Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
YOGYAKARTA
2018/2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan bagian penting dari sistem kesehatan. menyediakan pelayanan kuratif komplek, rumah
sakit harus senantiasa meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan harapan pelanggan untuk meningkatkan kepuasaan
pemakai jasa. dalam undang-undang nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit pasal 29 menyebutkan bahwa rumah sakit
wajib memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan pasien sesuai dengan standar rumah sakit. Rumah sakit termasuk pelayananan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayananan rawat inap, rawat jalan,dan gawat darurat. (Wikepedia, 2017).
Kompleksiatas ini muncul karena pelayanan di rumah sakit mampu melaksanakan fungsi yang demikian kompleks,
rumah sakit harus memiliki sumber daya, manusia yang profesional baik di bidang teknis bidang maupun administarsi
kesehatan. Untuk menjaga dan meningkatklan mutu, rumah sakit harus mempunyai suatu ukuran yang menjamin
peningkatan mutu disemua tingkatan termaksuk keperawatan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pelayananan
kesehatan (Undang-Undang nomor 36 tahun 2009) kemudian pada Pasal 40 ayat (1) disebutkan bahwa dalam upaya
2
peningkatan mutu pelayanan rumah sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal tiga tahun sekali. Dari undang-
undang tersebut diatas akreditasi rumah sakit penting untuk dilakukan dengan alasan agar mutu dan kualitas dintegrasikan
dan dibudayakan ke dalam sistem pelayanan di rumah sakit Depkes,2009.
Proses akreditasi dirancang untuk meningkatkan budaya keselamatan dan budaya kualitas di rumah sakit, sehingga
senantiasa berusaha meningkatkan mutu dan pelayanannya. Melalui proses akreditasi salah satu manfaatnya rumah sakit dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa rumah sakit menitikberatkan sasarannya pada keselamatan pasien dan mutu
pelayanan. Standar akreditasi rumah sakit merupakan upaya Kementrian Kesehatan RI menyediakan suatu perangkat yang
mendorong rumah sakit senantiasa meningkatkan mutu dan keamanan pelayanan. Dengan demikian rumah sakit harus
menerapkan standar akreditasi rumah sakit, termasuk standar-standar lain yang berlaku bagi rumah sakit sesuai dengan
penjabaran dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi 2011, sebagai bagian peningkatan kinerja, rumah sakit secara teratur
melakukan penilaian terhadap isi dan kelengkapan berkas rekam medis pasien ( Depkes, 2011) Salah satu fungsi rumah sakit
adalah menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan yang merupakan bagian dari sitem pelayanan kesehatan dengan
tujuan memelihara kesehatan masyarakat seoptimal mungkin.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,
di dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat
maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Undang-Undang Keperawatan 2014). Keperawatan sebagai
pelayanan atau Asuhan profesional bersifat humanistik, menggunakan pendakatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan
kiat keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan objektif lain, mengacu pada standar professional keperawatan dan
3
menggunakan etika keperawatan sebagai tuntunan umum. Perawat dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan keperawatan
dengan benar atau rasional dan baik atau etika (Nursalam 2015).
Praktek manajemen keperawatan merupakan penerapan konsep-konsep manajemen keperawatan yang berhubungan
dengan pengelolaan efektif manajemen operasional dan asuhan keperawatan di ruang perawatan, sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan atau asuhan keperawatan. Perubahan yang terjadi terus menerus dalam sistem pelayanan
kesehatan, menuntut adanya pembaharuan dalam keperawatan terutama dalam pengelolaan asuhan keperawatan (Suyanto,
2009).
Pengelolaan asuhan keperawatan yang terfragmentasi menyebabkan kurang adanya tanggung jawab perawat yang
menyeluruh terhadap asuhan klien. Hal ini sangat bertentangan dengan nilai-nilai profesional dalam praktek keperawatan
professional. Pengelolaan asuhan keperawatan merupakan inti dari praktek keperawatan profesional. Praktek keperawatan
profesional dilakukan bila perawat menerima tanggung jawab untuk mengelola asuhan keperawatan sejumlah klien dalam
periode waktu tertentu
agar tanggung jawab ini dapat dialami perawat, klien dan keluarga, hubungan yang bertanggung jawab ini perlu
dikembangkan oleh perawat (Suyanto, 2008). Bila hubungan ini tidak dikembangkan dalam suatu cara yang dapat diketahui
oleh klien dan keluarga, hubungan ini tidak mencapai tujuan. Esensi asuhan keperawatan professional adalah sejauh mana
dikembangkan hubungan yang bertanggung jawab antara anggota masyarakat (klien) dengan seseorang yang diberi lisensi
oleh masyarakat untuk memberikan asuhan keperawatan yang profesional (Nurse) (Suarli & Bachtiar, 2009).
4
Pengembangan dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling berhububng saling bergantung saling mempengaruhi
dan saling berkepentingan.oleh karena itu inovasi dalam pendidikan keperawatan,praktek keperawatan,ilmu keperawatan dan
kehidupan keprofesian merupakan fokus utama keperawatan indonesia dalam proses profesionalisasi. Keadaan ini akan bisa
dicapai apabila perawat indonesia menguasai pengelolaan keperawatan secara profesional saat ini dan yang akan datang ( Info
Jogja, 2017).
Dalam kegiatan peningkatan mutu pelayananan keperawatan perlu ada suatu program yang terencana dan
berkesenambungan sebagai pedoman bagi pelayanan keperawatan dalam mengevaluasi dan membuat rencana tindak lanjut
sehingga tercapai peningkatan mutu pelayananan yang harapkan. Di dalam rumah sakit kepala ruang adalah pemimpin yang
langsung membawahi perawat pelaksana, dan pelaksanaan tugas perawat di ruang rawat inap merupakan suatu unsur proses
dalam manajemen rumah sakit.
Sebagai realisasi dari upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, maka dilaksanakan uji coba penerapan
manajemen praktek keperawatan profesional oleh mahasiswa Profesi Ners STIKes Yogyakarta di Rumah Sakit Panembahan
Senopati Bantul. Pelaksanaan tanggung jawab ini dapat dilakukan melalui metode manajemen praktek keperawatan
profesional dimana seorang perawat primer akan bertanggung jawab terhadap asuhan klien bersama perawat assosiate dari
mulai datang sampai pulang/pindah dari suatu ruangan.
Manajemen keperawatan sebagai suatu pelayananan profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan pendekatan
fungsi-fungsi manajemen mulai planning,organizing,actuatingdan,controling
5
Sistem pemberian asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien di ruang rawat inap anggrek RSUD Panembahan
Senopati Bantul Hasil pengamatan yang kami lakukan selama tiga hari didapatkan bahwa adanya beberapa masalah di
ruangan tersebut yaitu, penulisan standar asuhan keperawatan dan kurangnya efektif dalam mencucui tangan. Berdasarkan
masalah-masalah di atas, kami mahasiswa Profesi Ners Stikes Yogyakara akan menetapkan masalah tersebut sebagai masalah
yang perlu di tangani.
Pelaksanaan praktek Manajemen Keperawatan ini dilakasanakan oleh Mahasiswa Program Studi Profesi Ners Stikes
Yogyakarta Di ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul Selama 2 minggu 3 hari dari tanggal 1 April 2019 sampai
17 April 2019.
C. Tujuan
6
1. Tujuan Umum
a) Bagi mahasiswa
Setelah mengikuti praktek manajemen keperawatan profesional, mahasiswa diharapkan mampu menerapkan
pengelolaan dalam pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat inap.
Perawat dapat menerapkan metode MPKP di ruang rawat inap lantai dua Di ruang Anggrek RSUD Panembahan
Senopati Bantul sehingga dapat tercapainya mutu pelayanan profesional terutama dalam bidang keperawatan
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktek Manajemen Keperawatan, Mahasiswa diharapkan mampu menerapkan aspek – aspek
manajemen keperawatan dalam penerapan proses keperawatan, yang melputi :
a) Melakukan analisa tentang gambaran umum ruang Anggrek RSUD Panembahan senopati Bantul .
b) Melakukan analisa aspek Manajemen di ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopati bantul yang meliputi
unsur input, proses, dan ouput.
d) Merencanakan alternatif pemecahan masalah serta menyusun rencana kegiatan/POA berdsarkan prioritas
masalah.
7
e) Mengorganisasian kegiatan berdasarkan perencanaan yang ditetapkan .
f) Melaksankan dan mengevaluasi pelaksanaan rencana kegiatan yang telah disusun sesuai prioritas
Pengumpulan data Di ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul, dalam rangka identifikasi masalah dilakukan
dengan metode :
1) Observasi
Dilakukan untuk mengumpulkan data tentang kondisi fisik, keadaan inventaris ruangan, proses pelayanan dan asuhan
keperawatan yang berlangsung di Ruangan.
2) Wawancara
Dilakukan dengan Kepala Ruang, primary nurse, associate nurse, staf perawatan lain untuk mengumpulkan data tentang
pelaksanaan manajemen ruangan, proses pelayanan dan asuhan keperawatan
Dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik pasien, ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan,
8
manajemen ruangan, prosedur tetap ruangan, inventaris ruangan, register keluar masuk pasien, dan rekam medis pasien.
4) Survey
Dilakukan dengan cara menyebarkan angket kepada pasien tentang mutu pelayanan yang di peroleh.
5) Kuesioner
Digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh melalui observasi maupun Wawancara mendalam, untuk mengetahui
kepuasan pasien terhadap asuhan keperawatan, kepuasaan kerja perawat, penilaian kinerja perawat, penerapan standar
asuhan keperawatan dan pelaksanaan model praktek keperawatan profesional/
Dalam melakukan pengumpulan data juga menggunakan instrumen yang digunakan pada praktek manajemen
keperawatan seperti Instrumen A, B, C dari Depkes, instrumen dalam pelaksanaan MPKP dengan MPM.
E. Kategori penilian
Standar penilain yang digunakan untuk menilai mutu asuha keperawatan adalah menggunakan Instrumen A,B, dan C.
kriteria penilaian dengan menggunakan Acuan dari Arikunto (2006), dengan rentang nilai sebagai : (76-100%) kriteria baik,
(56-75%) kriteria cukup, (<55%) kriteria kurang.
9
F. Praktek
Praktek manajemen keperawatan ini dilaksanakan oleh Mahasiswa Program studi Profesi Ners Ilmu Keperawatan
Stikes Yogyakarta
Kelompok I:
10
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana
11
sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Suyanto,
2009). Suyanto (2009) menyatakan bahwa lingkup manajemen keperawatan adalah manajemen pelayanan kesehatan dan
manajemen asuhan keperawatan.
Manajemen keperawatan menurut Nursalam (2008), merupakan suatu pelayanan keperawatan professional dimana
tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat fungsi manajemen antara lain perencanaan, pengorganisasian,
motivasi, dan pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling berhubungan dan memerlukan keterampilan-keterampilan
teknis, hubungan antar manusia, konseptual yang mendukung asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan
berhasil bagi masyarakat. Hal ini menunjukan bahwa manajemen keperawatan perlu mendapat prioritas utama dalam
pengembangan keperawatan di masa depan, karena berkaitan dengan tuntutan profesi dan global bahwa setiap
perkembangan serta perubahan memerlukan pengelolaan secara professional dengan memperhatikan setiap perubahan yang
terjadi.
Berdasarkan uraian pengertian diatas menunjukkan bahwa manajemen keperawatan perlu mendapat prioritas utama
dalam pengembangan keperawatan di masa depan, karena berkaitan dengan tuntutan profesi dan global bahwa setiap
perkembangan serta perubahan memerlukan pengelolaan secara professional dengan memperhatikan setiap perubahan yang
terjadi (Nursalam, 2008).
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode perlakuan asuhan keperawatan
secara professional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling menopang. Sebagaimana proses keperawatan, dalam
manajemen keperawatan terdiri dari pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil.
12
Karena manajemen keperawatan khusus terhadap mayoritas tenaga dari pada seorang pegawai, muka setiap tahapan
didalam proses manajemen lebih rumit dibandingkan proses keperawatan.
a. Berdasarkan perencanaan
Manajemen keperawatan perlu berdasarkan perencanaan karena melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat
menurunkan resiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan efek perubahan yang terencana. Perencanaan
merupakan hal yang utama dan pertama dari serangkaian fungsi dan aktifitas manajemen. Perencanaan adalah
pemikiran/konsep-konsep tindakan yang umumnya tertulis dan merupakan fungsi yang penting dalam mengurangi
resiko-resiko dalam pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah sebelumnya (Nursalam, 2008).
Penggunaan perencanaan yang efektif sangat diperlukan untuk implementasi dari rencana dalam suatu organisasi
dalam mencapai produktivitas yang tinggi. Contoh penggunaan waktu yang efektif:
1) Seorang kepala ruang merencanakan pertemuan dengan staffnya pada permulaan dan akhir minggu.
2) Jadwal individual perawat akan dinilai kembali pada setiap pertemuan dan dipertimbangkan dengan tujuan
produksi yang sesuai dengan budget (Nursalam, 2008).
b. Pengambilan keputusan
13
Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi
dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbagai tingkatan manajerial. Semua
tingkat manajer dalam keperawatan memerlukan pengambilan keputusan, mengingat pelayanan keperawatan dilakukan
dalam waktu 24 jam/hari. Proses pengambilan keputusan akan tegantung pada apakah pola komunikasi tradisional yang
diikuti atau keputusan desentralisasi untuk masing-masing tingkat (Nursalam, 2008).
Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian pimpinan perawat, dengan
mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan inginkan. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari
seluruh tujuan keperawatan. Dalam mencapai tujuan itu maka pimpinan kemperawatan mempunyai tiga tugas utama
dalam mengatur sumber daya manusia dan material yaitu :
Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi
untuk mencapai tujuan.
Prinsip pengorganisasian :
14
1) Pembagian tugas
2) Koordinasi
3) Kesatuan komando
5) Hubungan staf
Menurut Burgess dan Gillies (1994) dalam keperawatan pengorganisasian pelayanan keperawatan dilaksanakan dengan
cara :
1) Fungsional/ penugasan, yaitu pembagian tugas untuk perawat yang dilakukan oleh kepala ruangan, masing-
masing perawat mempunyai tugas khusus.
2) Alokasi pasien (kasus), yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan untuk beberapa pasien/satu pasien
dilakukan oleh satu perawat pada saat jaga, untuk hari berikutnya tidak menjamin dirawat oleh perawat yang sama
3) Perawatan tim/ grup/ tim nursing, yaitu sekelompok perawat merawat sekelompok pasien, dipimpin perawat
yang mempunyai kualifikasi pendidikan dan berpengalaman (registered nurse) ada ketua tim dan anggota tim.
15
4) Pelayanan keperawatan utama (primary nursing), yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan untuk satu
perawat primer (PP) adalah (registered nurse) bertanggung jawab dari pasien masuk sampai pulang.
e. Melakukan pengarahan
Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi
dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan (Nursalam, 2008).
f. Memotivasi
Bagian keperawatan memotivasi karyawan untuk memperlihatkan penampilan kerja yang baik, contoh ;
Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan arah dan
pengertian diantara pegawai (Nursalam, 2008).
16
Pengembangan staff penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat pelaksana menduduki posisi
yang lebih tinggi, ataupun upaya pimpinan untuk meningkatakan pengetahuan. Manajemen keperawatan selalu
mengembangkan staffnya.
3) Ketrampilan human yang berhubungan dengan kepemimpinan dan hubungan antar manusia.
Dalam keperawatan, seorang anggota eksekutif keperawatan diharapkan mempunyai kemampuan konseptual yang
tinggi sedangkan kepala ruangan mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dalam teknik praktek pelayanan
keperawatan.
i. Melakukan pengendalian
17
Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang
telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan standar, membandingkan
penampilan dengan standar dan memperbaiki kekurangan. Dalam hal ini termasuk evaluasi proses dan evaluasi dari
pelaksanaan rencana. Membandingkan penampilan kerja dengan standar yang ada.
Berdasarkan prinsip-prinsip diatas maka para pimpinan dan administrator seharusnya bekerja sama dalam
perencanaan dan pengorganisasian serta fungsi-fungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
bersama (Nursalam, 2008).
B. UNSUR INPUT
Pengkajian MPKP menurut Nursalam (2008) meliputi unsur input, proses, dan output.
1. Unsur Input
a. Manusia (Man)
1) Pasien
Pasien adalah seseorang yang datang ke instalasi kesehatan yang membutuhkan pelayanan medis/keperawatan
yang terganggu kondisi kesehatannya baik jasmani maupun rohani (WHO).
18
Menurut Dr. Wila Chandrawila Supriadi, S.H, dalam bukunya, “Hukum Kedokteran” bahwa Pasien adalah orang
sakit yang membutuhkan bantuan dokter untuk menyembuhkan penyakit yang dideritanya, dan pasien diartikan
juga adalah orang sakit yang awam mengenai penyakitnya.
Dalam pelayanan di bidang medis, tidak terpisah akan adanya seorang tenaga kesehatan dengan konsumen,
dalam hal ini pasien. Pasien dikenal sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan dan dari pihak rumah sakit
sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan dalam bidang perawatan kesehatan.
2) Ketenagaan
a. Kuantitas
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan,
pengertian tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan/atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Perawat menurut Undang-Undang RI No. 23 tahun
1992 tentang kesehatan, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan
tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh melalui pendidikan perawatan.
Kebutuhan tenaga keperawatan ditetapkan berdasarkan karakteristik klien, model penugasan dan
kompetensi yang dipersyaratkan untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan. Kesesuaian tenaga keperawatan
yang mencakup jumlah, jenis dan kualifikasi dengan kebutuhan pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien.
1) Menurut Gillies
Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat dirumuskan dengan perhitungan sebagai berikut:
Tenaga Perawat = A X B X 365
19
(365-C) x jam kerja/hari
Keterangan:
A : jam perawatan/24 jam
B : (BOR x jumlah TT) jumlah pasien
C : jumlah hari libur
2) Menurut Douglas
Perhitungan jumlah tenaga perawat menurut Douglas dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan
pasien untuk setiap shiftnya sebagai berikut :
Tabel 2.3
20
Intermediate 0,27 0,15 0,10
Sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan pasien terhadap keperawatan berdasarkan kriteria sebagai
berikut :
a) Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam, dengan kriteria:
(1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
21
c) Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam, dengan kriteria:
(1) Segala diberikan atau dibantu
(2) Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
(3) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena
(4) Pemakaian suction
(5) Gelisah/disorientasi
3) Menurut Depkes RI (2009)
Klasifikasi kategori asuhan keperawatan menurut Depkes :
a) Asuhan Keperawatan Minimal:
(1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
22
(1) Sebagian besar aktivitas dibantu
(2) Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam
(3) Terpasang folley cateter, intake-output dicatat
(4) Terpasang infus
(5) Pengobatan lebih dari sekali
(6) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
d) Asuhan Keperawatan Maksimal:
(1) Segala aktivitas dibantu perawat
(2) Posisi diatur
(3) Makan memerlukan NGT, terapi intravena
(4) Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
(5) Penggunaan suction
(6) Gelisah/disorientasi
4) Perhitungan tenaga perawat
Berdasarkan :
23
Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan
Faktor koreksi :
Untuk perhitungan jumlah tenaga perlu ditambah (faktor resiko) dengan hari libur/cuti/hari besar (loss day) :
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas - tugas non keperawatan (tenaga administrasi)
seperti contohnya membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan dll.,
diperkirakan 25 % dari jam pelayanan keperawatan :
100
24
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan :
b. Kualitas
Kualitas pelayanan merupakan tipe pengawasan yang berhubungan dengan kegiatan yang
dipantau atau diatur dalam pelayanan berdasarkan kebutuhan atau pandangan konsumen. Dalam
keperawatan, tujuan kualitas pelayan adalah untuk memastikan bahwa jasa atau produk pelayanan
keperawatan yang dihasilkan sesuai dengan standar atau keinginan pasien (Nursalam, 2008).
Menurut djojodobroto (2007) konsep pengembangan SDM yang di sebut human resource development
mempunyai 3 program yaitu:
a) Training, yaitu aktivitas di mana proses belajar diarahkan kepada pekerjaan saat ini.
b) Education, yaitu aktivitas di mana proses belajar diarahakan pada pekerjaan masa mendatang.
c) Development, yaitu aktivitas dimana proses belajar diarahkan untuk pekerjaan pegawai yang
bersangkutan secara langsung.
25
seluruh masyarakat maka rumah sakit perlu mempersiapkan peralatan jasa non medis dan jasa pemborongan
(Nursalam, 2008).
Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan sebagaimana diamanatkan oleh Pembukaan UUD 1945. Hal ini sejalan dengan amanat Pasal 28 H
ayat (1) Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Depkes, 2009).
c.Standar Asuhan Keperawatan
Standar Asuhan Keperawatan di Indonesia, standar keperawatan dipakai sebagai pedoman dan instrumentasi
penerapan standar asuhan keperawatan yang disusun oleh Depkes yaitu :
1. Standar I pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan berisi tentang data anamnesa, observasi yang paripurna dan lengkap serta
dikumpulkan secara terus, menerus tentang keadaan pasien untuk menentukan asuhan keperawatan sehingga data
keperawatan harus bermanfaat bagi semua anggota tim. Data pengkajian meliputi pengumpulan data,
pengelompokan data, dan perumusan masalah.
2. Standar II diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon pasien yang dirumuskan berdasakan data status kesehatan pasien,
dianalisis dan dibandingkan dengan norma kehidupan pasien, dan komponennya terdiri dari masalah penyebab
dan gejala (PES) bersifat aktual dan potensial dan dapat ditanggulangi perawat.
3. Standar III perencanaan keperawatan
26
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan komponennya meliputi prioritas
masalah, tujuan asuhan keperawatan dan rencana tindakan.
4. Standar IV intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien
terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan dengan
mengikutsertakan keluarga.
5. Standar V evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis, terencana untuk menilai perkembangan pasien.
6. Standar VI dokumentasi keperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh perawat selama pasien dirawat inap maupun
rawat jalan yang digunakan sebagai informasi, komunikasi dan laporan. Dokumentasi dibuat setelah tindakan
dilakukan. Sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan setiap mencatat harus mencantumkan inisial atau paraf
atau nama perawat, menggunakan formulir yang baku, dan disimpan sesuai peraturan yang berlaku.
Dasar hukum standar profesi keperawatan adalah UU kesehatan RI No. 23 pasal 53:
a.Ayat 1 berbunyi tenaga kesehatan memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas sesuai profesinya.
b. Ayat 2 berbunyi tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban standar profesi dan
pasien
Standar keperawatan menurut Depkes RI meliputi :
1) Standar pelayanan keperawatan (SPK)
2) Standar asuhan keperawatan (SAK)
27
Saat ini sedang dikembangkan persamaan penggunakan bahasa standar dalam penentuan diagnosa
keperawatan berdasarkan NANDA (North American Nursing Diagnosa), penetapan tujuan dengan NOC
(Nursing Outcome Clasification), dan rencana intervensi dengan NIC (Nursing Intervention Clasification).
Ruang perawatan mempuyai prosedur tetap semua tindakan perawatan dan SAK (Standar Asuhan
Keperawatan) minimal 10 kasus terbanyak penyakit yang ada di ruangan namun belum disesuaikan dengan
criteria diagnose keperawatan NANDA, NIC-NOC terbaru.
Standar diperlukan untuk menentukan mutu, bagaimana kegiatan-kegiatan akan dikerjakan dan untuk
menilai mutu, seberapa baik kegiatan-kegiatan dikerjakan.
d. Material
Standar adalah suatu tingkat kinerja yang secara umum dikenal sebagai sesuatu yang dapat diterima, adekuat,
memuaskan dan digunakan sebagai tolak ukur atau titik acuan yang digunakan sebagai pembanding (Marr dan
Blebing, 2001). Jenis-jenis standar antara lain:
1) Standar Input: tenaga, fasilitas, dana, organisasi, management kebijakan dan lain-lain.
2) Standar Proses: prosedur tindakan pelayanan
3) Standar Output: penampilan kinerja, kepuasan pelanggan.
4) Menurut Donabedian bahwa standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai yang diinginkan yang
mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan. Berdasarkan clinical practice guideline,
standar adalah tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal
atau disebut juga sebagai kisaran variasi yang masih dapat diterima.
d. Methode
28
Kegiatan MPKP
Adapun kegiatan dari MPKP menurut Nursalam (2008) :
1. Operan jaga (Prosedur Operan)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini :
a. Persiapan
1) Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap
b. Pelaksanaan
c. Dalam penerapan system MPKP, operan dilaksanakan oleh perawat jaga sebelumnya kepada perawat
yang mengganti jaga pada shift berikutnya:
2) Dari Nurse Station perawat berdiskusi untuk melaksanakan operan untuk mengkaji secara
komprehensif yang berkaitan dengan masalah keperawatan pasien, rencana kegiatan yang sudah dan belum
dilaksanakan serta hal-hal penting lain perlu dilimpahkan.
3) Hal-hal yang bersifat khusus dan memerlukan perincian yang lengkap yang sebaiknya dicatat secara
khusus untuk kemudian diserah terimakan kepada perawat jaga berikutnya.
