You are on page 1of 11

Nama : Nada Mutiara

NIM : 1710711028

Keperawatan Jiwa C

MODEL STRES ADAPTASI

Pengertian Stres
Stres adalah satu kondisi ketika individu berespons terhadap perubahan dalam status
keseimbangan normal (Kozier, 2011).
Stres adalah segala situasi di mana tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang individu
berespon dan melakukan tindakan (Selye, 1976 dalam Potter dan Perry, 2005).
Stressor adalah setiap kejadian atau stimulus yang menyebabkan individu mengalami
stres. Ketika seseorang menghadapi stressor, responnya disebut sebagai strategi koping,
respon koping, atau mekanisme koping.

Sumber Stres
Terdapat banyak sumber stres, yang secara luas dapat diklasifikasikan sebagai stressor
internal atau eksternal, atau stressor perkembangan atau situasional.
a. Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang, sebagai contoh, demam, kondisi
seperti kehamilan atau menopause, atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah,
kanker atau perasaan depresi.
b. Stressor eksternal berasal dari luar individu, sebagai contoh perpindahan ke kota
lain, kematian anggota keluarga, atau tekanan dari teman sebaya, perubahan
bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan dalam peran keluarga atau sosial, atau
tekanan dari pasangan.
c. Stressor perkembangan terjadi pada waktu yang dapat diperkirakan sepanjang hidup
individu. Pada setiap tahap perkembangan, tugas tertentu harus dicapai untuk
mencegah atau mengurangi stres.
d. Stressor situasional tidak dapat diperkirakan dan dapat terjadi kapan pun sepanjang
hidup. Stres situasional dapat positif dan negatif. Contoh
1) Kematian anggota keluarga
2) Pernikahan atau perceraian
3) Kelahiran anak
4) Pekerjaan baru
5) Penyakit
Sejauh mana pengaruh positif dan negatif peristiwa ini bergantung pada tahap
perkembangan individu. Sebagai contoh, kematian orang tua dapat lebih menimbulkan
stres bagi anak usia 12 tahun dibandingkan pada orang yang berusia 40 tahun

Macam-Macam Stres
Ditinjau dari penyebab, maka stres dibagi menjadi tujuh macam, di antaranya:
1) Stres fisik
Stres yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena temperatur yang tinggi
atau yang sangat rendah, suara yang bising, sinar matahari atau karena tegangan arus
listrik.
2) Stres kimiawi
Stres ini disebabkan karena zat kimiawi seperti obat-obatan, zat beracun asam, basa,
faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena pengaruh senyawa kimia.
3) Stres mikrobiologik
Stres ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau parasit.
4) Stres fisiologik
Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh diantaranya gangguan
dari struktur tubuh, fungsi jaringan, organ dan lain-lain.
5) Stres proses pertumbuhan dan perkembangan
Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan seperti pada
pubertas, perkawinan dan proses lanjut usia.
6) Stres psikis atau emosional
Stres yang disebabkan karena gangguan stimulus psikologis atau ketidakmampuan
kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti hubungan interpersonal, sosial
budaya atau faktor keagamaan (Alimul, 2008).

Tahapan Stres
a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu bekerja
yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan
tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.
b. Stres Tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar
dan letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak
dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), jantung berdebar,
otot tengkung dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak
memadai.
c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak teratur
(kadang-kadang diare), otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan
sulit tidur kembali (middle insomnia), bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali (late
insomnia), koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.
d. Stres tahap keempat, tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja
sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respons tidak
adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan,
konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.
e. Stres tahap kelima, tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental
(physical dan psychological exhaustion), ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan
berat, meningkatnya rasa takut dan cemas , bingung dan panik.
f. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda, seperti
jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar
keringat, loyo, serta pingsan atau collaps.
Komponen pengkajian model stres adaptasi dalam keperawatan kesehatan jiwa adalah sebagai
berikut.

Gambar Pengkajian Model Stres Adaptasi (Stuart dan Laraia, 2005)

Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang menjadi sumber terjadinya stres yang
memengaruhi tipe dan sumber dari individu untuk menghadapi stres baik yang biologis,
psikososial, dan sosiokultural. Secara bersama-sama, faktor ini akan memengaruhi seseorang
dalam memberikan arti dan nilai terhadap stres pengalaman stres yang dialaminya.

Adapun macam-macam faktor predisposisi meliputi hal sebagai berikut.

