You are on page 1of 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang


utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, dalam segala hal
yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsinya serta proses-
prosesnya. Oleh karena itu, kesehatan reproduksi berarti orang dapat mempunyai
kehidupan seks yang memuaskan dan aman, dan bahwa mereka memiliki
kemapuan untuk bereproduksi dan kebebasan untuk menentukan apakah mereka
ingin melakukannya, bilamana dan seberapa seringkah. Termasuk terakhir ini
adalah hak pria dan wanita untuk memperoleh informasi dan mempunyai akses
terhadap cara-cara keluarga berencana yang aman, efektif dan terjangkau,
pengaturan fertilitas yang tidak melawan hukum, hak memperoleh pelayanan
pemeliharaan kesehatan kesehatan yang memungkinkan para wanita dengan
selamat menjalani kehamilan dan melahirkan anak, dan memberikan kesempatan
untuk memiliki bayi yang sehat.
Sejalan dengan itu pemeliharaan kesehatan reproduksi merupakan suatu
kumpulan metode, teknik dan pelayanan yang mendukung kesehatan dan
kesejahteraan reproduksi melalui pencegahan dan penyelesaian masalah kesehatan
reproduksi. Ini juga mencakup kesehatan seksual, yang bertujuan meningkatkan
status kehidupan dan hubungan-hubungan perorangan, dan bukan semata-mata
konseling dan perawatan yang bertalian dengan reproduksi dan penyakit yang
ditularkan melalaui hubungan seks.
Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) semakin disadari telah menjadi masalah
kesehatan dunia yang berdampak kepada laki-laki dan perempuan. Dampaknya
mulai dari kemandulan, kehamilan ektopik (di luar kandungan), nyeri kronis pada
panggul, keguguran, meningkatkan risiko tertular HIV, hingga kematian.
Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) berkait erat dengan Penyakit menular
seksual (PMS). Penularan Infeksi Saluran Reproduksi ini tidak hanya melalui
hubungan seksual saja, tetapi bisa disebabkan berlebihnya pertumbuhan organisme

1
aman, kelahiran enggak aman dan pemasangan alat kontrasepsi (IUD) yang tidak
steril.

B. Rumusan Masalah
A. Infeksi Saluran Reproduksi
1. Apa pengertian Infeksi Saluran Reproduksi?
2. Apa gejala Infeksi Saluran Reproduksi?
3. Apa saja jenis Infeksi Saluran Reproduksi?
4. Apa Faktor risiko terjadinya IMS pada seseorang?
5. Apa akibat dari Infeksi Saluran Reproduksi?
6. Bagimana mencegah Infeksi Saluran Reproduksi?
B. Penyakit Menular Seksual
1. Apa pengertian Penyakit Menular Seksual?
2. Apa tanda dan gejala Penyakit Menular Seksual?
3. Siapa saja yang memiliki Resiko Tinggi terkena Infeksi Menular Seksual?
4. Apa saja jenis Penyakit Menular seksual?
5. Bagimana mencegah Penyakit Menular Seksual?
C. Asuhan Keperawatan
1. Bagaimana pengkajian yang dilakukan pada Infeksi Saluran Reproduksi dan
Penyakit Menular Seksual ?
2. Bagaimana Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada Infeksi Saluran
Reproduksi dan Penyakit Menular Seksual ?
3. Bagaimana Pola fungsional pada klien dengan Infeksi Saluran Reproduksi
dan Penyakit Menular Seksual ?
4. Apa diagnosa keperawatan pada klien dengan Infeksi Saluran Reproduksi
dan Penyakit Menular Seksual ?
5. Apa Intervensi Keperawatan pada klien dengan Infeksi Saluran Reproduksi
dan Penyakit Menular Seksual ?
6. Bagaimana Implementasi Keperawatan pada klien dengan Infeksi Saluran
Reproduksi dan Penyakit Menular Seksual ?
7. Apa Evaluasi Keperawatan pada klien dengan Infeksi Saluran Reproduksi
dan Penyakit Menular Seksual ?

2
D. Tujuan
A. Infeksi Saluran Reproduksi
1. Dapat memahami dan menjelaskan pengertian Infeksi Saluran Reproduksi.
2. Dapat mengetahui gejala Infeksi Saluran Reproduksi.
3. Dapat mengetahui jenis-jenis Infeksi Saluran Reproduksi.
4. Dapat mengetahui faktor resiko terjadinya IMS.
5. Dapat mengetahui dan memahami akibat dari Infeksi Saluran Reproduksi.
6. Dapat mengetahui cara pencegahan Infeksi Saluran Reproduksi.
B. Penyakit Menular Seksual
1. Dapat memahami dan menjelaskan pengertian Penyakit Menular Seksual.
2. Dapat mengetahui tanda dan gejala Penyakit Menular Seksual.
3. Dapat mengetahui siapa saja yang memiliki Resiko Tinggi terkena Infeksi
Menular Seksual.
4. Dapat mengetahui jenis-jenis Penyakit Menular Seksual.
5. Dapat mengetahui cara pencegahan Penyakit Menular Seksual.
C. Asuhan Keperawatan Infeksi pada alat reproduksi dan penyakit menular
seksual
1. Dapat memahami dan menjelaskan pengkajian tentang Penyakit Menular
Seksual dan Infeksi Saluran Reproduksi
2. Dapat memahami dan menjelaskan tentang Pemeriksaan fisik pada Penyakit
Menular Seksual dan Infeksi Saluran Reproduksi
3. Dapat memahami dan menjelaskan tentang Pola fungsional Gordon pada
Penyakit Menular Seksual dan Infeksi Saluran Reproduksi
4. Dapat memahami dan menjelaskan tentang Diagnosa keperawatan pada
Penyakit Menular Seksual dan Infeksi Saluran Reproduksi
5. Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Intervensi Keperawatan pada
Infeksi Saluran Reproduksi dan Penyakit Menular Seksual
6. Dapat Memahami dan Menjelaskan Implementasi Keperawatan Infeksi
Saluran Reproduksi dan Penyakit Menular Seksual
7. Dapat Memahami dan Menjelaskan Evaluasi Keperawatan Infeksi Saluran
Reproduksi dan Penyakit Menular Seksual