29
a) Identitas pasien dan diagnosa medis
e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakuakan kegiatan selanjutnya, misalnya operasi,
pemeriksaan penunjang.
f) Perawat yang melakukan operan dapat melakukan klasifikasi tanya jawab dan melakuan validasi
terhadap hal-hal yang perlu dioperkan dan berhak menanyakan hal-hal yang kurang jelas.
h) Lama operan untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus yang
memerlukan penjelasan yang jelas dan rinci.
i) Pelaporan untuk laporan ditulis secara langsung pada buku laporan ruangan oleh perawat primer.
30
2. PP membuka operan jaga dengan doa
- Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakuakan kegiatan selanjutnya, misalnya operasi,
pemeriksaan penunjang, dll.
- PP mengajak PA jaga malam dan PA jaga pagi yang bertangguang jawab untuk mengklarifikasikan
ke pasien.
1. Yang masuk ke kamar pasien hanya PP, PA malam dan PA pagi yang bertanggung jawab terhdap pasien
tersebut.
31
2. PA malam mengucapkan salam dan menyapa pasien.
4. PA malam manyampaikan bahwa tugasnya telah selesai dan digantikan oleh tim pagi.
6. PP menjelaskan tentang perawatan pagi dan PA yang bertanggung jawab pada pasien tersebut selama shift
pagi.
8. PA yang bertanggung jawab menyapa dan memastikan bahwa dia yang bertanggung jawab.
2) PP meminta PA jaga malam untuk melaporkan inventarisasi.obat dan fasilitas lain (jumlah alat, laken,
dll).
32
1. Pengertian
Pre dan post conference asuhan pasien rawat inap adalah suatu metode pembelajaran klinik yang
mengutamakan dan menekankan pada tehnik koferensi dalam rangka meningkatkan dan mempertahankan
kualitas asuhan pasien selama 24jam secara terus menerus.
a. Konferensi awal (pre conference)
Merupakan kegiatan diskusi kelompok untuk persiapan pemberian asuhan keperawatan yang meliputi :
1. Mengatasi masalah pasien
Pre conference dapat dilakukan secara individual atau grup sesuai dengan jumlah assosiate nurse yang
bertugas
33
5. Hasil post conference sebagai dasar untuk operan tugas pada shit jaga berikutya.
2. Tujuan
a) Tujuan Umum
Meningkatkan dan mempertahankan kualitas asuhan keperawatan pasien selama 24 jam terus menerus
selama pasien di rawat.
b) Tujuan khusus
Dengan cara :
34
Analisis kritis, penilaian alternatif pemecahan masalah dan pendekatan kreatif
3. Waktu
a. Pre Conference
Dilakukan secara terjadwal pagi hari segera setelah operan jaga shift malam ke shift psgi dan sebelum
kegiatan di mulai.
b. Post Conference
Dilakukan secara terjadwal siang hari sebelum operan jaga shift pagi ke shift sore pada hari yang sama
dilakukan ketika akan melakukan pre conference hari berikutnya.
4. Tempat Conference
- Nurse stasion
35
- Tempat lain yang memungkinkan
5. Peserta
Konferensi di ikuti oleh :
- Kepala ruangan
1) menyiapkan ruangan
b. Menjelaskan masalah keperawatan pasien, keperawatan dan rencana keperawatan yang menjadi
tanggung jawabnya
36
c. Membagi tugas kepada PA sesuai kemampuan yang dimiliki dengan memperhatikan keseimbangan
kerja
f. Mengklarifikasi kesiapan PA untuk melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi
tanggung jawabnya
d) Menerima penjelasan dari PA tentang hasil tindakan/hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan PA
e) Mendiskusikan masalah yang telah ditemukan dalam memberikan ASKEP pada pasien dan mencari
upaya penyelesaian masalah
37
f) Memberikan reinforcement pada PA
h) Mengklarifikasi pasien sebelum melakukan operan tugas jaga shift jaga berikutnya.
8. Tugas PA
b) Menyiapkan diri dan melaksanakan askep kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada
bukti di rekam keperwatan
e) Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya
dan ada bukti di rekam keperawatan.
g) Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya
h) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan setiap akhir tugas pada semua pasien yang menjadi tangggung
jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan.
38
i) Mengikutinya post conference yang diadakan oleh PP pada setiap akhir tugas dan melaporkan kondisi/
perkembangan semua pasien yang menjadi tangung jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan.
j) Bila PP tak ada, wajib mengenalkan PA yang ada dalam satu group yang akan memberikan asuhan
keperawatan pada jaga berikutnya kepada pasien atau keluarga baru.
k) Mengikuti diskusi kasus/conference dengan dokter/ tim kesehatan lain setiap seminggu sekali
a) Konfrensi dilakukan setiap hari segera setelah pergantian dinas pagi/sore sesuai dengan jadwal dinas
PP.
c) Penyampaikan perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi kemarin dan kondisi klien
yang dilaporkan oleh dinas malam.
39
(a) Keadaan umum klien
f. Meeting morning
1) Pengertian
Pengarahan yang dilakukan kepala ruang kepada seluruh staf, setiap pagi setelah serah terima tugas jaga
malam ke pagi dan sebelumnya telah dilakukan pre conference.
2) Tujuan
a. Terjadi komunitas dua arah antara kepala ruang dan staf
40
3) Pelaksanaan
a. Kepala ruang menyiapakan tempat untuk melakukan meeting morning
b. Kepala ruang memberikan arahan kepada staf dengan materi yang telah disiapakan sebelumnya.
B. Unsur Proses
keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan secara keseluruhan. Selain itu pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor penentu baik buruknya
motto dan citra rumah sakit oleh karenanya kualitas pelayanan keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan
seoptimal mungkin.
41
Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan professional merupakan bagian integral yang tidak dapat
dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Selain itu pelayanan keperawatan merupakan salah
satu faktor penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit, oleh karenanya kualitas pelayanan keperawatan perlu
dipertahankan dan ditingkatkan seoptimal mungkin (Nursalam, 2008).
Ciri-ciri mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain (1) Memenuhi standar profesi yang ditetapkan, (2)
Sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efektif, dan efisien, (3) Aman bagi
klien dan tenaga keperawatan sebagai pemberi jasa pelayanan, (4) Memuaskan bagi klien dan tenaga keperawatan
serta, (5) Aspek sosial, ekonomi, budaya, etika dan tata nilai masyarakat dipehatikan dan dihormati (Nursalam, 2008).
Disamping itu prasyarat untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan antara lain: (1) Pimpinan yang peduli
dan mendukung, (2) Ada kesadaran bahwa mutu harus ditingkatkan (standar mutu), (3) Tenaga keperawatan disiapkan
melalui upaya peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan cara diadakan program diklat, (4) Sarana dan
perlengkapan, serta lingkungan yang mendukung, (5) Tersedia dan diterapkannya standar asuhan keperawatan
(Nursalam, 2008).
Proses asuhan keperawatan merupakan proses terapiutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat
dengan klien, keluarga dan atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Enam fase atau langkah
dariproses keperawatan tersebut meliputi pengkajian, perumusan, diagnosis keperawatan, pengidentifikasian outcome
perencanaan, implementasi dan evaluasi (Stuart and Sundeen, 1995 dalam Nurjannah, 2012).
42
Standar 1 : Pengkajian Keperawatan
Penggumpulan Data :
Kriteria :
- Sistematis
- Actual (baru)
- Absah (valid)
Pengelompokan data :
Kriteria :
- Data Biologis
- Data Psikologis
- Data Sosial
- Data Spiritual
43
Perumusan masalah :
Kriteria :
- Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan
Diagnose keperawatan di rumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan
norma fungsi kehidupan pasien.
Kriteria :
- Diagnose keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien
- Komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan tanda atau gejala (PES) atau terdiri dari masalah dan
penyebab (PE)
44
- Bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien kemungkinan besar akan terjadi.
Perioritas masalah
Kriteria :
Kriteria :
- Spsesifik
- Bisa diukur
45
- Bisa di capai
- Realistis
Rencana tindakan
Kriteria :
- Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku , lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang
ada
Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien
terpenuhi secara maksimal yang mencangkup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan, serta pemulihan
kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya.
46
Kriteria :
- Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien atau keluarga
- Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi dan mengutamakan keselamatan pasien
- Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan pasien
- Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang telah ditentukan
47
- Memenuhi kebutuhan oksigen
48
Standar 5 : Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan berencana untuk menilai perkembangan pasien.
Kriteria :
Kriteria :
49
- Penulisan harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku
- Setiap pencatatan harus memasukan initial/paraf/nama perawat yang melasanakan tindakan dan waktunya
Dalam melakukan tindakan keperawatan yang baik harus sesuai dan mengacu pada protap-protap atau standar
yang telah ditetapkan dengan hasil tindakan.
Prosedur tetap merupakan salah satu pedoman kerja bagi setiap tenaga keperawatan dalam rangka
mengimplementasikan praktek keperawatan profesional.
Universal precaution atau kewaspadaan universal adalah suatu pedoman yang ditetapkan oleh Centre of Disease
Control (CDC) tahun 1985 untuk mencegah penyebaran dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah di
50
lingkungan rumah sakit maupun sarana kesehatan lain. Adapun konsep yang dianut adalah bahwa semua darah dan cairan
tubuh tertentu harus dikelola sebagai sumber penyakit lainnya yang dapat menularkan H4, HBV, dan berbagai penyakit
lain yang ditularkan melalui darah (Nursalam, 2008).
(1) Perhatikan nama obat, rupa, dan ucapan mirip (NORUM) (Look-Alike-Sound Alike Medication
Names)
Nama obat, rupa, dan ucapan mirip, yang membingungkan staf pelaksana adalah salah satu penyebab yang
paling sering dalam kesalahan obat, dan ini merupakan satu keprihatinan seluruh dunia. Dengan puluhan ribu obat
yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama merk
atau generik serta kemasan.
Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan protocol untuk mengurangi resiko dan memastikan terbacanya
resep, label atau perintah yang dicek lebih dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik.
51
Kegagalan yang luas, dan terus-menerus untuk mengidentifikasi klien secara benar sering mengarah pada
kesalahan pengobatan, transfuse, maupun pemeriksaan.
Rekomendasi ditekankan kepada metode untuk verifikasi terhadap identitas klien, termasuk keterlibatan klien
dalam proses ini, standarisasi dalam metode identifikasi di semua RS dalam suatu sistem layanan kesehatan dan
partisipasi klien dalam konfirmasi ini menggunakn protokol untuk membedakan identifikasi klien dengan nama yang
sama.
(3) Komunikasi secara benar saat serah terima atau pengoperan klien
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima antara unit pelayanan, dan antar tim pelayanan bisa
mengakibatkan terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat dapat mengakibatkan cidera
terhadap klien.
Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki serah terima klien termasuk penggunaan protocol untuk
mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis, memberikan kesempatan bagi praktisi untuk bertanya pada saat
serah terima dan melibatkan para klien atau keluarga dalam proses serah terima.
(4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah. Kasus dengan pelaksaan prosedur yang
keliru adalah akibat dari komunikasi yang tidak baik atau tidak adanya komunikasi yang benar. Faktor yang paling
banyak kontribusinya terhadap kesalahan ini, yaitu kurangnya proses pra bedah yang distandarisasi.
52
Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis kesalahan pelaksanaan proses verifikasi pra pembedahan,
pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas, dan adanya tim yang terlibat dalam prosedur untuk
menginformasikan identitas klien, prosedur dan sisi yang akan di bedah.
Sementara semua obat-obatan, biologis, vaksin, dan kontras memiliki profil resiko, cairan elektrolit pekat
yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah berbahaya.
Rekomendasinya adalah membuat standarisasi dari dosis untuk unit ukuran dan istilah pencegahan atau
campur aduk cairan elektrolit pekat yang spesifik.
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi atau pengalihan. Rekonsilisasi medikasi adalah
suatu proses yang didesain untuk mencegah salah obat (medication error) pada titik-titik transisi klien.
Rekomendasinya adalah menciptakan suatu data yang paling lengkap dan akurat dari seluruh medikasi yang
sedang diterima klien. Juga disebut sebagi “home medicationlist” sebagai perbandingan dengan daftar saat admisi,
penyerahan dan atau perintah pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi dan komunikasikan daftar
tersebut kepada petugas layanan yang berikut dimana klien akan ditransfer atau dilepaskan.
53
Selang, kateter, dan spuit yang digunakan harus didesain sedemikian rupa agar mencegah kemungkinan
terjadinya KTD yang bisa menyebabkan cidera atas klien melalui penyambungan spuit dan selang yang salah, serta
memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru.
Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi serta pemberian makan (misalnya
selang yang benar) dan bila menyambung alat-alat kepada klien (misalnya menggunakan sambungan dan selang
yang benar).
Salah satu keprihatinan global yang terbesar adalah penyebaran dari HIV, HBV, dan HCV yang diakibatkan
oleh pakai ulang dari jarum suntik.
Rekomendasinya adalah perlunya melarang pakai ulang jarum di fasilitas pelayanan kesehatan, pelatihan
periodik para petugas, di lembaga-lembaga kesehatan khususnya tentang prinsip-prinsip pengendalian infeksi,
edukasi terhadap klien dan keluarga mengenai penularan infeksi melalui darah, dan praktek jarum sekali pakai yang
aman.
Diperkirakan bahwa setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia menderita infeksi yang diperoleh di
RS. Kebersihan tangan yang efektif adalah ukuran preventif yang primer untuk menghindari masalah ini.
54
Rekomendasinya adalah mendorong implementasi penggunaan cairan, alkohol base hand rubs, yang tersedia
pada pelayanan klien, tersedianya sumber air pada semua kran, pendidikan staf mengenai teknik kebersihan
penerapan tangan yang benar, petunjuk mengingatkan penggunaan tangan bersih di tempat kerja, dan pengukuran
kepatuhan kebersihan tangan melalui pemantauan atau observasi dan teknik-teknik yang lain (Nursalam, 2014).
55
1) Perencanaan (Plan)
Perencanaan adalah sebuah keputusan untuk suatu kemajuan yang berisikan apa yang akan dilakukannya serta
bagaimana, kapan dan dimana akan dilaksanakannya (Marquis, 2000). Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun
suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Perencanaan dibuat untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua klien,
menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang
dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat dioptimalkan efektifitas staf serta menegakkan
kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah ditetapkan (Nursalam,
2008).
Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu telah ditetapkan. Perencanaan dibuat untuk menentukan
kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua klien, menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja,
memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat
mengoptimalkan efektifitas staff serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan
misi institusi yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008).
Unit perawatan merupakan unit terkecil dalam kegiatan pelayanan rumah sakit. Perencanaan yang disusun
mengacu kepada kerangka utama rencana strategi rumah sakit dengan mempertimbangan kekuatan, kelemahan,
peluang yang nyata dan ancaman eksternal yang harus diantisipasi. Kerangka perencanaan yang matang sangat
56
membatu dalam upaya melakukan perbaikan atau inprovisasi apabila dalam perjalanan kegiatan usaha keluaran yang
tidak diharapkan. Dengan demikian perencanaan dapat dikoreksi tanpa kehilangan waktu dan efisiensi (Nursalam,
2008).
a) Misi, berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana langkah mencapai visi
b) Filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi
c) Tujuan, yaitu berisikan tujuan yang ingin dicapai
d) Obyektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai tujuan
e) Prosedur, berisi pelaksanaan perencanaan
f)Aturan, berisi langkah-langkah antisipasi untuk hal-hal yang menyimpang (Nursalam, 2008).
Model perencanaan meliputi:
a) Reactive planning, yaitu tidak ada perencanaan, manager langsung melakukan tindakan begitu
menemukan masalah. Perubahan yang terjadi tidak pasti karena dipengaruhi oleh masalah dan kondisi yang ada
b) Inactive planning yaitu perencanaan sudah dibuat sejalan dengan masalah yang muncul (setelah ada
bayangan atau perencanaan dilakukan sejalan dengan perkembangan masalah)
c) Preactive planning yaitu penyusunan perencanaan dengan mengetahui rencana kedepan pencapaian
target yang sudah pasti (sudah jelas dan tidak berubah). Ciri dari perencanaan ini adalah tujuan yang akan
dicapai jelas, terdapat pembatasan waktu perencanaan berlangsung, terdapat indikator pencapaian target, resiko
dan ketidakpastian jelas.
57
d) Proactive planning yaitu pembuatan perencanaan dengan memperhatikan masa lalu, masa sekarang,
dan masa depan. Masa lalu digunakan sebagai pengalaman untuk menyusun perencanaan sekarang dan masa
depan, masa sekarang sebagai pelaksanaan perencanaan, dan masa depan merupakan perencanaan yang disusun
berdasarkan evaluasi pelaksanaan perencanaan masa lalu dan sekarang (Nursalam, 2008).
Perencanaan berdasarkan periode meliputi :
58
Ada kecenderungan untuk membagi pekerjaan kedalam tugas khusus dan untuk mengatur pekerja yang terikat
dalam tugas yang sama kedalam kelompok yang jelas menurut definisi pekerja yang logis.
Pengorganisasian melibatkan semua sumber daya yang ada dalam suatu sistem orang, modal, dan peralatan
dalam kegiatan menuju pencapaian tujuan. Keinginan seorang perawat kepala adalah memasukkan semua unsur
manusia dan situasi kedalam suatu sistem yang akan mengemban suatu tujuan tertentu dan mengatur mereka
sedemikian rupa sehingga banyak kelompok dapat bekerja sama kearah pencapaian tujuan (Monica, 1998).
Pengorganisasian menentukan mengenai tenaga yang akan melaksanakan perencanaan, pembagian tugas,
wewenang, tanggung jawab dan mekanisme pertanggung jawaban masing-masing kegiatan (Nursalam, 2008).
Berdasarkan hal tersebut maka fungsi pengorganisasian dari Kepala Ruang adalah (Nursalam, 2008) :
59
j) Identifikasi masalah dan cara penanganan
Pengorganisasian pelaksanaan asuhan keperawatan, Hoffart dan Woods (1996) mendefinisikan model praktek
keperawatan (MPKP) sebagai suatu sistem (struktur, proses, nilai-nilai professional) yang memungkinkan perawat
professional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk mendukung pemberian asuhan
keperawatan.
2. Pendekatan manajemen
4. Hubungan professional
Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan ada beberapa teori mengenai metode asuhan keperawatan.
Menurut Gillies (1989) metode asuhan keperawatan terdiri dari :
60
Klien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap pergantian shift dan tidak ada jaminan bahwa
klien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu
klien satu perawat dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus
seperti di ruang rawat intensif.
Kelebihan dari metode ini adalah :
(1) Sederhana dan langsung
61
ditentukan untuk dipakai sebagai standart. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerialnya
sedangkan asuhan keperawatan klien diserahkan kepada perawat yunior.
Meskipun sistem ini efisien namun penugasan secara fungsi tidak memberikan kepuasan kepada klien dan
perawat karena asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien terfragmentasi menurut tugas atau perasat yang
dilakukan.
Cara kerja yang diawasi membosankan perawat karena berorientasi pada tugas dan sistem ini baik dan
berguna untuk situasi dimana rumah sakit kekurangan tenaga perawat, namun disisi lain asuhan ini tidak
professional dan tidak berdasar pada masalah klien (Nursalam, 2008).
62
(5) Tidak holistik
(6) Tidak professional
(7) Tidak memberikan kepuasan kepada klien dan perawat
c) Metode tim (Team Nursing)
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap sekelompok klien. Ketua tim bertanggung jawab membuat perencanaan dan evaluasi
asuhan keperawatan untuk semua klien yang ada dibawah tanggung jawab timnya. Anggota tim melaksanakan
asuhan keperawatan kepada klien sesuai perencanaan yang telah dibuat oleh ketua tim (Nursalam, 2008).
Tujuan keperawatan ini adalah memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan
sejumlah staff yang tersedia.
63
(4) Banyak kegiatan keperawatan dilakukan oleh perawat non professional
d)Metode Primer (Primary Nursing)
Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja terbaik dalam suatu pelayanan dengan semua staff
keperawatan yang professional. Pada metode ini setiap perawat primer memberikan tanggung jawab penuh
secara menyeluruh terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan mulai dari klien masuk sampai
keluar dari rumah sakit, mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan
dan pelaksana. Metode primer ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara klien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, mengimplementasikan, dan mengkoordinasikan asuhan
keperawatan selama klien dirawat (Nursalam, 2014).
Penanggung jawab dilaksanakan oleh perawat primer (PP). Setiap PP merawat 4-6 klien dan bertanggung
jawab terhadap klien selama 24 jam dan dari klien masuk sampai klien pulang. Terdapat kontinuitas asuhan
keperawatan yang bersifat komprehensif dan dapat dipertanggung jawabkan. Dalam satu group PP mempunyai
beberapa PA dan perawatan dilanjutkan oleh PA (Nursalam, 2008).
Kelebihan dari model primer ini adalah model ini bersifat continue dan komprehensif dalam melakukan
proses keperawatan kepada klien dan perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri. Keuntungan yang dirasakan adalah klien merasa dimanusiakan kerena
terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai pelayanan
yang efektif terhadap perawatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi (Nursalam, 2008).
64
Kelemahan dari model ini adalah model ini hanya dapat dilaksanakan oleh perawat yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang memadai dengan kriteria asertif, mampu mengatur diri sendiri, kemampuan
pengambilan keputusan yang tepat, penguasaan klinik, akuntabel, mampu berkomunikasi dan berkolaborasi
dengan berbagai disiplin.
Tugas PJ ruang keperawatan yang mendukung pelaksanaan system pemberian asuhan keperawatan dengan
Metode Primer Modifikasi:
a. Membagi staf keperawatan ke dalam tim MPM sesuai dengan kemampuan dan beban kerja
b. Membuat jadwal koordinasi dengan PP Membagi klien kepada grup MPM sesuai dengan kemampuan
dan beban kerja
f. Melakukan supervise dan memberikan motivasi seluruh staf keperawatan untuk mencapai kinerja yang
optimal
g. Memberikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga sesuaidengan kebutuhan klien.
65
h. Mendelegasikan tugas kepada penanggung jawab jaga pada jaga siang/malam/libur.
i. Melakukan pengawasan kedisiplinan tugas staf melalui daftar hadir yang ada di ruangan
b. Bersama PA menerima operan tugas jaga dari PA yag tugas jaga malam.
c. Bersama PA melakukan konfirmasi/supervise tentang kodisi klien segera setelah selesai operan tugas
jaga setiap klien
d. Bersama PA melakukan doa bersama sebagai awal dan akhir tugas, dilakukan setelah selesai operan
tugas jaga malam.
e. Melakukan pre conference dengan semua PA yang ada dalam groupnya pada setiap awal dinas pagi
66
i. Membantu tugas PA untuk kelancaran pelaksanaan asuhan keperawatan klien
j. Mengoreksi, merevisi dan melengkapi catatan askep yang dilakukan oleh PA yang ada di bawah
tanggungjawabnya.
k. Melakukan evaluasi hasil kepada setiap klien sesuai tujuan yang ada dalam perencanaan asuhan
keperawatan dan ada bukti pada rekam medis keperawatan.
l. Melaksanakan post conference pada setiap akhir dinas dan menerima laporan akhir tugas jaga dari PA
untuk persiapan operan tugas jaga berikutya.
m. Memperkenalkan PA yang akan merawat klien selama klien dirawat kepada klien baru/keluarganya
n. Menyelenggarakan diskusi kasus dengan dokter/tim kesehatan lain setiap seminggu sekali
o. Menyelenggarakan diskusi kasus dalam pertemuan rutin tim keperawatan di ruangan minimal 11 kali
r. Menggantikan tugas penanggung ruang pada pagi hari jika penanggung jawab ruang tidak ada.
67
t. Memberikan bimbingan mahasiswa praktek yang ada dalam groupnya dalam rangka orientasi dan
pelaksanaan praktek keperawatan
a. Melaksanakan opera tugas setiap awal dan akhir jaga dari dan kepada PA yang ada dalam satu groupnya
b. Melakukan konfirmasi tentang kondisi klien segera setelah selesai operan setiap klien
c. Melakukan doa bersama setiap awal dan akhir tugas yang dilakukan setelah selesai serah terima operan
tugas jaga
e. Melakukan asuhan keperawatan kepada klien yang menjadi tanggungjawab dan ada bukti di rekam
medis keperawatan
68
f. Melakukan monitoring respon klien dan ada bukti di rekam keperawatan
h. Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada klien yang menjadi tanggungjawabnya dan
ada bukti di rekam medis keperawatan.
j. Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua klien yang menjadi tanggungjawabnya.
k. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan setiap akhir tugas pada semua klien yang menjadi
tanggungjawabnya dan ada bukti di rekam medis keperawatan.
l. Mngikuti post conference yang diadakan oleh PP pada tiap akhir tugas dan melakukan
kondisi/perkembangan semua klien yang menjadi tanggungjawab pada PP.
m. Bila PA tidak ada, wajib mengenalkan PA yang ada dalam groupnya yang akan memberikan asuhan
keperawtan pada jaga berikutnypa pada klien dan keluarga.
o. Berkoordinasi dengan penanggungjawab tugas jaga/dokter/tim kesehatan lain bila ada masalah pada
klien pada S/M/L
p. Mengikuti diskusi kasus dengan dokter/tim kesehatan lain, setiap seminggu sekali
69
q. Membantu melakukan bimbingan praktek klinik keperawatan kepada peserta didik keperawatan.
