You are on page 1of 17

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan identifikasi keanekaragaman jenis flora pada prakti kum

ini dapat dilihat pada Gambar 1 sampai Gambar 5

Gambar 1. Gambar pembanding

Dendrobium phalaeno
Klasifikasi :

Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Liliopsida
Ordo : Orchidales
Family : Orchidaceae
Genus : Dendrobium
Spesies : Phalaenopsis amabilis

Deskripsi :

Phalaenopsis adalah salah satu jenis anggrek yang menjadi komoditas

penting dari tanaman hias. Phalaenopsis amabilis dengan warna bunga putih

merupakan spesies anggrek dari Indonesia yang berpotensi untuk

dikembangkan sebagai spesies komersial dengan karakter bunga yang lebih

baik melalui poliploidisasi Metode poliploidisasi pada anggrek umumnya

dilakukan melalui perlakuan menggunakan agen anti-mitosis yang ditargetkan

pada selsel somatik dari jaringan meristematik (Azmi dkk., 2015).

Dendrobium phalaenopsis merupakan salah satu genus anggrek terbesar


dari famili Orchidaceae, dan meliputi lebih dari 2.000 spesies. Dendrobium

merupakan salah satu kekayaan alam Indonesia, dan jumlahnya diperkirakan

mencapai 275 spesies. Spesies anggrek Dendrobium banyak terdapat di

kawasan timur Indonesia, seperti Papua dan Maluku.

Anggrek banyak digunakan dalam rangkaian bunga karena memiliki

kesegaran yang relatif lama, warna dan bentuk bunganya bervariasi, tangkai

bunga lentur sehingga mudah dirangkai, dan produktivitasnya tinggi. Tingkatan

warna anggrek sangat bervariasi. Genus Dendrobium mempunyai keragaman

yang sangat besar, baik habitat, ukuran, bentuk pseudobulb, daun maupun

warna bunganya. Spektrum penyebarannya luas, mulai dari daerah pantai

sampai pegunungan. Tersebar di India, Sri Lanka, Cina Selatan, Jepang ke

selatan sampai Asia Tenggara hingga kawasan Pasifik, Australia, Selandia Baru

dan Papua Nugini. Tumbuh baik pada ketinggian 0-500 m dpl dengan

kelembapan 60-80%. Budi daya anggrek yang paling mudah adalah yang

berasal dari tempat asalnya (Djajanegara, 2010).

Berdasarkan cara hidupnya, sebagian besar anggrek bersifat epifit,

namun ada pula yang hidup sebagai litofit Pola pertumbuhan anggrek termasuk

simpodial, yaitu mempunyai pertumbuhan pseudobulb terbatas. Anggrek

disukai masyarakat karena memiliki masa pertumbuhan bunga yang relatof

cepat dengan warna dan bentuk bunga yang bervariasi dan menarik

(Widiastoety, dkk., 2010)

Gambar 2. Gambar pembanding


(Psilotum nudum)
Klasifikasi :
:
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Psilotopsida
Ordo : Psilotales
Family : Psilotaceae
Genus : Psilotum
Spesies : Psilotum nudum

Deskripsi :

Tumbuhan paku termasuk divisi Pteridophyta. Divisi Pteridophyta

dibag menjadi 4 kelas yaitu Psilopsida, Lycopsida, Sphenopsida, dan

Pteropsida. Penyebaran tumbuhan paku di dunia sangat luas tapi yang banyak

tumbuh adalah di daerah tropis yang lembab (Loveles, 1983). Di muka bumi ini

tumbuh sekitar 10.000 jenis tumbuhan paku, 800 jenis di antaranya termasuk

kelas Pteropsida (Haupt, 1953). Dari jumlah tersebut kawasan Malaesia yang

sebagian besar terdiri atas kepulauan Indonesia diperkirakan memiliki lebih

kurang 1.300 jenis (Sunarmi dan Sarwono, 2004).

