Professional Documents
Culture Documents
Problem-Based Learning 2
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan Umum : Makalah ini bertujuan untuk mempelajari dasar-dasar konsep ilmu pengetahuan
mengenai perubahan iklim dengan cara mengintegrasikan pengetahuan yang telah dimiliki dan
pengetahuan baru sehingga mampu memahami suatu permasalahan secara ilmiah dan
komprehensif.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penyusunan makalah ini diantaranya;
1. Melatih cara berpikir kritis,logis, dan ilmiah dalam mengkaji dan menghadapi suatu
permasalahan
2. Melatih untuk memahami permasalahan secara ilmiah, kritis, dan komprehensif melalui
pendekatan Problem Based Leaning (PBL) dengan menelusuri latar belakang munculnya
permasalahan,menentukan teori-teori yang relevan unuk mengkaji permasalahan secara
ilmiah,mengkaitkan permasalahan dengan teori yang telah diketahui, kemudian merumuskan
penyelesaian permasalahan yang logis
3. Melatih kolaborasi antar anggota home group untuk menyelesaikan tugas
PEMBAHASAN
Perubahan Iklim adalah pergeseran statistik atau rata-rata jangka panjang cuaca.
Perubahan iklim sendiri dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor yang pertama adalah
natural variability atau faktor alam. Faktor kedua adalah human-induced factor atau faktor
manusia. Faktor alam adalah faktor dalam alam yang mempengaruhi satu sama lain. Komponen
faktor alam terdiri dari atmosfer (suhu, unsur-unsur di udara, uap air, dan sebagainya), daratan
(resapan tanah, keaktifan gunung berapi, unsur di tanah, dan sebagainya), laut (tinggi gelombang,
dan sebagainya) dan radiasi matahari. Faktor manusia adalah faktor yang berasal dari manusia
itu sendiri karena tindakanya yang mempengaruhi alam.
Human-induced factor of climate change atau faktor yang disebabkan oleh manusia
adalah tindakan manusia yang dapat mempengaruhi pergeseran iklim. Tindakan tersebut antara
lain menggunakan tenaga listrik thermal power plant( menggunakan bahan bakar fosil),
menggunakan kendaraan bermotor menggunakan bahan bakar fossil mengeluarkan co2,Bahan
industri yang diciptkan menggunakan bahan bakar fosil mengeluarkan co2 dan sampah,
menggunakan sampah tak terurai seperti plastik yang akan menciptakan kerusakan lingkungan,
menggunakan kayu sebagai bahan industri yang akan mengurangi banyak hutan di bumi
menggunakan pupuk pada pertanian yang menciptakan emisi n2o, melakukan Degradasi lahan (
perusakan lahan hutan untuk banyak keperluan yang merusak lingkungan sekitarnya sehingga
terjadi perubahan pada keadaan udara misal: konsentrasi CO2 di udara yang menyebabkan
terhalanganya cahaya matahari keluar bumi.
Global warming, yang merupakan salah satu gejala pergeseran iklim pada masa kini,
adalah manifestasi dari faktor alam dan faktor manusia. Tindakan yang dilakukan manusia
mempengaruhi alam sehingga terjadi global warming yang akan dibahas di bab lainya.
I. 2 Perubahan iklim dalam jangka waktu geologis
I. 2. 1 Paleozoikum
Zaman Paleozoikum terjadi pada 541 hingga 252 juta tahun yang lalu. Pada masa itu
terjadi perkembangan makhluk hidup yang bersel banyak. Zaman ini dibagi menjadi 6 masa
yaitu; Cambrian, Ordovician, Cambrian,Ordovician,Carboniferus,Silurian,Devonian, dan
Permian.Iklim pada masa tersebut mayoritas hangat namun terjadi zaman es pada masa
Ordovician dan Permian.
I. 2. 2 Mesozoikum
Mesozoikum terjadi pada masa 252 hingga 66 juta tahun yang lalu.Masa tersebut dibagi
menjadi 3 masa;Cretaceus,Jurrasic,Triassic. Pada zaman ini berembang Dinosaurus sebagai
predator utama dalam Bumi. Sebagai hewan superior, populasi dinasaurus adalah populasi
terbanyak di Bumi saat itu. Zaman puncak populasinya ada pada masa Jurrasic sebelum punah
di masa Paleogene di Zaman Cenozoic. Iklim secara umum lembab dan hangat.