Fungsi manajemen merupakan fungsi pengarahan semua kegiatan yang telah dituangkan dalam fungsi
pengorganisasian untuk mencapai tujuan organisasi yang telah dirumuskan dalam fungsi perencanaan. Pengarahan
adalah membuat atau mendapatkan staff melakukan apa yang diinginkan dan harus mereka lakukan. Pengarahan
melibatkan kualiatas, gaya, kekuasaan pemimpin, (komuunikasi, motivasi dan disiplin) (Nursalam, 2014).]
Menurut Swanburk (2000) pengarahan adalah elemen tindakan dari manajemen keperawatan, proses
interpersonal dengan petugas keperawatan. Pengarahan sering disebut sebagai fungsi memimpin dari managemen
keperawatan. Ini meliputi proses pendelegasian, pengawasan, koordinasi dan pengendalian implementasi rencana
organisasi.
Menurut Douglas (1984) actuating adalah pengeluaran penugasan, pesanan dan instruksi yang memungkinkan
pekerja memahami apa yang diharapkan darinya dan pedoman serta pandangan pekerja sehingga ia dapat berperan
secara efektif dan efisien untuk mencapai obyektif organisasi.
Koesoema (1994) menjelaskan beberapa cara manager merangsang bawahanya agar pelaksanakan kegiatan
meningkat dalam rangka mencapai tujuan organisasi :
70
a. Motivasi
Motivasi merupakan proses dengan apa seorang manager merangsang bawahnya untuk bekerja dalam
rangka mencapai sasaran organisasi. Teori model motivasi yang perlu diterapkan dalam rangka mencapai
sasaran organisasi adalah:
2) Model hubungan antar manusia: kontak sosial yang dialami karyawan baik di dalam kerja maupun di
luar jam kerja.
b. Kemampuan individu
Untuk menunjukkan organisasi, disamping juga penting untuk menelaah kemampuan individu. Bila
sudah menjadi karyawan tentu tugas manajer meng-upgrade, mengadakan training, kursus dan sebagainya
secara berkelanjutan untuk memajukan pengetahuannya.
Pengawasan adalah membandingkan hasil kinerja dengan standar dan mengambil tindakan korektif bila kinerja
yang didapat tidak sesuai dengan standar (Nursalam, 2008). Pengawasan melalui komunikasi mengawasi dan
berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun pelaksanan mengenai asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien:
71
a) Penetapan standar pelaksanaan
a) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan
dan memperbaiki atau mengawasi kelemahan yang ada saat itu juga
b) Pengawasan tidak langsung dengan mengecek daftar hadir perawat yang ada, membaca dan memeriksa
rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan,
mendengar laporan dari PP mengenai pelaksanaan tugas.
c) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana perawatan yang telah disusun
bersama PP.
Menurut buku pedoman uraian tugas tenaga keperawatan di RS, tugas kepala unit sebagai kontroling
/pengawasan, pengendalian dan penilaian meliputi :
72
2. Mengawasi dan menilai siswa /mahasiswa keperawatan untuk memperoleh pengalaman belajar sesuai
tujuan program bimbingan yang telah di tentukan.
4. Mengawasi, mengendalikan, dan menilai pendayagunaan tenaga keperawatan, pralatan dan obat-obatan
Mengawasi dan menilai mutu asuhan keperawatan sesuai standart yang berlaku secara mandiri atau
koordinasi dengan tim pendalian mutu asuhan keperawatan
Untuk keperluan evaluasi hasil kerja diperlukan dahulu persiapan antara lain :
a) Standart operating prosedur
Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan fungsi terakhir dan proses managemen dan ada 3
macam, yaitu:
2) Concurent control, pengendalian berlangsung saat pekerjaan berlangsung guna memastikan sasaran
tercapai.
73
3) Feedback control, pengendalian untuk mengontrol terhadap hasil dari pekerjaan yang telah
diselesaikan, bila ada penyimpangan merupakan pelajaran untuk aktivitas yang sama dimasa yang akan
datang (Nursalam, 2008).
Komunikasi terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dan penyembuhan dapat
diartikan bahwa terapeutik adalah sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan (As.Hrnyby 1974 cit
Intansari 2000).
Tujuan hubungan dari terapeutik menurut Stuart & Sundeen (1995) adalah kesadaran diri, penerimaan
diri, dan meningkatnya kehormatan diri, identitas pribadi yang jelas dan meningkatnya integritas pribadi,
kemampuan untuk membentuk suatu keintiman, saling ketergantungan hubungan interpersonal, dengan
kapasitas member dan menerima cinta, serta mendorong fungsi dan meningkatkan kemampuan terhadap
kebutuhan yang memuaskan dan mencapai tujuan pribadi yang realistik.
1) Fase preinteraksi
b) Menyiapkan alat
c) Mencuci tangan
74
2) Fase introductory/orientasi
b. Melakukan validasi
h. Menjelaskan tujuan
i. Menjelaskan waktu
j. Menjelaskan kerahasiaan
3) Fase kerja
75
c.Memulai kegiatan dengan cara yang baik
e.Mencuci tangan
4) Fase terminasi
Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat professional melalui kerja sama berbentuk
kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan
lingkungan wewenang dan tanggung jawabnya (Nursalam, 2008).
Bimbingan klinik adalah segala bentuk tindakan edukatif yang dilaksanakan oleh pembimbing klinik untuk
memberikan pengetahuan nyata secara optimal dan membantu peserta didik agar mencapai kompetensi yang
diharapkan (Nursalam, 2008).
76
Praktek klinik adalah suatu bentuk pengalaman belajar yang dilaksanakan dalam tatanan pelayanan
kesehatan secara nyata dimana peserta didik dihadapkan langsung dengan klien dan situasi yang nyata. Peserta
didik berkesempatan dalam melatih diri melaksanakan asuhan keperawatan professional (Nursalam, 2008).
ICN mendefinisikan praktek keperawatan sebagai cara untuk membantu indifidu atau kelompok
mempertahankan atau mencapai kesehatan yang optimal sepanjang proses kehidupan yang mengkaji status
kesehatan klien, menetapkan diagnosa keperawatan, rencana, tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan dan
mengevaluasi respon klien terhadap intervensi yang diberikan (Nursalam,2008).
Tujuan dari bimbingan klinik adalah membantu peserta didik menyesuaikan diri ddengan lingkunga
praktek, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mendapatkan pengalaman kerja professional,
membntu peserta didik mengatasi masalah yang dihadapi di lahan praktek, dan membantu peserta didik
mencapai tujuan praktek klinik (Nursalam,2008).
Dalam usaha meningkatkan ketrampilan mahasiswa perawat yang melaksanakan praktek klinik,
mahasiswa harus mendapatkan bimbingan dari pembimbing PKK yang telah ditunjuk. Untuk memberikan
proses bimbingan yang baik kepada mahasiswa maka harus memenuhi standar pelaksanaan yang telah dibuat.
Pembimbing klinik ditetapkan melalui SK pembimbing klinik yang dikeluarkan oleh rumah sakit, yang
mempunyai beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain persyaratan professional, persyaratan pribadi
dan persyaratan sosial.
77
1) Perencanaan
(a) Pengiriman kerangka acuan bidang pendidikan dan pelatihan minimal 1 minggu sebelum pelaksanaan PKK
telah mengirim kerangka acuan lengkap ke unit perawatan yang akan dipakai sebagai lahan praktek.
(b)Penentuan lokasi praktek diajukan oleh pihak akademik sesuai dengan kompetensi yang dikoordinasikan
dengan bidang diklat.
(c) Bidang perawatan atau penanggungjawab bimbingan PKK menyerahkan kerangka acuan bimbingan PKK,
menetapkan lokasi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
(d)Apabila unit PKK yang dituju tidak memungkinkan untuk praktek maka secara teknis bidang perawatan
melakukan koordinasi dengan institusi pendidikan dan menetukan kembali lokasi PKK yang memungkinkan.
(e) Penerimaan dan orientasi mahasiswa diberikan dengan melakukan kunjungan keliling RS, orientasi khusus unit
perawatan dan orientasi tugas, penyiapan bimbingan PKK serta penjelasan PKK.
(f) Penyiapan pembimbing praktek dilakukan oleh bidang keperawatan dan penanggungjawab pembimbing PKK.
2) Organizing
(a) Penerimaan
78
Peserta didik diserahkan oleh direktur atau pembimbing pendidikan kepada direktur RSUD Panembahan
Senopati Bantul atau pejabat yang ditunjuk.
(b) Orientasi
(1) Umum
(2) Khusus
Orientasi ruang perawatan, orentasi klien, menitipkan pembimbing klinik, penjelasan pelaksana PKK. Untuk
penjelasan pelaksanaan PKK, bimbingan dilakukan oleh pembimbing klinik. Pembimbing klinik adalah
seorang tenaga perawat yang professional yang diberi wewenang dan tanggung jawab membimbing secara
langsung peserta didik (Nursalam,2008).
1. Melakukan kerjasama dengan pembimbing akademik dalam rangka kelancaran pelaksanaan bimbingan
PKK sesuai dengan metode yang telah ditentukan
79
2. Mengikuti kegiatan sesuai dengan yang telah ditentukan
3. Mempersiapkan kelengkapan bahan peralatan dan klien yang akan dijadikan sumber pengalaman kerja
5. Memotivasi minat dan semangat belajar untuk meningkatkan kemampuan peserta didik
8. Memantau pelaksanaan praktek yang meliputi kemampuan, ketaatan serta memberikan teguran bila
terjadi pelanggaran
9. Mengarahkan dan membimbing peserta didik dalam rangka pencapaian target kompetensi yang
diharapkan.
3) Actuating
80
(b) Ronde keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu metode pembelajaran klinik keperawatan yang memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mentrasnsfer dan mempraktekkan pengetahuan yang didapat di kelas dan dilab dengan
kunjungan secara langsung kepada klien.
3. UNSUR OUTPUT
81
Efisiensi pengelolaan rumah sakit secara garis besar dapat dlihat dari dua segi, yaitu segi medis meninjau
efisiensi dari sudut mutu pelayanan medis dan dari segi ekonomi: meninjau efisiensi dari sudut pendayagunaan
sarana yang ada (Nursalam,2008).
Efisiensi pelayanan meliputi 4 indiukator mutu pelayanan kesehatan yang meliputi (BOR, LOS, TOI, BTO)
Merupakan indikator untuk menlai seberapa efektifitas pemakaian tempat tidur yang ada di suatu ruangan atau
rumah sakit dalam jangka waktu tertentu. Standart Depkes dalam satu tahun adalah sekitar (60-85%)
Merupakan efisiensi yang menunjukan lama waktu pasien tinggal , semakin pendek Length Of Stay pasien
semakin baik menurut standart yang baik adalah sekitar 6-9 hari.
Merupakan indikator mutu pelayanan keperawatan yang menunjukan rata-rata tempat tidur kosong atau waktu
antara tempat tidur ditinggalkan pasien sampai diisi kembali. Standard Depkes adalah 1-3 hari.
4) BTO (Bed Turn Over) merupakan indikator yang menunjukan pemakaian tempat tidur disuatu rumah
sakit dalam satu satuan waktu. Standar depkes BTO adalah 5-45 semakin banyak BTO disuatu rumah sakit
akan lebih baik
Tabel
83
No Indikator Standar DepKes Standar Barber Jonshon
Asuhan keperawatan profesional merupakan dasar bagi terselenggaranya pelayanan prima. Asuhan
keperawatan tersebut diberikan oleh tenaga keperawatan yang memiliki wewenang dan kompetensi yang telah
ditetapkan oleh profesi. Ciri mutu asuhan keperawatan menurut Depkes RI tahun 1998 adalah:
5) Aspek sosial, ekonomi, budaya, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan dihormati.
84
Oleh karena hal tsb pemberian asuhan keperawatan yang profesional dan sesuai standart diharapkan mampu
menjawab kompetensi diera global, sehingga pasien dapat mendapatkan kepuasaan dalam pelayanan keperawatan
(Nursalam,2008).
1) Asuhan keperawatan diberikan berdasarkan standar dan kode etik profesi keperawatan
Standar penilaian yang digunakan untuk menilai mutu asuhan keperawatan adalah dengan menggunakan
instrumen A, B dan C. Adapun rentang nilai untuk instrumen ABC adalah:
85
Adapun instrumen A,B,C meliputi :
1) Instrumen A
Dokumentasi keperawatan merupakan system pencatatan kegiatan sekaligus pelaporan semua kegiatan
asuhan keperawatan aehingga terwujudnya data yang lengkap, nyata dan tercatat tidak hanya tingkat kesakitan
dari pasien, tetapi juga jenis kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien
(Nursalam,2008).
keperawatan suatu yang mutlak harus ada untuk perkembangan keperawatan, khususnya proses
profesionalisasi keperawatan serta upaya untuk membina dan mempertahankan akontabilitas perawat dan
keperawatan. Dalam membuat dokumentasi harus memperhatikan aspek-aspek :
a) Keakuratan data
b) Breavity (ringkas)
c) Legibilit
a. Pengkajian
86
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan dikumpulkan secara terus-menerus tentang
keadaan pasien untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data harus bermanfaat bagi semua anggota tim
kesehatan. Komponen pengkajian meliputi pengumpulan data, pengorganisasian data. Pengumpulan data dari hasil
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan penunjang.
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menggambarkan masalah pasien baik aktual maupun potensial berdasarkan hasil
pengkajian data. Diagnosa dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisa, dibandingkan dengan
fungsi normal kehidupan pasien. Kriteria diagnosa dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan
kebutuhan pasien, dibuat sesuai dengan wewenang perawat, dengan komponen yang terdiri atas masalah, penyebab
dan tanda gejala (PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE) yang bersifat actual. Apabila masalah kesehatan
sudah nyata terjadi dan bersifat potensial kemungkinan besar akan terjadi dan dapat ditangani oleh perawat.
c. Rencana keperawatan
87
d. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien
terpenuhi yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan dengan
mengikutsertakan pasien dan keluarga, tindakan keperawatan, dan aktivitas keperawatan.
e. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk memeriksa kembali hasil pengkajian awal dan intervensi awal untuk
mengidentifikasi masalah dan rencana asuhan keperawatan pasien termasuk strategi keperawatan masalah pasien.
Pencatatan merupakan data tertulis tentang kesehatan pasien dan perkembangan pasien selama dalam
pemberian asuhan keperawatan. Syarat penilaian observasi studi dokumentasi menurut Depkes, 2009 pada status
pasien yang dirawat minimal 3 hari atau dari status pasien yang sudah pulang
2. Instrumen B
88
Instrumen B mengevaluasi tentang persepsi pasien terhadap mutu asuahan keperawatan dengan cara menyebarkan
angket kepada pasien yang sudah mau pulang. Pada saat angket dibagikan pasien telah diberikan penjelasan, apabila
ada tindakan yang tidak sesuai dengan keadaan pasien supaya diisikan dikolom keterangan.
Asuhan keperawatan merupakan rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung
kepada pasien diberbagai tatanan pelayanan kesehatan (Zaidin, 2011).
Mutu asuhan keperawatan dapat dilihat dari persepsi pasien tentang mutu asuhan keperawatan yang diberikan. Dan
untuk mengevaluasi hal ini juga perlu suatu instrumen yang baku menggunakan format standar asuhan keperawatan
yang telah ditetapkan oleh rumah sakit. Mutu pelayanan keperawatan yang merupakan hasil kegiatan asuhan
keperawatan adalah terjaminnya penerapan standar asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat berdasarkan
pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian data, penyusunan diagnosa, melakukan perencanaan
tindakan dan evaluasi.
Mutu pelayanan menurut American Society Quality Control merupakan gambaran total suifat dari suatu produk
atau jasa pelayanan yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan kebutuhan dan kepuasaan
(Wijono,2000)
Lima dimensi yang menentukan mutu pelayanan yang dikaitkan dengan kepuasan pasien adalah:
1) Tangibles (bukti nyata) meliputi fasilitas fisik, perlatan yang digunakan dan penampilan karyawan
89
2) Reliability (kehandalan) merupakan kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan
memuaskan
3) Responsiviness (daya tanggap) merupakan kesediaan petugas dalam memberikan pelayanan dengan tanggap
4) Assurance (jaminan), mencakup kemampuan, kesopanan, sifat yang dipercaya dari petugas, bebas dari bahaya,
resiko dan keragu-raguan
5) Emphaty (empati), yaitu penyediaan perhatian dan kepedulian orang per orang kepada pelanggan
Aspek mutu pelayanan di dalam rumah sakit dapat dilihat dari segi aspek yang berpengaruh. Aspek berarti
termasuk hal-hal yang secara langsung atau tidak berpengaruh terhadap penilaian.
Dimensi mutu pelayanan untuk mengukur sejauhmana suatu pelayanan kesehatan telah mencapai standar
program dan standar pelayanan kesehatan.
b. Kompetisi Teknis
Kompetisi teknis terkait dengan ketrampilan, kemampuan dan penampilan petugas, manajer, dan staff
pendukung. Kompetensi teknis berhubungan dengan bagaimana cara petugas mengikuti standar pelayanan yang
90
telah ditetapkan dalam hal dapat dipertanggungjawabkan atau diandalkan (dependability), ketepatan (accurancy),
ketahanan uji (reliability), dan konsistensi (concitency)
Hal ini berarti bahwa pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi,
budaya, organisasi, atau hambatan bahasa. Akses geografis dapat diukur dengan jelas transportasi, jarak, waktu
perjalanan, dan hambatan fisik lain yang dapat menghalangi seseorang untuk memperoleh pelayanan kesehatan.
d. Efektivitas
Kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektivitas yang menyangkut norma pelayanan kesehatan dan
petunjuk klinis sesuai dengan standar yang ada.
Hubungan antar manusia berkaitan dengan interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien, manajer, petugas,
dan antara tim kesehatan dengan masyarakat
f. Efisiensi
Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang optimal dari pada memaksimalkan pelayanan kepada
pasien dan masyarakat. Petugas akan memberikan pelayanan yang terbaik dengan yang dimiliki.
g. Kelangsungan pelayanan
91
Kelangsungan pelayanan berarti klien akan menerima pelayanan yang lengkap yang dibutuhkan (termasuk
rujukan) tanpa interupsi
h. Keamanan
Keamanan selaman perawatan sangat diperlukan oleh klien karena rumah sakit termasuk area publik yang biasa
dimasuki oleh siapa saja
2. Instrumen C
Instrumen c yaitu evaluasi tentang pedoman observasi tindakan keperawatan, seluruh kegiatan yang dilakukan
diruangan dinilai dengan menggunakan standar nilai sesuai dengan standar protap yang telah ditetapkan oleh rumah
sakit (Nursalam,2008)
Praktek Klinik Keperawatan (PKK) merupakan proses transformasi dari mahasiswa yang akan menjadi
seorang perawat profesional. Pada fase ini mahasiswa mendapat kesempatan beradaptasi pada perannya sebagai
perawat professional dalam masyarakat keperawatan dan lingkungan pelayanan atau asuhan keperawatan
(Nursalam,2008).
92
Mendidik mahasiswa keperawatan diharapkan memungkinkan pendidik memilih dan menetapkan cara
mendidik yang sesuai dengan objektif (tujuan), dan karakteristik individual peserta didik berdasarkan kerangka
konsep pembelajaran (Nursalam,2008).
jenis metode pengajaran klinik antara lain eksperensial, konferensi, bedside teaching, observasi dan ronde
keperawatan, proses insiden. Dengan metode tersebut memungkinkan identifikasi masalah, penentuan tindakan
yang akan diambil implementasi pengetahuan kedalam masalah klinik dan diskusi untuk menggali proses berpikir
dalam menanggapi situasi (Nursalam,2008).
1) Mengorientasi mahasiswa diunit menyangkut: karakteristik, unit, klien, protap, alat dll
3) Menyerahkan dan membimbing siswa atau mahasiwa dalam rangka pencapaia kompetensi yang
diharapakan
Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang ia rasakan
dibandingkan dengan harapan (Sutono, 2001). Kepuasan dipengaruhi oleh sumber daya pendidikan, pengetahuan,
sikap, gaya hidup, demografi, budaya, sosial ekonomi, keluarga dan situasi yang dihadapi. Pada survey di Texas
93
(Wandel et al, 1981), bahwa sebab utama ketidakpuasan adalah gaji yang tidak setimpal, pekerjaan menulis yang
terlalu banyak, penunjang administrasi yang kurang dan kurangnya pendidikan yang menunjang karir, hubungan
yang buruk dengan profesi lain, sulit mendapatkan jam dinas yang teratur, akhirnya beberapa perawat
meninggalkan rumah sakit dan berhenti bekerja.
Wesley dan Yukl (1977), juga mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja dari
kondisi sebenarnya adalah
1) Kompensasi
Sikap pekerja terhadap pembayaran yang diterimanya setelah dia membandingkannya dengan rekan lain
baik di dalam maupun di luar organisasi tempat kerja.
2) Supervisi
Signifikasi pekerjaan, umpan balik dari pekerjaan itu sendiri (informasi langsung dan jelas diperoleh dari
pekerja atas efektifitas dan hasil kerjanya)
94
4) Rekan sekerja
5) Keamanan kerja
Kepuasan pekerja dalam menduduki pekerjaannya selama kerja, termasuk imbalan gaji, pinjaman, hari
libur, fasilitas kesehatan, pensiunan di hari depannya.
Pekerjaan yang baik tentu harus mendapat imbalan yang baik pula. Sistem penggajian pegawai RS :
c. Adil, merupakan pengakuan bahwa ada hubungan antara imbalan jasa dengan pekerjaan yang
dilakukan dan juga dengan prestasi kerja untuk itu harus ada gaji dasar.
95
Unsur terpenting dalam institusi RS, mutu pengelolaan dan pelayanan RS dapat dipastikan akan rendah
apabila mutu tenaga kerja rendah. Cara meningkatkan mutu tenaga kerja dapat ditempuh dengan cara:
Kinerja Klinis Perawat dapat dilihat dari kejadian infeksi nosokomial, jumlah pasien dekubitus, infeksi jarum
infus, dan kejadian pasien jatuh. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh ketika seseorang dirawat di
rumah sakit atau infeksi yang didapat selama perawatan di rumah sakit tanpa adanya tanda-tanda infeksi
sebelumnya, dan minimal terjadi selama 48 jam sesudah masuknya kuman (Nursalam,2008).
Waktu mulai dirawat tidak ditemukan tanda-tanda infeksi dan tidak sedang masa inkubasi infeksi tersebut.
Infeksi terjadi setelah pasien dengan masa perawatan lebih lama dari mas inkubasinya (Nursalam,2008).
Infeksi nosokomial ini dapat menyebar melalui beberapa jalur, yaitu : jalur kontak, jalur droplet, dan jalur
debu. Jalur kontak dibagi 2 yaitu jalur kontak langsung dan jalur kontak tidak langsung. Kontak langsung adalah
96
adanya kontak fisik langsung antara pusat infeksi dengan pusat penjamu. Sedangkan kontak tidak langsung antar
jalur penyebaran yang paling sering, misalnya melalui tangan perawat, alat medis atau darah (Depkes RI, 2009).
1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (NORUM) (Look-Alike, Sound Alike, Medication
Names).
Nama obat, rupa dan ucapan mirip, yang membinggungkan staff pelaksana adalah salah satu penyebab yang
paling sering dalam kesalahan obat (Medication Error) dan ini merupakan satu keprihatinan di seluruh dunia.
Dengan puluhan ribu oabat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya kesalahan
akibat binggung terhadap nama merk atau generic serta kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada
penggunaan protokol untuk pengurangan resiko dan memastikan terbacanya resep, label atau perintah yang
dicetak lebih dulu, Mupun pembuatan resep secara elektronik (Nursalam,2008).
97
Kegagalan yang meluas, dan terus manerus untuk mengidentifikasi pasien secara benar sering mengarah pada
kesalahan pengobatan, transfuse maupun pemeriksaan; penyerahan bayi kepada bukan keluarganya, dsb
(Nursalam,2008).
Rekomendasi ditekankan kepada metode untuk verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan
pasien dalam proses ini, standarisasi dalam metode identifikasi di semua rumah sakit dalam suatu system
layanan kesehatan dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini, serta penggunaan protocol untuk membedakan
identifikasi pasien dengan nama yang sama (Nursalam,2008).
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/pengoperan pasien antar unit-unit pelayanan, dan di dalam
serta antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak
tepat dan potensial yang dapat mengakibatkan cedera terhadap pada pasien (Nursalam, 2014).
Rekomendasi ditujukan untuk mempebaiki serah terima pasien termasuk penggunaan protocol untuk
mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis; memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya
dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada saat serah terima dan melibatkan para pasien serta keluarga
dalam proses serah terima (Nursalam,2008).
98
Penyimpangan pada hal ini selanjutnya sepenuhnya dapat dicegah. Kasus-kasus dengan pelaksanaan prosedur
yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang salah sebagian besar adalah akibat dari kesalahan dalam
berkomunikasi dan tidak adanya informasi atau informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak
kontribusinya terhadap kesalahan-kesalahan adalah tidak ada atau kurangnya proses pra bedah yang
distandarisasi (Nursalam,2008).
Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis kekeliruhan yang tergantung pada pelaksanaan proses
verifikasi pra pembedahan; pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan
melaksanakan prosedur, dan adanya tim yang terlibat dalam prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas
pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah (Nursalam,2008).
