You are on page 1of 15

LAPORAN PENCAPAIAN TAHUNAN P2 ISPA

PUSKESMAS BANUA LAWAS TAHUN 2018

PUSKESMAS BANUA LAWAS 2018


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan manusia dengan fitrah yang baik
yang akan menjadi tenang dan tentram apabila senantiasa mengingat Allah SWT dan
selalu lapang apabila mengerjakan amal saleh, berkat Rahmat dan Karunia-Nya
penyusun dapat menyelesaikan Laporan Tahunan dan Rencana Tahunan Program P2
Ispa di Puskesmas Banua Lawas Kabupaten Tabalong Tahun 2018.

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjunan kita Nabi Muhammad
SAW, keluarganya, sahabatnya dan pengikut setianya sampai kiamat nanti.

Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan Laporan Pencapain Kinerja Tahunan ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penyusun senantiasa menerima dengan
tangan terbuka saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
pembuatan Laporan Pencapain Kinerja Tahunan Ini.

Akhir kata penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam membuat Laporan Pencapain Kinerja Tahunan ini. Semoga amal soleh dan
kebaikannya dibalas oleh Allah SWT.

Banua Lawas, Januari 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Latar Belakang Pembangunan dibidang kesehatan sebagai bagian dari
pembangunan nasional yang ditata dalam Sistem Kesehatan Nasional diarahkan
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dan produktif sebagai perwujudan
dari kesejahteraan umum seperti yang dimaksud dalam pembukaan undang-
undang dasar 1945 dan undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap penduduk, pelayanan
kesehatan harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu dalam pelayanan
kesehatan perorangan, pelayanan kesehatan keluaraga maupun pelayanan
kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2006). Usaha peningkatan kesehatan
masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti membalikkan telapak
tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks, dimana penyakit yang
terbanyak diderita oleh masyarakat terutama pada yang paling rawan yaitu ibu dan
anak, ibu hamil dan ibu menyusui serta anak bawah lima tahun (Rasmaliah, 2008: )

Faktor-faktor yang bisa menjadi penyebab penyakit ISPA yaitu antara lain: Umur,
Jenis Kelamin, Keadaan Gizi, Kekebalan, Lingkungan, Imunisasi Yang Tidak
Lengkap dan Pemberian Asi Ekslusif yang tidak sesuai (Depkes, 2002). Kurangnya
pengetahuan ibu tentang Imunisasi DPT yang menyebabkan salah satu penyebab
banyaknya balita terkena ISPA, Imunisasi DPT yakni imunisasi yang diberikan agar
balita tidak rentan terkena penyakit Difteri, Pertusis dan Infeksi Saluran Pernapasan
serta Tetanus.

Program P2 Ispa bertujuan untuk menurukan angka kesakitan dan kematian yang
disebabkan oleh penyakit pneumonia.Strategi dalam penanggulangan pneumonia
adalah penemuan dini dan tatalaksana anak batuk dan atau kesukaran bernafas
yang tepat.
Saat ini pelaksanaan program P2 Ispa dalam upaya penanggulangan pneumonia
akan lebih ditingkatkan sehingga cakupan penemuan dini dan tatalaksana
pneumonia balita akan lebih dapat berhasil mencapai sasarannya. Puskesmas
merupakan pusat pengembangan pembinaan dan pelayanan kesehatan
masyarakat dan merupakan pos terdepan dalam pembangunan kesehatan
masyarakat.

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah


mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
orang yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya.Untuk melihat sejauh mana upaya yang dilaksanakan
Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya dan tingkat keberhasilan program-program kegiatan puskesmas, maka
diperlukan evaluasi atas kegiatan setiap bulan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengevaluasi sejauh mana program P2 Ispa yang dilaksanakan di
Puskesmas Banua Lawas dapat berjalan sesuai target yang telah ditetapkan
dan mengetahui perencanaan program P2 Ispa pada tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengevaluasi angka kesakitan pneumonia balita di Puskesmas Banua
Lawas
b. Mengetahui sasaran desa yang sudah mencapai target
c. Mengetahui rencana kegiatan program Ispa di Puskesmas Banua Lawas
pada tahun 2019
d. Untuk melaksanakan pertanggung jawaban di bidang administrasi dalam
bentuk pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan
BAB II
HASIL KEGIATAN PROGRAM ISPA

A. Pengertian ISPA
Menurut Depkes (2004) infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan
istilah yang diadaptasi dari istilah bahasa inggris Acute Respiratory Infections
(ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran pernafasan,
dan akut. Dengan pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya kuman
atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga
menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari
hidung hingga alveoli beserta organ seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah
dan pleura.

Pengertian atau batasan masing-masing unsur adalah sebagai berikut:


1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernapasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli
beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan
pleura.
Dengan demikian ISPA secara otomatis mencakup saluran pernafasan bagian
atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ
adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini maka jaringan paru-paru
termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract)

B. Upaya Kegiatan Program ISPA


1. Pencegahan ISPA
Pencegahan ISPA yang dilakukan adalah upaya yang dimaksudkan agar
seseorang terutama anak-anak dapat terhindar baik itu infeksinya, maupun
melawan dengan sistem kekebalan tubuh, karena vektor penyakit ISPA telah
sangat meluas di dunia, sehingga perlu kewaspadaan diri untuk menghadapi
serangan infeksi, bukan hanya dalam hal pengobatan ISPA.