Tumbuhan paku tergolong dalam tumbuhan kormus yang tubuhnya

nyata memperlihatkan perbedaan dalam tiga bagian pokok, yaitu akar (radix),

batang (caulis), dan daun (folium). Daun tumbuhan paku tidak berbeda jauh

dengan daun tumbuhan lainnya. Daun tumbuhan paku terdiri atas tangkai serta

helaian daun yang memiliki beragam bentuk. Daun paku-pakuan ini


mempunyai bentuk khas, yang berbeda dengan daun tumbuhan lain, sehingga

biasa disebut ental (frond).

Batang tumbuhan paku memiliki bentuk yang beragam seperti panjang,

pendek atau merambat sesuai dengan habitusnya. Batang tumbuhan paku juga

memiliki cabang yang menggapu (dikotom) atau jika cabang tersebut ke

samping, cabang tersebut tidak pernah keluar dari ketiak daun. Batang

seringkali terdapat lebih dari satu berkas pengangkut, seperti adanya trakeida.

Dinding trakeida berkayu untuk menambah kekuatan untuk mendukung tunas-

tunas sehingga berkembang menjadi tumbuhan darat yang bercabang-cabang

bahkan seringkali berbentuk pohon yang menjulang seperti pada paku tiang

Idrus dan Syukur dalam Jamsuri (2007).

Sistem perakaran tumbuhan paku merupakan akar serabut. Perakaran

embrionya dibedakan menjadi kutub atas dan bawah. Kutub atas berkembang

menjadi rimpang dan daun, sedangkan kutub bawahnya membentuk akar. Akar

tumbuhan paku memiliki sifat endogen dan tumbuh dari rimpang. Akar

tumbuhan paku awalnya berasal dari embrio kemudian gugur dan digantikan

akar-akar seperti kawat atau rambut, berwarna gelap dan dalam jumlah besar

yang berasal dari batangnya sehingga terlihat seperti akar serabut

Gambar 3. Gambar pembanding


Cyrtostachys renda

Klasifikasi :
:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnolioph
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecale
Family : Arecaceae
Genus : Cyrtostachys
Spesies : Cyrtostachys renda

Deskripsi :

Palem merah merupakan salah satu dari 14 jenis palem yang terancam

punah (Yusef Jatmika, 2013). Keindahan palem merah yang ditawarkan melalui

warna pelepahnya yang berwarna merah, serta harganya yang relatif tinggi jika

dibandingkan dengan jenis palem hias lainnya, menyebabkan mayarakat tertarik

untuk mengusahakan salah satu jenis tanaman dari suku arecaceae ini.

Salah satu cara perbanyakan tanaman palem adalah melalui biji

(Rahmat Rukmana, 2013). Akan tetapi, biji palem merah membutuhkan waktu

yang cukup lama untuk dapat berkecambah, yakni 2 – 4 minggu (Warintek,

2011). Menurut Lita Sutopo (2010), kulit biji yang keras menyebabkan biji

menjadi impermeabel terhadap air dan oksigen sehingga biji menjadi sulit

berkecambah. Tingginya kandungan asam absisat di dalam biji juga dapat

menyebabkan perkecambahan menjadi terhambat. Hal ini tentu sangat tidak


menguntungkan, terutama jika palem merah dibudidayakan untuk tujuan

komersial. Oleh karena itu, diperlukan suatu cara untuk dapat mempercepat

perkecambahan biji palem merah tersebut, salah satunya dengan menggunakan

giberelin (Fujianti dkk, 2018).

Gambar 4. Gambar pembanding


C. lakka
Klasifikasi :

Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Monocoty Ledoneae
Ordo : Arecales
Family : Arecaceae
Genus : Cyrtostachys
Spesies : C. lakka

Deskripsi:

Palm termasuk kelas Monocoty ledoneaea, Palm tumbuhnya ada yang

berumpun ada yang tunggal ( soliter). Bagi yang membentuk rumpun, tunas-

tunas rumpun, ini berperan dalam hal peremajaannya. Palm yang tumbuh

tunggal peremajaanya sangat lambat karena pembiakan dirinya hanya

yergantung pada biji saja. Beberapa jenis palm mempunyai duri dibatang atau

pelepah daun Palem merah (Cyrtostachys lakka Becc.) adalah tanaman hias

populer yang biasa dijumpai di pekarangan rumah. Nama merah diambil dari

warna daunnya yang merah pekat menyala. Palem merah sekarang menjadi

salah satu tumbuhan langka karena eksploitasi besar-besaran di hutan Sumatra

dan Malaya, tempat asalnya (Pangemanan, dkk., 2008).


