. Gambaran radiologis paru yang biasanya dijumpai pada
tuberkulosis paru ialah :
a. Kompleks primer dengan atau tanpa perkapuran
b. pembesaran kelenjar paratrakeal
c. Penyebaran milier
d. Atelektasis
e. Pleuritis dengan efusi.

Gambar 3. Paru-paru normal Gambar 4. Paru-paru terinfeksi TBC

3. Pemeriksaan Bakteriologis
Penemuan basil tuberkulosis memastikan diagnosis tuberkulosis,
tetapi tidak ditemukannya basil tuberkulosis bukan berarti tidak
menderita tuberkulosis. Bahan-bahan yang digunakan untuk
pemeriksaan bakteriologis adalah :
a. Bilasan lambung
b. Sekret bronkus
c. Sputum pada anak besar
d. Cairan pleura
e. Likuor serebrospinalis
f. Cairan asites
g. Bahan-bahan lainnya
4. Uji Laboratorium
Laju endap darah (LED) meninggi, sering tinggi sekali. Mungkin
liositosis, monositosis, anemia, leukositosis ringan, bila ditemui hasil
demikian (bila tidak ada faktor lain) akan menyokong diagnosis.
Gambaran darah normal tidak menyingkirkan TBC. Gambaran darah tepi
dan laju endap darah hanya mempunyai korelasi dengan aktivitas
penyakit. Pemeriksaan cairan spinal dilakukan atas indikasi kecurigaan
meningitis dan pada setiap TBC milier.

5. Uji BCG
Di Indonesia BCG diberikan secara langsung tanpa didahului uji
tuberkulin (BCG langsung). Bila pada anak yang mendapat BCG
langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari
setelah penyuntikan, maka harus dicurigai adanya tuberkulosis dan
diperiksa lebih lanjut kearah tuberkulosis. Pada anak dengan
tuberkulosis, BCG akan menimbulkan reaksi lokal yang lebih cepat dan
besar. Karena itu reaksi BCG ini dapat dipakai sebagai alat diagnostik.
Sering terdapat kesukaran untuk diagnosis tuberkulosis yang dini pada
anak dengan malnutrisi karena adanya anergi terhadap tuberkulin.

6. Skoring TB
Parameter 0 1 2 3 Skor
Kontak TB Tidak - Laporan BTA (+)
jelas keluarga,
BTA (-) ?
BTA
tidak
jelas
Uji Negatif - - Positif
Tuberkulin (≥10mm
(Mantoux) atau
≥5mm
pada
imunoko
mpromai
s)
Berat - BB/TB Klinis -
Badan/Keada ˂90% atau gizi
an gizi BB/U buruk
˂80% atau
BB/TB
˂70%
atau
BB/U
˂60%
Demam yang - ˃ 2 - -
tidak minggu
diketahui
penyebabnya
Batuk Kronik - ≥ 3 - -
minggu
Pembesaran - ≥ 1 cm, - -
kelenjar limfe lebih dari
kolli, aksila, 1 KGB,
inguinal tidak nyeri
Pembengkak - Ada - -
an tulang atau pembengk
sendi akan
panggul,
lutut, rahang
Foto toraxs Normal/ Gambaran - -
kelainan sugestif
tidak TB
jelas

H. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan TBC terutama berupa pemberian obat antimikroba dalam
jangka waktu lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah
timbulnya penyakit klinis. ATS (1994) menekankan tiga prinsip dalam
pengobatan tuberculosis yang berdasarkan pada :
1. Regimen harus termasuk obat-obat multiple yang sensitif terhadap
mikroorganisme.
2. Obat-obatan harus diminum secara teratur.
3. Terapi obat harus dilakukan terus menerus dalam waktu yang cukup untuk
menghasilkan terapi yang paling efektif dan paling aman pada waktu yang
paling singkat.
Obat anti tuberculosis (OAT) harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya
dua obat yang bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan dari
pengobatan ini adalah :
1. Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin
melalui kegiatan bakterisid.
2. Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan
kegiatan sterilisasi.
3. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan
imunologis.
Perawatan anak dengan tuberculosis dapat dilakukan dengan melakukan :
1. Pemantauan tanda-tanda infeksi sekunder
2. Pemberian oksigen yang adekuat
3. Latihan batuk efektif
4. Fisioterapi dada
5. Pemberian nutrisi yang adekuat
6. Kolaborasi pemberian obat antituberkulosis (seperti: isoniazid, streptomisin,
etambutol, rifampisin, pirazinamid dan lain-lain)
7. Intervensi yang dapat dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak yang menderita tuberculosis adalah dengan membantu
memenuhi kebutuhan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas perkembangan,
yaitu :
a. Memberikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak (permainan,
ketrampilan tangan, video game, televisi)
b. Memberikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulus yang
bervariasi bagi anak
c. Melibatkan anak dalam mengatur jadwal harian dan memilih aktivitas
yang diinginkan
d. Mengijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di rumah
sakit, menganjurkan anak untuk berhubungan dengan teman melalui
telepon jika memungkinkan.

J. Konsep Asuhan Keperawatan Anak dengan TB Paru


1. Fokus Pengkajian
Data Subjektif yang dialami oleh pasien sehubungan dengan tanda dan
gejala TB, seperti :
a. Batuk yang tidak kunjung sembuh
b. Demam
c. Lemas
d. Keringat pada malam hari
e. Berat badan menurun
f. Tidak nafsu makan
g. Apakah ada kontak langsung dengan penderita TB ?
h. Apakah sudah menerima imunisasi BCG ?
Data Objektif yang dapat menunjang penentuan diagnosa, seperti :
a. Tanda-tanda vital (suhu, tekanan darah, laju pernafasan, denyut
nadi)
b. Berat badan sebelum dan setelah sakit
c. Pemeriksaan penunjang :
o Uji tuberkulin mantoux
o Pemeriksaan bakteriologis
o Pemeriksaan Radiologis (fotorontgen)
o Uji BCG
o Uji Laboratorium

2. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya
penumpukan sekret
2) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi tidak adekuat
3) Defisit pengetahuan mengenai kondisi dan pencegahan berhubungan
dengan keterbatasan kognitif, informasi yang kurang