1. Biologi: latar belakang genetik, status nutrisi, kepekaan biologis, kesehatan umum,
dan terpapar racun.
2. Psikologis: kecerdasan, keterampilan verbal, moral, personal, pengalaman masa lalu,
konsep diri, motivasi, pertahanan psikologis, dan kontrol.
3. Sosiokultural: usia, gender, pendidikan, pendapatan, okupasi, posisi sosial, latar
belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial, dan tingkatan sosial.
Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi adalah stimulus yang mengancam individu. Faktor presipitasi memerlukan
energi yang besar dalam menghadapi stres atau tekanan hidup. Faktor presipitasi ini dapat
bersifat biologis, psikologis, dan sosiokultural. Waktu merupakan dimensi yang juga
memengaruhi terjadinya stres, yaitu berapa lama terpapar dan berapa frekuensi terjadinya
stres. Adapun faktor presipitasi yang sering terjadi adalah sebagai berikut.

1. Kejadian yang menekan (stressful)


Ada tiga cara mengategorikan kejadian yang menekan kehidupan, yaitu aktivitas
sosial, lingkungan sosial, dan keinginan sosial. Aktivitas sosial meliputi keluarga,
pekerjaan, pendidikan, sosial, kesehatan, keuangan, aspek legal, dan krisis komunitas.
Lingkungan sosial adalah kejadian yang dijelaskan sebagai jalan masuk dan jalan
keluar. Jalan masuk adalah seseorang yang baru memasuki lingkungan sosial.
Keinginan sosial adalah keinginan secara umum seperti pernikahan.
2. Ketegangan hidup
Stres dapat meningkat karena kondisi kronis yang meliputi ketegangan keluarga yang
terus-menerus, ketidakpuasan kerja, dan kesendirian. Beberapa ketegangan hidup
yang umum terjadi adalah perselisihan yang dihubungkan dengan hubungan
perkawinan, perubahan orang tua yang dihubungkan dengan remaja dan anak-anak,
ketegangan yang dihubungkan dengan ekonomi keluarga, serta overload yang
dihubungkan dengan peran.

Stresor Presipitasi merupakan stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan,
ancaman, atau tuntutan dan membutuhkan energi ekstra/sangat besar untuk mengatasinya.
Karakteristik stresor presipitasi adalah sifat, asal, waktu dan jumlah.

a. Sifat; sifat stresor presipitasi di sini menunjukkan jenisnya (biologis, psikologis dan
atau sosial budaya).
b. Asal; asal stresor presipitasi bisa berasal dari dalam individu (contoh : persepsi
individu yang tidak baik tentang dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya; sakit
fisik dll) dan atau dari luar individu (contoh : kurangnya dukungan sosial, pengalaman
sosial yang tidak menyenangkan, dll).
c. Waktu; waktu terjadinya stresor bisa terjadi dalam waktu dekat, waktu yang cukup
lama, dan atau terjadi secara berulang.
d. Jumlah; jumlah stresor bisa satu atau lebih dari satu