I. 2. 3 Cenozoikum
Terjadi pada 66 juta tahun yang lalu hingga saat ini. Zaman ini dibagi menjadi 3;
Paleogene, Neogene dan QuatemaryZaman Paleogene terjadi mass Extinction beberapa species
salah satunya dinosaurus. Disebabkan oleh perubahan iklim yang drastis. Penyebab perubahan
iklim ini masih diperdebatkan. Zaman Neogene pada umumnya iklim moderat seperti masa
kini namun pertengahan zaman terjadi zaman es (ice age).
Revolusi Industri adalah permulaan dari global warming yang terjadi saat ini. Global
warming disebabkan oleh manusia itu sendiri yang diawali dengan revolusi industri. Revolusi
industri dimulai sejak abad 18 hingga abad 19. Hal ini terbukti dengan tercatatnya kenaikan rata-
rata suhu Bumi sebesar 0,6 derajat celcius dari abad 19 hingga abad 21.
Tindakan yang dilakuakan manusia selama revolusi industri yang mempengarui global
garming adalah penebangan hutan,penciptaan mesin-mesin industri yang menghasilkan polusi
(jelaga) , praktik pertanian yang masif dengan membuka lahan baru dan menerapkan teknologi
pertanian seperti pupuk, dan penggunaan bahan bakar fosil. Hutan sebagai sequester (penyerap
dan penampung) emisi karbon dioksida dari makhluk hidup dan aktivitas manusia ditebang untuk
dimanfaatkan kayunya sebagai bahan bakar (tungku), bahan bangunan, dll. Mesin-mesin industri
yang masih sederhana menghasilkan gas-gas buangan yang sangat banyak. Pembukaan lahan
semakin mengurangi luas lahan tertutup pohon. Penggunaan pupuk menyebabkan akumulasi gas
nitrogen oksida di udara. Sementara pengunaan bahan bakar fosil menghasilkan emisi karbon
yang sangat masif.
II. Greenhouse effect sebagai penyebab global warming yang berdampak pada perubahan iklim
Perubahan iklim dalam hal perubahan suhu Bumi dapat terjadi baik itu suhunya menjadi
turun maupun naik. Suhu Bumi dipengaruhi oleh empat faktor1 yang saling mempengaruhi, yaitu
jumlah energi matahari yang diterima, jumlah energi kalor yang dilepaskan, evaporasi dan
kondensasi uap air, dan retensi panas oleh atmosfer. Perubahan pada salah satu atau keseluruhan
faktor-faktor tersebut dapat mengubah suhu Bumi. Penyebab dari perubahan itu diantaranya
gangguan pada keseimbangan energi Bumi (Earth’s energy balance),greenhouse gas, polusi
emisi aerosol, partikulat letusan gunung, variasi arus laut dan angin, perubahan energi matahari,
dan siklus Milankovich.
Greenhouse effect (efek rumah kaca) adalah mekanisme penyebab global warming (efek
rumah kaca). Efek rumah kaca itu sendiri merupakan mekanisme dimana gas-gas tertentu di
atmosfer menyerap radiasi gelombang elektromagnetik panjang dari permukaan Bumi dan
memancarkannya kembali ke permukaan melalui counter radiation.1
Gangguan pada keseimbangan energi Bumi adalah fenomena dimana energi radiasi
matahari yang masuk ke Bumi tidak dapat sepenuhnya secara langsung dikeluarkan ke luar
angkasa sehingga energi Bumi meningkat. Matahari memancarkan radiasi energi dalam
gelombang elektromagnetik pendek (rentang sinar gamma hingga inframerah pendek) ke seluruh
angkasa termasuk menuju Bumi. Sebagian radiasi tersebut dipantulkan oleh atmosfer,sebagian
diurai atmosfer, dan sebagian lagi menembus atmosfer. Gelombang yang menembus atmosfer
mengenai permukaan Bumi. Gelombang tersebut selanjutnya akan dipantulkan ataupun diserap
oleh permukaan Bumi, tergantung pada albedo permukaan (kemampuan benda memantulkan
gelombang elektromagnetik). Gelombang yang diserap akan meningkatkan energi di dalam
Bumi (meningkatkan kalor laten Bumi). Bumi sebagai benda hitam (black body dalam konsep
fisika) akan memancarkan radiasi dalam bentuk gelombang elektromagnetik panjang agar
tercipta keseimbangan dalam Earth’s energy budget (keseimbangan energi yang diterima dan
dilepaskan). Selain itu, gelombang yang tidak diserap permukaan Bumi akan dipantulkan
kembali ke angkasa juga dalam bentuk gelombang elektromagnetik panjang . Akan tetapi,gas-
gas rumah kaca di atmosfer hanya dapat dilewati oleh gelombang elektromagnetik pendek dari
angkasa, tidak dapat dilewati gelombang elektromagnetik panjang dari Bumi. Akibatnya,
gelombang elektromagnetik dari Bumi diserap oleh gas-gas tersebut sehingga atmosfer
mengandung energi dalam kalor laten. Gas-gas yang mengandung energi akan memancarkannya
juga dalam bentuk gelombang elektromagnetik panjang yang mana ada dua kemungkinan arah
radiasinya, menuju ke luar atmosfer atau kembali ke permukaan Bumi. Gas-gas rumah kaca
terletak di atmosfer dalam ketinggian berbeda-beda sesuai dengan titik beku masing-masing gas.