Palem raja dikenal banyak disukai dan ditanam masyarakat karena

bentuknya yang menawan dengan batang yang kokoh, daun yang hijau dan

segar. Batang palem raja terdapat bekas lingkaran dari pelepah yang tel.ah

rontok. Tinggi tanaman mencapai 25- 30 m (Putu, 2018). Jenis yang banyak

ditanam adalah palem raja Kuba. Spesies palem raja yang dikenal adalah

Roystonea regia, Roystonea buringuena dan Roystonea elata.


Palem raja berasal dari daerah Amerika dan Karibia. Nama Roystonea
diambil dari nama seorang insinyur yang bekerja di kemiliteran AS, Roy Stone.

Salah satu anggotanya, R. regia biasa ditanam di pinggir jalan atau di taman-

taman. Habitat Palem raja (Roystonea regia) banyak di temukan di pulau Jawa.

Palem raja bisa ditemukan di berbagai tempat sampai dan bahkan mampu

tumbuh pada ketinggian 1.400 m di atas permukaan laut. Palem raja termasuk

suku Arecaceae (palem-paleman), merupakan tumbuhan biji tertutup

(Angiospermae) yaitu biji buahnya terbungkus danging. Palem raja adalah

tumbuhan yang tak bercabang dan tumbuh tegak ke atas. Tumbuhan ini bisa

tumbuh hingga mencapai tinggi 20 – 30 m. Tanaman palem adalah tanaman

tropis dan subtropis sehingga selama pertumbuhannya memerlukan sinar

matahari penuh. Hanya saja pada saat perkecambahan dan pembibitan

sebaiknya jangan terkena sinar matahari yang langsung. Suhu udara yang

diperlukan adalah 25-33oC.


Gambar 5. Gambar pembanding

EusideroxylonZwageri T. et B

Klasifikasi :

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Laurales
Family : Lauraceae
Genus : Eusideroxylon
Spesies : Eusideroxylon Zwageri

Deskripsi:

Kayu Akasia termasuk salah satu kayu Indonesia yang termasuk

berkekuatan. Tinggi pohon ulin pada umumnya mencapai 50 meter dengan

diameter hingga 120 cm dan tumbuh di dataran rendah. Berat jenis kayu ulin

adalah 1,04 (PTHH, 2004). Pada basis data properti sifat mekanika kayu yaitu

Atlas Kayu Indonesia (PTHH, 2004) kekuatan tekan sejajar serat kayu Akasia

(Eusideroxylon Zwageri) adalah sebesar 65,24 MPa, sedangkan untuk kekuatan

tekan tegak lurus serat belum ada referensinya. Kekuatan lentur kayu Akasia

adalah sebesar 109,19 MPa (beban batas proporsional) dan sebesar 140,38 MPa

(beban batas ultimit/patah). Kekuatan tarik kayu Akasia dalah sebesar 2,62 MPa

(arah radial) dan sebesar 6,19 MPa (arah tangensial) (PTHH, 2004).
Hasil pengamatan fauna dalam praktikum ini dapat dilihat pada Gambar 1

sampai Gambar 5

Gambar pembanding

Gambar 1.

Orygin sp.
Klasifikasi :

Kingdom : Animalia
Divisi : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Erebidae
Genus : Orygin
Spesies : Orygin sp.

Deskripsi :

Orgyia memiliki nama umum lainnya yaitu Live Oak Tussock Moth.