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Infeksi Saluran Reproduksi


1. Pengertian
PMS adalah infeksi atau penyakit yang di tularkan melalui hubungan
seks (oral, anal, vagina) atau penyakit kelamin atau infeksi yang di tularkan
melalui hubungan seks yang dapat menyerang alat kelamin dengan atau tanpa
gejala dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati,
otak, serta organ tubuh lainnya, misalnya HIV/AIDS, Hepatitis B (Djuanda,
2007).
Penyakit menular seksual merupakan penyakit yang ditakuti oleh setiap orang.
Angka kejadian penyakit ini termasuk tinggi di Indonesia. Kelompok resiko
yang rentan terinfeksi tentunya adalah seseorang yang sering “jajan” alias
punya kebiasaan perilaku yang tidak sehat.
Infeksi yang ditularkan lewat hubungan seksual, atau Penyakit kelamin menular
adalah penyakit yang cara penularanyya melalui hubungan kelamin. Yang
ditularkan dari satu orang ke orang lain saaat berhubungan badan. Tempat
terjangkitnya penyakit tersebut tidak semata-mata pada alat kelamin saja, tetapi
dapat terjadi diberbagai tempat diluar alat kelamin.yang tergolong dari
penyakkit ini adalah : sifilis, gonore, ulkus mola, linfegranuloma venereum,
granuloma inguinale (Ambarwati, 2009).

2. Gejala
a. Gejala umum
1) Rasa sakit atau gatal di kelamin
2) Muncul benjolan, bintik atau luka disekitar kelamin
3) Keluar cairan yang tidak biasa dan bau dari alat kelamin
4) Terjadinya pembengkakan di pangkal paha
b. Gejala Pada Perempuan
1) Dampaknya lebih serius dan sulit didiagnosa karena umumnya

4
asimptomatik
2) Keluar cairan yang tidak biasa dan berbau tidak enak dari alat kelamin
3) Keluar darah bukan pada masa haid
4) Sakit pada saat berhubungan seks
5) Rasa sakit pada perut bagian bawah
Menjadi beban tersembunyi bagi perempuan karena merasa bersalah dan
malu berobat
c. Gejala Pada Laki-Laki
1) Terasa sakit saat kencing
2) Keluar cairan/nanah dari alat kelamin
3) Terjadi pembengkakan pada buah pelir dan terasa sakit atau panas

3. Jenis-jenis IMS – ISR

Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) adalah terminologi umum yang


digunakan untuk tiga jenis infeksi pada saluran reproduksi:
a. ISR endogen adalah jenis ISR yang paling umum di dunia. Timbul akibat
pertumbuhan tidak normal, organisme yang seharusnya tumbuh normal
didalam vagina, antara lain vaginosis bakteri dan kandidiasis yang mudah
disembuhkan.
b. ISR iatrogenik atau yang berhubungan dengan prosedur medis adalah

5
infeksi yang disebabkan masuknya mikroorganisme kedalam saluran
reproduksi melalui prosedur medis yang kurang atau tidak steril, antara lain
induksi haid, aborsi, pemasangan AKDR, peristiwa persalinan atau apabila
infeksi sudah ada dalam slauran reproduksi bagian bawah menyebar melalui
mulut rahim hingga ke saluran reproduksi bagian atas. Gejala yang
mungkin timbul, antara lain rasa sakit disekitar panggul, demam tinggi
secara tiba-tiba, menggigil , haid tidak teratur, cairan vagina yang tidak
normal dan timbul rasa sakit saat berhubungan seksual.
c. PMS adalah sebagian ditularkan melalui hubungan seksual dengan
pasangan yang telah terinfeksi.

4. Faktor risiko terjadinya IMS pada seseorang :


a. Adanya Duh tubuh pada mitra seksual
b. Umur <21 tahun
c. >1pasangan seksual
d. Pasangan seksual baru 3 bulan terakhir
e. Belum menikah
f. Pernah seks anal
g. Pernah berhubungan seksual dengan PSK tanpa pelindung
h. Pernah berhubungan seksual dengan ODHA
i. Riwayat menderita ulkus kelamin,GO

5. Akibat ISR
Akibat ISR Pada perempuan dapat menyebabkan kehamilan diluar kandungan,
kemandulan, kanker leher rahim, meningkatkan resiko HIV, kelainan pada janin
(BBLR, infeksi bawaan sejak lahir, bayi lahir mati dan bayi lahir belum cukup
umur).
Dampak negatif ISR sangat serius, terutama bagi perempuan, antara lain (Buzsa,
1999):
a. Komplikasi kehamilan
b. Penyakit Radang Panggul (PRP) yang dapat berkem-bang dan
menyebabkan kemandulan, kehamilan di luar kandungan, serta rasa sakit

6
yang berkepan-jangan.
c. Meningkatkan risiko penularan HIV.
d. Banyak ISR yang gejala dan tanda-tandanya tidak dirasakan, terutama
pada perempuan, hingga ter-lambat untuk menghin-dari kerusakan pada
organ reproduksi.
e. 30-70% kasus Human Papilloma Virus (HPV) berakhir dengan kanker
mulut rahim (serviks) yang merupakan kanker ter-banyak yang ditemukan
pada perempuan, yaitu 370.000 kasus baru tiap tahunnya, dan 80% di
antaranya di negara berkembang.

ISR dan berbagai penyakit yang ditimbulkannya tidak hanya berpengaruh


terhadap kesehatan tetapi juga tingkat produktivitas dan kualitas hidup
perempuan maupun laki-laki, yang pada akhirnya seluruh masyarakat.

ISR tidak seperti infeksi lainnya, mereka sangat lekat dengan stigma dan
merefleksikan adanya ketidaksetaraan antara perempuan dan laki-laki.