Hal ini menyebabkan adanya lapisan-lapisan gas rumah kaca pada atmosfer. Susunan berlapis
ini mengakibatkan apabila lapisan terdekat meradiasikan sebagian gelombang ke arah luar
angkasa, gelombang itu akan diserap lagi oleh lapisan diatasnya yang mana sebagian akan
dipancarkan kembali dan sebagian dipancarkan ke luar angkasa. Demikian seterusnya sehingga
gelombang elektromagnetik panjang dari Bumi membutuhkan waktu semakin lama untuk
dikeluarkan dari Bumi. Hal ini meningkatkan energi di Bumi yang manifestasinya adalah
meningkatnya suhu Bumi atau dikenal dengan global warming.
Dapat disimpulkan bahwa gas rumah kaca menimbulkan pemanasan global yang
merupakan peningkatan secara perlahan dari suhu keseluruhan atmosfer Bumi. Namun lebih dari
itu, gas-gas rumah kaca mempercepat proses peningkatan suhu Bumi dengan laju peningkatan
yang abnormal yang seharusnya berjalan secara alamiah.1
Beberapa gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim diantaranya karbon
dioksida, ,klorofluorokarbon, metana, oksida nitrogen dan ozon dengan kontibusi terhadap
tingkat pengrusakan oleh faktor antropogenik (human-induced factor) berturut-turut 50-60%
(CO2), 15-25 % (CFC), 12-20% (CH4), 5% Nitrogen Oksida (N2O,5%) dan ozon (tidak
diketahui). 1
II. 4. Dampak negatif pemanasan global tehadap iklim dan ekosistem
Perubahan es di kutub, dimana es di kutub utara mencair tetapi di kutub selatan bertambah
Jumlah badai yang terjadi hampir konstan (masih sesuai pola) tetapi keparahannya jauh lebih
berat akibat global warming
Tinggi air laut meningkat
Hewan-hewan sebagai pembawa penyakit menular bermigrasi, contohnya west nile virus yang
berasal dari Afrika terbawa oleh burung hingga menyebabkan kasus di Amerika.
Banyak ekosistem yang rusak dan ancaman kepunahan spesies
Pergeseran musim, contohnya musim semi terjadi lebih cepat
Musim-musim menjadi ekstrem, seperti musim dingin ekstrem di Rusia atau gelombang panas
di Amerika Serikat
Kekeringan parah
Pergeseran pola perubahan iklim di Indonesia terjadi semakin parah dari hari ke hari.
Perubahan pola terjadi pada aspek curah hujan, suhu bumi, dan tinggi muka laut. Pergeseran pola
curah hujan dapat berupa peningkatan curah hujan maupun penurunan curah hujan.Peningkatan
curah hujan menyebabkan bencana lain seperti banjir dan tanah longsor. Penurunan curah hujan
dapat menimbulkan kekeringan dan menyebabkan penurunan ketersediaan air. Di lain pihak,
perubahan suhu bumi diperkiran meningkat dan pada tahun 2020-2050 akan mencapai
peningkatan 0.8–1°C relatif terhadap periode iklim terakhir di abad ke-20. Perubahan suhu ini
dapat menimbulkan ancaman bagi ekosistem, dapat menimbulkan kebakaran hutan, dan dapat
menimbulkan evaporasi berlebihan pada tumbuhan. Perubahan juga terjadi pada tinggi muka
laut. Tinggi muka laut mengalami kenaikan sebesar 7mm/tahun pada periode 1993-2008.