Sementara obat-obatan, biologis, vaksin dan kontras memiliki profil resiko, cairan elektrolit pekat yang
digunakan untuk injeksi khususnya adalah berbahaya (Nursalam,2008).
Rekomendasinya adalah membuat standarisasi dari dosis untuk unit ukuran dan sitilah; dan pencegahan atas
campur aduk atau bunging tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik (Nursalam,2008).
99
Obat dianggap racun oleh sebagian besar manusia. Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi
atau pengalihan. Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang di desain untuk
mencegah salah obat (medication error) pada titik-titik transisi paisen (Nursalam,2008).
Rekomendasinya adalah menciptakan suatu data yang paling lengkap dan akurat dari seluruh medikasi yang
sedang diterima pasien. Juga disebut sebagai “Home Medication List”, sebagai perbandingan dengan daftar
saat administrasi, penyerahan dan atau perintah pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi; dan
komunikasikan data tersebut kepada petugas layanan yang berikut dimana pasien akan ditransfer atau
dilepaskan.
Kateter merupakan salah satu alat medis yang prinsip pemakaiannya adalah steril. Selang kateter dan spuit
yang digunakan harus didesain sedemikian rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya kejadian tidak
diharapkan yang bisa menyebabkan cedera atas pasien melalui penyambungan spuit dan selang yang salah,
serta memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru (Nursalam,2008).
Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi serta pemberian makan (misanya
selang yang benar), dan bilamana menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya menggunakan sambungan
dan selang yang benat) (Nursalam,2008).
100
8) Gunakan alat injeksi sekali pakai
Banyak penyakit baru yang bermunculan di Indonesia. Salah satu keprihatinan global yang terbesar adalah
penyebaran dari HIV, HBV, dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik
(Nursalam,2008).
Rekomendasinya adalah perlunya melarang pakai ulang, jarum difasilitas pelayanan kesehatan; pelatihan
periodik para petugas dilembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya tentang prinsip-prinsip pengendalian
infeksi, edukasi terhadap pasien dan keluarga mengenai penularan infeksi melalui darah; dan pemakaian jarum
sekali pakai (Nursalam,2008).
Tangan merupakan anggota tubuh yang sering kontak dengan obyek di sekitar kita termasuk antar manusia.
Diperkirakan bahwa setiap saat lebih dari 1,4 juta orang diseluruh dunia menderita infeksi yang diperoleh dari
rumah sakit. Kebersihan tangan yang efektif merupakan suatu ukuran preventif yang primer untuk
menghindari masalah infeksi nosokomial (Nursalam,2008).
Rekomendasinya adalah menganjurkan implementasi penggunaan cairah alkohol ”base hand rubs”, yang
tersedia pada titik-titik pelayanan pasien, tersedinya sumber air pada semua kran, pendidikan staf mengenai
teknik kebersihan tangan yang benar”, petunjuk mengingatkan pengguanaan tangan bersih di tempat kerja; dan
pngukuran kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui pemantauan atau observasi dan teknik-teknik yang
lain (Nursalam,2008).
101
e. Komunikasi terapeutik
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk
berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan Perry (2005) komunikasi terjadi pada
tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik. Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan
penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal.
Dalam proses komunikasi melibatkan suatu lingkungan internal dan eksternal dimanapun komunikasi itu terjadi.
Lingkungan internal meliputi: nilai-nilai, kepercayaan, temperamen, dan tingkat stress pengirim pesan maupun
penerima pesan, sedangkan faktor eksternal meliputi: keadaan cuaca, suhu, faktor kekuasaan, dan waktu. Kedua
belah pihak (pengirim dan penerima pesan) harus peka terhadap faktor internal dan eksternal, seperti persepsi dari
komunikasi yang ditentukan oleh lingkungan eksternal yang ada (Potter dan Perry, 2005)
Berikut ini merupakan gambaran bagaimana proses komunikasi dipengaruhi oleh kedua faktor di atas:
Faktor Internal
KOMUNIKATOR
Faktor Eksternal
Tertulis
Verbal PESAN
Non-verbal 102
Faktor Internal
KOMUNIKAN
Faktor Eksternal
Gambar 2.4 Diagram Proses Komunikasi
Komponen dalam komunikasi dijelaskan oleh Potter & Perry cit Intansari Nurjana, (2008), yaitu sebagai berikut:
a. Komunikator
b. Komunikan
Penerimas informasi atau memberi respon terhadap stimulus yang disampaikan oleh komunikator.
c. Pesan
103
d. Media komunikasi
e. Kegiatan “encoding”
f. Kegiatan “decoding”
Berikut ini gambar tentang komunikasi yang akan terjadi pada setiap individu pengirim dan penerima pesan.
A. Komunikasi Terapeutik
104
a. Pengertian
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, dalam hal ini komunikasi yang dilakukan
oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi keperawatan harus mampu memberikan khasiat terapi bagi
proses penyembuhan pasien. Oleh karenanya seorang perawat harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
aplikatif komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi Mundakir (2006).
Mundakir (2008) menyatakan komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat-klien
yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Maksud komunikasi adalah mempengaruhi perilaku orang lain.
Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang memiliki
makna terapeutik bagi klien dan dilakukan oleh perawat (helper) untuk membantu klien mencapai kembali kondisi
yang adaptif dan positif.
b. Tujuan
1) Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil
tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal-hal yang diperlukan.
2) Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan
egonya.
3) Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam hal meningkatkan derajat kesehatan.
105
4) Mempererat hubungan atau interaksi antara klien dengan terapis (tenaga kesehatan) secara profesional dan
proposional dalam rangka membantu penyelesaian masalah klien.
Nurjanah (2008) komunikasi terapeutik meningkatkan pemahaman dan membantu terbentuknya hubungan
yang konstruktif diantara perawat-klien. Tidak seperti komunikasi sosial, komunikasi terapeutik mempunyai
tujuan untuk membantu klien mencapai suatu tujuan dalam asuhan keperawatan. Oleh karenanya sangat penting bagi
perawat untuk memahami prinsip dasar komunikasi terapeutik berikut ini:
1) Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan, didasarkan pada prinsip
‘humanity of nurses and clients’. Hubungan ini tidak hanya sekedar hubungan seorang penolong
(helper/perawat) dengan kliennya, tetapi hubungan antara manusia yang bermartabat.
2) Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan karakter, memahami perasaan dan perilaku
klien dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya, dan keunikan setiap individu.
3) Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan, dalam
hal ini perawat harus mampu menjaga harga dirinya dan harga diri klien.
4) Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust) harus dicapai terlebih dahulu
sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternatif pemecahan masalah. Hubungan saling percaya
antara perawat dan klien adalah kunci dari komunikasi terapeutik.
106
d. Faktor yang Berhubungan dengan Proses Komunikasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi baik baik sebagai faktor pendukung maupun penghambat
terjadinya komunikasi yang efektif tidak lepas unsur-unsur yang terdapat dalam proses komunikasi, yaitu :
Berkualitas tidaknya komunikasi seseorang bisa dilihat dari sumber informasi/pesan yang disampaikan.
2. Faktor Komunikator
Sebagai pelaku aktif dalam komunikasi, peran komunikator sangatlah vital. Komunikasi dapat berjalan dengan
lancar dan efektif karena faktor komunikator.
3. Faktor Pesan
Faktor pesan berkaitan dengan teknik penyampaian pesan, bentuk pesan, pesan sesuai kebutuhan, kejelasan dan
isi pesan.
4. Faktor Media
Penggunaan media atau saluran sangatlah menentukan kelangsungan komunikasi. Media atau saluran yang
terlibat langsung dalam proses komunikasi disini sebagai mana disampaikan oleh Kariyoso (1994) dalam
Mundakir (2006) adalah alat/sarana yang dilalui oleh suara, antara lain: mata, hidung, otak, tangan,dan telinga.
107
Terjadinya umpan balik dalam proses komunikasi menandakan komunikasi berjalan efektif.
6. Faktor Komunikan
7. Faktor Efek
Hasil atau efek dari komunikasi juga akan mempengaruhi terjadinya komunikasi, seorang komunikator
cenderung jemu atau bosan untuk menyampaikan pesan berikutnya apabila komunikasi yang telah dilakukan
tidak menghasilkan dampak atau efek yang nyata.
Dalam melakukan proses komunikasi terdapat faktor yang mempengaruhi isi pesan dan sikap penyampaian
pesan. Faktor yang mempengaruhinya yaitu :
1) Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Persepsi ini dibentuk oleh
harapan atau pengalaman. Perbedaan persepsi dapat mengakibatkan terhambatnya komunikasi.
2) Nilai
108
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku, sehingga penting bagi perawat untuk menyadari nilai
sesorang. Perawat perlu berusaha untuk mengetahui dan mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuat keputusan
dan interaksi yang tepat dengan klien.
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Perbedaan tempat biasanya beda
bahasa dan gaya yang digunakan terutama perbedaan intonasi yang digunakan. Sehingga banyak terjadi
kesalahpahaman diantaranya. Misalnya pada gaya bahasa orang batak, dimana orang batak terbiasa dengan gaya
bahasa yang keras. Sedangkan gaya bahasa orang jawa tengah cenderung lemah lembut. Perbedaan seperti ini
akan menimbulkan daya tangkap atas pesan yang disampaikan menjadi berbeda pula.
4) Emosi
Emosi merupakan perasaan subyektif terhadap suatu kejadian. Emosi seperti marah, sedih, senang akan dapat
mempengaruhi perawat dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perawat perlu mengkaji emosi klien dan
keluarganya sehingga perawat mampu memberikan asuhan keperawatan dengan tepat. Selain itu juga perlu
mengevaluasi emosi yang ada pada dirinya agar dalam melakukan asuhan keperawatan tidak terpengaruh oleh
emosi.
5) Jenis Kelamin
109
Perbedaan jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang berbeda-beda. Wanita lebih melekat dengan gaya
komunikasi yang lembut. Sedangkan laki-laki biasanya lebih keras dalam berkomunikasi.
6) Pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang dilakukan. Seseorang yang tingkat pengetahuannya
rendah akan sulit berespon terhadap pertanyaan yang mengandung bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan
yang lebih tinggi. Sehingga harus ada kesesuaian pengetahuan antara kedua belah pihak untuk mendapatkan
komunikasi yang interaktif.
Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan diantara orang yang berkomunikasi. Cara komunikasi
seorang perawat dengan koleganya dengan cara komunikasi seorang perawat kepada klien akan berbeda
tergantung perannya.
8) Lingkungan
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif. Misalnya suasana yang bising, akan sangat
mengganggu dalam kenyamanan dalam berkomunikasi.
9) Jarak
Jarak dapat mempengaruhi komunikasi antara pasien dengan perawat. Jarak tertentu dapat menyediakan rasa
aman dan kontrol pasien. Hal ini dialami oleh pasien pada saat pertama kali berinteraksi dengan perawat, untuk
110
itu perawat perlu memperhitungkan jarak yang tepat pada saat melakukan hubungan dengan klien. Jarak tepat
untuk melakukan komunikasi agar terjadinya kontak mata atau sentuhan adalah 45,5 cm. Jarak untuk melakukan
komunikasi personal secara umum adalah 45,5 – 120 cm.
10) Kepribadian
Kemampuan untuk melakukan komunikasi dengan pasien sampai batas tertentu ditentukan oleh kepribadian
seseorang, karena berkomunikasi dengan klien membutuhkan tingkat empati tertentu serta kemampuan
untuk melihat masalah dari pandangan klien.
Sosiolog Giddens (1984) dalam Ellis (2000) menyatakan interaksi perawat dengan pengguna pelayanan
kesehatan dikendalikan sebagian oleh atribut pribadi dari semua pihak terlibat, misalnya sikap, kepribadian dan
intelektualitasnya.
Suryabrata (2002), yang menyatakan bahwa dalam berinteraksi dengan orang lain, orang ekstrovert
cenderung terbuka, mudah bergaul, hubungan dengan orang lain lancar, aktif, dinamis, ramah dan hangat.
Sedangkan orang introvert cenderung pendiam sukar diselami, tidak mudah dan tidak suka bergaul, suka
terencana, menarik diri, tertutup dan pasif.
Dalam Potter & Perry, 2005 komunikasi terapeutik ada empat tahap, dimana pada setiap tahap mempuyai tugas yang
harus diselesaikan.
111
1) Fase Preinteraksi
Preinteraksi dimulai sebelum kontrak pertama dengan klien. Perawat idealnya mengulangi informasi mengenai
klien. Informasi ini meliputi riwayat keperawatan atau medis, entri dalam catatan perawat mengenai catatan
medis, atau diskusi dengan perawat lainnya yang merawat klien. perawat mulai untuk mengeksplorasi perasaan,
fantasi dan ketakutan diri dan menganalisa kekuatan profesional diri dan keterbatasan juga membuat rencana
pertemuan dengan klien.
Dimana pada fase preinteraksi ini perawat merencanakan pendekatan. Proses ini menghindari dari terjadinya
stereotip pada klien dan membuat perawat berpikir kembali tentang nilai atau perasan pribadi.
2) Fase Orientasi
Fase orientasi dimulai ketika perawat dan klien bertemu untuk pertama kalinya. Fase ini menentukan bagaimana
hubungan perawat–klien selanjutnya. Fase orientasi sangat penting dan seringkali ditandai dengan ketidakpastian
dan eksplorasi.
Pada fase ini perawat melakukan kegiatan berikut : memberi salam dan tersenyum kepada klien, melakukan
validasi (kognitif, psikomotor, aktif), memperkenalkan nama perawat, menayakan nama kesukaan klien,
membuat kontak timbal balik, menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, menjelaskan waktu yang dibutuhkan
untuk melakukan kegiatan, menjelaskan kerahasiaan.
3) Fase Bekerja
112
Selama fase bekerja dari hubungan yang membantu, perawatan berupaya untuk mencapai tujuan selama fase
orientasi. Perawat dan klien saling bekerja sama. Hubungan berkembang dan menjadi lebih fleksibel ketika klien
dan perawat memiliki keinginan untuk berbagi perasaan dan mendiskusikan masalah.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti konfrontasi, yaitu perawat membuat klien sadar inkonsistensi
dalam tingkah laku atau pemikiran yang berhubungan dengan pemahaman diri. Kesiapan, yang dimaksudkan
disini adalah perawat memfokuskan interaksi pada situasi sekarang antara perawat dan klien. Pemaparan diri
dimana perawat menunjukan pengalaman, pemikiran ide, nilai atau perasaan personal dalam konteks hubungan.
Dan, memadukan komunikasi dengan keperawatan.
4) Fase terminasi
Pada fase terminasi bertujuan untuk mengakhiri hubungan dengan memuaskan, meringkas prestasi dan
mengulang kebutuhan yang tidak terpenuhi atau perawatan lebih lanjut akan sangat membantu.
Yang dilakukan pada tahap ini meliputi menyimpulkan hasil dari wawancara, tindak lanjut dengan klien,
melakukan kontrak (waktu,tempat dan topik) dan mengakhiri wawancara dengan baik.
Egan (1975) dalam Mundakir (2006) telah menggambarkan lima cara yang spesifik untuk menunjukkan kehadiran
secara fisik ketika melaksanakan komunikasi terapeutik, yang ia definisikan sebagai sikap atas kehadiran atau
113
keberadaan terhadap orang lain atau ketika sedang berada dengan orang lain. Berikut adalah tindakan atau sikap yang
dilakukan ketika menunjukkan kehadiran secara fisik :
Dengan posisi ini perawat menyatakan kesiapannya (”saya siap untuk anda”).
Sikap tubuh yang terbuka menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk mendukung terciptanya komunikasi.
Hal ini menunjukkan bahwa perawat bersiap untuk merespon dalam komunikasi (berbicara-mendengar).
Dengan posisi mata sejajar perawat menunjukkan kesediaannya untuk mempertahankan komunikasi.
e) Bersikap tenang
Akan lebih terlihat bila tidak terburu-buru saat berbicara dan menggunakan gerakan/bahasa tubuh yang natural.
114
Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan teknik berkomunikasi yang berbeda pula. Teknik
komunikasi berikut ini, terutama penggunaan referensi dari Stuart & Sundeen dalam Mundakir (2006), yaitu:
Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa perawat perhatian terhadap kebutuhan dan
masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal
dan non-verbal yang sedang dikomunikasikan.
2) Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa
menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Tentu saja sebagai perawat kita tidak harus menerima semua perilaku
klien. Perawat sebaiknya menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan tidak setuju,
seperti mengerutkan kening atau menggelengkan kepala seakan tidak percaya.
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai klien. Paling baik jika
pertanyaan dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien.
Selama pengkajian ajukan pertanyaan secara berurutan.
115
Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa
pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut.
5) Klarifikasi
Apabila terjadi kesalahpahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan
menyamakan pengertian, karena informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan. Agar pesan
dapat sampai dengan benar, perawat perlu memberikan contoh yang konkrit dan mudah dimengerti klien.
6) Memfokuskan
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan dimengerti.
Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan klien ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika
pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru.
Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil pengamatannya, sehingga dapat
diketahui apakah pesan diterima dengan benar. Perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh syarat non-
verbal klien. Menyampaikan hasil pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa
harus bertambah memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.
8) Menawarkan informasi
116
Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan bagi klien. Selain ini akan menambah rasa
percaya klien terhadap perawat. Apabila ada informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat perlu mengklarifikasi
alasannya. Perawat tidak boleh memberikan nasehat kepada klien ketika memberikan informasi, tetapi
memfasilitasi klien untuk membuat keputusan.
9) Diam
Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan
memproses informasi. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir
pikirannya, dan memproses informasi. Diam terutama berguna pada saat klien harus mengambil keputusan.
10) Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Metode ono bermanfaat
untuk membantu topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pada pembicaraan berikutnya. Meringkas
pembicaraan membantu perawat mengulang aspek penting dalam interaksinya, sehingga dapat melanjutkan
pembicaraan dengan topik yang berkaitan.
Memberi salam pada klien dengan menyebut namanya, menunjukkan kesadaran tentang perubahan yang terjadi
menghargai klien sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan tanggung jawab atas dirinya sendiri
sebagai individu. Penghargaan tersebut jangan sampai menjadi beban baginya, dalam arti kata jangan sampai
117
klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi mendapatkan pujian atau persetujuan atas perbuatannya.
Dan tidak pula dimaksudkan untuk menyatakan bahwa ini “bagus” dan yang sebaliknya “buruk”. Perlu
mengatakan “Apabila klien mencapai sesuatu yang nyata, maka perawat dapat mengatakan demikian.”
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau klien tidak mampu untuk
membuat dirinya dimengerti. Seringkali perawat hanya menawarkan kehadirannya, rasa tertarik, teknik
komunikasi ini harus dilakukan tanpa pamrih.
Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan. Biarkan klien yang merasa
ragu-ragu dan tidak pasti tentang peranannya dalam interaksi ini perawat dapat menstimulasinya untuk
mengambil inisiatif dan merasakan bahwa ia diharapkan untuk membuka pembicaraan.
Teknik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan yang mengindikasikan bahwa
klien sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya.
Perawat lebih berusaha untuk menafsirkan dari pada mengarahkan diskusi/pembicaraan.
118
Menempatkan suatu kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu
perspektif. Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihat kejadian
berikutnya sebagai akibat kejadian yang pertama. Perawat akan dapat menentukan pola kesukaran interpersonal
dan memberikan data tentang pengalaman yang memuaskan dan berarti bagi klien dalam memenuhi
kebutuhannya.
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala sesungguhnya dari perspektif klien. Klien
harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat. Ketika menceritakan pengalamannya,
perawat harus waspada akan timbulnya gejala ansietas.
17) Refleksi
Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan perasaannya sebagai bagian dari
dirinya sendiri. Apabila klien bertanya apa yang harus ia pikirkan dan kerjakan atau rasakan maka perawat dapat
menjawab: “Bagaimana menurutmu?” atau “Bagaimana perasaanmu?”. Dengan demikian perawat
mengindikasikan bahwa pendapat klien adalah berharga dan klien mempunyai hak untuk mampu melakukan hal
tersebut, maka iapun akan berpikir bahwa dirinya adalah manusia yang mempunyai kapasitas dan kemampuan
sebagai individu yang terintegrasi dan bukan sebagai bagian dari orang lain.
119
Hubungan perawat-klien merupakan proses dimana perawat sebagai helper (penolong) mengintervensi
kehidupan klien dan membantu klien untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Menjalin hubungan yang baik antara
perawat dan klien mutlak diperlukan dalam upaya memperlancar pelaksanaan tugas perawat dan klien saat
berlangsungnya pelayanan kesehatan. Hubungan inilah yang paling dikenal dengan hubungan terapeutik.
Hubungan perawat klien yang terapeutik bisa terwujud dengan adanya interaksi yang terapeutik dari keduanya.
Dalam hal ini komunikasi yang menjadi sarananya. Dimana komunikasi ini adalah sarana yang sangat efektif dalam
memudahkan perawat membangun suatu interaksi dengan klien sehingga dapat melaksanakan peran dan fungsinya
dengan baik.
Yaitu perawat memaksimalkan ketrampilan komunikasi, pemahaman tingkah laku manusia dan kekuatan
pribadi untuk meningkatkan pertumbuhan pribadi klien. Ketrampilan komunikasi dan pengetahuan dari tahap dan
fenomena yang terjadi dalam hubungan terapeutik merupakan alat yang penting sekali dalam pembentukan dan
pemeliharaan hubungan, kebutuhan dari klien diidentifikasi dan pendekatan alternatif penyelesaian masalah dibuat
serta ketrampilan koping baru mungkin dikembangkan
Disebutkan pula empat tindakan yang harus diambil diantara perawat dan klien:
120
2. Tujuan Hubungan Terapeutik
a. Kesadaran diri, penerimaan diri, dan meningkatnya kehormatan diri. Identitas pribadi yang jelas dan
meningkatnya integritas pribadi.
b. Kemampuan untuk membentuk suatu keintiman, saling ketergantungan, hubungan interpersonal dengan
kapasitas memberi dan menerima cinta.
c. Mendorong fungsi dan meningkatkan kemampuan terhadap kebutuhan yang memuaskan dan mencapai
tujuan pribadi yang realistik.
Universal precautions adalah tindakan pengendalian infeksi sederhana yang digunakan oleh seluruh petugas
kesehatan, untuk semua pasien, setiap saat, pada semua tempat pelayanan dalam rangka mengurangi resiko
penyebaran infeksi.
b. Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak di diagnosis atau tidak terlihat seperti beresiko
121
d. Asumsi bahwa risiko atau infeksi berbahaya
c. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan untuk mencegah kontak dengan darah
serta cairan infeksius yang lain.
g. Pengelolaan linen
122
2. Jika tidak diperlukan perlindungan ekstra apabila seorang pasien didiagnosis dengan hepatitis B, HIV,
atau hepatitis C.
3. Jika perlindungan ekstra hanya diperlukan ketika pasien diketahui atau diduga terinfeksi oleh virus atau
menyebar melalui droplet, udara, atau rute kontak transmisi.
4. Penggunaan pelindung (barrier) fisik, mekanik, atau kimiawi diantara mikroorganisme dan individu,
misalnya ketika pemeriksaan kehamilan, pasien rawat inap, petugas pelyanan kesehatan. Pelindung merupakan
alat yang sangat efektif untuk mencegah penularan infeksi (barrier membantu memutuskan rantai penyebaran
penyakit).
b. Cuci tangan
c. Pakai sarung tangan (kedua tangan) sebelum menyentuh kulit yang terluka, mukosa, darah , bagian
tubuh lain, instrument yang kotor, sampah yang terkontaminasi, dan sebelum melakukan prosedur invasive
d. Gunakan alat pelindung diri (kacamata pelindung, masker muka dan celemek) untuk mencegah
kemungkinan percikan dari tubuh (sekresi dan ekskresi) yang muncrat dan tumpah (misalnya saat
membersihkan instrumens dan benda lainnya)
123
e. Gunakan antiseptic untuk membersihkan selaput lendir sebelum pembedahan, pembersihan luka, atau
pencucian tangan sebelum operasi dengan antiseptic berbahan alcohol.
f. Gunakan praktik keselamatan kerja, misalnya jangan menutup kembali jarum atau membengkokkan
jarum setelah digunakan, jangan menjahit dengan jarum tumpul
Pada akhirnya, untuk semua alat yang terkontaminasi dilakukan dekontaminasi dan dibersihkan secara
menyeluruh, kemudian disterilkan atau didesinfeksi tingkat tinggi (DTT) dengan menggunakan prosedur yang
ada.
1. Mencuci tangan
a. Mencuci tangan harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan
walaupun mamakai sarung tangan dan alat pelindung yang lain. Tindakan ini penting untuk menghilangkan
atau mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehingga penyebaran infeksi dapat dikurangi dan
lingkungan kerja terjaga dari infeksi.
c. Cuci tangan harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah memakai sarung tangan
124
Cuci tangan higienis atau rutin, dilakukan untuk mengurangi kotoran dan flora yang ada ditangan
dengan menggunakan sabun tau detergen
Cuci tangan aseptic, dilakukan sebelum melakukan tindakan aseptic pada pasien dengan menggunakan
cairan antiseptic
Cuci tangan bedah, dilakukan sebelum melakukan tindakan bedah dengan cara aseptic dengan
menggunakan cairan aseptic dan sikat steril.