6. Pencegahan ISR
a. Mencegah infeksi baru dengan memutus jalur penularannya
b. ISR endogen dapat dicegah melalui peningkatan kebersihan individu,
peningkatan akses pada pelayanan kesehatan yang bermutu, promosi,
mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan
c. ISR iatrogenik dapat dicegah melalui sterilisasi peralatan medis yang
digunakan, skrining atau pengobatan terhadap ISR sebelum melaksanakan
prosedur medis.
d. PMS dapat dicegah dengan menghindari hubungan seksual atau dengan
melakukan hubungan seksual yang aman (monogami dan penggunaan
kondom yang benar dan konsisten

B. Penyakit Menular Seksual


1. Pengertian
Penyakit kelamin ( veneral disease ) sudah lama di kenal dan beberapa di
antaranya sangat populer di Indonesia yaitu sifilis dan gonorrea .Dengan
semakin majunya ilmu pengetahuan ,dan semakin banyaknya penyakit–

7
penyakit baru, sehingga istilah tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi
Sexually Transmitted Diseases ( STD ) atau Penyakit Menular Seksual
(PMS). Kemudian sejak 1998, istilah SexuallyTransmitted Diseases (STD)
mulai berubah menjadi Infeksi menular seksual (IMS)agar dapat
menjangkau penderitaan asimptomatik.
Infeksi menular Seksual ( IMS ) adalah berbagai infeksi yang dapat
menulardari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Semua
teknik hubungan seksual baik lewat vagina, dubur, atau mulut baik
berlawanan jenis kelamin maupun dengan sesama jenis kelamin bisa
menjadi sarana penularan penyakit kelamin. Sehingga kelainan ditimbulkan
tidak hanya terbatas pada daerah genital saja, tetapi dapat juga di daerah
ekstra genital. Kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk
tertular IMS adalah kelompok remaja sampai dewasa muda sekitar usia (15-
24 tahun).

2. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala dibedakan menjadi dua :
a. Pada Perempuan
1) Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin, anus,
mulut atau bagian tubuh ang lain, tonjolan kecil – kecil, diikuti
luka yang sangat sakit disekitar alat kelamin.
2) Cairan tidak normal yaitu cairan dari vagina bisa gatal,
kekuningan, kehijauan, berbau atau berlendir.
3) Sakit pada saat buang air kecil yaitu IMS pada wanita biasanya
tidak menyebabkan sakit atau burning urination.
4) Tonjolan seperti jengger ayam yang tumbuh disekitar alat kelamin
5) Sakit pada bagian bawah perut yaitu rasa sakit yang hilang muncul
dan tidak berkaitan dengan menstruasi bisa menjadi tanda infeksi
saluran reproduksi ( infeksi yang telah berpindah kebagian dalam
sistemik reproduksi, termasuk tuba fallopi dan ovarium )
6) Kemerahan yaitu pada sekitar alat kelamin.
b. Laki – laki

8
1) Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin, anus ,
mulut atau bagian tubuh yang lain, tonjolan kecil – kecil , diikuti
luka yang sangat sakit di sekitar alat kelamin
2) Cairan tidak normal yaitu cairan bening atau bewarna berasal dari
pembukaan kepala penis atau anus.
3) Sakit pada saat buang air kecil yaitu rasa terbakar atau rasa sakit
selama atau setelah urination.
4) Kemerahan pada sekitar alat kelamin, kemerahan dan sakit di
kantong zakar.

3. Resiko tinggi infeksi


Dalam Infeksi menular seksual ( IMS ) yang dimaksud dengan perilaku
resiko tinggi ialah perilaku yang menyebabkan seseorang mempunyai resiko
besar terserang penyakit tersebut.
Yang tergolong kelompok resiko tinggi adalah :
a. Usia
a) 20 – 34 tahun pada laki – laki
b) 16 – 24 tahun pada wanita
c) 20 – 24 tahun pada pria dan wanita
b. Pelancong
c. PSK ( Pekerja Seks Komersial )
d. Pecandu narkotik
e. Homo seksual.

4. Macam – macam penyakit menular seksual


Berdasarkan penyebabnya, Infeksi menular seksual di bedakan menjadi
empat kelompok yaitu:
a. IMS yang disebabkan bakteri, yaitu: Gonore, infeksi genital non
spesifik, Sifilis, Ulkus Mole, Limfomagranuloma Venerum,Vaginosis
bakterial

9
b. IMS yang disebabkan virus, yaitu: Herpes genetalis,
KondilomaAkuminata, Infeksi HIV, dan AIDS, Hepatitis B, Moluskus
Kontagiosum.
c. IMS yang disebabkan jamur, yaitu: Kandidiosis genitalis
d. IMS yang disebabkan protozoa dan ektoparasit, yaitu:
Trikomoniasis,Pedikulosis Pubis, Skabie

Berdasarkan cara penularannya, infeksi menular seksual dibedakan menjadi


dua, yaitu IMS mayor ( penularannya dengan hubungan seksual ) dan IMS
minor ( Penularannya tidak harus dengan hubungan seksual ).
1) IMS mayor
a. Gonore
Etiologi Gonore: Neisseria gonorrhoeae . Masa inkubasi : Pria
2-5 hari, gejala pada wanita sulit diketahui oleh karena sering
asimtomatik . Gejala klinis: Pria duh tubuh uretra, kental, putih
kekuningan atau kuning, kadang-kadang mukoid atau mukopurulen;
eritema dan atau edema pada meatus. Sedangkan pada wanita
seringkali asimtomatik, apabila ada duh tubuh serviks purulen atau
mukopurulen, kadang-kadang disertai eksudat purulen dari uretra
atau kelenjar Bartholini. Pada wanita biasanya datang berobat
setelah ada komplikasi antara lain servisitis, bartilinitis, dan nyeri
pada panggul bagian bawah.
Diagnosis ditegakan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis,
dan beberapa pemeriksaan penunjang yaitu: sediaan langsung,
kultur (biakan), tes betalaktamase, tes Thomson
Komplikasi : Pada pria epididimitis, orkitis => infertilitas,
sedangkan komplikasi pada wanita adneksitis, salpingitis =>
kehamilan ektopik, infertilitas, striktur uretra, konjungtivitas,
meningitis, dan endokarditis . Pencegahan : Tidak berhubungan
intim, setia pada pasangan dan menggunakan kondom