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No. Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Ketidakefektifan NOC : NIC :
bersihan jalan napas 1. Respiratory status : Airway suction
Ventilation 1. Pastikan
Definisi : 2. Respiratory status : kebutuhan oral
ketidakmampuan untuk Airway patensy atau tracheal
membersihkan sekret 3. Aspiration control suctioning
dari saluran pernapasan 2. Auskultasi suara
untuk mempertahankan Kriteria Hasil : napas sebelum
kebersihan jalan napas 1. Mendemonstrasikan dan sesudah
batuk efektif dan suctioning
Batasan Karakteristik : suara napas yang 3. Informasikan
1. Dispneu, penurunan bersih, tidak ada pada klien dan
suara napas sianosis dan dispneu keluarga tentang
2. Orthopneu (mampu suctioning
3. Cyanosis mengeluarkan 4. Meminta klien
4. Kelainan suara sputum, mampu untuk napas
napas bernapas dengan dalam sebelum
5. Batuk mudah, tidak ada suction
6. Mata melebar pursed lips). 5. Berikan O2
7. Produksi sputum 2. Menunjukkan jalan dengan
8. Perubahan frekuensi napas yang paten menggunakan
irama napas (klien tidak merasa nasal untuk
tercekik, irama memfasilitasi
Faktor yang napas, frekuensi suction
berhubungan : pernapasan dalam nasotracheal
1. Lingkungan : rentang normal, 6. Anjurkan klien
menghirup asap tidak ada suara untuk istirahat
rokok, perokok napas abnormal). dan napas dalam
pasif, infeksi 3. Mampu 7. Monitor status
2. Fisiologis : mengidentifikasi oksigen klien
disfungsi dan mencegah faktor 8. Ajarkan keluarga
neuromuskular, yang dapat bagaimana cara
hiperplasia dinding menghambat jalan melakukan
bronkus, elergi jalan napas suctioning
napas, asma 9. Hentikan suction
3. Obstruksi jalan dan berikan
napas : spasme jalan oksigen apabila
napas, sekret klien menunjukan
tertahan, banyak bradikardi,
mukus, adanya jalan
napas buatan, peningkatan
sekresi bronkus, saturasi O2, dll.
adanya eksudat di
alveolus, adanya Airway management
benda asing dijalan 1. Buka jalan napas,
napas gunakan teknik
chin lift atau jaw
thrust bila perlu
2. Posisikan klien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
3. Identifikasi klien
perlunya
pemasangan alat
jalan napas
4. Lakukan
fisioterapi dada
5. Keluarkan sekret
dengan batuk
6. Auskultasi suara
napas, catat
adanya suara
tambahan
7. Lakukan suction
pada mayo
8. Berikan
bronkodilator jika
perlu
9. Berikan pelembab
udara kasa basah
NaCl lembab
10. Atur intake cairan
untuk
mengoptimalkan
keseimbangan
11. Monitor respirasi
dan status O2
2. Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari Nutrition status : Food Nutrition
kebutuhan tubuh and Fluid Intake management
1. Kaji adanya alergi
Definisi : intake nutrisi Kriteria hasil : makanan
tidak cukup untuk 1. Adanya peningkatan 2. Kolaborasi
keperluan metabolisme berat badan sesuai dengan ahli gizi
dengan tujuan untuk
Batasan Karakteriktik : menentukan
jumlah kalori dan
1. Berat badan 20% 2. Berat badan ideal nutrisi yang
atau lebih dibawah sesuai dengan tinggi dibutuhkan klien
ideal badan 3. Anjurkan klien
2. Dilaporkan adanya 3. Mampu untuk
intake makanan mengidentifikasi meningkatkan
yang kurang dari kebutuhan nutrisi intake Fe
RDA (Recomended 4. Tidak ada tanda- 4. Anjurkan klien
Daily Allowance) tanda malnutrisi untuk
3. Membran mukosa 5. Tidak terjadi meningkatkan
dan konjungtiva penurunan berat protein dan
pucat badan yang berarti vitamin C
4. Kelemahan otot 5. Berikan substansi
yang digunakan gula
untuk 6. Diet yang
menelan/mengunyah dimakan
5. Luka atau inflamasi mengandung
pada rongga mulut tinggi serat untuk
6. Mudah merasa mencegah
kenyang sesaat konstipasi
setelah mengunyah 7. Berikan makanan
makanan yang terpilih
7. Dilaporkan (sudah
kekurangan dikonsultasikan
makanan dengan ahli gizi/
8. Dilaporkan adanya 8. Ajarkan keluarga
perubahan sensasi klien untuk
rasa membuat catatan
9. Miskonsepsi makanan harian
10. Kehilangan BB 9. Monitor jumlah
dengan makanan nutrisi dan
yang cukup kandungan kalori
11. Keengganan untuk 10. Berikan informasi
makan tentang
12. Kram pada abdomen kebutuhan nutrisi
13. Tonus otot jelek 11. Kaji kemampuan
14. Nyeri abdominal klien untuk
dengan atau tanpa mendapatkan
patologi nutrisi yang
15. Kurang berminat dibutuhkan
pada makanan
16. Pembuluh darah Nutrition
kapiler mulai rapuh monitoring
17. Diare 1. Berat badan klien
18. Kehilangan rambut dalam batas
yang cukup banyak normal
(rontok) 2. Monitor adanya
19. Suara usus penurunan berat
hiperaktif badan
20. Kurang informasi 3. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
Faktor yang yang biasa
berhubungan : dilakukan
Ketidakmampuan 4. Monitor interaksi
pemasukan atau anak atau
mencerna makanan atau orangtua selama
mengabsorpsi zat-zat makan
gizi berhubungan 5. Monitor
dengan faktor biologis, lingkungan
psikologis atau selama makan
ekonomi. 6. Jadwalkan
pengobatan dari
tindakan tidak
selama jam
makan
7. Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor
kulit
9. Monitor
kekeringan,
rambut kusam
dan mudah patah
10. Monitor mual dan
muntah
11. Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
12. Monitor makanan
kesukaan
13. Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
14. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
15. Monitor kalori
dan intake nutrisi
16. Catat adanya
edema,
hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral
17. Catat jika lidah
berwarna
magenta
3. Kurang Pengetahuan NOC : NIC :
1. Knowledge : disease Teaching : disease
Definisi : tidak adanya process process
atau kurangnya 2. Knowledge : health 1. Berikan penilaian
informasi kognitif behavior tentang tingkat
sehubungan dengan pengetahuan klien
topic spesifik Kriteria hasil : tentang proses
1. Klien dan keluarga penyakit yang
Batasan Karakteristik : menyatakan spesifik
Memverbalkan adanya pemahaman tentang 2. Jelaskan
masalah, penyakit, kondisi, patofisiologi dari
ketidakakuratan prognosis dan penyakit dan
mengikuti instruksi, perogram bagaimana hal ini
perilaku tidak sesuai pengobatan berhubungan
2. Klien dan keluarga dengan anatomi
Faktor yang mampu dan fisiologi
berhubungan : melaksanakan dengan cara yang
Keterbatasan kognitif, prosedur yang tepat
interpretasi terhadap dijelaskan secara 3. Gambarkan tanda
informasi yang salah, benar dan gejala yang
kurangnya keinginan 3. Klien dan keluarga muncul pada
untuk mencari mampu menjelaskan penyakit
informasi, tidak kembali apa yang 4. Gambarkan
mengetahui sumber- dijelaskan perawat proses penyakit
sumber informasi. atau tenaga 5. Identifikasi
kesehatan lainnya. kemungkinan
penyebab
6. Sediakan
informasi pada
klien dan
keluarga tentang
kondisi klien
7. Hindari harapan
yang kosong
8. Sediakan bagi
keluarga
informasi tentang
kemajuan klien
9. Diskusikan
perubahan gaya
hidup yang
mungkin
diperlukan untuk
mencegah
komplikasi di
masa yang akan
datang dan atau
proses
pengontrolan
penyakit
10. Diskusikan
pilihan terapi dan
penanganan
11. Dukung klien
untuk
mengeksplorasi
atau mendapatkan
second opinion
dengan cara yang
tepat dan
diindikasi
12. Eksplorasi
kemungkinan
sumber atau
dukungan
13. Rujuk klien pada
grup atau
komunitas lokal
14. Instruksikan klien
mengenai tanda
dan gejala untuk
melaporkan pada
pemberi
perawatan
kesehatan
Daftar Pustaka