Indikasi mencuci tangan: cuci tangan harus dilakukan pada saat yang di antisipasi akan terjadi perpindahan
kuman melalui tangan yaitu:
1) Sebelum melakukan tindakan, misalnya memulai pekerjaan (baru tiba dikantor), saat akan memeriksa
(kontak langsung dengan klien),saat akan memakai sarung tangan steril atau sarung tangan yang telah
didesinfeksi tingkt tinggi (DTT) untuk melakukan suatu tindakan, saat akan memakai peralatan yang telah
di DTT, saat akan melakukan injeksi dan pemasangan infuse, dan saat hendak pulang kerumah.
2) Setelah melakukan tindakan yang dimungkinkan terjadi pencemaran, misalnya setelah memeriksa
pasien,setelah memegang alat-alat bekas pakai dan bahan-bahan lain yang berisiko terkontaminasi, setelah
menyentuh selaput mukosa,darah, atau cairan tubuh yang lain, setelah membuka sarung tangan (cuci
tangan setelah membuka sarung tangan perlu dilakukan karena ada kemungkinan sarung tangan robek atau
berlubang), setelah dari kamar kecil, setelah bersin atau batuk.
125
3) Mencuci tangan
b) Gunakan tissue untuk membuka keran air untuk untuk menghindari tangan yang kotor
mengkontaminasi keran.
c) Basahi tangan dan pergelangan tangan, kemudian tuangkan lebih 5 cc sabun cair ditelapak tangan
d) Menggosok dengan busa sabun semua permukaan secara mekanik selama 15-30 detik dan dilanjutkan
dengan membilas pada air yang mengalir
126
2. Pemakaian alat pelindung diri
a. Sarung tangan, untuk mencegah perpindahan mikroorganisme yang terdapat pada tangan petugas
kesehatan kepada pasien, dan mencegah kontak antara tangan petugas dengan darah atau cairan tubuh
pasien, selaput lendir, luka, alat kesehatan, atau permukaan yang terkontaminasi.
b. Pelindung wajah (masker, kacamata,helm): untuk mencegah kontak antara droplet dari mulut dan
hidung petugas yang mengandung mikroorganisme ke pasien, dan mencegah kontak droplet/darah/cairan
tubuh pasien kepada petugas
c. Penutup kepala: untuk mencegah kontak dengan percikan darah atau cairan tubuh pasien
d. Gaun pelindung (baju kerja atau celemek) : mencegah kontak mikroorganisme dari pasien atau
sebaliknya
e. Sepatu pelindung: mencegah perlukaan kaki oleh benda tajam yang terkontaminasi, juga terhadap darah
dan cairan tubuh lainnya.
a) Pengelolaan alat kesehatan dapat mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan, atau menjamin
alat tersebut selalu dalam kondisi steril dan siap pakai. Pemilihan pengelolaan alat tergantung pada
kegunaan alat dan berhubungan dengan tingkat resiko penyebaran infeksi. Pengelolaan alat dilakukan
melalui empat tahap:
127
1. Dekontaminasi
2. Pencucian
4. Penyimpanan (Nursalam,2008).
128
BAB III
HASIL PENGKAJIAN
Menurut sejarahnya rumah sakit berdiri sejak tahun 1953 sebagai RS HO. Tahun 1957 resmi menjadi rumah sakit
Kabupaten dengan 60 tempat tidur dan tahun 1967 berkembang dengan jumlah kapasitas 90 tempat tidur. Pada tahun
1978, RSUD berstatus RS tipe D. Pada tahun 1993 sampai saar ini menjadi RS tipe C berdasarkan SK. MenKes.R.I
No.202/MenKes/SK/11/1993, tanggal 26 Februari 1993 dan menjadi RS swadana pada tanggal 1 Januari 2003 dan pada
29 Maret 2003 berganti nama menjadi RSUD Panembahan Senopati. RSUD Panembahan Senopati menjadi RS tipe B non
pendidik berdasarkan SK MenKes RI Nomor: 147/Menkes/SK/I/2007 pada tanggal 31 Januari 2007. Selanjutnya, pada
tahun 2009 menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dan pada tahun 2010 telah lulus akreditasi penuh tingkat
lanjut (12 layanan).
Pada tanggal 18-28 maret dilakukan survie akreditasi rumah sakit versi 2012 dan akreditasi rumah sakit
pendidikan oleh KARS (Komite Akreditas Rumah Sakit) mendapatkan sertivikat akreditasi penuh predikat paripurna
129
bintang 5 dengan nomer KARS-SIR7/105/1V/2015. Sedangkan pada tanggal 13 maret 2017 RSUD panembahan senopati
bantul menjalani ferivikasi ke 2 dari akreditasi KARS versi 2012 ferivikasi akreditasi dilaksanakan untuk melihat apakah
semua pokja akreditasi di RSUD panembahan senopati bantul sudah melaksanakan dan mampu mempertahankan
menejemen dan pelayanan sesuai standar KARS versi 2012. Pada tanggal 22 Oktober 2018 RSUD Panembahan Senopati
Bantul berhasil meraih re-akreditasi KARS versi 2018.
Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bantul tahun 2011-2015 dimana
didalamnya tercantum strategis tentang kesehatan, antara lain dibutuhkan kebijakan layanan rumah sakit yang berupa
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), RSUD Panembahan Senopati Bantul sudah mengembangkan kegiatan yang
tersusun dalam Rencana Strategis RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2007-2011 dan berdasarkan Keputusan
Bupati Bantul Nomor 85 A Tahun302010 tentang pengesahan Visi, Misi, Tujuan, dan Motto Rumah Sakit Umum Daerah
Panembahan Senopati Bantul.
Menjadi Rumah Sakit yang mampu memberikan pelayanan kesehatan secara cepat dan tepat sesuai standar
pelayanan rumah sakit dengan didukung sumber daya manusia yang profesional.
1) Visi
“Terwujudnya rumah sakit yang unggul dan menjadi pilihan utama masyarakat”
130
2) Misi
c) Melaksanakan peningkatan mutu berkelanjutan dalam pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian
f) Menyelenggarakan tata kelola keuangan yang sehat untuk mendukung pertumbuhan organisasi
4) Nilai-nilai :
5) Meaning statement :
131
6) Motto Keperawatan
7) Misi Keperawatan
b) Meningkatkan pengetahuan dengan pendidikan dan pelatihan tenaga keperawatan untuk menwujudkan sumber
daya manusia yang professional
c) Memberikan pelayanan keperawatan, bekerjasama dengan tim lain, pasien dan keluarga.
8) Tujuan keperawatan
“Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan melalui penerapan standar asuhan keperawatan yang optimal”.
9) Falsafah keperawatan
a) Pelayanan keperawatan merupakan bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan hidup
sehari-hari
b) Pelayanan asuhan keperawatan dilaksanakan dengan ilmu tahapan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi untuk memenuhi kebutuhan klien.
132
c) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat, keunikan klien dan tidak
terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama
yang dianut serta kedudukan social.
d) Pelayanan keperawatan selalu diupayakan peningkatan mutunya secara berkesinambungan untuk memenuhi
kebutuhan dan harapan klien
1. Meningkatkan kualitas proses layanan kepada pelanggan difokuskan pada upaya untuk meningkatkan jumlah
kunjungan pasien rawat jalan dan rawat inap, melalui :
133
5) Audit Klinik dan Audit Medis
7) Melaksanakan pengawasan/supervisi secara rutin mulai dari manajemen level bawah, menengah sampai
atas
3) Pemasaran lewat media (radio dan TV) dan internet (Web dan Email)
d) Pelayanan unggulan/baru
2) Pelayanan Elektromedik
134
4) Pelayanan laser
7) Pelayanan Orthopedi
135
3. Mempercepat proses pelaporan dan akses informasi melalui upaya pengembangan Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit (Billing terpadu, SIMPEG, Simbada).
d. Tarif terjangkau
f. Terciptanya pelayanan prima, sesuai SK MenPan No.63/Kep/MPAN/03 dan terlaksananya UU No.25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik.
Ruang Anggrek merupakan ruang rawat inap dipimpin oleh seorang kepala ruang, yang dibantu oleh 3 orang primary
nurse (PN), 12 orang associate nurse (AN), 1 orang nurse assistance dan 1 tenaga administrasi. Dalam perjalanannya staf yang
ada di ruangan sudah diberikan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing oleh kepala ruangan.
136
Ruang rawat inap Anggrek merupakan bagian dari Instalasi rawat inap di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Ruang
rawat inap Anggrek merawat khusus pasien anak dengan penyakit non bedah, yang terdiri dari kelas1, 2,dan 3. Klasifikasi
pasien yang dirawat di ruang rawat Anggrek adalah anak-anak yang berusia 31 hari sampai dengan berusia 18 tahun yang
membutuhkan perawatan. Kapasitas ruangan adalah 28 tempat tidur (TT) yang terbagi menjadi 10 ruang yaitu : kelas I
sebanyak 2 ruang (fasilitas kamar yaitu: ac, kursi, meja), kelas 2 sebanyak 4 ruang (fasilitas kamar yaitu: kipas angina 1,
lemari, kursi, kamar mandi dalam), kamar kelas 3 sebanyak 3 kamar dengan 16 TT. High Care Unit (HCU) sebanyak 1 ruang
dengan fasilitas 2 TT, ac. HCU merupakan tempat observasi untuk pasien dengan pengawasan khusus .Jika dilihat dari posisi
tata letak, terdapat empat kamar sebelah utara dan enam kamar sebelah selatan.
1. Fasilitas
Adapun rincian fasilitas yang terdapat di ruang rawat inap Anggrek untuk pasien dan perawat diruangan, yaitu :
a. Pasien
3) Kursi
4) Kipas angin
137
6) Wastafel
7) Tempat sampah
8) Tiang infuse
9) Oksigen sentral
b. Perawat
2) Kamar mandi
5) Computer
6) Kulkas
7) TV
9) Kipas angin
138
Ruang rawat inap Anggrek merupakan ruang rawat inap khusus anak yang terdiri dari kelas I, II dan III.
1) Pasien Umum
2) Paisen Askes
3) Pasien Jamsostek
4) Pasien Jamkesmas
Hal spesifik lainnya ruang rawat inap Anggrek adalah tempat pendidikan, praktik dan penelitian bagi :
3) Mahasiswa S1 keperawatan/Ners
4) Mahasiswa S1 Gizi
5) Mahasiswa D3 Keperawatan
139
c. Denah Ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
Gambar 3.1
R. Tindakan R. CS
R. HCU
R. 10 R. 8 R. 7
140
R. 6
R. 9
R. KARU
Keterangan :
: Emergency Ki
141
dAnalisa Denah Ruangan :
Berdasarkan gambar 3.1 diatas, Ruang rawat inap Anggrek terdiri dari 28
tempat tidur. Ruang rawat inap Anggrek terletak di lantai 2, di sebelah utara
Ruang rawat inap Anggrek berbatasan dengan Ruang rawat inap Bakung,
sedangkan di lantai 1 terdapat ruang rawat ICU. Berdasarkan pengkajian dari
tanggal 1-3 2018 di ruang tindakan terdapat penataan obat yang tidak sesuai
dengan loker dan ruang.
Adapun struktur organisasi Ruang rawat inap Anggrek adalah sebagai berikut :
Kepala Ruang
Administrasi
Wahyuni
Perawat I Perawat Primer II Perawat Primer III
Sugi Rahayu, SKM Siti Rokhayatun, AMK Tri Widayati, AMK
Perawat Associate Perawat Associate Perawat Associate
Suharni, AMK Yuliana Rahayuningsih, AMK Eka Puji Astuti, AMK
Tri Sunarti, AMK Riyanti, AMK Muat Setiyani, AMK
Riski Khoiriyani, S.Kep., Ns. Siti Ani Wulandari, AMK Ridawati, AMK
Sofiatun, AMK Fary Muslimatun H., AMK Yulita, AMK
Nuryanah, AMK Ika Yuliningsih, AMK Ratri Kusuma., S.Kep., Ns
Nur Handayani, AMK Riska Istiah, AMK
d.
e.
142
f.
Asisten Perawat
Analisa Data : Diandari
Tarif Pelayanan
Tabel 3.1
143
d. Peraturan dan Tata Tertib Ruangan
Waktu konsultasi dokter setiap hari kerja atau sewaktu – waktu jika
dibutuhkan. Konsultasi perawat setiap hari kerja atau sewaktu-waktu bila
dibutuhkan. Jadwal jaga perawat : pagi pukul 07.30 - 14.00 WIB, sore pukul
13.30 - 20.00 WIB, malam pukul 19.30 – 08.00 WIB.
1) Operan jaga
5) Istirahat
144
INSTRUMEN MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. UNSUR INPUT
A. Pasien
a. Jumlah Pasien
Tabel 1.
Distrbusi Jumlah Pasien
Di Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
Bulan Januari - Maret Tahun 2019
145
Jumlah total - 15 136 330 481
Sumber: Data Sekunder Ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopasti Bantul 2019
Analisa Data
Berdasarkan data yang didapatkan, jumlah pasien yang di rawat di ruang anggrek dari bulan Januari – Maret 2019 didapatkan sebanyak
481 pasien, dimana yang tertinggi terdapat pada bulan Maret sebanyak 178 pasien dan jumlah pasien terendah terdapat pada bulan Januari
sebanyak 147 pasien.
Tabel 2
Distribusi 10 Penyakit Terbesar
Di Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
Bulan Januari - Maret Tahun 2019
146
3 Asma, unspecified 30 5,1
4 Dengue Haemorhagic fever 28 4,8
5 Bacteri Infection, unspecified 26 4,4
6 Viral Infection, unspecified 23 3.9
7 Gastroenteritis and cilitis of 19 3,3
unspecified origin
8 Dengue fever 18 3,1
9 Epilepsy¸ unspecified 8 1,3
10 Anaemia, unspecified 7 1,2
11 Other Gastroenteritis and cilitis of 7 1,2
unspecified origin
12 Urinari trac infection, site not 4 0,6
specified
13 Sepsis, unspecified 2 0,3
Jumlah Total 588 100 %
Sumber: Data Sekunder Ruang Anggrek di Bidang Pelaporan RSUD Panembahan Senopasti Bantul 2019
Analisa Data
147
Berdasarkan data sepuluh besar penyakit yang terdapat di Ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul selama bulan
Januari – Maret 2019, diketahui kasus penyakit yang terbanyak adalah pasien dengan Broncopneumonia, unspecified sebanyak 63 pasien
(10,7%).
Tabel 3
Dstrbus Pasien Berdasarkan Tempat Tinggal
Di Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
Bulan Januari - Maret Tahun 2019
N Asal daerah pasien Jumlah %
O
1 Bantul 26 16,3
2 Sewon 21 13,1
3 Pandak 19 11,9
4 Imogiri 18 11,3
5 Pajangan 17 10,6
6 Jetis 16 10
7 Kasihan 14 8,8
8 Bambanglipuro 11 6,9
9 Kretek 10 6,3
10 Pudong 8 5
Jumlah total 160 100
Sumber: Data Sekunder Ruang Anggrek di Bidang Pelaporan RSUD Panembahan Senopasti Bantul 2019
148
Analisa Data
Berdasarkan data diatas ditribusi pasien tempat tinggal yang terbanyak di Ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul dari
bulan Januari - Maret 2019 adalah daerah Bantul dengan jumlah sebanyak 26 orang (16,3 %). Jumlah tersebut merupakan garis besar dari
sekian banyak daerah yang tidak terdata karena hasil dari pendataan alamat yang tidak lengkap yang hanya mencantumkan alamat jalan dan
lain-lain.
B. Mahasiswa
Tabel 4
Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Asal Institusi dan Jumlah Mahasiswa
Di Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
Bulan Januari - Maret Tahun 2019
149
No Nama Institusi Waktu Praktik Jumlah
Mahasiswa
1. Stikes Surya Global Yogyakarta 01 April - 20 April 18 Mahasiswa
2019
2. Stikes Yogyakarta 01 April - 17 April 7 Mahasiswa
2019
3. Universitas Respati Yogyakarta 3 Maret - 30 Maret 16 Mahasiswa
2019
4. Karya Bakti Husada 3 Maret - 16 Maret 5 Mahasiswa
2019
5. Universitas Jendral Ahmad Yani 11 Februari - 2 10 Mahasiswa
Maret 2019
6. Stikes Madani 18 Februari - 09 9 Mahasiswa
Maret 2019
7. Stikes Al Islam 28 Januari - 16 6 Mahasiswa
Februari 2019
8. Stikes Wirahusada 07 Januari - 26 10 Mahasiswa
Januari 2019
Jumlah 96 mahasiswa
Sumber: Data Sekunder Ruang Anggrek di RSUD Panembahan Senopasti Bantul 2019
150
Analisa Data
Berdasarkan data diatas didapatkan jumlah presensi mahasiswa yang praktek di Ruang Anggrek RSUD Panembahan
Senopati Bantul sebanyak 96 mahasiswa yang berasal dari 8 institusi. Sedangkan diruang Anggrek hanya terdapat 3 pembimbing
lahan.
Menurut Nursalam dan Effendi (2008) untuk menjadi pembimbing klinik harus memiliki beberapa kriteria, salah satunya adalah
berpengalaman dan kompoten dilingkungan klinik serta memiliki pengetahuan keilmuan minimal memiliki latar belakang
pendidikan setara dengan jenjang pendidikan peserta didik. Adapun ketresediaan pembimbing klinik ruangan untuk setiap
pembimbing klinik membimbing 5 – 7 mahasiswa.
C. Ketenagaan
a. Kuantitas
1. Gillies
2. Douglas
3. Depkes
151
4. Ilyas
1. Gillies (1982)
Tenaga Perawat =
Tenaga Perawat =
=
= 17,69 dibulatkan 18
Analisa Data
152
Berdasarkan perhitungan diatas, didapatkan jumlah tenaga sebanyak menurut Gillies adalah sebanyak 18 perawat. Hasil
perhitungan ini tidak dapat digunakan untuk mewakili perhitungan kebutuhan sesungguhnya dikarenakan yang digunakan selama
3 bulan. Dari bulan Januari – Maret 2019.
2. Douglas (1984)
Tabel 5
3. DEPKES RI (2002)
153
= 9,17 kemudian dibulatkan menjadi 9
Dari perhatian tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata klien yang datang ke Ruang Anggrek dalam periode 3 bulan
terakhir yaitu 16 klien/hari, dengan perawatan 4 jam esu ketentuan Depkes RI tahun 2014 dengan jam efektif perawat
perhari yaitu selama 7 jam. Untuk kebutuhan tenaga yang diperukan faktor-faktor koreksi agar pelayanan keperawatan
berjalan dengan baik.
Faktor koreksi :
Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu di tambahkan (faktor koreksi) dengan hari libur/cuti/hari besar (loos
day) :
=2,50 orang
154
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non keperawatan (tenaga administrasi) seperti contohnya :
membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan dll di perkirakan 25% dari jam pelayanan
keperawatan :
= 2,91 orang
=
9,17+ 2,50 +2,91 = 14,58 orang
155
Komposisi perawat dalam setiap ruangan :
- Siang 35 %
- Malam 17 %
Tabel 6
Kebutuhan Tenaga Keperawatan Menurut Formula Douglas
Di Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
Bulan Januari - Maret Tahun 2019
Waktu Tanggal
01 April 2019 02 April 2019 03 April 2019
156
P S M P S M P S M
Klasifikasi
Minimal 0,17 x 0,14 x 0,07 x 0,17 x 0,14 x 0,07 x 0,17 x 0,14 x 0,07 x
jml ps jml ps jml ps jml ps jml ps jml ps jml ps jml ps jml ps
yg yg yg yg yg yg yg yg yg
mini mini mini mini mini mini mini mini mini
mal mal mal mal mal mal mal mal mal
care = care = care = care = care = care = care = care = care =
- - - - - - - - -
Intermedia 0,27 x 0,15 x 0,10 x 0,27 x 0,15 x 0,10 x 0,27 x 0,15 x 0,10 x
te jml ps jml ps jml ps jml ps jml ps jml ps jml ps jml ps jml ps
yg yg yg yg yg yg yg yg yg
inter inter inter inter inter inter inter inter inter
media media media media media media media media media
te care te care te care te care te care te care te care te care te care
= 0,27 = 0,15 = 0,10 = 0,27 = 0,15 = 0,10 = 0,27 = 0,15 = 0,10
x 23 = x 20 = x 17 = x 16 = x 18 = x 23 = x 19 = x 19 = x 21 =
6,21 3 1.7 4,32 2,7 2,3 5,13 2,85 2,1
Maksimal 0,36 x 0,30 x 0,20 x 0,36 x 0,30 x 0,20 x 0,36 x 0,30 x 0,20 x
jml ps jml ps jml ps jml ps jml ps jml ps jml ps jml ps jml ps
yg yg yg yg yg yg yg yg yg
maksi maksi maksi maksi maksi maksi maksi maksi maksi
mal mal mal mal mal mal mal mal mal
care = care = care = care = care = care = care = care = care =
0,36 x 0,30 x 0,20 x 0,36 x 0,30 x 0,20 x 0,36 x 0,30 x 0,20 x
157
3= 3= 3= 3 4= 4= 4= 4= 4=
1,08 0,9 0,6 =1,08 1,2 0,8 1,44 1,2 0,8
Skor S1 M1 P2 S2 M2 P3 S3 M3
P1 (3,9) (2,3) ( 5,4) ( 3,9) (3,1) (6,57) (4,05) (2,9)
(7,29)
Jumlah P = (P1+P2+P3) : 3 = S = (S1+S2+S3) : 3 = M = (M1+M2+M3) : 3
19,26 : 3 = 6,42 11,85 : 3 = 3,95 = 8,3 : 3 = 2,76
Total Jumlah Tenaga Selama 3 hari 6,42 + 3,95 + 2,76 = 13,13
Analisa Data
Berdasarkan data diatas menurut perhitungan Doughlas, didapatkan :
Pagi : (P1+P2+P3) : 3 = 19,26 : 3 = 6,42
Siang : (S1+S2+S3) : 3 = 11,85 : 3 = 3,95
Malam : (M1+M2+M3) : 3 =8,3 : 3 = 2,76
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan adalah 13 perawat. Sehingga kebutuhan perawat menurut Doughlas adalah orang perawat.
Perhitungan ini belum dapat dijadikan tolak ukur menghitung kebutuhan tenanga di Ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
mengingat perhitungan ini hanya melalui observasi pasien selama 3 hari.
Tabel 7
Kebutuhan Tenaga Keperawatan Menurut Klasifikasifikasi Pasien (DepKes RI)
Di Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
Bulan Januari - Maret Tahun 2019
158
Rata-rata jml Rata-rata jam Jumlah jam
No Klasifikasi
pasien/hari perawatan/pasien/hari perawatan/hari
1 Minimal - - -
2 Intermediate 20 4 80
3 Agak berat 3 4 12
4 Maksimal 1 4 4
Jumlah 23 96
Tabel 8
Hasil Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan
Di Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
Bulan Januari - Maret Tahun 2019
159
Metode Hasil Yang ada Keterangan
Gillies 18 16 Kurang 2
Douglas 13 16 Lebih 3
Depkes 14 16 Lebih 2
Berdasarkan data penghitungan tenaga keperawatan dari berbagai rumus, yaitu diantaranya :
a) Rumus Gillies
Berdasarkan perhitungan dengan rumus Gillies untuk kebutuhan tenaga perawat di Ruang Anggrek RSUD Panembahan
Senopati Bantul sebanyak 18 perawat.
b) Rumus Douglas
Berdasarkan perhitungan dengan rumus Douglas untuk kebutuhan tenaga perawat di Ruang Anggrek RSUD Panembahan
Senopati Bantul sebanyak 13 perawat.
c) Rumus Depkes
Berdasarkan perhitungan dengan rumus Depkes untuk kebutuhan tenaga perawat di Ruang Anggrek RSUD Panembahan
Senopati Bantul sebanyak 14 perawat.
Analisa Data
160
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa jumlah perawat di Ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul 16
mencakupi kebutuhan diruangan tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan yang mendekati untuk diterapkan model MPKP yaitu
perhitungan menurut Depkes RI (2002) dengan hasil 14 perawat sedangkan jumlah perawat di Ruangan terdapat 16 perawat.
b. Kualitas
Tabel 9
Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan
Di Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
Bulan Januari - Maret Tahun 2019
161
Profesi Ners 2 12,50%
Jumlah 16 100%
Sumber: Data Sekunder Ruang Anggrek di Bidang Keperawatan dan Mutu RSUD Panembahan Senopasti Bantul 2019
Analisa Data
Berdasarkan data diatas, didapatkan bahwa pendidikan tenagan perawat di Ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopati
Bantul terdapat 2 perawatan dengan pendidikan S1 Keperawatan Ners, 13 perawat berpendidikan D3 Keperawatan dan 1 perawat
berpendidikan Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Tabel 10
Distribusi Perawat Berdasarkan Pendidikan, Jenis Pelatihan, dan Lama Kerja
Di Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
Bulan Januari - Maret Tahun 2019
No Nama Pendidikan Awal Pendidikan Jenis Pelatihan Yang Diikuti Lama
162
Perawat/Bidan Tambahan Kerja
1 YUNI PURWANINGSIH, AMK. D III - 1. Manajemen Keperawatan Bagi Kepala Ruangan 15 Tahun
2. Pelatihan PPGD
3. PPI dasar
4. Nursing pediatric
5. PSBH
6. K3
7. FMEA
8. Pasien Safety
9. Plebetomi
10. Preseptor
163
AMK.