10
Gambar 1. Infeksi bakteri akibatGonore

b. Sifilis

Etiologi Sifilis : Treponema Palidum. Merupakan penyakit menahun


dengan remisi dan ekserbasi,dapat menyerang seluruh organ tubuh.
Mempunyai periode laten tanpa manifestasi lesi pada tubuh,dan
dapat di tularkan dari ibu kepada janinnya.Sifilis di bagi menjadi
sifilis akuisita (di dapat) dan sifilis kongenital. Sifilis akuisita di bagi
menjadi 3 stadium sebagai berikut :
1) Stadium I : erosi yang selanjutnya menjadi ulkus durum
2) Stadium II : dapat berupa roseola, kondilonna lata, bentuk
varisela atau bentuk plak mukosa atau alopesia.
3) Stadium III : bersifat destruktif, berupa guma dikulit atau alat-
alat dalam dan kardiovaskuler serta neurosifilis
diagnosis di tegakan dengan diagnosis klinis di konfirmasi dengan
pemeriksaan labolatorium berupa pemeriksaan lapangan gelap
(pemeriksaan lapangan gelap, mikroskop fluorensi) menggunakan
bagian dalam lesi guna menemukan T.pallidum. Selain itu
menggunkan penentuan antibody dalam serum ( tes menentukan anti
body nonspesifik, tes menentukan antibodi spesifik, antibody

11
terhadap kelompok antigen yaitu tes Reiter Protein Complement
Fixation).

Gambar 2.Sifilis

c. Ulkus Mole

Etiologi: Haemophillus ducreyi gram negatif streptobacillus,


biasa disebut chancroid merupakan penyakit infeksi genentalia akut.
Gejala klinis : Ulkus multipel,bentuk tidak teratur, dasar kotor, tepi
bergaung, sekitar ulkus eritema dan edema, sangat nyeri. Kelenjar getah
bening inguinal bilateral atau unilateral membesar,Nyeri dengan eritema
di atasnya, seringkali disertai tanda-tanda fluktuasi, biasanya tidak
disertai gejala sistemik. Diagnosis ulkus mole di tegakan berdasarkan
riwayat pasien, keluhan dan gejala klinis,serta pemeriksaan labolatorium.
Pemeriksaan langsung bahan ulkus dengan pengecatan gram
memperlihatkan basil kecil negatif gram yang berderat berpasangan seperti
rantai di intersel atau ekstrasel. Dengan menggunkan kultur H.ducreyi,
pemeriksaan yang di peroleh lebih akurat.Bahan di ambil dari dasar ulkus
yang di peroleh lebih akurat. Bahan di ambil dari dasar ulkus yang purulen
atau pus. Selain itu bisa dengan tes serologi ito-Reenstierma,tes ELISA,
presipitin, dan aglutinin. Komplikasi : Luka terinfeksi dan menyebabkan

12
nekrosis jaringan.Pencegahan :Tidak berhubungan intim sebelum
menikah, setia pada pasangan, dan menggunakan kondom

Gambar 3. Ulkus Mole

d. Limfogranuloma Venerum

Limfogranuloma Venerum adalah infeksi menular seksual


yang mengenaisistem saluran pembuluh limfe dan kelenjar limfe,
terutama pada daerah genital, inguinal, anus, dan rectum. Penyebabnya
adalah Clamydia trachomatis, yang merupakan organisme dengan sifat
sebagian seperti bakteri dalam hal pembelahan sel, metabolisme,
struktur, maupun kepekaan terhadap antibiotika dan kemoterapi, dan
sebagian lagi bersifat seperti virus yaitu memerlukan sel hidup untuk
berkembang biaknya.
Gejala penyakit berupa malaise, nyeri kepala, athralgia ,
anoreksia, nausea, dan demam. Kemudian timbul pembesaran kelenjar
getah bening inguinal medial dengan tanda – tanda radang.Penyakit ini
dapat berlanjut memberikan gejala – gejala kemerahan pada saluran
kelenjar dan fistulasi.
Diagnosis dapat di tegakan berdasarkan gambaran klinis, tes
GPR, tes Frei, tesserologi, pengecatan giemsa dari pus bubo,dan kultur
jaringan.

13
Komplikasi : Elefantiasis genital atau sindroma anorektal
Pencegahan : Tidak berhubungan intim sebelum menikah, setia pada
pasangan, menggunakan kondom.

Gambar 4.Limfogranuloma Venerum

e. Granuloma Inguinal
Granuloma Inguinal merupakan penyakit yang timbul akibat
proses granulomapada daerah anogenital dan inguinal. Etiologinya
adalah: Donovania granuloma (Calymatobacterium granulomatosis ).
Lebih banyak menerang usia aktif ( 20–40tahun ) . Dan lebih sering
terdapat pada pria dari pada wanita.
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan,
awalnya timbul lesi bentuk papula atau vesikel yang berwana merah dan
tidak nyeri, perlahan berubah menjadi ulkus granulomatosa yang bulat
dan mudah berdarah, mengeluarkan sekret yang berbau amis.