1. Harry. 2016. Sifat Kuman Tuberkulosis dan Penularannya.


https://dokterharry.com/2016/09/19/sifat-kuman-tuberkulosis-dan-
penularannya/. Diakses pada 10 September 2018 pukul 10.00 WIB.
2. Heidy. 2018. Tes Mantoux: Kegunaan, Prosedur, Efek Samping.
https://mediskus.com/tes-mantoux. Diakses pada 10 September 2018 pukul
10.00 WIB.
3. Kusumah, R Bayu. 2015. Pathway TBC.
http://dosen.stikesdhb.ac.id/bayu/2015/03/05/pathway-tbc/. Diakses pada 26
Juli 2018 pukul 18.00 WIB.
4. Noya, Alert. 2018. Bayi Butuh Imunisasi BCG Untuk Apa.
https://www.alodokter.com/bayi-butuh-imunisasi-bcg-untuk-apa. Diakses
pada 10 September 2018 pukul 10.00 WIB.
5. NANDA International. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017, edisi 10. Jakarta: EGC
6. Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M. . Patofisiologi: Konsep Klinis
Prosess-Proses Penyakit, edisi 6. Jakarta: EGC
7. Van, Giezta. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Anak TB. http://giezta-
van.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-pada-anak-yang-tb.html.
Diakses pada 26 Juli 2018 pukul 18.00 WIB.
8. Whaley dan Wong. . Nursing Care of Infants and Children, Fourth Edition.
9. Widiartis, Cici. 2013. Apa Itu DOTS.
https://ibundayusufhanun.wordpress.com/2013/02/12/apa-itu-dots/. Diakses
pada 10 September 2018 pukul 10.00 WIB.

You might also like