3. Customer Service
5. SPMKK
6. K3
3. Service execelent
4. SDIDTK
5. K3
6. CI
164
7. Patient safety
2. Pelatihan PPGD
6. Komunikasi efektif
7. K3
8. Plebotomi
165
2. Pelatihan manajemen keselamatan pasien
4. Pelatihan PPGD
5. CI
6. Tb Mdr
7. IT. Komplek
3. Service excelent
4. K3
2. K3
166
4. Implementasi kom. Keperawatan
4. Patien safety
5. Training penerapan K3 RS
2. K3
3. Service excellent
4. Manajemen nyeri
167
2. PPGD
3. Customer service
2. Pelatihan PMKP
4. K3
6. Service excelent
3. CI
4. Service exellent
168
5. IT. Kom.kep
3. Pelatihan BTCLS
6. Komunikasi efektif
2. Pelatihan PPGD
169
3. K3
4. Service
5. Plebotomi
Berdasarkan data diatas, didapatkan hasil pendidikan tenaga keperawatan di Ruang Anggrek adalah 2 orang tamatan S1
Keperawatan Ners, 13 orang tamatan DIII Keperawatan dan 1 orang tamatan Kesehatan Masyarakat.
170
D. Fasilitas/Alat
a. Fasilitas ruangan
Tabel 11
Standar Dan Inventarisasi Fasilitas Ruangan
Di Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
Bulan Januari - Maret Tahun 2019
No Nama Alat StandarRuang Inventaris
Ket
VIP Kls I Kls II Kls III VIP Kls I Kls II Kls III
1 Tempat - Tidak
tidur 1 5 ada
adjustable
2 Tempat - 2 8 16 Baik
8 12
tidur
3 Bed side - 2 8 16 Baik
1 5 8 12
table
4 Kursi - 2 8 16 Baik
1 5 8 12
pasien
5 Nursing call 1 5 8 12 - 2 8 16 Baik
6 Kipas angin - - 4 3 Baik
5 4 2
gantung
7 Jam dinding - - - - Tidak
1 5 8 2
ada
8 Lampu baca - - - - Tidak
1 5 8 12
ada
9 Lampu
tidur, lampu 1 5 4 2 - 2 8 16 Baik
emergency
10 Tempat
sampah 1 5 4 2 - 2 4 3 Baik
tertutup
11 Jemuran
1 5 4 4 - 2 4 3 Baik
handuk
12 Kamar 1 5 4 2 - 2 4 3 Tiap
mandi di ruangan
171
dalam tidak ada
dilengkapi gelas
gayung, kumur,
tempat waskom
sampah mandi,
tertutup, rak untuk
gantungan bed pan,
baju, gelas urinal
ukur, gelas
kumur,
waskom
mandi, rak
untuk bed
pan, urinal
13 Wastafel Setiap
dan kaca rungan
1 5 4 2 - 1 1 1
rias tidak ada
kaca rias
14 Outlet
oksigen 1 5 8 12 - 2 8 16 Baik
sentral
15 Vacum Terdapat
suction 1 5 4 - - - - 1 diluar
ruangan
16 Musik Terdapat
sentral 1 5 4 2 - - - - diluar
rungan
17 Kursi tamu 2 5 8 - 2 8 16 Baik
18 Meja tamu 1 5 4 - 2 8 16 Baik
19 Korden 1 5 8 12 - 4 7 15 Terdapat
jendela 2 jendela
yang
tidak ada
kordenny
172
a
20 Lampu
kamar 1 5 4 2 - 2 4 3 Baik
mandi
21 Papan nama Tidak
1 5 8 12 - - - -
pasien ada
22 Kalender 1 5 4 2 - - - -
23 Rak
sepatu/sand 1 5 4 2 - 1 1 1 Baik
al
24 Tata tertib Tidak
1 5 4 2 - - - -
berpigura ada
25 Rak untuk Tidak
bedpan, 1 - - - - ada
urinal
26 Bancikan Tidak
12 - - - -
tempat tidur ada
27 Box bayi - - - - Tidak
12
ada
28 WC - 2 4 - Baik
1 4 2
jongkok
29 WC duduk 4 2 - 1 4 3 Baik
30 TV, kulkas, Tidak
AC ada
1 - 1 - -
kulkas
dan TV
31 Rak cuci - 2 - - Tidak
tangan, terdapat
1
gelas kumur gelas
kumur
32 Water Tidak
1 - - - -
heater ada
33 Ruang Tidak
- - - - - - - -
Bermain ada
Sumber: Data Primer Ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopasti Bantul 2019
173
Tabel 12
Standar Dan Inventarisasi Alat-AlatKesehatan/Keperawatan
Di Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
Bulan Januari - Maret Tahun 2019
No
Nama Alat Standar Inventaris Keterangan
1 Tensimeter 10 4 1 Rusak
2 Thermometer 10 5 1 Rusak
3 Tabung O2 dorong 2 1 Baik
4 Stetoskop 10 6 Baik
5 Tong spatel 1 - Tidak ada
6 Reflek hammer 2 - Tidak ada
7 Senter 2 batere 2 - Tidak ada
8 Tempat korentang 4 - Tidak ada
9 Korentang 4 - Tidak ada
10 Alat cukur 10 - Tidak ada
11 Amubag dewasa 1 3 Baik
12 Kursi roda 3 - Tidak ada
13 Fetoskop 1 - Tidak ada
14 Bakspuit/stainless 2 4 Baik
15 Pinset sinergis 7 - Tidak ada
16 Pinset anatomis 7 - Tidak ada
17 Gunting hecting off 5 - Tidak ada
18 Toples 6 - Tidak ada
19 Bengkok 7 2 Baik
20 Brankard 2 1 Baik
21 Torniket 2 2 1 Rusak
22 Tromol besar 2 - Tidak ada
23 Tromol sedang 3 - Tidak ada
24 Tromol kecil 1 - Tidak ada
25 Standar infuse 10 31 4 Rusak
26 Timbangan bayi 1 3 Baik
27 Mayo 10 - Tidak ada
28 WW2 1 - Tidak ada
29 Set ganti verban 7 - Tidak ada
30 Set ganti jahitan 7 - Tidak ada
31 Bak instrumen besar 3 3 Baik
32 Bak instrument sedang 3 5 Baik
33 Bak instrument kecil 3 1 Baik
34 Rektal tube 12 - Tidak ada
35 Kateter logam 3 - Tidak ada
174
36 Sketsel lipat 1 - Tidak ada
37 Bok laborat 1 2 Baik
38 Mangkok cina 12 - Tidak ada
39 Suction pump dinding 10 - Tidak ada
40 Suction pump portable 10 - Tidak ada
41 Gunting besar 2 1 Baik
42 Trolitenunbersih 1 1 Baik
43 Troli tenun kotor 1 1 Baik
44 Troli pengobatan 4 1 Baik
45 Troli mandi 2 - Tidak ada
46 Timbangan injak 1 3 1 Rusak, 1 Segel
baru
47 Waskom mandi 16 24 Baik
48 Pispot dewasa 8 10 Baik
49 Steek pan 2 1 Baik
50 Gelas ukur 3 4 Baik
51 Irrigator 5 - Tidak ada
52 Gantungan urin bag 10 - Tidak ada
53 Bak iplastikbesar 4 - Tidak ada
54 Baki plastic kecil 3 4 Baik
55 Waskom merendam alat 2 - Tidak ada
56 Waskom plastic 10 - Tidak ada
memandikan bayi
57 Ember pakaian kotor 12 - Tidak ada
bayi
58 Container kecil 4 - Tidak ada
pengobatan
59 Tempah sampah medis 2 3 Baik
60 Tempat sampah kotor 2 3 Baik
61 Tempat sampah 2 3 Baik
pengobatan
62 Saturasi Oksigen 1 3 1 Rusak
Sumber: Data Primer Ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopasti Bantul 2019
Analisa Data
Berdasarkan data diatas, didapatkan inventaris Alat-alat
Kesehatan/Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD
Panembahan Senopati Bantul ada beberapa dalam kondisi baik dan rusak.
Adapun kondisi baik ada 24 alat dan kondisi rusak ada 4 alat.
175
c. Inventaris alat tenun
Tabel 13
Standar Dan Inventarisasi AlatTenun
Di Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
Bulan Januari - Maret Tahun 2019
176
14 Sarung Katun Biru 65 X 45 81 29 Baik
Bantal
15 Perlak VinilMerah Hati 65 X 45 35 8 Baik
16 Kimono Katun BiruTua L Dan LL 30 4 Baik
Pasien
17 Mitela Katun Putih 138 X 90 X -
90
18 Masker 5 Masih
Baru
belum
dibuka
19 Waslap Kain 20 X 10 50 - Tidak
ada
20 Taplak Kain 100 X 100 4 - Tidak
Besar ada
21 Taplak Kecil Kain 50 X 50 24 - Tidak
ada
22 Gurita Kain Putih 100 X 50 300 - Tidak
ada
23 Duk Kain 100 X 100 35 - Tidak
ada
24 Selimut Kain Putih 200 X 125 55 - Tidak
Putih ada
25 StikPutih Kain Putih 180 X 100 50 - Tidak
ada
Analisa Data:
177
d. Inventarisasi alat-alat perkantoran dan rumah tangga
Tabel 14
Standar dan Inventarisasi Alat Perkantoran dan Rumah Tangga
Di Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
Bulan Januari - Maret Tahun 2019
178
36 Formulir Resep dan 1 1 Baik
persetujuan obat dilur
depho
37 Formulir tindakan operasi 1 - Tidak ada
38 Formulir Rujukan dan 1 1 Baik
Radiologi
39 Formulir persetujuan 1 1 Baik
tindakan medis
40 Formulir transfusi darah 1 1 Baik
dan pre-post operasi
41 Formulir keterangan sehat 1 1 Baik
sakit
42 Formulir pengantar 1 - Baik
emergency
43 Formulir lembar konsultasi 1 1 Baik
44 Formulir catatan perjalanan 1 1 Baik
penyakit
Sumber: Data Primer Ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopasti Bantul
2019
Analisa Data
Berdasarkan data diatas didapatkan hasil sebagian besar alat perkantoran
dan rumah tangga di Ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
sudah cukup dan keadaannya baik.
Tabel 15
Daftar Buku Bantu
Di Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
Bulan Januari - Maret Tahun 2019
179
5 Buku laporan residen 1 - Tidak ada
6 Buku pengobatan 1 1 Baik
7 Buku expedisi segala tindakan medis 1 - Tidak ada
8 Buku catatan tukar dinas 1 - Tidak ada
9 Buku bidang 1 - Tidak ada
10 Buku sensus ibu 1 - Tidak ada
11 Buku sensus bayi 1 - Tidak ada
12 Buku temperatur bayi 1 - Tidak ada
13 Buku laporan pemeriksaan ginekologi 1 - Tidak ada
14 Buku penyerahan untuk tindakan 1 1 Baik
15 Buku konseling menyususi, pasien 1 - Tidak ada
pulang
16 Buku pengambilan rongsen 1 - Tidak ada
17 Buku orientasi mahasiswa 1 1 Baik
18 Buku registrasi bayi lahir 1 - Tidak ada
19 Buku pencatatan injeksi 1 3 Baik
20 Buku anggota tim 1 1 Baik
Sumber: Data Primer Ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopasti Bantul
2019
Analisa Data :
Berdasarkan data diatas didapatkan bahwa daftar Buku Bantu di Ruangan
Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul seperti buku laporan harian,
buku inventaris instrument, buku pengobatan, buku penyerahan untuk
tindakan, buku orientasi mahasiswa, buku pencatatan injeksi dan buku anggota
tim dalam keadaan baik dan tidak rusak.
E. Mesin
Inventarisasi mesin
Tabel 16
Standard Inventarisasi Alat (Mesin)
Di Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
Bulan Januari - Maret Tahun 2019
No Nama mesin Standar Inventari Keterangan
s
180
1 EKG 1 1 Baik
5 Komputer 1 1 Baik
Sumber: Data Primer Ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopasti Bantul
2019
Analisa Data
Berdasarkan data diatas didapatkan bahwa Inventarisasi Alat (Mesin) di
Ruangan Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul terdapat EKG dan
komputer dalam kondisi baik dan bisa digunakan.
b. Pedoman/Standar/Prosedur Tetap
Tabel 17
Paduan Asuhan Keperawatan
Di Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
Bulan Januari - Maret Tahun 2019
181
4 425/2018 Panduan Asuhan Keperawatan 1 1 2018
dengan Demah Berdarah Dengue
5 425/2018 Panduan Asuhan Keperawatan 1 1 2018
dengan Asma Bronchiale
6 425/2018 Panduan Asuhan Keperawatan 1 1 2018
dengan Bronchopneumonia
7 425/2018 Panduan Asuhan Keperawatan 1 1 2018
dengan Epilepsi
8 425/2018 Panduan Asuhan Keperawatan 1 1 2018
dengan Sepsis
9 425/2018 Panduan Asuhan Keperawatan 1 1 2018
dengan Dengue Fever
10 425/2018 Panduan Asuhan Keperawatan 1 1 2018
dengan Infeksi Saluran Kencing
Sumber: Data Sekunder PAK Ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopasti Bantul
2019
Analisa Data
Berdasarkan 10 penyakit terbanyak yang ada di Ruang Anggrek RSUD
Panembahan Senopati Bantul di dapatkan bahwa semua penyakit tersebut sudah
memiliki Panduan Asuhan Keperawatan (2018). Panduan Asuhan Keperawatan
(2018) belum memenuhi pedoman untuk 10 penyakit terbesar tahun 2019. Seperti
contoh PAK (2018) yang tidak terdapat didalam 10 penyakit terbesar tahun 2019
Pneumonia, Gastroenteritis dan Anemia atau thalasemia .
Tabel 18
Pedoman/Standar/Protap Kebijakan
Di Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
Bulan Januari - Maret Tahun 2019
182
3 445/KPWTN/3/2015 Pemeriksaan fisik pada 1 1
daerah kepala
4 445/KPWTN/4/2015 Pemeriksaan fisik dada 1 1
5 445/KPWTN/5/2015 Pemeriksaan fisik 1 1
abdomen
6 445/KPWTN/6/2015 Pemeriksaan GCS 1 1
G. Sumber Dana
Tabel 19
Kajian Dana
Di Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
Bulan Januari - Maret Tahun 2019
Ketentuan
No Kenyataan Keterangan
Asal Dana Kegiatan
1 APBN Proyek Investasi Ada
183
2 APBN Rutin Operasional Ada
3 APBN Operasional Ada
4 Pendapatan Operasional Ada
Jumlah anggaran
fungsonal
5 Pendapatan non Operasional Ada Ruang Anggrek
Analisa Data
Berdasarkan data diatas, didapatkan bahwa sumber dana dan
pengaturan keuangan tealah sesuai dengan prosedur yang berlaku. Sumber
dana pembiayaan rumah sakit berasal dari pendapatan RS dan di kelola
sendiri oleh pihak RSUD Panembahan Senopati Bantul. Pengelolaan
keungan di Ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
sepenuhnya diatur secara sentral oleh Kepala Ruang kepada pimpinan RS
di bagian umum, kemudian akan dirapatkan secara bersama untuk
pemenuhan kebutuhan diruangan.
2.
3. UNSUR PROSES
a. Pengkajian
b. Diagnosa
c. Perencanaan
d. Tindakan
e. Evaluasi
184
Tabel 20
Pengkajian
Ya Tidak Total
No Aspek Yang Dinilai
N % N % N %
Mencatat data yang diikaji sesuai 86.66
1 13 2 13.33% 15 100%
dengan pengkajian %
Data dikelompokkan (bio-psiko-
2 15 100% 0 13.3% 15 100%
sosial-spiritual)
Data dikaji pasien masuk sampai
3 15 100% 0 26.7% 15 100%
pulang
Masalah dirumuskan berdasarkan
kesenjangan antara status kesehatan 93.33
4 14 1 6.6% 15 100%
dengan norma dan pola fungsi %
kehidupan
Jumlah 57 95% 3 5% 60 100%
Pencapaian rata-rata (%)
57/60x100%=95%
Prosentase =
Tabel 21
Diagnosa
Ya Tidak Total
No Aspek Yang Dinilai
N % N % N %
Diagnosa keperawatan berdasarkan
1 masalah yang telah dirumuskan 13 86.67% 2 13.3% 15 100%
Diagnosa keperawatan
2 mencerminkan PE/PES/P 15 100% 0 0 15 100%
Merumuskan diagnosa keperawatan
3 aktual atau potensial 13 86.67% 2 13.3% 15 100%
Jumlah 41 91.11% 4 8.8% 45 100%
185
Pencapaian rata-rata (%)
41/45x100%=91.11%
Prosentase = x 100%
Tabel 22
Perencanaan
Ya Tidak Total
No Aspek Yang Dinilai
N % N % N %
93.3
1 Berdasarkan diagnosa keperawatan 14 % 1 6.6% 15 100%
2 Disusun menurut urutan prioritas 15 100% 0 0 15 100%
Rumusan tujuan mengandung
komponen pasien/subjek, perubahan 86.6 13.3
3 perilaku, kondisi pasien dan kriteria 13 % 2 % 15 100%
Rencana tindakan mengacu pada
tujuan dengan kalimat perintah, terinci
4 12 80% 3 20% 15 100%
dan jelas atau melibatkan pasien/
keluarga
Rencana tindakan menggambarkan 73.3 26.6
11 4 15 100%
5 keterlibatan pasien/keluarga % %
Rencana tindakan menggambarkan
15 100% 0 0 0 100%
6 kerjasama dengan tim kesehatan lain
88.9
80 10 11.1% 90 100%
Jumlah %
Pencapaian rata-rata (%)
80/90x100%= 88.9%
Prosentase = x 100%
Tabel 23
Tindakan
186
Tanggal 1-3 Hari Senin-Rabu Bulan April Tahun 2019
Prosentase = x 55/60/x100%=91.67%
100%
Tabel 24
Evaluasi
Ya Tidak Total
No Aspek Yang Dinilai
N % N % N %
1 Evaluasi mengacu pada tujuan 13 86.67% 2 13.33% 15 100%
2 Hasil evaluasi dicatat 15 100% 0 0 15 100%
Jumlah 28 93.33% 2 13.33% 30 100%
Pencapaian rata-rata (%) 28/30x100%=93.33%
Tabel 25
187
Ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
Prosentase = x 71/75x100%=94.67%
100%
Tabel 26
188
1. Pengkajian 95%
2. Diagnosa 91.11%
3. Perencanaan 88.9%
4. Tindakan 91.67%
5. Evaluasi 93.33%
Total(%) 92.45%
Analisa Data
Tabel 27
189
No Perasat F Nilai Keterangan
Perawat memberikan obat
1. 6 90%
Memberikan nebulizer combivent sesuai SOP
2 Perawat tidak mencuci tangan
Mengukur suhu pada
. 6 95% sebelum kepasien dan tidak
pasien
menggunakan handscoon
3 Melakukan Perawat diruang anggrek rsud
. komunikasi efektif 10 100% panembahan melakukan
antar perawat komunikasi efektif antar perawat
4
Sudah dilakukan dan belum
. Pemasangan NGT 1 95%
100% sesuai SOP
5
Perawat tidak menggunakan
. Melakukan sonde 2 95%
masker dan handscoon
190
Jumlah rata-rata 96.4%
Tabel 28
191
8. Perawat menggunakan alat-alat steril 10 100% 0 0%
untuk satu pasien
9. Perawat menggunakan alat-alat 10 100% 0 0%
disposable hanya untuk sekali pakai
10. Setelah mengunakan alat-alat non- 10 100% 0 0%
dispisable perawat mencucinya dengan
larutan desinfektan
11. Perawat mensterilkan alat-alat steril di 10 100% 0 0%
instalasi sterilisasi sentral
12. Perawat menyiapkan alat-alat kesehatan 10 100% 0 0%
ditempat khusus
13. Perawat membuang benda-benda tajam 10 100% 0 0%
ditempat khusus benda-benda tajam
14. Perawat membuang sampah medis 10 100% 0 0%
ditempat sampah medis
15. Perawat membuang sampah non-medis 10 100% 0 0%
ditempat sampah non-medis
Jumlah 130 6,7% 20 13.3%
Pencapaian rata-rata (%) 130/150 X 100 = 86,7%
Analisa Data
1. Planning
192
2. Organizing
3. Actuating
4. Controling
Tabel 29
Kajian Planning
- Cuti
Analisa Data
193
Tabel 30
Kajian Organizing
194
antara staf keperawatan dengan
pasien Ada Terlaksana
2. Hubungan profesional
antar Staf Keperawatan Ada Terlaksana
3. hubungan
profesional/Kemitraan antar Staf
keperawatan dengan dokter/tim Ada Terlaksana
kesehatan lain
4. Hubungan Profesional
antar Staf Keperawatan dengan Ada Terlaksana
peserta didik dengan MPM
5. Pelaksanaan Serah Ada Terlaksana
Terima Tugas jaga (operan) Ada Terlaksana
6. Pelaksanaan Meeting Ada Terlaksana
Morning Ada Terlaksana
7. Pelaksanaan Pre
Conference Ada Terlaksana
8. Pelaksanaan Post
Conference
9. Pelaksanaan Komunikasi
Terapeutik
10. Pelaksanaan informasi
pasien baru
Analisa Data
Tabel 31
195
Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang Keperawatan
Observasi
No VARIABEL YANG DINILAI SL SR KD TP
N % N % N % N %
1 Membagi staff ke dalam grup 1 100
MPM sesuai kemampuan dan
beban kerja
2 Membuat jadwal dinas kordinasi 1 100
dengan PN
3 Menyiapkan materi tentang 1 100
permasalahan pasien dan ruangan
yang ada pada hari tersebut
termasuk laporan permasalahan
dinas malam
4 Kepala ruangan melakukan 1 100
meeting morning untuk
menindaklanjuti masalah yang ada
yang diawali dan diakhiri dengan
doa
5 Membagi pasien ke dalam grup 1 100
MPM sesuai dengan kemapuan
dan beban kerja
6 Menfasilitasi dan mendukung 1 100
kelancaran tugas PN dan AN
7 Melakukan supervisi dan memberi 1 100
motivasi seluruh staf keperawatan
untuk mencapai kinerja yang
optimal
8 Memberikan reinforcement positif 1 100
kepada semua staff termasuk pada
saat mengakhiri meeting morning
196
kepada dinas malam dan dinas
pagi
9 Melakukan upaya peningkatan 1 100
mutu asuhan keperawatan dengan
melakukan evaluasi melalui
angket setiap pasien akan pulang
10 Mendelegasikan tugas kepada 1 100
PPJR pada jaga sore, malam, libur
11 Berperan serta dalam sebagai 1 100
konsultan
12 Melakukan pengawasan 1 100
kedisplinan tugas staff melalui
daftar hadir yang ada di ruang
13 Memberikan pendidikan 1 100
kesehatan pada pasien dan
keluarga
14 Mengadakan CNE (Continuiting 1 100
Nursing Education) tiap bulan
sekali
Jumlah 9 64.3 5 35.7 0 0 0 0
Sub Total 27 88.1 10 11.9 0 0 0 0
Total (%) 27+10+0+0=37/42x100%=88,1%
Analisa Data
197
Tabel 32
Observasi
SL SR KD TP
No VARIABEL YANG DINILAI
(3) (2) (1) (0)
N % N % N % N %
1 Bertugas pada pagi hari 2 100%
2 Bersama AN menerima operan 2 100%
tugas jaga dari AN yang tugas
malam
3 Bersama AN melakukan 2 100%
konfirmasi/supervisi tentang
kondisi pasien segera setelah
selesai operan tugas jaga malam
4 Bersama AN melakukan do’a 2 100%
bersama sebagai awal dan akhir
tugas dilakukan setelah selesai
operan tugas jaga malam
5 Melakukan pre conference dengan 2 100%
semua AN yang ada dalam
grupnya setiap awal dinas pagi
6 Membagi tugas atau pasien kepada 2 100%
AN sesuai kemampuan dan beban
kerja
7 Melakukan pengkajian, 2 100%
menetapkan masalah atau diagnosa
dan perencanaan keperawatan
kepada semua pasien yang menjadi
198
tanggung jawab ada bukti rekam
keperwatan
8 Memonitor dan membimbing tugas 2 100%
AN
9 Membantu tugas AN untuk 2 100%
kelancaran pelaksanaan asuhan
pasien
10 Mengoreksi, merevisi, dan 2 100%
melengkapi catatan asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh
AN yang ada di bawah tanggung
jawabnya
11 Melakukan evaluasi hasil kepada 2 100%
setiap pasien sesuai tujuan yang
ada dalam perencanaan asuhan
keperawatan dan ada bukti dalam
rekam keperawatan
12 Melaksanakan post conference 2 100%
pada setiap akhir dinas dan
menerima laporan akhir tugas jaga
dari AN untuk persiapan operan
tugas jaga berikutnya
13 Mendampingi AN dalam operan 2 100%
tugas jaga kepada AN yang tugas
jaga berikutnya
14 Memperkenalkan AN yang ada 2 100%
dalam satu grup atau yang akan
merawat selama pasien di rawat
atau kepada pasien/keluarga baru
15 Mendelegasikan tugas kepada AN 2 100%
pada sore malam libur
16 Melaksanakan pendelegasian tugas 2 100%
PJ ruang bila pagi tidak bertugas
17 Menyelenggarakan diskusi kasus 2 100%
dengan dokter dan tim kesehatan
199
lain setiap minggu
18 Menyelenggarakan diskusi kasus 2 100%
dalam pertemuan rutin
keperawatan di ruangan minimal
sebulan sekali
19 Melaksanakan tugas lain sesuai 2 100%
uraian tugas
20 Melakukan bimbingan kasus 2 100%
keperawatan kepada AN minimal
seminggu sekali (ronde
keperawatan/bed side teaching)
Jumlah 26 100% 14 100% 0 0 0 0
Sub Total 78 65% 28 35% 0 0 0
Total (%) 78+28+0+0=106/120x100%=88,33%
Analisa Data
Tabel 33
200
Variabel Yang Dinilai Observasi
SL SR KD TP
No
(3) (2) (1) (0)
N % N % N % N %
1 Melakukan operan tugas setiap 2 100
awal dan akhir jaga dari dan kepada
AN yang ada dalam satu group
2 Melakukan konfirmasi atau 2 100
supervisi tentang kondisi pasien
segera setelah selesai operan setiap
pasien
3 Melakukan do’a bersama setiap 2 100
awal dan akhir tugas yang
dilakukan setelah selesai serah
terima operan tugas jaga
4 Mengikuti pre conference yang 2 100
dilakukan PN setiap awal tugas
5 Melaksanakan asuhan keperawatan 2 100
kepada pasien yang menjadi
tanggung jawabnya dan ada bukti di
rekam keperawatan
6 Melakukan monitoring respon 2 100
pasien dan ada bukti di rekam
keperawatan
7 Melakukan konsultasi tentang 2 100
masalah pasien/keluarga kepada PN
8 Membimbing dan melakukan 2 100
pendidikan kesehatan kepada
pasien yang menjadi tanggung
jawabnya dan ada bukti di rekam
keperawatan
9 Menerima keluhan pasien/keluarga 2 100
dan berusaha untuk mengatasinya
10 Melengkapi catatan asuhan 2 100
keperawatan pada semua pasien
201
yang menjadi tanggung jawabnya
11 Melakukan evaluasi asuhan 2 100
keperawatan pada semua pasien
yang menjadi tanggung jawabnya
12 Mengikuti post conference yang 2 100
diadakan oleh PN pada setiap akhir
tugas dan melaporkan kondisi dan
perkembangan semua pasien yang
menjadi tanggung jawabnya kepada
PN
13 Bila tidak ada PN wajib 2 100
mengenalkan AN yang ada dalam
group yang akan memberikan
asuhan keperawatan pada jaga
berikutnya kepada pasien/keluarga
baru
14 Melaksanakan pendelegasian tugas 2 100
PN pada sore malam libur
15 Berkoordinasi dengan 2 100
PPJR/dokter/tim kesehatan lain bila
ada masalah pasien pada sore
malam libur
16 Mengikuti diskusi kasus dengan 2 100
dokter/tim kesehatan lain setiap
seminggu sekali
17 Mengikuti diskusi kasus dalam 2 100
pertemuan rutin keperawatan di
ruangan
18 Melaksanakan tugas lain sesuai 2 100
uraian tugas AN
19 Membantu melakukan bimbingan 2 100
PKK kepada peserta didik
keperawatan
Jumlah 30 8 0 0 0 0
Sub total 90 16 0 0 0 0
Total (%) 90+16+0+0=106/114x100%=92,98%
202
Analisa Data :
Tabel 34
Observasi
SL SR KD TP
No Variabel Yang Dinilai
(3) (2) (1) (0)
N % N % N % N %
1 Kepala ruang melakukan 2 100
supervise seluruh pasien yang ada
di ruangan setiap awal tugas
2 PN dan AN mensupervisi seluruh 2 100
203
pasien yang menjadi tanggung
jawabnya segera setelah
menerima operan tugas setiap
pasien
3 PN menginformasikan peraturan 2 100
dan tata tertib RS yang berlaku
kepada setiap pasien atau keluarga
baru
4 PN memperkenalkan perawat 2 100
dalam satu group yang akan
merawat selama pasien dirawat di
RS
5 PN atau AN melakukan visit atau 2 100
monitoring pasien untuk
mengetahui perkembangan atau
kondisi pasien
6 PN memberikan penjelasan setiap 2 100
rencana tindakan atau program
pengobatan sesuai wewenang dan
tanggung jawabnya
7 Setiap akan melakukan tindakan 2 100
keperawatan PN atau AN
memberikan penjelasan atas
tindakan yang akan dilakukan
kepada pasien atau keluarga
8 Kesediaan PN atau AN untuk 2 100
menerima konsultasi/keluhan
pasien/keluarga dan berupaya
mengatasinya
9 Pasien dan keluarga mengetahui 2 100
siapa PN atau perawat yang
bertanggung jawab selama ia
dirawat dan ditulis pada papan
nama pasien
10 PN atau AN memberitahu dan 2 100
204
mempersiapkan pasien yang akan
pulang
Jumlah 12 8 0 0 0 0
Sub total 36 16 0 0 0 0
Total (%) 36+16+0+0=52/x60100%=86,66%
Analisa Data :
Tabel 35
205
5 PN menerima serah terima AN 2 100
yang tugas jaga sebelumnya.