Penilaian terhadap Stresor

Penilaian terhadap stresor meliputi penentuan arti dan pemahaman terhadap pengaruh situasi
yang penuh dengan stres bagi individu. Penilaian terhadap stresor ini meliputi respons
kognitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan respons sosial. Penilaian adalah dihubungkan
dengan evaluasi terhadap pentingnya sustu kejadian yang berhubungan dengan kondisi sehat.
Menurut Nasir dan Muhith, (2011) stres dapat menghasilkan berbagai respon. Respons
stres dapat terlihat dalam berbagai aspek yaitu :
1. Respons kognitif
Respons kognitif merupakan bagian kritis dari model ini. Faktor kognitif memainkan
peran sentral dalam adaptasi. Faktor kognitif mencatat kejadian yang menekan,
memilih pola koping yang digunakan, serta emosional, fisiologis, perilaku, dan reaksi
sosial seseorang. Penilaian kognitif merupakan jembatan psikologis antara seseorang
dengan lingkungannya dalam menghadapi kerusakan dan potensial kerusakan.
Terdapat tiga tipe penilaian stresor primer dari stres yaitu kehilangan, ancaman, dan
tantangan. Contoh : berpikir ingin bunuh diri, berkurangnya motivasi, konsentrasi
atau tingat kesadaran dll.
2. Respons afektif
Respons afektif adalah membangun perasaan. Dalam penilaian terhadap stresor
respons afektif utama adalah reaksi tidak spesifik atau umumnya merupakan reaksi
kecemasan, yang hal ini diekpresikan dalam bentuk emosi. Respons afektif meliputi
sedih, takut, marah, menerima, tidak percaya, antisipasi, atau kaget. Emosi juga
menggambarkan tipe, durasi, dan karakter yang berubah sebagai hasil dari suatu
kejadian. Contoh : merasa sedih, merasa marah, tidak berdaya dll.
3. Respons fisiologis
Respons fisiologis merefleksikan interaksi beberapa neuroendokrin yang meliputi
hormon, prolaktin, hormon adrenokortikotropik (ACTH), vasopresin, oksitosin,
insulin, epineprin morepineprin, dan neurotransmiter lain di otak. Respons fisiologis
melawan atau menghindar (the fight-or-fligh) menstimulasi divisi simpatik dari sistem
saraf autonomi dan meningkatkan aktivitas kelenjar adrenal. Sebagai tambahan, stres
dapat memengaruhi sistem imun dan memengaruhi kemampuan seseorang untuk
melawan penyakit. Contoh perubahan pada tanda-tanda vital dan status fisiologis
lainnya
4. Respons perilaku
Respons perilaku hasil dari respons emosional dan fisiologis. Merubah lingkungan
yang penuh stressor atau membiarkan individu lepas dari stessor, membiarkan
individu untuk merubah kondisi-kondisi eksternal yang dapat berakibat buruk,
perilakuintra psikis untuk mempertahankan diri emosi yang tidak menyenangkan,
perilakuintra psikis untuk menghadapi peristiwa tidak menyenangkan. Contoh :
menolak untuk melakukan aktivitas sehari-hari, berbicara sendiri, sering komat-kamit.
5. Respons social
Respons ini didasarkan pada tiga aktivitas, yaitu mencari arti, atribut sosial, dan
perbandingan sosial. Mencari informasi, mengidentifikasi faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap situasi tersebut, membandingkan kemampuan dan kapasitas
diri dengan orla yang mempunyai masalah yang sama. Contoh : mengamuk, memukul
orang lain, menarik diri dari pergaulan dll.

Menurut Model Adaptasi Stres Stuart respon idividu terhadap stres berdasarkan faktor
predisposisi, sifat stresor, persepsi terhadap situasi dan analisis sumber koping dan
mekanisme koping. Respon koping klien dievaluasi dalam suatu rentang yaitu
adaptif atau maladaptif (Stuart, 2009).
1. Respons mekanisme koping adaptif
Respon yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar, dan mencapai
tujuan, seperti berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah dengan orang lain,
memecahkan masalah secara efektif, tehnik relaksasi, latihan seimbang dan aktifitas
konstriktif.
2. Respon mekanisme koping maladaptif
Respon yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan
otonomi dan cenderung menghalangi penguasaan terhadap lingkungan, seperti makan
berlebihan atau bahkan tidak makan, kerja berlebihan, menghindar, marah-marah,
mudah tersinggung, dan menyerang. Mekanisme koping yang maladaptif dapat
memberi dampak yang buruk bagi seseorang seperti isolasi diri, berdampak pada
kesehatan diri, bahkan terjadinya resiko bunuh diri.

Sumber Koping

Sumber koping merupakan pilihan-pilihan atau strategi yang membantu seseorang


menentukan apa yang dapat dilakukan dan apa yang beresiko. Sumber koping adalah faktor
pelindung. Hal yang termasuk sumber koping adalah asset finansial/kemampuan ekonomi,
kemampuan dan keterampilan, dukungan sosial, motivasi, serta hubungan antara individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat (Stuart, 2009). Sumber koping lain meliputi kesehatan
(energi), dukungan spiritual, keyakinan positif, kemampuan menyelesaikan masalah,
keterampilan sosial, sumber materi dan kesehatan fisik (Stuart, 2009). Menurut Suis, (2014)
ada beberapa faktor yang mempengaruhi mekanisme koping mahasiswa yaitu harga diri,
kesehatan fisik, keyakinan atau pandangan hidup, keterampilan, dan dukungan sosial materi.