Diprediksikan tinggi muka laut akan meningkat 35-40cm pada tahun 2050 dibanding pada tahun
2000. Dampak yang ditimbulkan dari kenaikan muka lau adalah terancamnya kehiduoan pesisir,
terjadi peningkatan genangan air, abrasi pesisir, dan intrusi air laut.
Dalam menghadapi pergeseran perubahan pola iklim ini, pemerintah terutama pada
sektor kementrian, BNPB,BPPT, dan LIPI , mengambil upaya dalam hal mitigasi dan adaptasi.
Selain itu, pemerintah juga berperan aktif dalam perjanjian-perjnjian internasional seperti
meratifikasi UNFCC 1994 dan Kyoto Protocol 2004 . Untuk upaya dalam negeri, pemerintah
meluncurkan Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap (ICCSR) 2010-2030 untuk
menguatkan upaya adaptasi dan mitigasi yang akan dilakukan. Upaya mitigasi yang dilakukan
pemerintah antara lain peningkatan efisiensi penggunaan energi pada kawasan terbangun di kota,
peningkatan penggunaan sumber energi alternatif, dan pengembangan sistem transportasi massal
dengan sumber energi alternatif yang bertujuan mengurangi penambahan kendaraan pribadi. Di
sisi lain, upaya adaptasi yang dilakukan pemerintah adalah meningkatkan sistem drainase kota
untuk antisipasi peningkatan debit air hujan, meningkatkan sistem pengendalian banjir,
perencanaan dan pengendalian pemanfaatan ruang/guna lahan, meningkatkan ketahanan pangan,
mengurangi penggunaan air untuk rumah tangga maupun industri, dan meningkatkan
pemanfaatan sumber air alternatif seperti air hujan
Kanker kulit merupakan suatu penyakit yang menyebabkan sel-sel kulit manusia
mengalami pertumbuhan yang tidak terkendali. Kanker kulit yang menyerang manusia dapat
disebabkan oleh peningkatan paparan sinar ultra violet yang mengandung sifat karsinogenik pada
kulit akibat adanya penipisan ozone bumi. Selain itu, kanker kulit juga dapat dipengaruhi oleh
kurangnya produksi pigmen melanin dalam kulit. Pada umumnya, kanker kulit menyerang
bagian epidermis kulit yang merupakan lapisan paling luar kulit, sehingga kanker kulit termasuk
kanker yang mudah dideteksi pada stadium awal karena keberadaan tumor akan langsung terlihat
jelas. Terdapat tiga tipe utama kanker kulit, yaitu karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa,
dan melanoma maligna.
Karsinoma sel basal merupakan tipe kanker kulit yang paling banyak terjadi. Karsinoma
sel basal bersifat lokal invasif dan jarang bermetastasis atau menyebar ke bagian tubuh
sekitarnya, sehingga tipe ini jarang menimbulkan kematian. Karsinoma sel basal merupakan tipe
kanker yang menyerang lapisan sel basal epidermis kulit. Pada tipe ini timbul nodul atau benjolan
kecil yang memiliki ciri-ciri agak berkilat, kemerahan, dengan pinggiran agak kehitaman.
Karsinoma sel basal memiliki kelainan seperti lecet yang tidak kunjung sembuh atau biasa
disebut dengan berulserasi.
Karsinoma sel skuamosa merupakan tipe yang memiliki lesi lebih lebar dari karsinoma
sel basal, dan nodul yang terdapat pada tipe ini lebih memperlihatkan reaksi inflamasi. Pada tipe
karsinoma sel skuamosa, nodul mengalami penebalan sehingga tampak seperti tumor yang kasar,
tebal, dan menyebabkan kulit menjadi bersisik. Kulit yang bersisik terkadang berulserasi
sehingga merusak jaringan kulit.
Melanoma maligna merupaka tipe tumor yang paling ganas diantara ketiga tipe umum
kanker kulit, hal ini dikarenakan melanoma maligna memiliki risiko yang besar untuk
bermetastasis sehingga penyebaran kanker terjadi dengan cepat. Tipe melanoma maligna
menginvasi lapisan dermis yang lebih dalam dan jaringan subkutan kulit. Tumor tipe ini memiliki
ciri-ciri yaitu memiliki tepi yang tidak beraturan dan permukaannya mengalami ulserasi. Nodul
pada tipe melanoma maligna pada umumnya memiliki warna yang bervariasi antara area satu
dengan lainnya dan memiliki diameter lebih dari 6 mm.