6 PN mendampingi serah terima 2 100
tugas jaga antara AN pada tugas
jaga berikutnya.
7 AN melaksanakan serah terima 2 100
tugas jaga dari sebelum dan
kepada tugas jaga berikutnya.
8 PN melakukan dokumentasi 2 100
askep terutama dalam
pengkajian, menetapankan
diagnosa dan penyusunan
rencana keperawatan.
9 AN melakukan dokumentasi 2 100
askpe terutama dalam hal
pelaksanaan dan evaluasi
keperawatan.
10 PN membuat laporan tugas 2 100
pada PJRu Kep setiap akhir
tugas terutama keadaan umum
pasien dan permasalahan yang
ada.
11 PN melakukan 2 100
motivasi/bimbingan/reinforcem
ent dengan AN setiap hari.
12 AN menggatikan tugas PN bila 2 100
PN tidak ada.
13 PJTJ menggantikan tugas PN 2 100
pada tugas S/M/HL
Jumlah 18 8 0 0
Sub total 54 16 0 0
Total % 54+ 16 + 0 + 0 = 70/78 x 100% = 89, 74 %
Analisa Data
206
Berdasarkan data diatas, didapatkan bahwa hubungan profesioanl
antara staf keperawatan menunjukkan presentasi sebesar 89 ,74%. Sehingga
didapatkan bahwa hubungan profesional antara staf keperawatan mencapai
presentasi yang baik atau sangat puas.
Tabel 36
Hubungan Profesional/Kemitraan
Observasi
N % N % N % N %
1. PN atau AN melakukan visite 5 100
bersama dengan dokter/tim
kesehatan lain yang merawat
2. PN melakukan diskusi kasus 5 100
dengan dokter/tim kesehatan
minimal 1x/minggu.
3. Hubungan profesional/kemitraan 5 100
dengan dokter/tim kesehatan lain
tercermin dalam catatan rekam
medik.
4. PN atau AN dapat segera 5 100
memberikan data pasien yang
akurat dengan cepat dan tepat
kepada dokter/tim kesehatan lain
bila dibutuhkan.
207
5. PN/AN menggunakan rekam 5 100
medik sebagai sarana hubungan
profesional dalam rangka
pelaksanaan program kolaborasi.
6. Dokter/tim kesehatan lain 5 100
menggunakan rekam keperawatan
sebagai sarana hubungan
profesional dalam rangka program
kolaborasi.
7. Dokter/tim kesehatan yang lainnya 5 100
mengetahui setiap pasien siapa
Punya
8. PN memfasilitasi pelaksanaan 5 100
konsultasi pasien/keluarga dengan
dokter/tim kesehatan lainnya.
Jumlah 20 20 0 0
Sub total 60 40 0 0
Total % 60+40+0+0=100/120x100%=83,33%
Analisa Data
208
Tabel 37
Observasi
SL SR KD TP
No VARIABEL YANG DI NILAI
(3) (2) (1) (0)
N % N % N % N %
1. Kepala ruang menerima dan 2 100
mengarahkan peserta didik
2. Pembimbing klinik 2 100
mengorientasikan peserta didik.
3. Pembimbing klinik membagi pasien 2 100
keloaan peserta didik.
4. Pembimbing klinik mengikuti 2 100
peserta didik dalam kegiatan
pelayanan keperawatan.
5. Pembimbing klinik/perawat 2 100
memfasilitasi kelengkapan dan
bahan yang akan di gunakan peserta
didik dalam memberikan asuhan
keperawatan.
6. Peserta didik mengkomunikasikan 2 100
kepada pembimbing klinuk sesuai
kompetensi yang akan di capai.
7. Pembimbing klinik membimbing 2 100
peserta didik dengan metode pre-
post conference.
209
8. Pembimbing klinik membimbing 2 100
peserta didik dengan metode ronde
keperawatan
9. Pembimbing klinik membimbing 2 100
peserta didik dengan metode bed
side teaching.
10. Pembimbing klinik memantau 2 100
pelaksanaan peraktek klinik peserta
didik.
11 Pembimbing klinik mengecek 2 100
dokumentasi rekam medik pasien
yang menjadi kelolaan peserta
didik.
12. Pembimbing klinik mengarahkan 2 100
dan membimbing peserta didik
dalam rangka pencapaian target
kompetensi yang diharapkan.
13. Memotivasi minat dan semangat 2 100
belajar untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik.
14. Pembimbing klinik/perawat 2 100
memantau kedisiplinanpeserta
didik.
15. Pembimbing klinik mengesahkan 2 100
pencapaian kompetensi
Jumlah 20 10 0 0 0 0
Sub total 60 20 0 0 0 0
Total % 60+20+0+0=80/90x100%=88,88%
Analisa Data
210
Bedasarkan data diatas hubungan profesional atau kemitraan antara staf
keperawatan dengan dokter atau tim menunjukan presentase 88,88% dalam
kategori baik. .
Tabel 38
Observasi
SL SR KD TP
No VARIABEL YANG DI NILAI
(3) (2) (1) (0)
N % N % N % N %
1. Menyiapkan tempat untuk serah 2 100
terima tugas
2. Serah terima tugas di ikuti karu, 2 100
PN, AN
3. Di dahului dengan doa bersama 2 100
4. Komunikasi antar pemberi 2 100
tanggung jawab dan penerima
tanggung jawab dilakukan di
depan pintu dengan suara
perlahan/ tidak ribut
5. Meyebutkan identitas pasien, dx 2 100
medis, dx keperawatan, tindakan
keperawatan yang telah di lakukan
beserta waktu pelaksanaannya.
6. Menginformasikan jenis dan 2 100
waktu rencana tindakan
keperwatan yang belum dilakukan.
7. Menyebutkan perkembangan 2 100
pasien yang ada selama shift
8. Menginformasikan pendidikan 2 100
211
kesehatan yang telah dilakukan
(bila ada)
9. Megevaluasi hasil tindakan 2 100
keperawatan
10. Menyebutkan terapi dan tindakan 2 100
medis beserta waktunya yang
dilakukan selama shift.
11 Menyebutkan tindakan medis 2 100
yang belum di lakukan selama
shift.
12. Menginformasikan kepada 2 100
pasien/keluarga nama perawat
shift berikutnya pada akhir tugas.
13. Memberi salam kepada pasien, 2 100
keluarga, serta mengobservasi dan
menginspeksi keadaan pasien,
menanyakan keluhan-keluhan
pasien (dalam rangka klarifikasi)
Jumlah 22 4 0 0 0 0 0
Sub total 66 8 0 2 0 1 0
Total % 66+8+0+0=74/78x100%=94,87%
Analisa Data :
Tabel 39
212
Tanggal 1-3 Hari Senin-Rabu Bulan April Tahun 2019
Observasi
SL SR KD TP
No Variabel Yang Di Nilai
(3) (2) (1) (0)
N % N % N % N %
1. Karu menyiapkan tempat untuk melakukan 1 100
meeting morning
2. Karu memberikan arahan kepada staf dengan 1 100
materi yang telah disiapkan sebelumnya
3. Karu melakukan klarifikasi apa yang telah 1 100
disampaikan kepada staf
4. Memberikan kesempatan kepada staf untuk 1 100
mengungkapkan permasalahan yang muncul
di ruangan
5. Bersama – sama staf mendiskusikan 1 100
pemecahan masalah yang ditempuh
6. Karu memberi motifasi dan reinforcement 1 100
kepada staf
7. Meeting morning diikuti oleh seluruh staf 1 100
Jumlah 6 1 0 0 0 0
Sub Total 18 2 0 0 0 0
Total % 18+2+0+0=20/21x100%=95,23%
Analisa Data
Berdasarkan hasil perhitungan tabel di atas mengenai Pelaksanaan meeting
morning didapatkan hasil presentasi sebesar 95,23%dalam kategori baik, sehingga
harus dipertahankan. Namun dalam pelaksanaan Karu melakukan klarifikasi apa
yang telah disampaikan kepada staf masih kurang.
Tabel 40
213
Observasi
No Variabel Yang Di Nilai SL SR KD TP
(3) (2) (1) (0)
1 Menyiapkan ruangan / tempat 1
2 Menyiapkan rekam medik pasien yang 1
menjadi tanggung jawabnya
3 Menjelaskan tujuan dilakukannya pre 1
conference
4 Memandu pelaksanaan pre conference 1
5 Menjelaskan masalah keperawatan 1
pasien, keperawatan dan rencana
keperawatan yang menjadi tanggung
jawabnya
6 Membagi tugas kepada AN sesuai 1
kemampuan yang dimiliki dengan
memperhatikan keseimbangan kerja
7 Mendiskusikan cara dan strategi 1
pelaksanaan asuhan pasien / tindakan
8 Memotivasi untuk memberikan 1
tanggapan dan penyelesaian masalah
yang sedang didiskusikan
9 Mengklarifikasi kesiapan AN untuk 1
melaksanakan asuhan keperawatan
kepada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya
10 Memberikan reinforcement positif 1
pada AN
11 Menyimpulkan hasil pre conference 1
12 Meginformasikan kepada pasien/ 1
keluarga nama perawat shift
berikutnya pada akhir tugas
Jumlah 7 5 0 0
Sub Total 21 10 0 0
Total % 21+10+0+0=31/36x100%=86,11%
Analisa Data :
214
Berdasarkan hasil perhitungan data di atas mengenai Pelaksanaan
pre conference didapatkan hasil presentasi sebesar 86,11%dalam
kategori baik. Namun dalam pelaksanaan Menjelaskan tujuan
dilakukannya pre conference, membagi tugas kepada an sesuai
kemampuan yang dimiliki dengan memperhatikan keseimbangan kerja ,
mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan pasien / tindakan ,
memberikan reinforcement positif pada an, meginformasikan kepada
pasien/ keluarga nama perawat shift berikutnya pada akhir tugas masih
kurang.
Tabel 40
Observasi
SL(3) SR(2) KD(1) TP(0)
No Variabel Yang Di Nilai
N % N % N % N %
1. Menyiapkan ruangan / tempat 1 100
2. Menyiapkan rekam medik pasien yang 1 100
menjadi tanggung jawabnya
3. Menjelaskan tujuan dilakukannya pre 1 100
conference
4. Menerima penjelasan dari AN tentang hasil 1 100
tindakan atau asuhan keperawatan yang
telah dilakukan AN
5. Mendiskusikan masalah yang telah 1 100
ditemukan dalam memberikan ASKEP
215
pada pasien dan mencari upaya
penyelesaian masalah
6. Memberi reinforcementpada AN 1 100
7. Menyimpulkan hasil post conference 1 100
8. Mengklarifikasi pasien sebelum melakukan 1 100
operan tugas jaga shift jaga berikutnya
(melakukan ronde keperawatan)
9 Mengklarifikasi kesiapan AN untuk 1 100
melaksanakan asuhan keperawatan kepada
pasien yang menjadi tanggung jawabnya
Jumlah 6 3 0 0
Sub Total 18 6 0 0
Total % 18+6=24/27x100%=88.89%
Analisa Data :
Tabel 42
Pelaksanaan
No Kegiatan (N=10)
Ya Tidak
(1) (0)
a. Tahap Persiapan (Pre Interaksi)
1. Mengumpulkan data tentang pasien 10 0
2. Menyiapkan alat 10 0
216
3. Mencuci tangan 7 3
b. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan tersenyum pada pasien 7 3
2. Melakukan validasi 10 0
3. Memperkenalkan nama perawat 3 7
4. Menanyakan nama panggilan kesukaan pasien 5 5
5. Menjelaskan tanggung jawab perawat 1 9
6. Menjelaskan peran perawat 2 8
7. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan 8 2
8. Menjelaskan tujuan 6 4
9. Menjelaskan waktu 5 5
10. Menjelaskan kerahasiaannya 8 2
c. Tahap Kerja
1. Memberikan kesempatan pada pasien untuk 4 6
bertanya
2. Menanyakan keluhan pasien 7 3
3. Memulai kegiatan dengan cara yang baik 7 3
4. Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana 10 0
d. Tahap Terminasi
1. Menyimpulkan hasil kegiatan 8 2
2. Memberikan reinforcemen positif 4 6
3. Membuat kontrak pertemuan selanjutnya 5 5
4. Mengakhiri kegiatan dengan baik 10 0
Jumlah 137 73
Total %
Nilai = Nilai =
=65,23%
CATATAN :
217
Analisa Data :
Tabel 43
No Kegiatan Pelaksanaan
Ya Tidak
1. Persiapan N % N %
a. Menyiapkam ruangan khusus yang rapi
dan tenang untuk memberikan informasi
bagi pasien baru/keluarga.
b. Menyiapkan pedoman informasi pasien
baru 2 buah
c. Menyiapkan pedoman informasi pasien 7 70% 3 30%
baru 2 buah
d. Mengajak pasien/keluarga ke ruangan
yang telah disiapkan untuk mendapatkan
informasi.
e. Mempersiapkan pasien/keluarga duduk
berhadapan dengan perawat.
2. Pelaksanaan
a. Memperkenalkan diri dan
218
menjelaskan tujuan, pemberian informasi
pasien baru.
b. Menyerahkan satu berkas 8 80% 2 20%
pedoman informasi pasien baru kepada
kepada pasien/keluarga untuk dibaca
bersama.
c. Menjelaskan informasi secarah
urut sesuai pedoman
1. Petugas yang merawat
(dokter,perawat bidan)
2. Jadwal konsultasi
3. Hak dan kewajiban pasien.
4. Peraturan rumah sakit.
5. Perkembangan pasien
setiap hari.
6. Rencana pasien pulan.
7. Fasilitas ruangan.
d. Mempersilahkan pasien/keluarga
membaca informasi terutama yang dalam
bentuk narasi panjang (hak dan kewajiban
pasien, tata tertib pengunjung dan
penunggu, prosedur administrasi pasien
dan fasilitas ruangan) dan menanyakan
apakah pasien dan keluarga mengerti
dengan penjelasan yang di berikan
KaRu /Pn
e. KaRu/PN yang diberikan
informasi mendatangani pernyataan yang
sudah dibuat pasien/keluarga.
f. Menyimpan bukti pemberian
informasi pada tempat yang sudah
ditentukan.
3. Pemberian informasi berkelanjutan
219
a. Memberikan penjelasan kepada
pasien/keluarga mengenai perkembangan 9 90% 1 10%
pasien setiap hari.
b. Mencatat informasi yang
diberikan direkam perawatan pasien.
Jumlah 24 80% 6 20%
Total % 100%
Analisa Data :
Berdasarkan hasil perhitungan tabel di atas mengenai Pelaksanaan pre
conference didapatkan hasil presentasi sebesar 80%dalam kategori baik. Namun
dalam pelaksanaan seperti contoh tahap persiapan, pelaksanaan dan pemberian
informasi masih kurang.
Tabel 44
Kajian Actuating
220
mencapai tujuan
8 Memberi motivasi pada anggota Ada Kadang-Kadang
9 Membuat keputusan Ada Terlaksana
10 Manajemen konflik Ada Terlaksana
11 Menelaah kemampuan individu Ada Terlaksana
12 Membimbing tenaga keperawatan Ada Terlaksana
13 Mengadakan pertemuan berkala/sewaktu – Ada Kadang-kadang
waktu dengan staff keperawatan dan petugas
lain yang bertugas diruang rawatnya
14 Memberi kesempatan/ijin kepada staff Ada Terlaksana
15 keperawatan Ada Terlaksana
16 Mengupayakan pengadaan peralatan dan Ada Terlaksana
17 obat – obatan Ada Terlaksana
Mendampingi visite dokter dan mencatat
intruksi dokter
18 Mengelompokkan pasien dan mengatur Ada Terlaksana
penempatannya di ruang rawat menurut
19 tingkat kegawatan, infeksi/non infeksi untuk Ada Kadang-kadang
kelancaran pemberian asuhan keperawatan
20 Mengendalikan kualitas sistem pencatatan
dan pelaporan asuhan keperawatan Ada Terlaksana
21 Meneliti pengisian formulir sensus harian
22 pasien di ruang rawatMeneliti/memeriksa Ada Terlaksana
pengisian daftar permintaan makanan pasien Ada Terlaksana
23 berdasarkan macam dan jenis makan pasien
24 Menyiapkan berkas catatan medik pasien
Membimbing siswa/mahasiswa keperawatan
yang menggunakan ruang rawatnya sebagai
lahan praktek
Memberi penyuluhan kesehatan
Melakukan serah terima pasien dan lain –
lain pada saat pergantian dinas
221
Analisa Data
Tabel 45
Kajian Controling
222
ruang :
Sosialisasi kebijakan
Mengatur dan mengendalikan
pelaksanaan kebijaksanaan
Mengecek kelengkapan inventaris
peralatan
Mengecek obat - obatan yang tersedia
Melakukan supervisi
Menilai pelaksanaan asuhan
keperawatan yang telah ditentukan
Menilai siswa/mahasiswa keperawatan
Melakukan penilaian kinerja tenaga
keperawatan
Menilai mutu asuhan keperawatan
sesuai standar yang berlaku secara mandiri
atau koordinasi dengan tim pengendalian
mutu asuhan keperawatan
Analisa Data
1. Planning
2. Organizing
223
3. Actuating
4. Controling
Tabel 46
Analisa Data :
224
sudah sesuai dan dikategorikan baik karena sebelum praktik adanya
pemberitahuan dari pihak institusi ke lahan, begitupun dari lahan
menerima, orientasi mengenai tugas, pembimbing PKK dan menentukan
lokasi praktik yang sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
Tabel 47
Analisa Data :
Tabel 48
225
Ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
Analisa Data :
Tabel 49
226
No Standar Data Keterangan
1 Memonitor pelaksanaan dinas Ada Terlaksana
peserta didik
- Tata tertib
- Observasi
- Reward dan punishment
2 Mengetahui pasien kasus kelolaan Ada Terlaksana
peserta didik
3 Mengecek dokumentasi di status Ada Terlaksana
pasien kelolaan peserta didik
4 Memberikan teguran jika terjadi Ada Terlaksana
pelanggaran
Analisa Data :
Dari data diatas menunjukkan bahwa Controling Proses
Bimbingan PKK di ruang rawat inap Anggrek RSUD Panembahan
Senopati Bantul, dikatakan baik karena pembimbing berusaha
mengetahui atau memantau peserta didik baik mengenai pelaksanaan
dinas maupun kasus kelolaan peserta didik dan memberikan teguran
jika para peserta didik melakukan pelanggaran.
3. UNSUR OUTPUT
a. Efisiensi Ruang Rawat
a. Indikator efisiensi ruang rawat (BOR, LOS, TOI, BTO)
227
c) TOI (Turn Over Internal), (1-3 hari)
Tabel 50
Indikator Efisiensi Ruang Rawat
No Indicator Standar
1. BOR 75-85%
2. LOS 1-3 hari
3. TOI 1-3 hari
4. BTO 5.45 Ari
228
Table 51
Efisiensi Ruang Rawat
Di Ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
Indikator
No Bulan
BOR LOS TOI BTO
1. Januari 83.36% 21.08 1.10 26.89
2. Februari 89.6% 17.94 1 31.03
3. Maret 88.78% 17.41 1.10 35.10
Rata – rata 87.24% 18.81 1.06 31.01
Standar 75-85% 1-3 hari 1-3 hari 5-45 kali
Keterangan Melebihi Melebihi Sudah Sudah
standart standar memenuhi Memenuhi
efisiensi efisiensi standar standar
ruangan ruangan efisiensi efisiensi
ruangan ruangan
Analisa Data
2) LOS (lama waktu yang dirawat pada setiap pasien ) di ruang Ranap
Ruang Anggrek pada bulan Januari-Maret 2018 yaitu 18.81 hari,
menunjukkan lama rata-rata hari perawatan melebihi standar efisiensi
ruangan dari standar nasional untuk RS yaitu 1-3 hari.
229
4) BTO (Frekuensi pemakaian tempat tidur) di ruang Ranap Ruang
Anggrek yaitu 31.01kali penggunaan yang efisien jika dibandingkan dengan
standar nasional 5-45 kali.