Sinonim dan perubahan taksonomi dari Orgyia detrita Guérin-Meneville 1832

adalah Orgyia inornata Beutenmueller 1890 dan Orgyia kendalli Riotte 1972

Larva atau ulat: Ulat Orgyia detrita hampir sama warnanya dengan Orgyia

leucostigma tetapi pada bagian sisi tubuhnya berwarna abu-abu dan terdapat

bintik supraspiracular berwarna oranye. Garis hitam pada bagian middorsal

diapit oleh bintik-bintik berwarna kuning.


Keunikan dari spesies ini adalah terdapat bintik-bintik berwarna

oranye di sepanjang punggung dan sisi samping. Ada bentuk ulat bulu yang

lebih gelap, hampir sama dengan O. leucostigma. Ulat O. leucostigma sangat

mirip tapi tidak memiliki kutil berwarna oranye di sepanjang sisi. Rambut dari

ulat bulu dapat menyebabkan iritasi pada kulit sensitive (Hosamh, dkk., 2017).

Hama ulat bulu Orgyia sp. dikenal dengan tussock moth (ngengat

tussock). Serangga ini bersifat kosmopolitan, kecuali daerah neotropical, pada

waktu pengambilan contoh, hama ini berada pada stadia larva tua, pupa dan

imago. Larva, pupa dan imago Orgyia sp. yang ditemukkan pada daun kelapa

sawit, dikoleksi kemudian dimasukkan dalam wadah plastik dan dibawa ke

laboratorium. Larva atau pupa tersebut dipindahkan dan dipelihara dalam kotak

plastik sampai menjadi imago kemudian diidentifikasi dalam proses

pemeliharaan, serangga tersebut diberi makan daun kelapa sawit segar.

Penggantian makanan serangga ini dilakukan setiap 1-2 hari (Zuhud dan

Hikmat, 2009).
Gambar pembanding

Gambar 2.

Lepidoptera
Klasifikasi :

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Super Famili : Papilionoidea
Family : Nymphalidae
Sub Famili : Danainae
Genus : Danaus Kluk,1802
Spesies : D. plexippus

Deskripsi :

Kupu-kupu adalah serangga yang termasuk dalam ordo Lepidoptera,

artinya serangga yang hampir seluruh permukaan tubuhnya tertutupi oleh

lembaran-lembaran sisik yang memberi corak dan warna sayap kupu-kupu.

Kupu-kupu merupakan jenis serangga yang paling banyak dikenal dan sering

dijumpai karena bentuk dan warnanya yang indah dan beragam dan pada

umumnya aktif di siang hari (diurnal). Kupu-kupu digolongkan ke dalam


subordo Rhopalocera karena sifatnya yang diurnal. Kupu-kupu merupakan

bagian dari kekayaan hayati yang harus dijaga kelestariannya. Kupu-kupu

memiliki nilai penting bagi manusia maupun lingkungan antara lain sebagai

nilai ekonomi, ekologi, estetika, pendidikan, endemis, konservasi dan budaya.

Secara ekologis kupu-kupu turut andil dalam mempertahankan keseimbangan

ekosistem dan memperkaya keanekaragaman hayati di alam. Keanekaragaman

kupu-kupu di suatu tempat berbeda dengan tempat yang lain, karena

keberadaan kupu-kupu di suatu habitat sangat erat kaitannya dengan faktor

lingkungan yang ada baik abiotik seperti intensitas cahaya matahari, temperatur,

kelembaban udara dan air maupun faktor biotik seperti vegetasi dan satwa lain

(Rizal, 2007).

Kupu-kupu adalah serangga yang termasuk dalam ordo Lepidoptera

yaitu serangga yang hampir seluruh permukaan tubuh, sayap dan anggota

tubuhnya biasanya tertutupi dengan sisik-sisik berpigmen yang memberikan

karakter pola warna yang khas untuk tiap jenisnya, berdasarkan waktu aktifnya

Lepidoptera dibedakan menjadi dua subordo, yakni kupu-kupu (Rhopalocera)

yang aktif pada siang hari dan ngengat (Heterocera) yang aktif pada malam

hari. Lepidoptera dibedakan menjadi dua kelompok besar berdasarkan ukuran

rata-rata tubuhnya, yaitu Mikrolepidoptera untuk jenis yang berukuran lebih

kecil (sebagian besar ngengat) dan Makrolepidoptera untuk yang berukuran

besar (subordo Rhopalocera dan sebagian Heterocera. Habitat kupu-kupu

adalah tempat lembab yang memiliki banyak vegetasi bunga dan banyak

mendapat sinar matahari sebagian besar jenis hidup di lahan bera atau
menganggur, kebun buah, areal pertanian, hutan primer dan sekunder.