2). IMS Minor


a. Herpes Genetali
Herpes genitalis adalah infeski pada genital yang disebabkan oleh
Herpes simpleks virus dengan gejala khas berupa vesikel yang
berkelompok dengan dasareritema dan bersifat rekurens.Hubungan
resiko yang beresiko tinggi dengan seseorang penderita herpes dapat

14
meningkatkan resiko terkena virus herpes simpleks.Manifestasi klinis
di pengaruhi oleh faktor hospes, pajanan HSV sebelumnya, episode
terdahulu dan tipe virus. Daerah predileksi pada pria biasanya di
preputium, gland penis, batang penis, dapat juga di uretra dan daerah
anal (homoseksual).Sedangkan pada wanita biasanya di dareah labia
mayor atau labia minor, klitoris, introitus vagina, serviks. Gejala
klinis => diawali dengan papul – vesikel. Ulkus/erosi multipel
berkelompok, di atas dasar eritematosa, sangat nyeri, nyeri dan edema
di inguinal, limfadenopati bilateral, dan kenyal, disertai gejala
sistemik
=> umumnya lesi tidak sebanyak seperti pada lesi primer, dan
keluhan tidak seberat lesi primer, timbul bila ada faktor pencetus.
Herpes genital dapat kambuh apabila ada faktor pencetus daya
tahan menurun, faktor stress pikiran, senggama berlebihan,
kelelahan dan lain-lain. Umumnya lesi tidak sebanyak dan seberat
pada lesi primer
Komplikasi dapat ditumpangi oleh infeksi bakteri lain.
Pencegahannya tidak berhubungan intim sebelum menikah, setia
pada pasangan, menggunakan kondom, dan hindari faktor
pencetus.

Gambar 5.Hepers Genitalis


15
b. Non Spesifik Uretritis
Non spesifik uretritis adalah peradangan uretra yang penyebabnya
denganpemeriksaan sederhana tidak dapat di ketahui atau di
pastikan. Organisme penyebab uretritis nonspesifik:
1) Chlamidya trachomatis (30- 50 %)
2) Ureaplasma urealyticum ( 10 -40 %)
3) Lain – lain ( 20 – 30 %) : Trichomonas vaginalis, ragi,virus
Herpes simpleks, adenovirus, Haemophylus sp, Bacteroides
ureolyticus, Mycoplasma geniculatum, dan bakteri lain.

c. Tricomoniasis
Merupakan infeksi dari penyakit protozoa yang disebebakan oleh
Trichomonasvaginalis, biasanya di tularkan melalui hubungan
seksual dan sering menyerang traktusurogenitalis bagian bawah
pada pria maupun wanita,namun peranannya pada pria sebagai
penyebab penyakit masih diragukan.Gejalapada wanita sering
asimptomatik . Bila ada keluhan biasanya berupa sekret vagina yang
berlebihan dan berbau.Sekret berwarna kehijauan dan berbusa.

Gambar 6.Trikomonas

d. Kandidiasis vaginalis

16
Kandidiasis adalah infeksi dengan berbagai manifestasi klinis
yang disebabkanoleh candida, candida albicans dan ragi (yeast) lain
(terkadang C.glabarata) dari genus candida Kandida pada wanita
umumnya infeksi pertama kali timbul pada vagina yang di sebut
vaginitis dan dapat meluas sampai vulva (vulvitis),jika mukosa
vagina dan vulva keduanya terinfeksi disebut kandidiosis
vulvovaginalis ( KVV). Gejala penyakit ini adalah rasa panas dan
iritasi pada vulva, selain itu juga sekret vagina yang berlebihan
berwarna putih susu. Pada dinding vagina terdapat gumpalan seperti
keju.

Gambar 7.Kandidiosis Vulvovaginalis

a. Vaginosis bacterial
Adalah suatu sindrom perubahan ekositem vagina dimana terjadi
pergantian dari lactobacillus yang normalnya memproduksi H2O2di
vagina dengan bakteri anaerob (seperti Prevotella Sp, Mobiluncus
Sp,Gardenerella vaginalis, dan Mycoplasma hominis)yang
menyebabkan peningkatan pH dari nilai kurang 4,5 sampai
7,0.Wanita dengan vaginosis bacterialis dapat tanpa gejala atau
mempunyai bau vagina yang khas sepertibau ikan, amis, terutama
waktu berhubungan seksual. Bau tersebut di sebabkan karena adanya
amin yang menguap bila cairan vagina menjadi basa .

17
Gambar8. Vagina bacterialis
f. Kondiloma Akuminata
Kondiloma Akuminata ialah infeksi menular seksual yang
disebabkan oleh human papiloma virus (HPV) dengan kelainan berupa
fibroepitelioma pada kulit dan mukosa. Sinonim genital warts,kutil

kelamin, penyakit jengger ayam.

Untuk kepentingan klinis maka KA dibagi menjadi 3 bentuk:


bentuk papul, bentuk akuminata, bentuk datar. Meskipun demikian tidak

jarang di temukan bentuk peralihan .9Diagnosis ditegakan berdasarkan

gejala klinis. Untuk lesi yang meragukan bisa menggunakan asam asetat 5
% yang di bubuhkan ke lesi selama 3-5 menit,lesi kondiloma akan berubah
menjadi putih.Dapat juga dilakukan pemeriksaan histopatologis.

18
Gambar 9. Kondiloma Akuminata

g. Moluskum Kontagiosum
Moluskum Kontagiosum merupakan neoplasma jinak padajaringan
kulitdanmukosa yang di debabkan oleh virus moluskum kontagiosum.
Terutama menyerang anak- anak. Orang dewasa yang kehidupan
seksualnya sangat aktif,serta orang yang mengalami gangguan imunitas.
Lesi MK berupa papul milier,ada lekukan ( delle ), permukaan
halus,konsistensi kenyal, dengan umbilikasi pada bagian sentral.Lesi
berwarna putih, kuning muda, atau seperti warna kulit. Bila di tekan akan
keluar masa putih seperti nasi. Jumlah lesi biasanya berkisar 30
buah,tetapi bisa lebih kemiudian membentuk plakat dan kulit di sekitar
lesi dapat mengalami esktimatisasi (dermatitis moluskum).
Prinsip penatalaksanaannya adalah mengeluarkan masa putih di
dalamnya dengan alat seperti ekstrator komedo,jarum suntik , bedah beku,
dan elektrocauterisasi

h. Skabies
Adalah penyakit kulit yang disebebkan oleh infestasi dan
sensitisasi SarcoptesScabies Var. hominis. Gambaran klinisnya terjadi
pada malam hari karena aktifitastungau meningkat padasuhu kulit yang