Sebagaimana yang telah di sebutkan tadi, hal-hal yang dapat kita lakukan
untuk melindungi diri dalam rangka pencegahan ISPA adalah dengan
mempertahankan sistem kekebalan tubuh. Hal ini menjadi sangat sulit bagi
anak-anak karena perlu pengawasan yang baik serta memberikan kesadaran
kepada mereka. Keadaan gizi dan keadaan lingkungan merupakan hal yang
penting bagi pencegahan penyakit ISPA. Beberapa hal yang perlu dilakukan
untuk mencegah ISPA antara lain dengan memberikan gizi yang cukup
kepada anak atau dapat juga dengan melakukan imunisasi untuk menjaga
kekebalan tubuh.

2. Pengobatan ISPA
Pengobatan ISPA biasanya di fokuskan kepada mereka yang memiliki sistem
kekebalan tubuh yang rendah. ISPA atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut
sangat rentan kepada anak-anak, itulah mengapa kasus ISPA sebagai
penyakit dengan prevalensi sangat tinggi di dunia juga menunjukkan angka
kematian anak yang sangat tinggi dibandingkan penyakit lainnya.
Berdasarkan jenisnya pengobatan ISPA dapat diklasifikasikan berdasarkan :
a. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik
parenteral, oksigendan sebagainya.
b. Pneumonia: diberi obat antibiotik peroral seperti amoksisilin,
cefadroxil, kotrimoxaxol.
c. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan
perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk
tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang
merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila
demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol.
Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan
tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai
pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai
radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi
antibiotk.

Melakukan pemeriksaan dan pelayanan kesehatan kepada pasien ISPA


Pelaksanaan kegiatan dilakukan di dalam gedung. Kegiatan dalam gedung
dilakukan di ruang Pemeriksaan Umum dan MTBS oleh tenaga yang
berkompeten.

C. Grafik Pencapaian Program ISPA 2018


1. Grafik Temuan Kasus Program ISPA Tahun Pada usia 0-≤5 Tahun di 2018

500
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
Pneumonia Pneumonia Berat Batuk Bukan Pneumonia
78.78%
80.00%

70.00%

60.00%

50.00%

40.00%

30.00% 19.94%
20.00%

10.00% 1.29%

0.00%
Pneumonia Pneumonia Berat Batuk Bukan
Pneumonia

2. Temuan Kasus Program Ispa Pada Usia ≥5 Tahun


381

400
350
300
250
194
171

200
112

109
102

150
91
88
85

71

100
61

60

28
23

21

17
16

16

50
12

11
9

7
6

5
3

Bukan Pneumonia Pneumonia


3. Grafik Kasus Batuk Bukan Peneomonia Pada Balita

490
500
450
400
350
300
250
200
150 69 65
100 23 13 22 25 28 40 35 13 39 44 27 36
50 6 5
0

Dari grafik dia atas didapat sebanyak 490 kunjungan balita ispa,132 kunjungan
balita pneumonia, 1661 kunjungan dewasa yang mengalami ispa dan 120
kunjungan dewasa mengalami pneumonia. Sehingga total kunjungan untuk Ispa
dan pneumonia di tahun 2018 sebesar 2403 kunjungan. Kunjuangan terbanyak
pada desa Banua Lawas dan kunjungan terendah pada desa Talan.

4. Grafik Capaian Pneomonia Puskesmas Banua Lawas

CAPAIAN PNEUMONIA 2018


135 132
130
125
120 118,53
115 111

110
105
100
TARGET
CAPAIAN
PERSENTASE
78.78%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00% 19.94%
20.00%
10.00% 1.29%

0.00%
Pneumonia Pneumonia Berat Batuk Bukan
Pneumonia

5. Grafik Capain Pneumonia Jan-Des 2018

30

25
24

20

15
13 13
12 12 12
11 11
10
9

5 5 5 5

0
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES
6. Grafik Presentase Capain Pneomonia Jan-Des 2018

300

250 259

200

150
140 140
129 129 129
119 119 118,53
100 97

50 54 54 54

0
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES Pus
Cakupan Target

7. Grafik capaian kasus pneumonia per desa

25 250
234

20 206 200
196 192

15 158 150
140 135 138
117
10 21 104 100
19
16
68 71 13
5 9 10 9 50
6 7 34 7 6
4 3 22
2 0
0 0 0

Kasus Cakupan

Dari tabel dan grafik diatas didapat kasus penemuan pneumonia pada balita
sebanyak 132 kasus dengan target sebanyak 111 kasus sehingga capaian program
sebesar 118.53% untuk Puskesmas dari 132 kasus terdapat 8 kasus pneumonia
berat yang dirujuk dan 124 kasus pneumonia yang ditangani di puskesmas dengan
peberian obat sesuai standar, secara umum untuk kasus pneomunia pada balita
dengan proporsi sebanyak 19,9% pneumonia berat 1,29% dan batuk bukan
pneumonia 78.78% dari total 622 kunjungan balita.