V. Perubahan Iklim sebagai Isu Internasional
Perubahan iklim disamping krisis pangan, krisis energi, dan epidemi merupakan isu-isu yang
semakin meningkat tensinya seiring waktu dan menjadi perhatian dunia, terutama oleh pemimpin-
pemimpin Negara, organisasi PBB, dan non-governmental organization (NGO). Para pemimpin
Negara umumnya membahas isu perubahan iklim melalui forum-forum regional dan internasional
yang menghasilkan kesepakatan perjanjian-perjanjian atau kerangka kerja tertentu. Sementara NGO
lebih berperan dalam monitoring kebijakan pemerintah dan pengamatan di berbagai belahan dunia.
Down To Earth Indonesia merupakan organisasi non profit yang didirikan oleh organisasi
nonprofit dari Inggris, yaitu Tapol dan Survival international.
Dewan Nasional Perubahan Iklim merupakan dewan yang dibentuk oleh pemerintah
melalui Peraturan Presiden RI Nomor 46 tahun 2008.
Pada tahun 1992 beberapa negara bergabung dalam traktat internasional untuk membatasi
peningkatan temperatur rata-rata global yang mempengaruhi perubahan iklim. UNFCCC sekarang
sudah terdapat 195 partai se-Dunia dengan tujuan menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca di
atmosfer dari campur tangan manusia yang membahayak sistem cuaca. UNFCC telah
menghasilkan beberapa hal seperti dibawah ini :
V. 3. 1. Protokol Kyoto
Protokol ini bertujuan untuk membantu stimulasi green investment dan membantu partai
menentukan target emisinya dengan pengeluaran yang efektif.
Perubahan iklim yang terjadi di seluruh dunia, memicu para ahli untuk mengeluarkan
berbagai teknologi agar bisa mengurangi dampak dan mengantisipasi perubahan iklim yang telah
terjadi. Untuk itu, bias diterapkan teknologi ramah lingkungan. Teknologi ramah lingkungan
adalah teknologi yang menggunakan sedikit atau sama sekali sumber daya alam dan menghasilkan
emisi yang sedikit sehingga dapat digunakan untuk mengurangi bahkan mengantisipasi perubahan
iklim. Contoh-contoh teknologi ramah lingkungan ini antara lain:
Indonesia sebagai negara yang terletak di bawah garis khatulistiwa memiliki curah
penyinaran matahari yang tinggi dan intens, sehingga cocok untuk menerapkan tenaga surya.
Tenaga surya ini memanfaatkan efek fotolistrik untuk menyerap energi radiasi gelombang
elektromagnetik, seperti sinar ultraviolet untuk menjadi energi listrik yang nantinya akan
disimpan di dalam baterai. Namun begitu, tenaga surya ini tidak dapat digunakan jika matahari
tertutup atau pada waktu malam hari.
Hidroelektrik memanfaatkan tenaga potensial dan kinetik air untuk diubah menjadi
energi listrik. Energi yang dihasilkan ini bergantung pada volume air dan ketinggian air yang
jatuh.
Mobil listrik menggunakan bahan bakar listrik yang disimpan di dalam baterai yang
sudah diisi terlebih dahulu. Mobil listrik ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan mobil
konvensional antara lain polusi yang kecil sehingga mengurangi emisi gas rumah kaca dan tidak
bergantung pada BBM. Kelemahannya adalah tenaga yang kecil, bahan yang tidak kuat, baterai
yang mahal, dan infrastruktur di Indonesia yang masih minim.
Sel bahan bakar menggunakan proses elektrokimia antara hidrogen dengan oksigen
untuk menghasilkan listrik. Sel bahan bakar memiliki efektifitas 2-3 kali lebih tinggi
dibandingkan proses pembakaran hidrokarbon, seperti bensin dan solar. Alat ini juga mudah
dalam pemeliharaan dan penempatan yang fleksibel.
Tenaga angin ini memanfaatkan energi kinetik angin untuk ditangkap oleh baling-baling
yang akan memutar as hingga memutar generator yang akan mengubah energi rotasi ini menjadi
energi listrik yang nantinya akan disimpan oleh baterai.
VI.5. Stratospheric Aerosol Injection (SAI)
Teknologi ini diinspirasi dari letusan gunung berapi yang mampu merefleksikan cahaya
matahari sehingga mampu memodifikasi awan pada stratosfer dan mampu menurunkan suhu
bumi selama beberapa tahun kemudian. Teknologi ini nantinya akan mampu mengatasi masalah
pemanasan bumi dengan menurunkan suhu bumi yang bias bertahan dalam jangka waktu lama.