1. Personal Ability
1) Problem solving skill
 Kemampuan untuk mencari informasi
 Identifikasi masalah
 Mempertimbangkan alternatif
 Pelaksanaan dari rencana tindakan
2) Kesehatan dan energi
3) Sosial skill
4) Pengetahuan dan intelegensi individu
5) Identitas Ego yang kuat
2. Sosial Support
1) Hubungan antar: individu, keluarga, kelompok, masyarakat
2) Komitmen dengan jaringan sosial
3) Budaya yang stabil
3. Material Assets
1) Penghasilan individu
2) Benda-benda atau barang yang dimiliki
3) Pelayanan kesehatan
4. Positive Beliefs
1) Keyakinan dan nilai
2) Motivasi
3) Orientasi kesehatan pada pencegahan

Mekanisme Koping

Mekanisme koping merupakan setiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stres,
yaitu cara dalam penyelesaian masalah dengan mekanisme pertahanan yang digunakan
untuk melindungi diri. Mekanisme koping pada dasarnya adalah mekanisme pertahanan diri
terhadap perubahan bahan yang terjadi baik dalam diri maupun dari luar diri (Stuart,
2009).

Koping mekanisme adalah suatu usaha langsung dalam manajemen stres. Ada tiga tipe
mekanisme koping, yaitu sebagai berikut.

1. Mekanisme koping problem focus


Mekanisme ini terdiri atas tugas dan usaha langsung untuk mengatasi ancaman diri.
Contoh: negosiasi, konfrontasi, dan mencari nasihat.
2. Mekanisme koping cognitively focus
Mekanisme ini berupa seseorang dapat mengontrol masalah dan menetralisasinya.
Contoh: perbandingan positif, selective ignorance, substitution of reward, dan
devaluation of desired objects.
3. Mekanisme koping emotion focus
Pasien menyesuaikan diri terhadap distres emosional secara tidak berlebihan. Contoh:
menggunakan mekanisme pertahanan ego seperti denial, supresi, atau proyeksi.

Mekanisme koping dapat bersifat konstruktif dan destruktif. Mekanisme konstruktif terjadi
ketika kecemasan diperlakukan sebagai sinyal peringatan dan individu menerima sebagai
tantangan untuk menyelesaikan masalah, seperti negosiasi, meminta saran, perbandingan
yang positif dan pergantian rewards. Mekanisme koping destruktif menghindari kecemasan
tanpa menyelasaikan konflik, seperti denial, supresi dan proyeksi.

Selain itu, mekanisme koping dapat dikategorikan sebagai task oriented reaction dan ego
oriented reaction. Task oriented reaction adalah berpikir serta mencoba berhati-hati untuk
menyelesaikan masalah, menyelesaikan konflik, dan memberikan kepuasan. Task oriented
reaction berorientasi dengan kesadaran secara langsung dan tindakan. Sementara, ego
ariented reaction sering digunakan untuk melindungi diri. Reaksi ini sering disebut sebagai
mekanisme pertahanan. Setiap orang menggunakan mekanisme pertahanan dan membantu
seseorang mengatasi kecemasan dalam tingkat ringan sampai dengan sedang. Ego oriented
reaction dilakukan pada tingkat tidak sadar.

a. Contoh Task Oriented :


1) Meminta bantuan kepada orang lain
2) Mengungkapkan perasaan sesuai yang dirasakan saat ini
3) Mencari lebih banyak informasi yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi
4) Menyusun rencana untuk memecahkan masalah
5) Meluruskan persepsi terhadap masalah
b. Contoh Ego Oriented :
1) Denial; menyangkal untuk melihat kenyataan yang tidak diinginkan dengan cara
mengabaikan atau menolak kenyataan tersebut.
2) Proyeksi; menyalahkan orang lain atas ketidakmampuan dirinya atau atas
kesalahan yang dia perbuat.
3) Represi; menekan ke alam bawah sadar dan sengaj melupakan pikiran, perasaan,
dan pengalaman yang menyakitkan.
4) Regresi; kemunduran dalam hal tingkah laku yang dilakukan seseorang dalam
menghadapi stres.
5) Rasionalisasi; berusaha memberi alasan yang masuk akal terhadap perbuatan
yang dilakukannya.
6) Pengalihan; memindahkan perasaan yang tidak menyenangkan dari seseorang
atau obyek ke orang atau obyek lain yang biasanya lebih kurang berbahaya
daripada obyek semula.
7) Reaction Formation; mengembangkan pola sikap atau perilaku tertentu yang
disadari tetapi berlawanan dengan perasaan dan keinginannya.
8) Sublimasi; penyaluran rangsangan atau nafsu yang tidak tersalurkan ke dalam
kegiatan lain.

TABEL Mekanisme Pertahanan


Sumber :

Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati, Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa, Penerbit Salemba Medika, 2015.

Kozier, Barbara. Erb, Glenora. Berman, Audrey. Snyder, Shirlee J. 2011. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC.

Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa : Renata. Komalasari, dkk. Jakarta: EGC.

You might also like