Kasus pneumonia terbanyak terjadi di bulan april sebnyak 24 kasus hal ini
dimungkinkan terjadi karena keadaan alam yang mana pada bulan tersebut terjadi
pancaroba yang menyebabkan cuaca tidak menetu kadang hujan kadang panas.
Dengan kondisi musim yang tidak tentu baikanya orang tua memperhaikan kondisi
anaknya lebih ekstra biak dari segi asupan (gizi seimbang), melakuakan imunisai
dasar lengkap dan pemberian ASI eksklusif bagi bayi 0-6 bulan maupun menjaga
anaknya agar menghindari asap seperti asap rokok, obat nyamuk dan asap kayu
bakar.

Gizi seimbang dilakukan dengan memberi anak asupan seimbang dimana dalam
setiap porsi makan terkandung protein, karbohidrat, lemak, serat, vitamin dan air
sehingga bisa meningkatkan kekebalan tubuh anak. Kekebalan tubuh berfungsi
salah stunya untuk melindungi anak dari serangan penyakit baik yang disebabkan
virus atau bakteri. Imunisasi lengkap diperlukan untuk melindungi anak dari
berbagai penyakit menular, salah satunya Pneumonia yang dapat dicegah dengan
imunisai DPT, sehingga penting bagi orang tua untuk membawa anaknya imunisasi.
Selain itu juga wilayah kerja Puskesmas berusaha meningkatkan Capaian target
Imunisasi Dasar Lengkap.

Kasus terbnyak terjadi di desa Habau Hulu dengan presentase 234,37% hal ini
kemungkinan terjadi akibat lingkungan rumah yang saling berdekatan dan
banyaknya jumlah pendududk di desa tersebut. Selain itu kemungkinan untuk
keadaan lingkungan yang sebagian penduduknya masih menggunakan kayu bakar
dalam memasak dan para perokok aktif yang mungkin masih merokok di dalam
rumah.
BAB III
PENUTUP
Setelah penulis selesai dalam membuat dan menyusun laporan tahunan P2 ISPA
Banua Lawas Kecamatan Banua Lawas Kabupaten Tabalong Tahun 2018, kami dapat
menarik kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan
1. Laporan tahunan P2 ISPA ini dirasakan sangat bermanfaat bagi Puskesmas,
khusunya dalam rangka mewujudkan “Akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah/puskesmas” kepada masyarakat, dimana laporan tahunan P2
ISPA ini dapat dijadikan pedoman dan acuan kerja bagi puskesmas dalam
menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pos terdepan dalam system
pelayanan yang prima kepada masyarakat yang dilayani.
2. Keberhasilan sesuatu kegiatan atau program tergantung dari bagaimana
perencanaan suatu kegiatan atau program itu dibuat, karena sangat terkait
dengan fungsi – fungsinya manajemen selanjutnya.Program P2 ISPA
Puskesmas Banua Lawas dengan kunjungan sebesar 2403 ditahun 2018 dan
capaian target 118,53 % pada kasus Pneumonia pada balita yang mana
sudah melampaui target sebnyak 111 orang.
3. Tingkat kepedulian masyarakat kepada masalah kesehatan yang sangat
bervariasi antara satu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat
lain, kasus pneumonia terbanyak terjadi di desa Habau Hulu dengan proporsi
234,37 %.
4. Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi dan
anak-anak, Klasifikasi penyakit ISPA tergantung kepada pemeriksaan dan
tanda-tanda bahaya yang diperlihatkan penderita, Penatalaksanaan dan
pemberantasan kasus ISPA diperlukan kerjasama semua pihak, yaitu
peranserta masyarakat terutama ibu-ibu, dokter, para medis dam kader
kesehatan untuk menunjang keberhasilan menurunkan angka, kematian dan
angka kesakitan sesuai harapan pembangunan nasional.
B. Saran
1. Pencegahan Pneumonia dapat dilakukan dengan peningkatan penyuluhan
asupan gizi seimbang, peningkayan Capaian Imuisasi dasar lengkap,
peningakatan penyuluhan pemberian Asi Ekskulisf bagi bayi usia 0-6 bulan.

2. Penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA yang sudah dilaksanakan


sekarang ini, diharapkan lebih ditingkatkan lagi dengan lebih mengaktifkan pada
pemeriksaan MTBS, dan penghitungan respirasi di semua balita yang berobat
karena pada dasarnya temuan kasus Pneomunia sangat mudah dideteksi lewat
MTBS dengan indikasi nafas cepat yaitu ≥50x/menit pada usia 2-≤12 bulan dan
≥40x/ menit pada usia 12 bulan-≤5 Tahun.

Mengetahui Banua Lawas, Januari 2019


Kepala Puskesmas Banua Lawas Pelaksana program P2 ISPA

dr. H. Himawan Indaryanto Annisya Fitriyana, S. Kep, Ns


NIP. 19790317 201001 1 019 NRPTT. 08.11.2016.2.4.02
LAMPIRAN

You might also like