Professional Documents
Culture Documents
A DENGAN
OTITIS MEDIA EFFUSION POST CA NASOFARING
DI POLI THT RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG
Oleh:
ILLYANA MAULYDIA
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2018
TINJAUAN TEORI
1. IDENTITAS PASIEN
1. Identitas Pasien 2.
Nama : Tn. A
Umur : 53 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Kontraktor
2. PRE-OPERASI
A. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan agak kurang bisa mendengar suara kecuali suara
tersebut kencang
B. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Klien mengatakan memiliki pendengaran yang kurang, lemas, sulit bicara
karena otot mulut hanya terbuka sebagian
C. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Klien pernah mengalami kanker nasofaring dan menjalani kemoterapi dan
radioterapi. Namun setelah kemoterapi ke 6, terjadi perubahan fungsi
tubuh seperti tidak bisa mendengar, tidak bisa membuka mulut untuk
berbicara, gigi rontok, dan lainnya. Klien menjalani fisioterapi mulut dan
mulut klien sudah terbuka sebagian, klien juga sudah bisa berbicara walau
agak tidak lancar dan mendengar walau harus agak kencang. Klien
mengatakan juga kalau gigi klien yang rontok sudah di kontrol ke bagian
bedah mulut, setelah klien menyelesaikan fisioterapi mulut dan mulutnya
sudah terbuka sebagian
D. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Keluarga klien tidak memiliki penyakit seperti hipertensi dan diabetes.
Keluarga klien juga tidak memiliki riwayat penyakit yang sama seperti
klien sekarang.
E. RIWAYAT PSIKOSOSIAL SPIRITUAL
Klien mengatakan menerima kondisinya dengan ikhlas. Klien mengatakan
bersyukur masih bisa hidup walau sempat tidak bisa mendengar dan
berbicara.
F. RIWAYAT ADL
ADL Dirumah sakit
Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi dan Makan : Frekuensi 3x/hari jumlah 1 porsi
cairan (makan dan minum) Minum : frekuensi 6-8 gelas, pasien
meminum air putih
Pola eliminasi (BAB dan BAK) BAB : frekuensi 1-2x/hari
Konsistensi : padat
Warna : kuning
BAK : frekuensi 4-5x/hari
Warna : kuning jernih
Pasien mampu melakukan BAK dan BAK
sendiri tanpa adanya alat bantu.
Pola istirahat tidur Klien mengatakan tidurnya cukup dan
nyenyak.
3. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan compos mentis
B. Pemeriksaan TTV
Nadi : 88 x/ menit
RR : 22 x/menit
TD : 120/70 mmHg
C. Kepala
Bentuk kepala simetris, tidak ada luka dan lesi, kedua mata simetris dan
konjungtiva tidak anemis, penciuman normal, pendengaran agak kurang,
klien tidak menggunakan gigi palsu, dan bibir kering.
D. Pemeriksaan Abdomen
(Data subjektif) klien mengatakan tidak terdapat gangguan di daerah perut
klien
E. Ekstremitas
Anggota gerak lengkap, tidak ada kelainan, tidak ada luka dan lesi pada
daerah ektremitas, kekuatan otot 5:5:5:5
4. ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. DS : Peradangan pada Cemas
Klien mengatakan memiliki telinga
pendengaran yang kurang
, sulit bicara karena otot mulut Hearing loss
hanya terbuka sebagian
DO : Klien sulit mendengar
Klien tampak tidak merespon ketika
diajak berbicara menggunakan suara Gangguan sensori
kecil pendengaran
2. DS: Efek kemoterapi Gangguan
Klien mengatakan sulit berbicara komunikasi
karena mulutnya hanya terbuka Mulut klien terbuka
setengah setengah
DO:
Tampak mulut klien terbuka Gangguan komunikasi
setengah
5. RENCANA TINDAKAN
No. Tujuan & Kriteria
Intervensi Rasional
Dx Hasil
1. Setelah dilakukan 1) Ajarkan klien untuk 1) Keefektifan alat
menggunakan dan pendengaran tergantung
tindakan
merawat alat pada tipegangguan/ketulian,
keperawatan selama pendengaransecara pemakaian serta
tepat perawatannya yang tepat.
1x 30 menit klien
2) Instruksikan klien untuk 2) Apabila penyebab pokok
mengalami menggunakan teknik- ketulian tidak progresif,
teknik yang amandalam makapendengaran yang
peningkatan sensoris
perawatan telinga tersisa sensitif terhadap
pendengaran dengan (seperti: saat trauma dan infeksisehingga
membersihkan harus dilindungi.
kriteria hasil:
denganmenggunakan 3) Penghentian terapi
1) Mampu cutton bud secara hati- antibiotika sebelum
hati, sementara waktu waktunya
meningkatkan
hindariberenang dapatmenyebabkan
pendengarannya ataupun kejadian ISPA) organisme sisa resisten
sehingga dapat sehingga infeksi
mencegahterjadinya akanberlanjut.
ketulian lebih jauh.
3) Instruksikan klien untuk
menghabiskan seluruh
dosis antibiotik yang
diresepkan (baik itu
antibiotik sistemik
maupun lokal)