19
lembab dan hangat.Lesi khas adalah papul yang gatal sepanjang
terowongan yang berisi tungau . Lesi pada umumnya simetrik dan
berbagai tempat predileksinya adalah sela jari tangan, fleksor siku dan
lutut, pergelangan tangan. Aerola mammae, umbilicus, penis, aksila,
abdomen, bagian bawah, dan pantat.

i. Hepatitis
Virus hepatitis dapat menyebabkan peradangan pada hepar
dengan gejala klinik berupa penyakit kuning yang akut di sertai
malaise,mual,dan muntah, serta dapat pula disertai peningkatan suhu
badan. Virus hepatitis yang saat ini di temukan dan patogen pada
manusia adalah :
 Virus hepatitisA
 Virus hepatitis B
 Virus hepatitis C
 Virus hepatitis D
 Virus hepatitis E

j. AIDS
Acquired Imunodeficiency Syndrome adalah kumpulangejala yang
timbul akibatmenurunnya kekebalan suhu tubuh yang di peroleh,di
sebabkan oleh humanimunodeficiency virus ( HIV ).AIDS disebebkan oleh
masuknya HIV kedalam tubuh manusia. Jika sudah masuk dalam tubuh
,HIV akanmenyerang sel- sel darah putih yang mengatur system
kekebalan tubuh,yaitu sel –sel penolong,” sel T Helper

20
Gejala mayor:
 Penurunan BB yang mencolok/ pertumbuhan abnormal
 Diare kroniklebih dari 1 bulan
 Demamlebih menjadi 1 bulan
 Limfadenopati umum
 Kandidiasis orofaring
 Infeksi umum berulang
 Batuk lebih 1 bulan
 Dermatitis umum
 Infeksi HIV maternal

5. Pencegahan Penyakit Menular Seksual


Beberapa cara efektif yang dapat mengurangi resiko tertular penyaki
tmenular seksual antara lain :
- Abstinensia
- Tidak berganti- ganti pasangan
- Vaksin (Hepatitis Bdan HPV)
- Menggunakan kondom

21
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Identitas klien terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, alamat klien, agama,
pendidikan, suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian, no registrasi, dan diagnosa medis. Penyakit Menular Seksual bisa
menyerang pada semua usia dan jenis kelamin. (Pekerjaan yg memicu)
2. Keluhan Utama
Biasanya klien mengeluh demam, anoreksia, dan terdapat lesi pada kulit.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien mengeluh demam, anoreksia, dan terdapat lesi pada kulit.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat adanya penyakit menular seksual pada anggota keluarga lainnya
sangat menentukan.
3.2 Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Integumen
Kulit : biasanya terdapat lesi. Berupa papula, makula, postula.
b. Kepala dan Leher
Kepala : Biasanya terdapat nyeri kepala
c. Mata
Pada sifilis kongenital terdapat kelainan pada mata (keratitis interstisial)
d. Hidung
Pada stadium III dapat merusak tulang rawan pada hidung dan palatum.
e. Telinga
Pada sifilis kongenital dapat menyebabkan ketulian
f. Mulut
Pada sifilis kongenital, gigi hutchinson (incivious I atas kanan dan kiri,
bentuknya seperti obeng)

22
g. Leher
Pada stadium II biasanya terdapat nyeri leher.
h. Sistem Pernafasan
Kelelahan terus menerus, kaku kuduk, malaise. Tanda (kelemahan,
perubahan tanda-tanda vital)
i. Sistem Kardiovaskuler
Kemungkinan adanya hipertensi, arteriosklerosis dan penyakit jantung
reumatik sebelumnya.
j. Sistem Pencernaan
Biasanya terjadi anoreksia pada stadium II
k. Sistem Muskuloskeletal
Pada neurosifilis terjadi athaxia
l. Sistem Neurologis
Biasanya terjadi parathesia
m. Sistem Perkemihan
Penurunan berkemih, nyeri pada saat kencing, kencing keluat nanah. Tanda
: kencing bercampur nanah, nyeri pada saat kencing.
n. Sistem Reproduksi
(...........................)

3.3 Pengkajian Fungsional Gordon


1. Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan
a. Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit
yang dideritanya dan pentingnya kesehatan bagi klien?
b. Kaji apakah klien merokok atau minum alkohol?
c. Apakah klien mengetahui tanda dan gejala penyakitnya?
2. Pola nutrisi metabolik
a. Tanyakan kepada klien bagaimana pola makannya sebelum sakit
dan pola makan setelah sakit?
b. Apakah ada perubahan pola makan klien?
c. Kaji apa makanan kesukaan klien?
d. Kaji riwayat alergi makanan maupun obat-obatan tertentu.

23
e. Biasanya klien mengalami gejala: anoreksia, nausea
f. Tanda: vomiting
3. Pola eliminasi
a. Kaji bagaimana pola miksi dan defekasi klien apakah mengalami
gangguan?
b. Kaji apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi nya?
c. Apakah klien merasakan nyeri saat BAK dan BAB?
d. Apakah penyakit ini mengganggu kenyamanan saat BAK dan BAB?
e. Biasanya klien mengalami gejala: penurunan berkemih, nyeri pada
saat kencing, kencing keluar Nanah.
f. Tanda: kencing bercampur nanah,nyeri pada saat kencing.
4. Pola aktivas latihan
a. Kaji bagaimana klien melakukan aktivitasnya sehari-hari sebelum
menghadapi pembedahan, apakah klien dapat melakukannya sendiri
atau malah dibantu keluarga?
b. Apakah aktivitas terganggu karena penyakit yang dihadapinya?
c. Biasanya klien mengalami gejala: kelelahan terus- menerus, kaku
kuduk, malaise.
d. Tanda: kelemahan, perubahan tanda- tanda vital (tekanan darah
kadang-kadang naik)
5. Pola istirahat tidur
a. Kaji perubahan pola tidur klien, berapa lama klien tidur dalam sehari?
b. Apakah klien mengalami gangguan dalam tidur, seperti nyeri ?
6. Pola kognitif persepsi
a. Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan pada
panca indra?
b. Bagaimana kemampuan berkomunikasi, memahami serta berinteraksi
klien terhadap orang lain?