Tabel 52
230
Tabel 53
231
Rata-rata (%) 92.45%
Tabel 54
2. SLTP 5 ABRI/POLRI -
3. SLTA 5 Swasta 10
Total 11 Total 11
Ttab
Tabel 55
232
Di Ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
Tabel 56
Ya Tidak TS
No. Kriteria
N % N % N %
Apakah perawat selalu 9 81.8% 2 18.2%
1.
memperkenalkan diri
2. Apakah perawat melarang 11 100% 0 0
Anda/pengunjung merokok di
233
ruangan
Apakah perawat selalu 11 100% 0 0
3. menanyai bagaimana nafsu
makan Anda/keluarga anda.
Apakah perawat pernah - - - -
4. menanyakan pantangan dalam
hal akan Anda/keluarga Anda.
Apakah perawat 10 90.9% 1 9.1%
menanyakan/memperhatikan
5. berapa jumlah makanan dan
minuman yang biasa
Anda/keluarga Anda habiskan.
Apabila Anda/keluarga Anda 7 63.3% 4 36.7%
tidak mampu makan sendiri
6.
apakah perawat membantu
menyuapinya.
Pada saat Anda/keluarga Anda 11 100%
dipasang infus, apakah
perawat selalu memeriksa
7.
cairan/tetesanya dan area
sekitar pemasangan jarum
infus.
Apabila Anda/keluarga Anda 10 90.9% 1 9.1%
mengalami kesulitan buang air
besae apakah perawat
8.
menganjurkan makan buah-
buahan,sayuran,minum yang
cukup, banyak bergerak.
9. Pada saat perawat membantu 10 90.9% 1 9.1%
Anda/keluarga Anda waktu
buang air besar-buang air
kecil, apakah perawat
memasang sampiran/selimut,
menutup pintu/jendela,
234
mempersilahkan pengunjung
keluar ruangan.
Apakah ruangan tidur 11 100%
Anda/keluarga Anda selalu
10.
dijaga kebersihannya dengan
disapu dan dipel setiap hari.
Apakah lantai kamar 11 100%
mandi/WC selalu : bersih,
11.
tidak licin, tidak berbau dan
cukup terang.
Selama Anda/keluarga Anda - - - -
belum mandi (dalam keadaan
12.
istirahat total) apalaj
dimandikan oleh perawat
Apakah Anda/keluarga Anda - - - -
dibantu jika tidak mampu :
menggosok gigi,
13.
membersihkan mulut atau
mengganti pakaian atau
menyisir rambut.
Apakah alat-alat tenun seperti 11 100%
14. sprei, selimut dll diganti setiap
kotor.
Apakah perawat pernah - - - -
memberikan penjelasan akibat
15.
dari : kurang bergerak,
berbaring terlalu lama.
16. Pada saat Anda/keluarga Anda 10 90.9% 1 9.1%
masuk rumah sakit apakah
perawat memberikan
penjelasan tentang fasilitas
yang tersedia dan cara
penggunaannya, peraturan, tata
tertib yang berlaku di rumah
235
sakit
Selama Anda/keluarga Anda 11 100%
dalam perawatan apakah
17.
perawat : memanggil nama
anda dengan benar.
Selama Anda /keluarga Anda 11 100%
dalam perawatan apakah
18. perawat mengawasi keadaan
Anda secara teratur pada pagi,
sore maupun malam hari.
Selama Anda/keluarga Anda 11 100%
dalam perawatan apakah
19.
perawat segera memberikan
bantuan bila diperlukan.
Apakah perawat bersikap : 11 100%
20.
sopan, ramah.
Apakah Anda/keluarga Anda 9 81.8% 2 18.2%
mengetahui perawat yang
21
bertanggungjawab setiap kali
pergantian dinas.
Apakah perawat selalu 10 90.9% 1 9.1%
memberikan penjelasan
22.
sebelum memberikan tindakan
perawatan/pengobatan.
Apakah perawat selalu 10 90.9% 1 9.1%
bersedia mendengarkan dan
23.
memperhatikan setiap keluhan
Anda/keluarga Anda.
Dalam hal memberikan obat 10 90.9% 1 9.1%
apakah perawat membantu
24.
menyiapkan/meminumkan
obat.
25. Selama pasien dirawat apakah 10 90.9% 1 9.1%
diberikan penjelasan tentang
perawatan/pengobatan
236
pemeriksaan lanjutan setelah
pasien diperbolehkan pulang.
215 12 4
Nilai : Ya x 100%
Ya + Tidak
Nilai : 215 x 100%
215 + 12+4
Nilai : 215 x 100%
231
Nilai : 93,07%
Jumlah Jumlah = 93.07%
Analisa data
Berdasarkan kajian data pre implentasi diatas yang dinilai dari pembagian
kuesoner kepada 19 orang keluarga pasien diruang Anggrek sebanyak 93.07
% pada tanggal 1-3 April 2019 didapatkan hasil` pasien menjawab ya
.sebesar 215 pasien, tidak sebesar 12 pasien dan pasien menjawab tidak
selalu sebesar 4 pasien.
Tabel 57
237
Di Ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
5
Perawat tidak menggunakan
. Melakukan sonde 2 95%
masker dan handscoon
238
vena APD seperti handscoon
1
Perawat tidak menjelaskan
0 Pemasangan nasal
1 95% tujuan pemakaian nasal kanul
. kanul
sesuai dengan SOP
Tabel 58
Tabel 59
Standar Penilaian untuk Pembimbing PKK
Di Ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
Hasil
No. Pernyataan K
SL SR TP
D
CI selalu mengadakan orientasi institusi 2
1.
RSUD Panembahan Senopati Bantul
239
2. Mengadakan pre dan post conference 2
Selalu menyediakan waktu untuk
3.
membimbing
Menyertakan peserta didik dalam kegiatan 2
4.
asuhan keperawatan
Memberikan contoh pelaksanaan prosedur 2
5.
yang benar
Mengarahkan dan membimbing peserta 2
6. didik dalam rangka pencapaian kompetensi
yang diharapkan
Memotivasi minat dan semangat belajar 2
7. untuk meningkatkan kemampuan peserta
didik
Memantau pelaksanaan praktek yang 2
meliputi kemampuan pribadi ketaatan
8. mematuhi kebijaksanaan RS dan institusi
pendidikan serta memberikan teguran bila
terjadi pelanggaran
Mengajak diskusi dan membimbing kasus 2
9.
langsung ke pasien di sisi tempat tidur
Mengevaluasi bimbingan praktek yang 2
10. meliputi pengetahuan, sikap dan
keterampilan
11. Memeriksa laporan yang dibuat mahasiswa 2
Memberikan umpan balik kepada 2
12.
mahasiswa
Jumlah 20 4
Nilai 60 8
Rata-rata (%) 60+8+0+0 =
68/72×100%= 90%
Analisa Data :
240
ruang rawat inap Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul tergolong
dalam kategori baik dengan hasil prosentasi 90%.
Tabel 60
Pelaksanaan Pembimbing PKK
Di Ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
Jawaban
No. Pernyataan
Ya % Tidak %
1. Anda diorientasi (ruang, alat, staf) sebelum 2 100%
memulai praktek oleh pembimbing praktek
2. Pembimbing mengingatkan anda untuk 2 100
mengisi daftar hadir baik datang maupun %
pulang
3. Anda mendapatkan tempat yang sesuai 2 100%
dengan kompetensi yang harus dicapai oleh
pembimbing klinik
4. Anda mendapatkan jadwal praktik sesuai 2 100%
dengan kompetensi yang ingin dicapai
5. Dilaksanakan pre-conference untuk 2 100%
mahasiswa oleh pembimbing klinik
6. Dilaksanakan post-conference untuk 2 100%
mahasiswa oleh pembimbing klinik
7. Anda mendapatkan penjelasan tentang 2 100
metoda bimbingan yang akan digunakan %
selama anda praktik
8. Anda mendapatkan pengarahan tentang 2 100%
asuhan keperawatan dari pembimbing klinik
9. Pembimbing mempersiapkan pasien yang 2 100%
akan anda jadikan obyek pengalaman
belajar
10. Anda mendapat penjelasan dari 2 100%
pembimbing klinik tentang cara
menggunakan alat-alat yang dipergunakan
241
untuk proses pembelajaran klinik
Analisa Data :
242
Pengawasan dan perlakuan atasan
11 3 25% 2 16.66%
dalam bekerja
Pengembangan kerja dan pendidikan
12 4 33.33% 1 8.33%
yang lain
Jumlah 40 20
Nilai 40 66,66% 0 0
Rata-rata (%) 40+0=40/60×100= 66.66%
f. Penilaian Kinerja
Tabel 61
Evaluasi Penilaian Kinerja
243
A. Identifikasi Masalah
1. Unsur Input :
b. PAK yang dibuat pada tahun 2018 tidak sesuai dengan 10 besar
penyakit 3 bulan terakhir bulan Januari – Maret 2019 di Ruang
Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul.
2. Unsur Proses :
244
d. Penerimaan pasien baru di Ruang Anggrek RSUD Panembahan
Senopati Bantul kurang optimal karena perawat tidak langsung
memberikan penjelasan kepada keluarga pasien yang baru masuk,
namun perawat yang bertugas hanya memberikan selembaran kertas
tata tertib RS kepada keluarga pasien tersebut untuk dibaca sendiri.
3. Unsur Output :
ANALISA DATA
245
precaution 86,7% atau dalam katagori baik.
Namun ada beberapa perawat yang tidak
melakukan cuci tangan ketika akan kontak
dengan pasien atau melakukan tindakan
dengan pasien.
3. Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari di Belum optimal Panduan
ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopati Asuhan Keperawatan
Bantul dari 01 April - 03 April 2019, dengan 10 Besar penyakit
didapatkan PAK (2018) yang tidak terdapat Januari – Maret 2019
didalam 10 penyakit terbesar tahun 2019
Pneumonia, Gastroenteritis dan Anemia.
4. Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari di Belum optimalnya
ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopati pelaksanaan pelatihan
Bantul dari 01 April - 03 April 2019 sebagian anak
besar perawat di ruang Anggrek tersebut
belum mengikuti pelatihan tentang anak
5. Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari di Belum optimalnya
ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopati dokumentasi di Rekan
Bantul dari 01 April - 03 April 2019 sebagian medis terutama di
perawat belum melengkapi dokumentasi diagnose dan rencana
direkam medis 92,45% atau dalam kategori keperawatan
baik.
6. Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari di Belum optimal
ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopati pelaksanaan pemberian
Bantul dari 01 April - 03 April 2019 sebagai informasi pada pasien baru
perawat belum memberikan informasi pada
pasien yang baru dengan optimal 80% atau
dalam kategori baik.
7. Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari di Belum optimal Panduan
ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopati Asuhan Keperawatan
Bantul dari 01 April - 03 April 2019, dengan 10 Besar penyakit
didapatkan PAK (2018) yang tidak terdapat Januari – Maret 2019
didalam 10 penyakit terbesar tahun 2019
Pneumonia, Asma, Gastroenteritis dan
246
Anemia atau thalasemia.
8. Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari di Belum optimal kepuasaan
ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopati kerja karyawan .
Bantul dari 01 April - 03 April 2019, sebagian
perawat masih belum puas dalam kepuasan
kerja karyawan 66,7% atau dalam kategori
cukup.
8. Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari di Belum optimalnya fungsi
ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopati ruang terapi bermain
Bantul dari 01 April - 03 April 2019
didapatkan bahwa ruang terapi bermain dialih
fungsikan ke ruang pertemuan.
B. PRIORITAS MASALAH
3. PAK yang dibuat pada tahun 2018 tidak sesuai dengan 10 besar
penyakit 3 bulan terakhir bulan Januari – Maret 2019 di Ruang Anggrek
RSUD Panembahan Senopati Bantul.
RENCANA KEGIATAN
Plan Of Action (POA)
247
komunikasi terapeutik kepada pasien sesuai dengan SOP anggrek
terapeutik pada b. Melakukan sosialisasi kepada
pasien perawat untuk pentingnya
(65,23%) komunikasi terapeutik dengan
pasien teruatam menjelaskan
tujuan dan tindakan yang akan
dilakukan.
2 Belum Optimalkan cuci a. Koordinasi karu kepada Semua
optimalnya tangan sebelum perawat pentingnya 5 moment perawat ruang
universal tindakan dan ke untuk cuci tangan anggrek
precaution pasien lain b. Melakukan sosialisasi kepada
(86,7%) perawat untuk pentingnya
mengurangi infeksi nosokomial
3 Belum optimal Optimalkan a. Koordinasi karu kepada semua Semua
Panduan Panduan Asuhan perawat terkait Panduan Asuhan perawat ruang
Asuhan Keperawatan Keperawatan disesuaikan dengan anggrek
Keperawatan dengan 10 besar 10 besar penyakit bulan Januari –
dengan 10 Penyakit Bulan Maret 2019
Besar penyakit Januari – Maret b. Melakukan sosialisasi kepada
Januari – 2019 perawat terkait Panduan Asuhan
Maret 2019 Keperawatan 2018 terhadap 10
besar penyakit tahun 2019
4 Belum Rekomendasi a. Koordinasi dengan karu Semua
optimalnya karu kepada tentang masalah pelatihan anak perawat ruang
pelatihan perawat untuk b. Melakukan sosialisasi kepada anggrek
tentang anak pelatihan perawat fungsi pelatihan anak
tentang anak
5 Belum Rekomendasi a. Koordinasi karu kepada Semua
optimalnya kepada semua perawat tentang dokumentasi perawat ruang
dokumentasi di perawat untuk rekam medis anggrek
Rekan medis melengkapi b. Melakukan sosialisasi kepada
terutama di dokumentasi perawat untuk mengoptimalkan
diagnose dan rekam medis dokumentasi rekam medis
248
rencana
keperawatan
6 Belum optimal Optimalkan a. Koordinasi karu kepada Semua
pelaksanaan pelaksanaan perawat pentingnya pelaksanaan perawat ruang
pemberian pemberian pemberian informasi pada pasien anggrek
informasi pada informasi pada baru
pasien baru pasien baru b. Melakukan sosialisasi kepada
perawat untuk pentingnya
pelaksanaan pemberian informasi
pada pasien baru tentang
pendidikan kesehatan terkait
7 Belum optimal Optimalkan a. Koordinasi karu kepada semua Semua
kepuasaan kepuasaan kerja perawat terkait pendapatan, perawat ruang
kerja karyawan perawat lingkungan, sikap kerja sama antar anggrek
. terhadap karyawan dan latar belakang
pendapatan, pemdidikan
lingkungan, b. Melakukan sosialisasi kepada
sikap kerja sama perawat terkait pendapatan,
dan latar lingkungan, sikap kerja sama antar
belakang karyawan dan latar belakang
pendidikan pemdidikan.
249
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1
250
pelaksanaan Role
Play (meeting
morning)
Melakukan role
play sesuai dengan
prosedur
komunikasi
terapeutik yang
telah dibuat yaitu
komunikasi
terapeutik setiap
melakukan
tindakan pada
pasien
3. Bimbingan dan
pendampingan
Melakukan 08 – 10
bimbingan dan April
pendampingan saat 2019
pelaksanaan role
play
2. Jadwal Kegiatan
251
Kegiatan dilaksanakan mulai tanggal 08-10 April 2019 dengan uraian sebagai
berikut :
Tabel 4.2
Tanggal
01-03 06 08-10 11-13
No Kegiatan
April April April April
2019 2019 2019 2019
1. Persiapan
Mengkaji
Koordinasi dan konsultasi
dengan KARU
2. Pelaksanaan
Mencari literatur dan
mempersiapkan materi
Membuat materi
pendidikan kesehatan
terkait dengan pentingnya
memperkenalkan diri,
menjelaskan tujuan
tindakan kepada pasien,
menanyakan nama
kesukaan klien,
menanyakan persiapan
klien.
Mensosialisasikan
materi yang di buat kepada
karu dan perawat ruangan
saat pelaksanaan role play
(meeting morning)
Melakukan role model
sesuai dengan prosedur
252
komunikasi terapeutik
yang telah dibuat :
a) Meperkenalkan
diri kepada pasien
dan keluarga
b) Menanyakan
nama kesukaan
pasien
c) Menjelaskan
kerahasiaan pasien
d) Menjelaskan
tujuan tindakan
e) Mengevaluasi
perasaan pasien
3. Bimbingan dan
pendampingan
Melakukan bimbingan dan
pendampingan saat pelaksanan
role play
4. Evaluasi
Mengoptimalkan prosedur
komunikasi terapeutik di ruang
rawat inap anggrek
3. Evaluasi
Tabel 4.3
Pelaksanaan
No Kegiatan (n=10)
Ya (1) Tidak (0)
1. Tahap persiapan (pre interaksi)
a. Klien : menggumpulkan data 10 0
tentang klien (dari RM)
b. Alat : menyiapkan alat yang
10 0
253
dibutuhkan
c. perawat : cuci tangan, menilai
8 2
kesiapan diri perawat
2. Tahap pelaksanaan (orientasi)
a. memberikan salam, berjabat 9 1
tangan dan tersenyum kepada
klien
b. melakukan validasi 10 0
c. memperkenalkan nama 7 3
perawat 7 3
d. menanyakan nama panggilan
kesukaan klien 5 5
e. menjelaskan tanggung jawab
perawat 6 4
f. menjelaskan peran peran 9 1
perawat
g. menjelaskan kegiatan yang 8 2
akan dilakukan 6 4
h. menjelaskan tujuan
i. menjelaskan waktu yang di
butuhkan untuk kegiatan/lama 9 1
kegiatan
j. menjelaskan dan menjawab
kerahasian
3. Tahap kerja
a. memberi kesempatan kepada 6 4
klien untuk bertanya
b. menanyakan keluhan utama 9 1
c. memulai kegiatan dengan cara 8 2
yang baik
d. melakukan kegiatan sesuai 10 0
dengan rencana
254
4. Tahap terminasi
a. menyimpulkan hasil kegiatan 8 2
b. memberi reimforcemen positif 5 5
c. membuat kesepakatan dengan 8 2
klien/keluarga untuk
pertemuan/kegiatan
d. mengakhiri kegiatan dengan 10 0
cara yang baik (mengucapkan
salam/tersenyum/memberikan
sentuhan/berjabat tangan)
Jumlah 168 42
Faktor pendukung
a. Sudah tersedianya SPO komunikasi diruangan
b. Kepala ruang, primary nurse dan perawat di ruangan mendukung
dan memberikan respon positif pada implementasi yang dilakukan..
Faktor penghambat
Masih adanya beberapa perawat yang belum melakukan bebrapa dari item
yang terdapat pada SPO komunikasi terapeutik seperti melakukan validasi,
tanggung jawab, peran perawat, kerahasiaan, serta waktu yang dibutuhkan
255
untuk melakukan tindakan dan rencana tindak lanjut untuk pertemuan
selanjutnya.
B. Universal Percaution
1. Pelaksanaan
Tabel 4.4
Langkah-langkah Optimalisasi Universal Percaution di Ruang
Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
256
terhadap
infeksi
C. Evaluasi Ronde
6. Evaluasi Mahasiswa Karu, PA Tercapainya 11- 13 Ruang
pelaksanaan Ners Stikes dan PN universal April Rawat
universal Yogyakarta mahasiswa percaution 2019 Anggrek
precaution praktikan
2. Jadwal Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan mulai tanggal 08-10 April 2019 dengan uraian sebagai
berikut :
Tabel 4.5
Tanggal
01-03 06 08-10 11-13
No Kegiatan
April April April April
2019 2019 2019 2019
1. Persiapan
Mengkaji
Koordinasi dan konsultasi
dengan KARU
2. Pelaksanaan
Mencari literatur dan
mempersiapkan materi
Membuat materi
pendidikan kesehatan
terkait dengan pentingnya
cuci tangan sebelum
melakukan tindakan dan
dari pasien ke pasien lain
Mensosialisasikan
257
materi yang di buat kepada
karu dan perawat ruangan
saat pelaksanaan role play
(meeting morning)
Melakukan role model
sesuai dengan prosedur 5
moment cuci tangan 6
langkah
3. Bimbingan dan
pendampingan
Melakukan bimbingan dan
pendampingan saat pelaksanan
role play
4. Evaluasi
Mengoptimalkan prosedur cuci
tangan sebelum tindakan di
ruang Anggrek
3. Evaluasi
Tabel 4.6
Evaluasi Peningkatan Universal Percaution Mencuci Tangan dengan Biasa
dan Anti Septik di Ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
NO ASPEK YANG DINILAI PELAKSANAAN
Y % T %
1. Perawat cuci tangan ketika akan 8 80% 2 20%
kontak dengan pasien atau melakukan
tindakan ke pasien
2. Perawat cuci tangan ketika selesai 10 100% 0 0%
kontak dengan pasien atau telah
selesai melakukan tindakan terhadap
pasien
3. Perawat mencuci tangan dengan 10 100% 0 0%
sabun/detergen/desinfektan
4. Perawat mencuci tangan ditempat air 10 100% 0 0%
258
mengalir (wastafel)
5. Perawat menggunakan sarung tangan 9 90% 1 10%
ketika kontak/melakukan tindakan
dengan pasien
6. Perawat menggunakan masker ketika 9 90% 1 10%
melakukan tindakan kepada pasien
7. Perawat menggunakan baju pelindung 0 0% 10 100
ketika melakukan tindakan kepada %
pasien
8. Perawat menggunakan alat-alat steril 10 100% 0 0%
untuk satu pasien
9. Perawat menggunakan alat-alat 10 100% 0 0%
disposable hanya untuk sekali pakai
10. Setelah mengunakan alat-alat non- 10 100% 0 0%
dispisable perawat mencucinya
dengan larutan desinfektan
11. Perawat mensterilkan alat-alat steril di 10 100% 0 0%
instalasi sterilisasi sentral
12. Perawat menyiapkan alat-alat 10 100% 0 0%
kesehatan ditempat khusus
13. Perawat membuang benda-benda 10 100% 0 0%
tajam ditempat khusus benda-benda
tajam
14. Perawat membuang sampah medis 10 100% 0 0%
ditempat sampah medis
15. Perawat membuang sampah non- 10 100% 0 0%
medis ditempat sampah non-medis
Jumlah 136 90,7 14 9.3%
%
Pencapaian rata-rata (%) 136/150 X 100 =
90,7%
Prosentase = Nilai yang x 100%
259
Berdasarkan dari hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan hasil 86,7%
masuk dalam dalam kategori baik. Sedangkan berdasarkan hasil evaluasi
pelaksanaan universal precaution di ruang Anggrek didapatkan hasil bahwa
pelaksanaan universal precaution mendapatkan hasil 90,7% dalam kategori
baik, hal ini mengalami peningkatan 4%.
Faktor pendukung
Kepala ruang, primary nurse dan perawat di ruangan mendukung dan
memberikan respon positif pada implementasi yang dilakukan.
Faktor penghambat
Masih adanya beberapa perawat yang belum melakukan item universal
precaution salah satunya mencuci tangan sebelum melakukan tindakan
atau pasien satu ke pasien lainnya
Tabel 4.7
260
penyampaian
rencana PAK
B. Pelaksanaan
3. Melakukan Mahasiswa Karu, PP Terlaksannya 10 Ruang
sosialisasi Ners Stikes penjelasan April Rawat
PAK 2018 Yogyakarta PAK 2019 Anggrek
yang tidak
terdapat di
daftar 10 besar
penyakit
Januari –
Maret 2019 di
ruang anggrek
C. Evaluasi Ronde
4. Evaluasi Mahasiswa PA, PN Perawat 11-13 Ruang
pengetahuan Ners Stikes mengetahui April Rawat
perawat Yogyakarta rencana PAK 2019 Anggrek
tentang PAK yang telah
yang telah disusun
disampaikan
2. Jadwal Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan mulai tanggal 08-10 April 2019 dengan uraian
sebagai berikut :
Tabel 4.8
261
Tanggal
01-03 06 08-10 11-13
No Kegiatan
April April April April
2019 2019 2019 2019
1. Persiapan
Mengkaji
Koordinasi dan konsultasi
dengan KARU
2. Pelaksanaan
Mencari literatur dan
mempersiapkan materi
Membuat materi PAK
2018 yang kurang sesuai
dengan 10 besar penyakit
pada bulan januari –maret
2019
Mensosialisasikan
materi yang di buat kepada
karu dan perawat ruangan
saat pelaksanan role play
(meeting morning)
Menambahkan materi
PAK 2018 yang kurang
sesuai dengan 10 besar
penyakit pada bulan
januari –maret 2019
3. Bimbingan dan
pendampingan
Melakukan bimbingan dan
pendampingan saat
pelaksanaan role play
pemberian materi PAK
262
4. Evaluasi
Mengoptimalkan tambahan
PAK 2018 yang sesuai dengan
10 besar penyakit bulan
januari-maret 2019 di ruang
Anggrek
3. Evaluasi
Tabel 4.9
Evaluasi Panduan Asuhan Keperawatan (PAK) 2018
di Ruang Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
263
11 425/2019 Panduan Asuhan Keperawatan 1 1 2019
dengan Pneumonia
12 425/2019 Panduan Asuhan Keperawatan 1 1 2019
Thalassemia
13 425/2019 Panduan Asuhan Keperawatan 1 1 2019
Gastroenteritis
Faktor pendukung
Kepala ruang, primary nurse dan perawat di ruangan mendukung dan
memberikan respon positif pada implementasi yang dilakukan.
Faktor penghambat
Masih adanya beberapa perawat anggota TIM Pembuatan Panduan Asuhan
Keperawatan (PAK) tidak mengecek kembali PAK 2018 untuk Panduan di
tahun 2019
264