Gambar 3. Gambar pembanding

Aphonopelma sp.
Klasifikasi :

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Araneae
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Araneae
Spesies : Aphonopelma sp.

Deskripsi :

Laba-laba merupakan kelompok organisme yang beragam terdiri atas 42.473

spesies. Laba-laba ditemukan di seluruh dunia dan mendiami berbagai macam

lingkungan ekologi kecuali udara dan laut. Kebanyakan berukuran kecil (2-10

mm) sampai besar (28 cm), contoh laba-laba trantula (Therophosa Blandi).

Umumnya laba-laba menangkap mangsanya untuk dimakan dan mangsa

utamanya adalah berbagai macam spesies hewan meliputi serangga dan

vertebrata kecil. Laba-laba bermanfaat bagi manusia karena dapat digunakan


sebagai pengendali serangga alam. Banyak spesies tarantula yang diketahui

berbahaya bagi manusia atau hewan menimbulkan penyakit contohnya laba-laba

Hobo (Tegenaria Domestica) ( Platnick, 2011).

Laba-laba adalah predator generalis berperan penting dalam mereduksi, dan

mencegah terjadinya ledakan hama secara alami pada budidaya tanaman

pertanian serta berkontribusi pada keanekaragaman hayati (Oberg 2007). Oleh

karena itu labalaba dapat dipertimbangkan membantu pengaturan kepadatan

populasi serangga hama. Sebagai predator generalis, laba-laba dianggap lebih

efisien daripada predator spesialis untuk menekan hama pada habitat yang sering

mengalami gangguan seperti praktek budidaya tanaman pertanian.

Laba-laba terutama memakan serangga dan artropoda lainnya, seperti

Colembola, Diptera, Homoptera, Orthoptera, Coleoptera, Lepidoptera dan juga

labalaba. Berbagai jenis laba-laba menerapkan strategi yang berbeda untuk

menangkap mangsanya. Beberapa jenis laba-laba membuat jaring sebagai

perangkap mangsa dannjenis ini umumnya memiliki kaki yang panjang dan tipis

atau mengecil, yang cocok untuk membuat jaring. Selain untuk menangkap

mangsa, jaring juga berfungsi sebagai tempat tinggal. Laba-laba lainnya berburu

atau berjalan, melompati mangsanya, menunggu dengan membiarkan mangsanya

mendekat kepadanya. Komunitas laba-laba berhubungan erat dengan

karakteristik komunitas tumbuhan


Gambar 4. Gambar pembanding

Hymenoptera
Klasifikasi :

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Subordo : Apokrita
Superfamili : Vospoidea
Family : Formicidae
Spesies : Hymenoptera

Deskripsi:

Dalam hidupnya semut hitam, semut merah, bersimbiosis dengan kutu

putih seperti Planococcus sp. dan Pseudococcus sp. yang merupakan hama kutu

putih pada beberapa buah. Semut memakan cairan yang berasal dari sekresi kutu

putih.Cairan yang disebut embun madu inilah yang berperan sebagai makanan

utama semut (Wijaya, 2007). Semut rangrang lebih suka mencari cadangan gula

seperti embun madu (yang dikeluarkan oleh serangga pengisap cairan tanaman)

atau nektar. Embun madu tersebut diperlukan sebagai energi tambahan pada

periode awal pembangunan sarang, ketika membangun sarang, semut rangrang

mencari daun-daun muda untuk dihuni oleh serangga penghasil embun madu

seperti kutu daun, kutu perisai dan kutu putih dan semut rangrang
memasukkannya ke dalam sarang tersebut (Suhara, 2009).

You might also like