7. Pola persepsi diri dan konsep diri

24
a. Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang
dideritanya apakah klien merasa rendah diri ?
b. Apakah sering merasa marah, cemas, takut, depresi, karena penyakit
yang dideritanya?
c. Apakah klien merasa kurang percaya diri karena penyakitnya?
8. Pola peran hubungan
a. Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan
selama dirawat di Rumah Sakit dan bagaimana hubungan sosial
klien dengan masyarakat sekitarnya?
b. Biasanya klien akan kurang percaya diri bergaul dengan masyarakat
9. Pola reproduksi dan seksualitas
a. Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan?
b. Apakah ada perubahan kepuasan pada seksualitas klien
c. Kaji pasien, apakah saat berhubungan memakai alat pelindung?
d. Apakah klien mengganti-ganti pasangannya?
e. Biasanya pada pemeriksaan alat kelamin bagian luar ditemukan:
1) Ulkus genital: sakit bila disentuh, tepi luka jelas atau tepi
mengantong
2) Pembengkakan Kelenjar Inguinal: sakit bila disentuh, bekas luka
kelenjar lipat paha
3) Kutil Genital: vulva vagina, anus.
4) Keputihan tidak biasa jumlah banyak atau terus keluar warna
tidak biasa, rasa gatal, bau busuk amis atau asam, ada daging atau
kutil pada alat kelamin
10. Pola koping dan toleransi stress
a. Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah?
b. Apakah klien menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan stres?
c. Biasanya klien akan mengalami stres dan depresi karena
penyakitnya, takut tidak diterima dalam masyarakat.
11. Pola nilai dan kepercayaan
a. Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi
penyakitnya?

25
b. Apakah ada pantangan agama dalam proses penyembuhan klien?
Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi pembedahan?

3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang kemungkinan muncul :
a. Resiko tinggi infeksi b.d ulkus pada penis dan anus serta demam subfebris
b. Nyeri akut b.d kerusakan jaringan sekunder
c. Gangguan integritas jaringan kulit b.d adanya ulkus pada genitalia
d. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan resiko penyebaran infeksi dan
infeksi berulang.

3.3 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa NOC NIC
1 Resiko tinggi infeksi Setelah dilakukan asuhan  Pantau suhu klien
b.d ulkus pada penis keperawatan, dengan kriteria  Berikan kompres hangat
dan anus serta hasil :  Pemberian cairan sangat
demam subfebris  Suhu tubuh normal (36-37 penting bagi pasien
C) dengan suhu tubuh yang
 Kulit tidak panas, tidak tinggi. Antipiretik untuk
kemerahan. menurunkan panas
 Keadaan luka membaik tubuh pasien
 Luka mengering
 Lakukan perawatan luka
dengan teknik steril
dapat Mengurangi
kontaminasi kuman
langsung ke area luka.
 Mencegah meserasi dan
menjaga perianal tetap
kering
 Anjurkan diit tinggi
protein diperlukan untuk
meningkatkan asupan
dari kebutuhan

26
pertumbuhan jaringan
 Menjaga kebersihan kulit
dan mencegah
komplikasi

2 Nyeri akut b.d agen Outcome : kontrol nyeri. Setelah Manajemen nyeri
cedera biologis dilakukan tindakan keperawatan  Lakukan pengkajian
diharapkan : komprehensif yang
 Klien mampu mengenali meliputi : lokasi,
kapan nyeri terjadi karakteristik, durasi, dan
 Dapat menggambarkan frekuensi
faktor penyebab nyeri  Observasi adanya petunjuk
 Menggunakan tindakan non verbal mengenai
pengurangan nyeri tanpa ketidaknyamanan.
analgetik  Ajarkan prinsip-prinsip
 Menggunakan analgetik manajemen nyeri.
yang digunakan  Kolaborasi dengan tim
medis lain dalam
penanganan nyeri.
3 Gangguan integritas Setelah dilakukan asuhan  Kaji kerusakan kulit yang
jaringan kulit b.d keperawatan, diharapkan terjadi pada klien
adanya ulkus pada integritas kulit membaik secara  Catat ukuran atau warna,
genitalia optimal, dengan kriteria hasi : kedalam luka dan kondisi
 Pertumbuhan jaringan sekitar luka.
meningkat  Lakukan perawatan luka
 Keadaan luka membaik dengan Teknik steril
 Luka menutup  Bersihkan area perianal
dengan membersihkan
feses menggunakan air.
 Tingkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan pasien untuk
menjaga kebersihan kulit
dengan cara mandi sehari
2 kali

27
 Kolaborasi dalam
pemberian obat antibiotika
topical
4 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan  Mengkaji pengetahuan
tentang penyakit dan keperawatan, diharapkan pada klien tujuannya
resiko penyebaran terpenuhinya pengetahuan untuk mengetahui
infeksi dan infeksi pasien tentang kondisi penyakit, seberapa banyak
berulang. dengan kriteria hasil: pengetahuan klien tentang
 Klien mampu penyakit yang dideritanya.
mengungkapkan pengertian  Memberi informasi yang
tentang proses infeksi, belum klien ketahui
tindakan yang dibutuhkan tentang penyakitnya.
dengan kemungkinan  Menjelaskan kepada klien
penularan. tentang bagaimana cara
 Klien mengenal perubahan mencegah terjadinya
gaya hidup yang sehat untuk penularan pada penyakit
mencegah terjadinya klien.
penularan  Memberi penyuluhan
tentang cara hidup sehat
seperti intake makanan
yang baik, keseimbangan
antara aktivitas dan
istirahat, serta monitor
status kesehatan dan
adanya infeksi.
 Mengdentifikasi sumber-
sumber pendungkung
yang memungkinkan
untuk mempertahankan
perawatan dirumah yang
dibutuhkan