Namun, teknologi ini membutuhkan ruang lingkup yang sangat besar sehingga sekarang masih
menjadi wacana di kalangan para ahli.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perubahan iklim adalah salah satu dari proses-proses perubahan alamiah yang dialami Bumi.
Akan tetapi, perubahan tersebut terganggu oleh aktivitas-aktivitas manusia yang mengeksploitasi
alam secara berlebihan dan menimbulkan kerusakan pada berbagai ekosistem di Bumi. Hasilnya,
iklim kali ini tidak menentu dan bahkan menunjukan gejala-gejala ekstrem yang membawa dampak
merugikan bagi manusia.
3.2 Saran
1. Perlu adanya perubahan orientasi manusia dari memanfaatkan alam menjadi hidup berdampingan
dengan alam
2. Para pemimpin dunia harus berani dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang menyangkut
perubahan iklim dan disertai dengan kesadaran masyarakat dunia untuk peduli terhadap Bumi
4. Masyarakat bersama pemerintah harus melalukan upaya mitigasi dan adaptasi untuk menghadapi
perubahan iklim
3. Diperlukan studi literatur yang lebih mendalam mengenai tinjauan perubahan iklim, terutama untuk
menentukan kontribusi faktor alamiah dan faktor manusia dalam perubahan iklim.
DAFTAR PUSTAKA
Adika Puspa Sari et al. Fenomena lubang ozon yang terjadi di dunia. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret; 2013
Anonymous. From Revolution to Climate Change. fondation monique-fitz-back [Internet]. [cited 27
November 2014];8. Available from:
http://www.fondationmf.ca/fileadmin/user_upload/documents/Ressources_pedagogiques/Fiches_CC/
Anglais/Fic
Burroughs W. Climate change in prehistory. Cambridge: Cambridge University Press; 2005.Climate
Change. NOAA National Weather Service. 2007;.
Energi matahari [Internet]. 2013 [cited 2014 Oct 4]. Available from
:http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/perubahan-iklim-global/Energi
Bersih/Energi_matahari/
Hendaria MP, Asmarajaya AAGN, Maliawan S. Kanker kulit.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=14469&val=970 (accessed 28 November 14)
Keller,Strahler,Sevilla,Botkin. MPKT B : Science,Technology, and Health. 2011 ; Danvers : John
Wiley & Sons,Inc. pp. 499-519
National Geographic Indonesia. Binatang dan perubahan iklim.
http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/05/binatang-dan-perubahan-iklim (accessed 28
November 14)
National Geographic Indonesia. Dampak perubahan iklim pada tanaman.
http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/10/dampak-perubahan-iklim-pada-tanaman (accessed 28
November 14)
Pambuko W. Teknologi ramah lingkungan [Internet]. Unknown year [cited 2014 Sep 30]. Available
from: https://scele.ui.ac.id/berkas_kolaborasi/konten/mpktb_2014genap/081.pdf
Pikiran Rakyat. Perubahan iklim sebabkan mutasi gen penyakit.
http://www.pikiranrakyat.com/node/161289 (accessed 28 November 14)
Puskesmas Mandalika. Cuaca ekstrem dan pengaruh terhadap kesehatan.
http://www.slideshare.net/YuliaSafarina/cuaca-ekstrem-dan-pengaruh-terhadap-kesehatan (accessed
28 November 14)
Shah RK. Fuel Cells [Internet]. Unknown year [cited 2014 Oct 4]. Available from:
http://web.iitd.ac.in/~sbasu/L5.pdf
Suprayogi A. Dampak perubahan iklim terhadap ekosistem dan zoonosis.
http://biofarmaka.ipb.ac.id/phocadownloadpap/userupload/Info/2012/20120420%20-
%20Material%20from%20Head%20of%20Department%20AFF%20FKH-IPB.pdf (accessed 28
November 14)
The Geology of Paleozoic Era. [Internet]. 2014 [cited 27 November 2014];. Available from:
http://palaeos.com/pdf/paleozoic_early.pdf
UNFCCC. Technologies for adaptation to climate change. Bonn: UNON. 2006
Weninger B, Budja M. The impact of rapid climate change on prehistoric societies during the
Holocene in the Eastern Mediterranean.2009