28
3.4 Implementasi Keperawatan

No Diagnosa Implementasi

1. Resiko tinggi infeksi b.d ulkus pada  Telah dipantau suhu klien
penis dan anus serta demam subfebris  Memberikan kompres hangat
 Memberikan cairan sangat penting bagi
pasien dengan suhu tubuh yang tinggi.
Antipiretik untuk menurunkan panas
tubuh pasien
 Sudah dilakukan perawatan luka
dengan teknik steril dapat Mengurangi
kontaminasi kuman langsung ke area
luka.
 Dilakukan pencegahan meserasi dan
menjaga perianal tetap kering
 Sudah dianjurkan diit tinggi protein
diperlukan untuk meningkatkan asupan
dari kebutuhan pertumbuhan jaringan
 Menjaga kebersihan kulit dan mencegah
komplikasi

2 Nyeri akut b.d agen cedera biologis  Telah dilakukan pengkajian komprehensif
yang meliputi : lokasi, karakteristik,
durasi, dan frekuensi
 Mengobservasi adanya petunjuk non
verbal mengenai ketidaknyamanan.
 Telah dijarkan prinsip-prinsip manajemen
nyeri.
 Sudah dikolaborasikan dengan tim medis
lain dalam penanganan nyeri.

3 Gangguan integritas jaringan kulit b.d  Telah dikaji kerusakan kulit yang terjadi
pada klien

29
adanya ulkus pada genitalia  Mencatat ukuran atau warna, kedalam luka
dan kondisi sekitar luka.
 Melakukan perawatan luka dengan Teknik
steril
 Membersihkan area perianal dengan
membersihkan feses menggunakan air.
 Meningkatkan asupan nutrisi
 Telah dianjurkan pasien untuk menjaga
kebersihan kulit dengan cara mandi sehari
2 kali
 Mengkolaborasi dalam pemberian obat
antibiotika topical

4 Kurang pengetahuan tentang penyakit  Telah dikaji pengetahuan pada klien


dan resiko penyebaran infeksi dan tujuannya untuk mengetahui seberapa
infeksi berulang. banyak pengetahuan klien tentang
penyakit yang dideritanya.
 Telah diberi informasi yang belum klien
ketahui tentang penyakitnya.
 Menjelaskan kepada klien tentang
bagaimana cara mencegah terjadinya
penularan pada penyakit klien.
 Sudah dilakukan penyuluhan tentang cara
hidup sehat seperti intake makanan yang
baik, keseimbangan antara aktivitas dan
istirahat, serta monitor status kesehatan
dan adanya infeksi.
 Sudah diidentifikasi sumber-sumber
pendungkung yang memungkinkan
untuk mempertahankan perawatan
dirumah yang dibutuhkan

30
3.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan proses yang berkesinambungan. Agar efektif


evaluasi didasarkan pada tujuan yang berpusat pada klien yang diidentifikasikan
saat merencanakan tahapan asuhan keperawatan. Perawat dapat cukup yakin
bahwa perawatan yang diberikan efektif dalam arti hasil yang diharapkan telah
terpenuhi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan tercapai tujuan intervensi


dari setiap diagnosa keperawatan, yaitu sebagai berikut.
a. Penurunan nyeri atau nyeri hilang.
b. Fungsi kemih kembali normal.
c. Pola eliminasi tanpa infeksi ulang
d. Pigmentasi dan elastisitas kulit kembali normal.
e. Suhu tubuh dalam batas normal
f. Evaluasi yang diharapkan setelah mendapat intervensi keperawatan,
meliputi:
g. Terjadi peningkatan intergitas jaringan kulit.
h. Terpenuhinya informasi pengetahuan tentang penyakit dan resiko
penyebaran infeksi.
i. Pasien tidak mengelami komplikasi ke organ genetalia lain.
j. Terpenuhinya kepatuhan pasien terhadap program terapi.
k. Terjadinya peningkatan gambaran diri.
l. Terjadi penurunan kecemasan.

31
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) adalah masuk dan berkembangbiaknya


kuman penyebab infeksi kedalam saluran reproduksi. Kuman penyebab infeksi
tersebut dapat berupa bakteri, jamur, virus dan parasit.

Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) adalah terminology umum yang


digunakan untuk tiga jenis infeksi pada saluran reproduksi yaitu ISR endogen, ISR
iatrogenic atau yang berhubungan dengan prosedur medis, penyakit menular
seksual (PMS).

Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit yang cara penularannya


terutama melalui hubungan seksual, baik secara heteroseksual maupun
homoseksual. PMS juga diartikan sebagai penyakit kelamin yang ditularkan
melalui hubungan seksual yang menyerang sekitar alat kelamin.

B. Saran

Perlunya perhatian pendidikan terhadap para kaum remaja tentang


kesehatan reproduksi. Hal ini sebagai salah satu menjaga kesehatan reproduksinya
dari Penyakit Menular Seksual.

Penyuluhan terpadu dari berbagai pihak, apakah itu dari petugas kesehatan, ulama,
pemuka masyarakat terhadap masyarakat tentang pentingnyakebersamaan dalam
menjagakesehatan, termasuk kesehatan reproduksinya.

32
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati Eni. Dkk, (2009). Asuhan Kebidanan Komunitas. Nuha Medika. Yogjakarta
Djuanda Adhi, dkk, (2007). Ilmu penyakit kulit dan kelamin. FKUI. Jakarta
http://pkbijabar.com/index.php/cabang/90-halaman/berita-terbaru/141-infeksi-saluran-
reproduksi

www.pppl.depkes.go.id/_.../IMS_dan_ISR_pada_Pelayanan_Kesehatan

33

You might also like